Nava
Nava
Nava
Corresponding Author:
Enggal Hadi Kurniyawan
Fakultas Keperawatan, Universitas Jember, Indonesia
Jl. Kalimantan No.37, Krajan Timur, Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68121
Email: enggalhadi.psik@unej.ac.id
1. PENDAHULUAN
Perilaku tantrum merupakan sebuah sehingga orang tua menganggapnya
bentuk ekspresi emosional yang dapat sebagai perilaku yang buruk (Syamsuddin,
berupa kemarahan yang meledak-ledak 2013). Temper tantrum adalah sebuah
kejadian dramatis dengan agitasi motorik Fungsi keluarga adalah suatu cara
hebat sebagai akibat adanya ledakan emosi. sebuah keluarga memperlakukan anggota
Temper tantrum dapat terjadi dengan keluarganya. Gambaran aspek fungsional
frekuensi tertinggi pada masa balita keluarga dapat dilihat dari orang terdekat
kemudian akan menurun sesuai dengan (akrab), saling bergantung, interaktif,
perkembangan anak. Perilaku temper sumber daya, nilai, keputusan, tanggung
tantrum terjadi sebagai ekspresi yang jawab, tujuan, dan komitmen (Kaakinen,
diakibatkan adanya frustasi anak 2010). Fungsi afektif keluarga bertujuan
berkepanjangan (Depkes RI, 2006). melindungi dan memberikan dukungan
Perilaku temper tantrum pada anak psikososial untuk anggota keluarganya.
dapat disebabkan karena masalah dalam Pemenuhan kebutuhan sosio-emosional,
keluarga, seperti aturan tidak konsisten, citra diri, dan perasaan saling memiliki
orang tua protektif, orang tua lalai, kritik diperoleh dari interaksi dalam keluarga.
berlebihan, kurang perhatian, kurang kasih Keluarga merupakan sumber utama dari
sayang, masalah emosional, persaingan cinta, penghargaan, persetujuan, dan
saudara, masalah berkomunikasi, masalah dukungan. Komponen fungsi afektif dalam
pernikahan, kondisi sakit, lelah, dan keluarga seperti memelihara saling asuh,
kelaparan (Fetsch dan Jacobson, 2013). mengembangkan hubungan yang akrab,
Lingkungan sosial terdekat dimana keseimbangan saling menghormati, ikatan
seseorang tumbuh besar berinteraksi, dan identifikasi, keterpisahan dan
membentuk nilai dan pikiran adalah keterkaitan, pola kebutuhan dan respon
keluarga (Pakilaran dkk, 2022). Keluarga keluarga, dan peran terapeutik (Friedman
sangat dikenal, dipercaya, dihormati, dan dkk, 2003). Dukungan sosial dari keluarga
hidup dekat dengan anak serta bersedia akan memberikan perilaku suportif kepada
membantu anak secara sukarela (Pratiwi anak yang dianggap penting dan bermakna
dkk, 2021). Mengasuh anak membutuhkan bagi keluarganya (Pradini dkk, 2020).
sebuah keterampilan untuk mengurangi Tugas keluarga dengan anak
berbagai masalah yang mungkin terjadi prasekolah yaitu memberi tempat tinggal,
dalam pengasuhan seperti temper tantrum rasa aman keluarga, ruang privasi,
(Intiyaskanti dkk, 2021). Pola asuh sangat sosialisasi anak, dan integrasi anak ke dua.
erat kaitannya dengan perkembangan Keluarga memenuhi fungsi psikososial
kepribadian anak (Kurniyawan dkk, 2021). bertujuan membentuk sifat kemanusiaan
anggota keluarga, stabilisasi tingkah laku penelitian ini yaitu orang tua buta huruf
dan kepribadian, harga diri, dan menjalin dan tidak tinggal satu rumah dengan anak.
