Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

192771712

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

PENGARUH VARIASI BESAR SUDUT KAMPUH V TUNGGAL

TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN, DAN KEKUATAN TARIK


MATERIAL BAJA SS400 DENGAN
METODE PENGELASAN SMAW

Muhammad Farid Anshori1), Suharno2), Yuyun Estriyanto3)


Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
E-mail : muhfaridanshori@gmail.com

ABSTRACT

The aim of this research is to determine the effect of the groove angle to the microstructure, hardness, and tensile
strength on SS400 steel alloys before (raw material) and after welding using the Shielded Metal Arc Welding (SMAW)
method.This research used experimental method with descriptive comparative data analysis. The tool used for
microstructure test is Olympus Metallurgical Microscope, using Vickers Hardness Tester for hardness test, and using the
Universal Testing Machine for tensile test.Based on the data, it could be concluded that the results of the microstructure test
showed an increase in pearlite structure after welding. In raw material, ferrite structures are seen evenly but on welding,
results using the SMAW method with a 50⁰, 60⁰, and 70⁰ weld groove angles indicated that ferrite is reduced in each
specimen, so the pearlite structure is very dominating. The number of hardness and tensile strength on the welding results
indicate a difference in the level of hardness and tensile strength. Specimens with a 70o groove angle have a higher
hardness level of 276 VHN when compared to 50⁰ groove angle specimens of 248 VHN and 60o of 255 VHN. Specimens
with a 70⁰ groove angle have a higher tensile strength which is 432.51 MPa when compared to the 50o groove angle
specimens of 407.56 MPa and 60⁰ at 425.69 MPa. The tensile strength test results in raw material amounted to 401.94 MPa.
This study shows that welding with variations of groove angle changes the microstructure and affects the hardness and
tensile strength of SS400 steel alloys.

Keywords: Shielded Metal Arc Welding (SMAW), SS400, microstructure, hardness, tensile strength.

