Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Nava

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia (JKKI)

Volume 2 Issu 1, Desember 2022, Halaman 1-9


https://ebsina.or.id/journals/index.php/jkki
EISSN 2503-2801

Fungsi Afektif Keluarga Dan Temper Tantrum Pada


Anak Prasekolah: Studi Cross-Sectional
Enggal Hadi Kurniyawan1* , Lisca Nurmalika Fitri2, Latifa Aini S3,
Emi Wuri Wuryaningsih4 , Tantut Susanto5
2 Fakultas Keperawatan, Universitas Jember, Indonesia
1,4Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Keperawatan, Universitas Jember, Indonesia
3,5Departemen Keperawatan Komunitas, Keluarga & Gerontik, Fakultas Keperawatan,

Universitas Jember, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article History: Problems in the family can cause temper tantrum behavior in children.
Submited: 15-11-2022 The effective function of the family aims to protect and provide
Reviewed: 23-11-2022 psychosocial support for family members. This study aims to determine
Revised: 07-12-2022 the relationship between family affective function and temper tantrum
Acepted: 08-12-2022 behavior in children. The research design is an analytic correlation with
a cross-sectional study approach. Respondents in this study were 134
Keywords: parents who had children aged 3-5 years. Sampling using a cluster
anak prasekolah, sampling method. The questionnaires used in this study were the Family
fungsi afektif keluarga, Affective Function Questionnaire and the Temper Tantrum Behavior
temper tantrum Questionnaire. The parametric test in this study uses an independent
sample t-test because the data is normally distributed. Temper tantrum
behavior in children aged 3-5 years is screaming or screaming. Families
with children aged 3-5 years can carry out family affective functions
effectively. There is a relationship between family affective function and
children's temper tantrum behavior with a p-value <0.001. Health
education to parents with children aged 3-5 years about affective
function must be carried out to prevent temper tantrums from
occurring in childrens.

This is an open-access article under the CC BY-SA license.

Corresponding Author:
Enggal Hadi Kurniyawan
Fakultas Keperawatan, Universitas Jember, Indonesia
Jl. Kalimantan No.37, Krajan Timur, Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68121
Email: enggalhadi.psik@unej.ac.id

1. PENDAHULUAN
Perilaku tantrum merupakan sebuah sehingga orang tua menganggapnya
bentuk ekspresi emosional yang dapat sebagai perilaku yang buruk (Syamsuddin,
berupa kemarahan yang meledak-ledak 2013). Temper tantrum adalah sebuah

Kurniyawan1, E.H., et. al. (2022) 1


Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia (JKKI)
VOLUME 2 ISSU 1, DESEMBER 2022, HALAMAN 1-9
https://ebsina.or.id/journals/index.php/jkki
EISSN 2503-2801