keakraban. Fungsi afektif dalam keluarga Kuesioner yang digunakan dalam
bertujuan memenuhi kebutuhan penelitian ini yaitu Kuesioner Fungsi
psikososial sehingga anggota keluarga Afektif Keluarga dan kuesioner Perilaku
memiliki gambaran diri positif, memiliki Temper Tantrum. Uji validitas kuesioner
kasih sayang, dan menjalanakan peran temper tantrum dan fungsi afektif keluarga
kebaikan (Friedman dkk, 2003). menggunakan Content Validity Index
(CVI) dengan cara berkonsultasi kepada
2. METODE para ahli oleh empat dosen fakultas
Desain penelitian ini adalah analytic keperawatan Universitas Jember. Hasil uji
correlation dengan pendekataan cross- validitas kuesioner perilaku temper
sectional study. Variabel dependen yaitu tantrum anak diperoleh I-CVI=0,93. Hasil
perilaku temper tantrum sedangkan uji validitas pada kuesioner fungsi afektif
variabel independen yaitu fungsi afektif keluarga diperoleh I-CVI=0,92.
keluarga. Responden dalam penelitian ini Uji reliabilitas kuesioner fungsi
yaitu orang tua yang memiliki anak usia 3- afektif keluarga pada partisipan penelitian
5 tahun yang tinggal di Kecamatan Patrang sebanyak 134 orang menggunakan Alpha
Kabupaten Jember. Jumlah responden Cronbach dengan r tabel= 0,176. Hasil uji
dihitung menggunakan aplikasi G*Power reliabilitas fungsi afektif keluarga
didapatkan sebanyak 134 orang tua. diperoleh data, yaitu 10 pertanyaan reliabel
Pengambilan sampel menggunakan metode pada indikator pertama r alpha=0,822; 5
cluster sampling. Kriteria inklusi yang pertanyaan reliabel pada indikator kedua r
digunakan dalam pemilihan responden alpha=0,678; dan 9 pertanyaan reliabel pada
yaitu orang tua yang bersedia menjadi indikator ketiga r alpha = 0,779. Uji
responden; orang tua dan anak sehat fisik parametrik penelitian ini dengan
dan psikologis. Kriteria eksklusi dalam menggunakan t-test independen sample
karena data berdistribusi normal.
3. HASIL
Karakteristik Responden
anak, pendidikan terakhir ibu SLTP, bekerja, dan pekerjaan ayah sebagai
pendidikan terakhir ayah SD, ibu tidak wiraswasta.
panjang, 43%
singkat, 57%
panjang singkat
Gambar 1 Distribusi Frekuensi Perilaku Temper Tantrum Anak Usia 3-5 tahun (n=134)
Tabel 3. Rerata Perilaku Temper Tantrum Durasi Singkat Anak Usia 3-5 Tahun (n=134)
Bentuk Perilaku Temper Tantrum (< 6 menit) Mean; ±SD
Berteriak atau menjerit 5 ± 3.6
Merengek (menangis kecil) 4 ± 4.2
Menangis keras 2 ± 3.03
Bergulung-gulung di lantai 1 ± 1.9
Menendang benda atau orang 1 ± 2.08
Memukul ayah/ibu/saudara/teman 2 ± 1.4
Menghentak-hentakkan kaki 2 ± 2.3
Membuang atau melempar benda 2 ± 2.4
Membanting pintu dengan keras 1 ± 1.2
Berkata kasar 1 ± 1.09
Tabel 4. Hubungan Fungsi Afektif Keluarga dengan Perilaku Temper Tantrum Anak Usia 3-5
Tahun (n=134)
Tabel 4 menunjukkan adanya hubungan anak usia 3-5 tahun adalah anak pertama dan
fungsi afektif keluarga dengan perilaku kebanyakan sebuah keluarga hanya memiliki
temper tantrum anak dengan nilai p < 0.001. satu balita (Friedman dkk., 2003). Jumlah anak
yang banyak dengan selisih usia terlalu dekat