PENDAHULUAN
Penyambungan logam dengan motode kerja. Dengan demikian kekuatan las akan lebih
pengelasan semakin banyak digunakan, baik pada bagus.
konstruksi bangunan maupun mesin, karena banyak Paduan baja kabon rendah banyak digunakan
keuntungannya. Pengelasan merupakan salah satu untuk konstuksi umum karena mempunyai sifat
jenis penyambungan diantara penyambungan yang mampu las dan kepekaan terhadap retak las.
lain seperti baut dan keeling. Berbeda antara Kepekaan retak yang rendah cocok terhadap proses
keduanya bahwa pengelasan membutuhkan las, dan dapat digunakan untuk pengelasan pelat
perhatian yang khusus diantaranya adalah jenis tipis dan pelat tebal. Kualitas daerah las hasil
pengelasan dan karakteristiknya (Suharno, 2008). pengelasan lebih baik dari logam induk. Baja SS
Menurut Cary (1998), luasnya penggunaan proses 400 dijelaskan secara umum merupakan baja
penyambungan dengan pengelasan disebabkan oleh karbon rendah , disebut juga baja lunak, banyak
biaya murah, pelaksanaan relatif lebih cepat, lebih sekali digunakan untuk pembuatan baja batangan,
ringan, dan bentuk konstruksi lebih variatif. tangki, perkapalan, jembatan, menara, pesawat
Namun, harus diakui bahwa sambungan las juga angkat dan dalam pemesinan. Dalam perancangan
memiliki kelemahan, antara lain: timbulnya konstruksiya banyak melibatkan unsur pengelasan
lonjakan tegangan yang besar akibat perubahan dengan sambungan las sebagai alternatif untuk
struktur mikro di daerah sekitar las yang menyambung bagian-bagian tertentu. Pembuatan
menyebabkan turunnya kekuatan bahan, serta sambungan las secara teknis memerlukan
adanya retak akibat dari proses pengelasan keterampilan yang tinggi bagi pengelasnya agar
(Jamasri, 1999). diperoleh sambungan dengan kualitas baik. Salah
Proses pengelasan terdapat berbagai macam satu sambungan las cacat lambat laun akan
sambungan las. Sambungan tumpul adalah jenis menimbulkan rusaknya sambungan yang lain dan
sambungan yang paling efisien (Wiryosumarto dan akhirnya konstruksi dapat runtuh yang
Okumura, 1985). Untuk menghasilkan hasil menyebabkan kerugian materi yang tidak sedikit
pengelasan yang mempunyai kualitas yang baik, bahkan juga korban jiwa.
sudah seharusnya teknisi memperhatikan beberapa Kualitas pengelasan yang baik tentunya
hal yang terkait dengan pengelasan diantara yang diperlukan suatu metode pengelasan SMAW
berpengaruh dalam pengelasan yaitu kampuh las. (Shielded Metal Arc Welding) (Subandi 2009).
Kampuh las ini berguna untuk menampung bahan Pemilihan kampuh las juga harus
pengisi agar lebih banyak yang merekat ke benda memperhatikan tebal pelat, jenis pelat, kekuatan
yang diinginkan dan posisi pengelasan. Kampuh V Paduan Baja SS400. Bahan tersebut akan di las
tunggal dapat dipakai untuk menerima gaya tekan dengan variasi besar sudut kampuh 50°, 60°, dan
yang besar, serta lebih tahan terhadap kondisi 70° menggunakan metode pengelasan Shielded
beban statis, namun kampuh ini kurang cocok Metal Arc Welding (SMAW).
untuk tebal pelat dibawah 5mm karena kampuh ini Proses pengelasan benda uji dilakukan di
digunakan pada pelat dengan tebal 5-20mm agar Laboratorium Las INLASTEK dan untuk pengujian
perembesan (penetrasi) dapat dapat dicapai 100 struktur mikro, kekerasan, dan kekuatan tarik
persen. Kampuh V ganda (X) lebih kuat daripada spesimen uji dilakukan di Laboratorium Bahan
kampuh V tunggal (V), namun penggunaan Teknik Program Jurusan Teknik Mesin dan
kampuh ini diutamakan untuk tebal pelat di atas Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
10mm. Penggunaan bahan pengisi akan lebih Mada, Yogyakarta.
sedikit bila dibandingkan dengan penggunaan Pengujian yang dilakukan meliputi uji
kampuh V tunggal dengan ketebalan yang sama. metalografi (struktur mikro), uji kekerasan, dan uji
Distorsi akan lebih mudah dikontrol karena kekuatan tarik. Alat uji yang digunakan dalam