kejadian dramatis dengan agitasi motorik Fungsi keluarga adalah suatu cara
hebat sebagai akibat adanya ledakan emosi. sebuah keluarga memperlakukan anggota
Temper tantrum dapat terjadi dengan keluarganya. Gambaran aspek fungsional
frekuensi tertinggi pada masa balita keluarga dapat dilihat dari orang terdekat
kemudian akan menurun sesuai dengan (akrab), saling bergantung, interaktif,
perkembangan anak. Perilaku temper sumber daya, nilai, keputusan, tanggung
tantrum terjadi sebagai ekspresi yang jawab, tujuan, dan komitmen (Kaakinen,
diakibatkan adanya frustasi anak 2010). Fungsi afektif keluarga bertujuan
berkepanjangan (Depkes RI, 2006). melindungi dan memberikan dukungan
Perilaku temper tantrum pada anak psikososial untuk anggota keluarganya.
dapat disebabkan karena masalah dalam Pemenuhan kebutuhan sosio-emosional,
keluarga, seperti aturan tidak konsisten, citra diri, dan perasaan saling memiliki
orang tua protektif, orang tua lalai, kritik diperoleh dari interaksi dalam keluarga.
berlebihan, kurang perhatian, kurang kasih Keluarga merupakan sumber utama dari
sayang, masalah emosional, persaingan cinta, penghargaan, persetujuan, dan
saudara, masalah berkomunikasi, masalah dukungan. Komponen fungsi afektif dalam
pernikahan, kondisi sakit, lelah, dan keluarga seperti memelihara saling asuh,
kelaparan (Fetsch dan Jacobson, 2013). mengembangkan hubungan yang akrab,
Lingkungan sosial terdekat dimana keseimbangan saling menghormati, ikatan
seseorang tumbuh besar berinteraksi, dan identifikasi, keterpisahan dan
membentuk nilai dan pikiran adalah keterkaitan, pola kebutuhan dan respon
keluarga (Pakilaran dkk, 2022). Keluarga keluarga, dan peran terapeutik (Friedman
sangat dikenal, dipercaya, dihormati, dan dkk, 2003). Dukungan sosial dari keluarga
hidup dekat dengan anak serta bersedia akan memberikan perilaku suportif kepada
membantu anak secara sukarela (Pratiwi anak yang dianggap penting dan bermakna
dkk, 2021). Mengasuh anak membutuhkan bagi keluarganya (Pradini dkk, 2020).
sebuah keterampilan untuk mengurangi Tugas keluarga dengan anak
berbagai masalah yang mungkin terjadi prasekolah yaitu memberi tempat tinggal,
dalam pengasuhan seperti temper tantrum rasa aman keluarga, ruang privasi,
(Intiyaskanti dkk, 2021). Pola asuh sangat sosialisasi anak, dan integrasi anak ke dua.
erat kaitannya dengan perkembangan Keluarga memenuhi fungsi psikososial
kepribadian anak (Kurniyawan dkk, 2021). bertujuan membentuk sifat kemanusiaan

2 Fungsi Afektif Keluarga Dan Temper Tantrum Anak Prasekolah


Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia (JKKI)
Volume 2 Issu 1, Desember 2022, Halaman 1-9
https://ebsina.or.id/journals/index.php/jkki
EISSN 2503-2801

anggota keluarga, stabilisasi tingkah laku penelitian ini yaitu orang tua buta huruf
dan kepribadian, harga diri, dan menjalin dan tidak tinggal satu rumah dengan anak.
keakraban. Fungsi afektif dalam keluarga Kuesioner yang digunakan dalam
bertujuan memenuhi kebutuhan penelitian ini yaitu Kuesioner Fungsi
psikososial sehingga anggota keluarga Afektif Keluarga dan kuesioner Perilaku
memiliki gambaran diri positif, memiliki Temper Tantrum. Uji validitas kuesioner
kasih sayang, dan menjalanakan peran temper tantrum dan fungsi afektif keluarga
kebaikan (Friedman dkk, 2003). menggunakan Content Validity Index
(CVI) dengan cara berkonsultasi kepada
2. METODE para ahli oleh empat dosen fakultas
Desain penelitian ini adalah analytic keperawatan Universitas Jember. Hasil uji
correlation dengan pendekataan cross- validitas kuesioner perilaku temper
sectional study. Variabel dependen yaitu tantrum anak diperoleh I-CVI=0,93. Hasil
perilaku temper tantrum sedangkan uji validitas pada kuesioner fungsi afektif
variabel independen yaitu fungsi afektif keluarga diperoleh I-CVI=0,92.
keluarga. Responden dalam penelitian ini Uji reliabilitas kuesioner fungsi
yaitu orang tua yang memiliki anak usia 3- afektif keluarga pada partisipan penelitian
5 tahun yang tinggal di Kecamatan Patrang sebanyak 134 orang menggunakan Alpha
Kabupaten Jember. Jumlah responden Cronbach dengan r tabel= 0,176. Hasil uji
dihitung menggunakan aplikasi G*Power reliabilitas fungsi afektif keluarga
didapatkan sebanyak 134 orang tua. diperoleh data, yaitu 10 pertanyaan reliabel
Pengambilan sampel menggunakan metode pada indikator pertama r alpha=0,822; 5
cluster sampling. Kriteria inklusi yang pertanyaan reliabel pada indikator kedua r
digunakan dalam pemilihan responden alpha=0,678; dan 9 pertanyaan reliabel pada
yaitu orang tua yang bersedia menjadi indikator ketiga r alpha = 0,779. Uji
responden; orang tua dan anak sehat fisik parametrik penelitian ini dengan
dan psikologis. Kriteria eksklusi dalam menggunakan t-test independen sample
karena data berdistribusi normal.