pengelasan dilakukan pada kedua sisi. Kampuh penelitian ini adalah mesin Olympus Metallurgical
tirus tunggal dipergunakan untuk beban tekan yang Microcope, mesin Micro Hardness Tester Vickers,
besar. Kampuh tirus tunggal lebih baik daripada dan Universal Testing Machine. Pada uji kekerasan
kampuh persegi tapi tidak lebih baik dari kampuh hasil pengelasan dengan besar sudut kampuh
V, letaknya disarankan terbuka dan dipakai pada tertentu, daerah yang diuji adalah daerah lasan,
ketebalan pelat 6-20mm. daerah HAZ, daerah base material.
Berdasarkan hasil dari penelitian tentang
variasi sudut kampuh V dan kuat arus dengan las HASIL DAN PEMBAHASAN
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) pada baja Foto struktur mikro diambil pada daerah raw
A36 terhadap sifat mekanis dapat disimpulkan material, daerah las, daerah HAZ dan daerah induk
untuk kuat arus 110 Ampere dengan sudut kampuh dengan perbesaran 200x. Foto dengan perbesaran
90ᵒ memiliki kekerasan tertinggi di daerah HAZ 100X diambil didaerah batas las dengan HAZ dan
(Heat Affected Zone) sebesar 234,5 HV dan Weld daerah batas HAZ dengan induk.
Metal sebesar 230,5 HV. Sementara itu untuk kuat
arus 70 Ampere dipadukan dengan sudut kampuh
50ᵒ memiliki nilai kekerasan terendah pada daerah
Base Metal sebesar 168,5 HV. Hasil dari analisis
besaran sudut kampuh dengan dipadukan dengan
kuat arus ditengah antara 70 ampere sampai 110
ampere, mempunyai kekuatan tarik terbesar yang
mengunakan sudut 70° nilai kekuatan tariknya
sebesar 495,84 MPa dan untuk besaran sudut 90°
nilai kekuatan tariknya terendah yaitu sebesar
482.71 Mpa. Sedangkan untuk sudut 50° nilai
kekuatan tariknya 494,2 Mpa (Huda dan Setiawan,
2016).
Untuk mengetahui pengaruh variasi besar
sudut kampuh V tunggal terhadap struktur mikro,
kekerasan, dan kekuatan tarik baja SS400 maka
dirancang specimen berbentuk plat dengan kampuh
V tunggal dan arus 120 A hasil pengelasan Shield
Metal Arc Welding (SMAW). Besar sudut kampuh
yang digunakan dalam pengelasan ini adalah 50o,
60o, dan 70o. Berdasarkan latar belakang diatas,
maka akan dilakukan penelitian mengenai
pengaruh variasi besar sudut kampuh V tunggal
terhadap struktur mikro, kekerasan, dan kekuatan
tarik pada material baja SS400. Gambar 1. Struktur mikro spesimen
sudut kampuh 50o
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan metode Pada gambar 1 diatas menunjukkan hasil
eksperimen. Penelitian eksperimen yang uji struktur mikro pada logam las, batas logam las
dilaksanakan di laboratorium dengan kondisi dan dengan HAZ, daerah HAZ, batas HAZ dengan
peralatan yang diselesaikan guna memperoleh data logam induk dan logam induk dengan besar sudut
untuk dikaji karakteristik fisik dan mekanik hasil kampuh 50o. Pada logam las menunjukkan struktur
hasil pengelasan. Bahan yang digunakan adalah mikro acicular ferrite (AF) dan ferit batas butir
atau grain boundary ferrite (GF). Pada gambar
tersebut foto struktur mikro untuk ferit batas butir dibandingkan dengan besar sudut kampuh 50 o dan
terlihat besar dan struktur untuk acicular ferrite struktur untuk ferit batas butir masih mendominasi
berbutir lembut dan mendominasi area. area.
Daerah batas logam las dengan HAZ Pada daerah HAZ, batas HAZ dengan
menunjukkan struktur mikro acicular ferrite (AF) logam induk, dan logam induk menunjukkan
dan ferit batas butir atau grain boundary ferrite struktur mikro ferit dan perlit. Pada gambar
(GF). Pada gambar tersebut foto struktur mikro tersebut foto struktur mikro untuk ferit lebih sedikit
untuk acicular ferrite terlihat kecil dan struktur dibandingkan pada besar sudut kampuh 50 o dan
untuk ferit batas butir terlihat besar. struktur untuk perlit terlihat mendominasi area.
Pada daerah HAZ, batas HAZ dengan
logam las, dan logam induk menunjukkan struktur
mikro ferit dan perlit. Pada gambar tersebut foto
struktur mikro untuk perlit cukup mendominasi
area dan struktur untuk ferit terlihat kecil.

Gambar 3. Struktur mikro spesimen


sudut kampuh 70o

Pada gambar 3 diatas menunjukkan hasil uji


struktur mikro pada logam las, batas logam las
Gambar 2. Struktur mikro spesimen dengan HAZ, daerah HAZ, batas HAZ dengan
sudut kampuh 60o logam induk dan logam induk dengan Besar Sudut
Kampuh 70o. Pada logam las menunjukkan struktur
Pada gambar 2 diatas menunjukkan hasil mikro acicular ferrite (AF) dan ferit batas butir
uji struktur mikro pada logam las, batas logam las atau grain boundary ferrite (GF). Pada gambar
dengan HAZ, daerah HAZ, batas HAZ dengan tersebut foto struktur mikro untuk ferit batas butir
logam induk dan logam induk dengan besar sudut terlihat kecil dan struktur untuk acicular ferrite
kampuh 60o. Pada logam las menunjukkan struktur berbutir lembut lebih mendominasi area jika
mikro acicular ferrite (AF), ferit batas butir atau dibandingkan dengan besar sudut kampuh 50 o dan
grain boundary ferrite (GF) dan Widmanstatten 60o.
ferrite (WF). Pada gambar tersebut foto struktur Daerah batas logam las dengan HAZ
mikro untuk ferit batas butir terlihat lebih kecil jika menunjukkan struktur mikro acicular ferrite dan
dibandingkan dengan besar sudut kampuh 50o dan ferit batas butir atau grain boundary ferrite (GF).
struktur untuk acicular ferrite berbutir lembut Pada gambar ini foto struktur mikro untuk ferit
masih mendominasi area. Jumlah widmanstatten batas butir terlihat kecil dan struktur untuk acicular
ferrite pada gambar tersebut cukup banyak dan ferrite berbutir lembut lebih mendominasi area jika
terdapat pada sepanjang garis batas butir. dibandingkan dengan besar sudut kampuh 50 o dan
Daerah batas logam las dengan HAZ 60o.
menunjukkan struktur mikro acicular ferrite (AF) Pada gambar daerah HAZ, batas HAZ dengan
dan ferit batas butir atau grain boundary ferrite logam induk, dan logam induk menunjukkan
(GF). Pada gambar tersebut foto struktur mikro struktur mikro ferit dan perlit. Pada gambar
untuk acicular ferrite terlihat lebih halus
tersebut foto struktur untuk ferit terlihat lebih kecil banyak dan berupa bilah-bilah menyilang yang
dan struktur mikro perlit lebih mendominasi area lebih optimal dibandingkan dengan daerah las pada
dibandingkan pada besar sudut kampuh 50o dan sudut kampuh 50o, dan 60o. Struktur mikro acicular
60o. ferrite ini saling berkaitan satu sama lain
Uji kekerasan dilakukan dengan membentuk interlocking structure. Struktur
menggunakan alat uji kekerasan Vickers. Pengujian tersebut merupakan struktur yang paling efektif
kekerasan dilakukan untuk mengetahui perbedaan dalam menahan beban dan menahan rambatan retak
kekerasan dari material paduan baja SS400 sesudah yang terjadi sehingga daerah ini menjadi lebih
dilas menggunakan variasi besar sudut kampuh keras. Ini berbanding lurus dengan pernyataan
(50o, 60o, dan 70o). Pengujian kekerasan dilakukan Lancaster (1996), bahwa semakin lembut acicular
pada spesimen hasil pengelasan yang meliputi ferrite mempunyai kekerasan yang semakin tinggi.
daerah las, HAZ (Heat Affection Zone) dan logam Pada daerah HAZ terlihat tingkat kekerasannya
induk. Diagonal hasil injakan indentor kerucut menurun dibandingkan dengan daerah las. Semakin
intan diukur dengan bantuan lensa pembesar (Linen halus ukuran butir suatu bahan, maka bahan akan
Tester Lope). memiliki kekerasan yang besar, sedangkan pada
daerah HAZ terjadi perambatan panas yang lambat
sehingga menyebabkan butir membesar.
Berdasarkan hasil uji kekerasan hasil
pengelasan menunjukan bahwa diameter injakan
indentor intan pada spesimen hasil pengelasan
dengan variasi besar sudut kampuh 50o, 60o, dan
70o memiliki perbedaan nilai kekerasan. Perbedaan
nilai kekerasan ini terletak pada persebaran tiap