Kurniyawan1, E.H., et. al. (2022) 3


Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia (JKKI)
VOLUME 2 ISSU 1, DESEMBER 2022, HALAMAN 1-9
https://ebsina.or.id/journals/index.php/jkki
EISSN 2503-2801

3. HASIL
Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Responden (n=134)


Variabel n (%)
Usia
Anak (bulan) (Mean ± SD) 53.5 ± 9.2
Ibu (tahun) (Median; Min-Max) 28.5; 19-45
Ayah (tahun) (Mean ± SD) 34.4 ± 7.6
Jenis Kelamin Anak
Perempuan 57 (43)
Laki-Laki 77 (57)
Urutan Lahir Anak
Anak ke 4 2 (1.5)
Anak ke 3 10 (7.5)
Anak ke 2 52 (38.8)
Anak ke 1 70 (52.2)
Jumlah Balita di Keluarga
2 orang 13 (9.7)
1 orang 121 (90.3)
Pendidikan Terakhir Ibu
Diploma/Sarjana 7 (5.2)
SLTA/SMA 33 (24.6)
SLTP/SMP 54 (40.3)
SD/Tidak Sekolah 40 (29.9)
Pendidikan Terakhir Ayah
Diploma/Sarjana 11 (8.2)
SLTA/SMA 37 (27.6)
SLTP/SMP 37 (27.6)
SD/Tidak Sekolah 49 (36.3)
Pekerjaan Ibu
PNS 1 (0.7)
Wiraswasta 53 (39.6)
Tidak Bekerja 73 (54.5)
Lain-Lain 7 (5.2)
Pekerjaan Ayah
PNS 7 (5.2)
Wiraswasta 102 (76.1)
Tidak Bekerja 2 (1.5)
Lain-Lain 23 (17.2)

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan jenis kelamin terbanyak yaitu laki-laki,


karakteristik responden dengan jumlah anak pertama, jumlah balita di keluarga 1

4 Fungsi Afektif Keluarga Dan Temper Tantrum Anak Prasekolah


Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia (JKKI)
Volume 2 Issu 1, Desember 2022, Halaman 1-9
https://ebsina.or.id/journals/index.php/jkki
EISSN 2503-2801

anak, pendidikan terakhir ibu SLTP, bekerja, dan pekerjaan ayah sebagai
pendidikan terakhir ayah SD, ibu tidak wiraswasta.

Fungsi afektif keluarga dengan anak usia 3-5 tahun.


Tabel 2. Rerata Fungsi Afektif Keluarga (n=134)
Variabel Mean ± SD
Keterpisahan dan Keterikatan 13.2 ± 2.8
Pengasuhan, Kedekatan, dan Identifikasi Bersama (Median;Min-Max) 26; 17-40
Pola Kebutuhan dan Respon Keluarga 25.9 ± 4.5

Tabel 2 menunjukkan rerata fungsi Kedekatan, dan Identifikasi Bersama


afektif keluarga dengan nilai median dengan nilai 26
terbanyak yaitu pada variabel Pengasuhan,

Perilaku temper tantrum anak usia 3-5 tahun.

panjang, 43%

singkat, 57%

panjang singkat

Gambar 1 Distribusi Frekuensi Perilaku Temper Tantrum Anak Usia 3-5 tahun (n=134)

Gambar 1 menunjukkan distribusi yang paling banyak berdurasi singkat


frekuensi perilaku temper tantrum anak dengan nilai presentasi 57%.

Kurniyawan1, E.H., et. al. (2022) 5


Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia (JKKI)
VOLUME 2 ISSU 1, DESEMBER 2022, HALAMAN 1-9
https://ebsina.or.id/journals/index.php/jkki
EISSN 2503-2801

Tabel 3. Rerata Perilaku Temper Tantrum Durasi Singkat Anak Usia 3-5 Tahun (n=134)
Bentuk Perilaku Temper Tantrum (< 6 menit) Mean; ±SD
Berteriak atau menjerit 5 ± 3.6
Merengek (menangis kecil) 4 ± 4.2
Menangis keras 2 ± 3.03
Bergulung-gulung di lantai 1 ± 1.9
Menendang benda atau orang 1 ± 2.08
Memukul ayah/ibu/saudara/teman 2 ± 1.4
Menghentak-hentakkan kaki 2 ± 2.3
Membuang atau melempar benda 2 ± 2.4
Membanting pintu dengan keras 1 ± 1.2
Berkata kasar 1 ± 1.09

Tabel 4. Hubungan Fungsi Afektif Keluarga dengan Perilaku Temper Tantrum Anak Usia 3-5
Tahun (n=134)

Variabel Durasi Perilaku n Mean; ±SD p-value


Temper Tantrum
Singkat (< 6 menit) 76 69.8 ± 10.6
Fungsi Afektif < 0.001a
Panjang (6-15 menit) 58 62.8 ± 11.3
Pola kebutuhan dan respon Singkat (< 6 menit) 76 27.2 ± 4.0
< 0.001a
keluarga Panjang (6-15 menit) 58 24.2 ± 4.5
Keterpisahan dan Singkat (< 6 menit) 76 13.8 ± 2.8
0.004a
keterikatan Panjang (6-15 menit) 58 12.4 ± 2.7
Pengasuhan, kedekatan, dan Singkat (< 6 menit) 76 75.5
0.006b
identifikasi bersama Panjang (6-15 menit) 58 57.0

Tabel 4 menunjukkan adanya hubungan anak usia 3-5 tahun adalah anak pertama dan
fungsi afektif keluarga dengan perilaku kebanyakan sebuah keluarga hanya memiliki
temper tantrum anak dengan nilai p < 0.001. satu balita (Friedman dkk., 2003). Jumlah anak
yang banyak dengan selisih usia terlalu dekat

4. PEMBAHASAN akan mengakibatkan kasih sayang dan


perhatian orang tua terhadap anak berkurang
Tugas perkembangan keluarga yang (Soetjiningsih dan Ranuh, 2013).
memiliki anak usia prasekolah yaitu Penelitian menunjukkan karakteristik
mengintegrasikan anak baru lahir/kedua sebagian besar responden berjenis kelamin
dengan tetap memenuhi semua kebutuhan laki-laki dan rata-rata berusia ±4 tahun.
anak pertama. Karakteristik responden Sebagian besar anak mengalami perilaku
penelitian ini menunjukkan sebagian besar temper tantrum durasi singkat (<6 menit) dan