titik di daerah las, HAZ dan logam induk. Pada
setiap spesimen besar sudut kampuh 70o memiliki
tingkat kekerasan yang paling tinggi dibandingkan
besar sudut kampuh 50o dan 60o.
Gambar 4. Nilai Kekerasan Sudut Kampuh 50o, Uji kekuatan tarik dilakukan dengan
60o, dan 70o menggunakan mesin universal testing machine. Uji
tarik dilakukan untuk mengetahui nilai kekuatan
Gambar 4 menunjukkan nilai kekerasan hasil tarik dari masing-masing spesimen material paduan
pengelasan dengan variasi besar sudut kampuh 50o, baja SS400 sesudah dilas menggunakan variasi
60o, dan 70o. Besar sudut kampuh 70o mempunyai besar sudut kampuh (50o, 60o, dan 70o).
nilai kekerasan rata-rata paling tinggi dibandingkan pelaksanaan uji tarik dilakukan dengan cara
dengan besar sudut kampuh 50o dan 60o yaitu menjepit bagian ujung-ujung dari masing-masing
sebesar 231,055 VHN. spesimen kemudian ditarik hingga patah. Spesimen
Nilai rata-rata kekerasan tertinggi pada daerah uji tarik sebelumnya telah dilakukan pengelasan
logam las dengan besar sudut kampuh 70o yaitu SMAW dengan variasi besar sudut kampuh dan
sebesar 272 VHN. Pada daerah las dengan besar dibentuk sesuai standar ASTM E8. Dari hasil
sudut kampuh 60o sebesar 256 VHN dan pada sudut pengujian tarik didapat data berupa nilai kekuatan
kampuh 50o sebesar 248,333 VHN. Kekerasan tarik dan regangan.
didaerah las lebih tinggi dibandingkan kekerasan di
daerah HAZ, hal ini diakibatkan oleh logam las
yang bercampur dengan logam induk mempunyai
kekerasan yang tinggi, sedangkan pada HAZ
kekerasannya lebih rendah karena mengalami
perubahan struktur.
Daerah las pada ketiga spesimen cenderung
lebih keras jika dibandingkan dengan HAZ dan
logam induk. Nilai kekerasan yang semakin kecil
dari pusat lasan ini juga sesuai dengan pernyataan
Easterling (1983) yang menyatakan bahwa nilai
kekerasan cenderung menurun mulai dari batas Gambar 5. Nilai Rata-Rata Kekuatan Tarik
lebur sampai logam dasar tergantung pada ukuran
butir (struktur mikro). Hal ini disebabkan semakin Dari gambar 5 di atas, nilai rata-rata kekuatan
jauh dari pusat lasan, maka pengaruh panas akan tarik dari baja SS400 untuk besar sudut kampuh
semakin berkurang. 50o adalah 407,56 MPa, sedangkan unuk nilai rata-
Berdasarkan pengamatan terhadap struktur rata regangannya adalah 14,64%. Dari tabel 4.8
mikronya, daerah las pada sudut kampuh 70o nilai rata-rata kekuatan tarik dari baja SS400 untuk
cenderung memiliki acicular ferrite yang lebih besar sudu kampuh 60o adalah 425,69 MPa,
sedangkan untuk nilai rata-rata regangannya adalah
15,80%. Dari tabel 4.9 nilai rata-rata kekuatan tarik kekerasan yang lebih tinggi pada daerah logam
dari baja SS400 untuk besar sudut kampuh 70o las yaitu 276 VHN jika dibandingkan dengan
adalah 432,51 MPa, sedangkan nilai rata-rata spesimen besar sudut kampuh 50o sebesar 248
regangannya adalah 18,11% dan pada raw material VHN dan 60o sebesar 255 VHN. Hasil uji
mempunyai nilai kekuatan tarik 401,94 MPa kekerasan spesimen tanpa las ( raw material)
dengan regangan 13,26%. sebesar 182,333 VHN.
Hasil pengujian kekuatan tarik terdapat 3. Terdapat pengaruh besar sudut kampuh
perbedaan nilai tegangan dan regangan antara terhadap nilai kekuatan tarik hasil pengelasan
masing-masing variasi besar sudut kampuh. Nilai paduan baja SS400 dengan besar sudut kampuh
tegangan dan regangan tertinggi didapat pada 50o, 60o, dan 70o. Spesimen dengan besar sudut
variasi besar sudut kampuh 70o dengan nilai rata- kampuh 70o mempunyai tingkat rata – rata
rata kekuatan tarik 432,51 MPa dan nilai rata-rata kekuatan tarik yang lebih tinggi yaitu 432,51
regangan 18,11%. Sedangkan untuk nilai kekuatan MPa jika dibandingkan dengan spesimen besar