6 Fungsi Afektif Keluarga Dan Temper Tantrum Anak Prasekolah


Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia (JKKI)
Volume 2 Issu 1, Desember 2022, Halaman 1-9
https://ebsina.or.id/journals/index.php/jkki
EISSN 2503-2801
perilaku yang sering muncul yaitu menjerit Karakteristik responden menunjukkan
atau berteriak. Perilaku temper tantrum anak rata-rata usia ayah adalah 34,4 tahun dan
akan berkurang dengan bertambahnya usia. rentang usia ibu 19-45 tahun. Pola asuh orang
Penelitian Potegal dan Davidson (2003) tua terhadap anak dipengaruhi oleh usianya.
menyebutkan persentase perilaku temper Usia orang tua terlalu muda menyebabkan
tantrum pada anak usia 18-24 bulan sebesar perannya tidak optimal, karena mengasuh anak
87%, usia 30-36 bulan sebesar 91%, dan usia 42- membutuhkan kekuatan fisik dan psikologis.
48 bulan sebesar 59%. Perilaku temper Karakteristik pendidikan terakhir orang tua
tantrum anak laki-laki lebih meledak jika tidak bisa menggambarkan kemampuan fungsi
dibandingkan perempuan. Penelitian Yunianto afektif dalam hubungannya dengan perilaku
(2014) menunjukkan anak laki-laki temper tantrum (Lusiana, 2016). Kurangnya
menunjukkan perilaku temper tantrum seperti keterampilan dan pengetahuan orang tua
memukul teman, tidak bisa duduk diam, dalam mengasuh pada tumbuh kembang anak
merengek, menendang, memukul meja, dan akan menyebabkan perubahan perilaku anak
berteriak. (Herdman dan Kamitsuru, 2014).
Ada hubungan fungsi afektif keluarga Penelitian ini menunjukkan adanya
dengan perilaku temper tantrum pada anak hubungan keterpisahan dan keterikatan di
usia 3-5 tahun. Pelaksanaan pengasuhan, dalam keluarga dengan perilaku temper
identifikasi, dan kedekatan bersama dalam tantrum anak. Lusiana (2016) menunjukkan
keluarga juga berhubungan dengan perilaku risiko perilaku temper tantrum anak dengan
temper tantrum anak. Penelitian Santy dan ibu bekerja sebanyak 73,9% dan anak dengan
Irtanti (2014) menunjukkan 52% ibu yang ibu tidak bekerja sebanyak 39,1%. Hubungan
melakukan pola asuh permisif memiliki anak yang intim dalam keluarga akan memenuhi
temper tantrum tinggi sebesar 44%. Anak kebutuhan psikologis keluarga sehingga
dengan pola asuh permisif cenderung kurang berdampak pada keakraban emosional
bertanggung jawab, tingkat prestasi yang keluarga dan mampu memahami keunikan
rendah, dan kontrol emosi yang kurang baik anggota keluarga lainnya (Friedman dkk
(Soetjiningsih dan Ranuh (2013). Menurut 2003). Perilaku tantrum sering terjadi pada
Ariani (2009) pola hubungan orang tua dan anak karena orang tua terlalu memanjakan
anak berhubungan dengan perkembangan (overindulgent), melindungi (overprotective),
anak usia prasekolah. peran Orang tua dan mencemaskan (oversolicitous)
berperan dalam menstimulasi perkembangan (Soetjiningsih dan Ranuh, 2013)
anak dan kemandirian anak sehingga tugas Penelitian ini menujukkan ada
perkembangan anak terpenuhi (Susanto, hubungan pelaksanaan pola kebutuhan dan
2012). respon keluarga dengan perilaku temper

Kurniyawan1, E.H., et. al. (2022) 7


Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia (JKKI)
VOLUME 2 ISSU 1, DESEMBER 2022, HALAMAN 1-9
https://ebsina.or.id/journals/index.php/jkki
EISSN 2503-2801
tantrum anak. Anggota keluarga memiliki Depkes RI. (2006). Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Gangguan Mental
kebutuhan sosioemosional seperti kebutuhan
Emosional Anak Usia 6 Tahun Kebawah.
untuk saling mencintai, dukungan dan Jakarta: Direktorat Jendral Bina
Pelayanan Medik.
ketergantungan, kebebasan dan aturan, dan
peran model dalam keluarga. Perilaku temper Fetsch, R. J., and B. Jacobson. (2013). Children’s
Anger and Tantrum. Colorado State
tantrum anak terjadi karena kebutuhan dan
University.
keinginan anak tidak terpenuhi (Friedman https://extension.colostate.edu/docs/pub
s/consumer/10248.pdf
dkk, 2003). Anak yang kesulitan
menyampaikan perasaan dan kebutuhannya Friedman, M. M.,V. R. Bowden, dan E. G. Jones.
(2003). Family Nursing Research, Theory,
akan menjadi faktor pemicu terjadinya temper
and Practice. 5th Edition. New Jersey:
tantrum (Soetjiningsi dan Ranuh, 2013). Pearson Education.
Yiw’Wiyouf (2017) dalam penelitiannya
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2014).
menunjukkan adanya hubungan signifikan NANDA International Nursing
Diagnoses: Definitions & Classification,
antara temper tantrum dengan pola
2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley
komunikasi orang tua. Blackwell.