tarik dan regangan terendah didapat pada variasi sudut kampuh 50o sebesar 407,56 MPa dan 60o
besar sudut kampuh 50o dengan nilai rata-rata sebesar 425,69 MPa. Hasil uji kekuatan tarik
kekuatan tarik 407,56 MPa, sedangkan untuk nilai spesimen tanpa las ( raw material) sebesar
rata-rata regangan 14,64%. Hal ini sesuai dengan 401,94 MPa.
hipotesis kedua dimana terdapat perbedaan nilai
kekuatan tarik pada variasi besar sudut kampuh DAFTAR PUSTAKA
yang digunakan saat pengelasan. Ahmad Soleh, Anjis. (2016). Analisa Pengaruh
Hasil uji tarik ini berbanding lurus dengan uji Kuat Arus terhadap Struktur Mikro,
kekerasan. Semakin keras suatu material semakin Kekerasan, Kekuatan Tarik pada Baja
kuat juga tegangan tariknya. Hal ini sesuai dengan Karbon Rendah dengan Las Smaw
hubungan kekerasan dengan kekuatan tarik, dimana Menggunakan Jenis Elektroda E7016. Skripsi
diketahui bahwa kekerasan dan kekuatan material Dipublikasikan. Universitas Wahid Hasyim,
mempunyai hubungan garis lurus (Zuliardi, 2004). Semarang.
Hal ini disebabkan pengaruh welder yang
Arifin, S. (1997). Las Listrik dan Otogen. Jakarta :
berpengalaman serta arus yang digunakan tepat
Ghalia Indonesia.
(Santoso, 2006). Selain itu kekuatan tarik juga
dipengaruhi oleh jenis patahan. Dalam penelitian Cary, H.B. (1998). Modern Welding Technology.
ini patah yang terjadi adalah patah ulet hal ini New Jersey, USA : Prentice Hall.
dipengaruhi unsur karbon (C) dalam baja SS400
Easterling, Kenneth. (1983). Introduction to the
maupun elektroda.
Physical Metallurgy of Welding. London :
Berdasarkan hasil uji kekuatan tarik
Butterworths and Co Ltd.
menunjukkan bahwa spesimen hasil pengelasan
dengan variasi besar sudut kampuh 50o, 60o, dan Jamasri & Subarmono. (1999). Pengaruh
70o memiliki perbedaan nilai kekuatan tarik. Dari Pemanasan Lokal terhadap Ketangguhan dan
tiga spesimen memiliki kekuatan tarik yang Laju Perambatan Retak Plat Baja.
berbeda-beda dikarenakan besar sudut kampuh Yogyakarta : Media Teknik UGM.
pengelasan yang berbeda –beda, sehingga masukan
Rananggono, D. (2010). Studi Kekuatan Mekanik
atau penyebaran panas yang dihasilkan pada setiap
dan Struktur Mikro Hasil Pengelasan SMAW
variasi besar sudut kampuh juga berbeda. Hal ini
dengan Variasi Preheat dan Postheat
sesuai dengan hipotesis kedua dimana terdapat
Menggunakan Metode Pendinginan Cepat dan
perbedaan kekuatan tarik pada variasi besar sudut
Pendinginan Lambat. Jurnal Ilmiah Teknik
kampuh yang digunakan saat pengelasan.
Kelautan Umsida. Diperoleh pada 17 maret
KESIMPULAN 2017, dari digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate.
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh besar Santoso, Joko. (2006). Pengaruh Arus Pengelasan
sudut kampuh pada pengelasan paduan baja SS400 terhadap Kekuatan Tarik dan Ketangguhan
dengan metode pengelasan SMAW, maka dapat Las SMAW dengan Elektroda E7018. Skripsi
ditarik kesimpulan sebagai berikut : Tidak Dipublikasikan. Universitas Negeri
1. Terdapat pengaruh besar sudut kampuh Semarang, Semarang.
terhadap struktur mikro hasil pengelasan Soetardjo. (1997). Teknologi Pengelasan Logam.
paduan baja SS400 dengan besar sudut kampuh Jakarta : Rineka Cipta.
50o, 60o, dan 70o.
2. Terdapat pengaruh besar sudut kampuh Subardi. (2009). Pengaruh dari suhu area
terhadap tingkat kekerasan hasil pengelasan pemanasan terhadap kekerasan dan
paduan baja SS400 dengan besar sudut kampuh mikrostruktur pada pengelasan baja ST 37.
50o, 60o, dan 70o. Spesimen dengan besar sudut Yogyakarta : STTNAS
kampuh 70o mempunyai tingkat rata – rata
Suharno (2008). Prinsip-Prinsip Teknologi dan
Metalurgi Pengelasan Logam. Surakarta :
UNS Press.
Wiryosumarto, H. (2000). Teknologi Pengelasan
Logam. Jakarta: Erlangga.

You might also like