Intiyaskanti, RO., Ikhtiarini Dewi, E., &


5. KESIMPULAN Kurniyawan, EH. (2021). Overview of
Coping Mechanism Mother of Children
Perilaku temper tantrum pada anak usia With Disabilities in SDLB Negeri
3-5 tahun yaitu berteriak atau menjerit. Tompokersan Lumajang. Nursing and
Health Sciences Journal (NHSJ), 1(2), 88-
Keluarga yang memiliki anak usia 3-5 tahun
96. https://doi.org/10.53713/nhs.v1i2.25
mampu melakukan fungsi afektik keluarga
Kaakinen, J. R., D. P. Coehlo, V. G. Duff, dan S.
secara efektif. Fungsi afektif keluarga M. H. Hanson. (2010). Family Health
berhubungan dengan perilaku temper tantrum Care Nursing: Theory, Practice, and
Research. 4th Edition. USA: F.A Davis
anak usia 3-5 tahun. Pendidikan kesehatan Company.
kepada orang tua dengan anak usia 3-5 tahun
Kurniyawan, EH., Bella Mulyaningsasi, R.,
tentang fungsi afektif harus dilakukan untuk Wuri Wuryaningsih, E., & Sulistyorini, L.
mencegah terjadinya temper tantrum pada (2021). Correlation Between
Authoritarian Parenting and Self-
anak.
Confidence in School-Age Children in
Indonesia: A cross-sectional study.
Nursing and Health Sciences Journal
REFRENSI (NHSJ), 1(1), 6-11. Retrieved from
Ariani, A. T. (2009). Korelasi Pola Hubungan http://nhs-
Orantua-Anak dan Keberfungsian Keluarga journal.com/index.php/nhs/article/view/
dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah. 3
Tesis. Surakarta: Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Lusiana, E. (2015). Perbedaan Risiko Temper
Maret. Tantrum Anak Usia Prasekolah antara
Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja di

8 Fungsi Afektif Keluarga Dan Temper Tantrum Anak Prasekolah


Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia (JKKI)
Volume 2 Issu 1, Desember 2022, Halaman 1-9
https://ebsina.or.id/journals/index.php/jkki
EISSN 2503-2801
Roudlotul Atfal MAN 2 Kelurahan Journal (NHSJ), 1(2), 154-158.
Gebang Kecamatan Patrang Kabupaten https://doi.org/10.53713/nhs.v1i2.37
Jember. Skripsi. Jember: Fakultas
Keperawatan Universitas Jember. Yiw’ Wiyouf, R. M. S., A. Y. Ismanto., A.
Babakal. (2017). Hubungan pola
Santy, W. H., T. A. Irtanti. (2014). Pola asuh komunikasi dengan kejadian temper
orang tua mempengaruhi temper tantrum tantrum pada anak usia prasekolah di TK
pada anak usia 2-4 tahun di PAUD Darun Islamic Center Manado. e-Journal
Najah Desa Gading, Jatirejo, Mojokerto. Keperawatan. 5(1).
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 7(2): 73-81.
Yunianto, J. (2014). Pengaruh Senam Otak
Soetjiningsih, dan Gde. Ranuh. (2013). terhadap Perilaku Temper Tantrum pada
Tumbuh Kembang Anak: Edisi 2. Jakarta: Anak Usia Prasekolah di TK Al Ikhlas
EGC. Nglempongsari Ngaglik Sleman. Skripsi.
Yogyakarta: Fakultas Keperawatan
Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah.
Keluarga: Aplikasi Teori pada Praktik
Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:
Trans Info Media.

Syamsuddin. (2013). Mengenal perilaku


tantrum dan bagaiman mengatasinya.
Informasi. 18(2): 73–82.

Pakilaran, G., Rasni, H., Rosyidi Muhammad


Nur, K., & Wijaya, D. (2022). Family
Support on Exclusive Breastfeeding in
Babies Aged 0-6 Months in Indonesia:
Literature Review. Nursing and Health
Sciences Journal (NHSJ), 2(2), 104-107.
https://doi.org/10.53713/nhs.v2i2.53

Potegal, M., M. R. Kosorok., dan R. J. Davidson.


(2003). Temper tantrums in young
children: 2. Tantrum duration and
temporal organization. Developmental
and Behavioral Pediatrics. 24(3).

Pradini, S., Kurniyawan, EH., &


Wuryaningsih, E. (2020). Hubungan
Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres
Kerja pada Petani Tembakau di
Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember.
Pustaka Kesehatan, 8(1), 24-30.
doi:10.19184/pk.v8i1.11117

Pratiwi, QA., Sulistyorini, L., & Kurniawati, D.


(2021). The Relationship of the Family
Role as a Medication Supervisor with
Medication Adherence in Children with
Pulmonary Tuberculosis in Jember City
Area. Nursing and Health Sciences

Kurniyawan1, E.H., et. al. (2022) 9

You might also like