573-Article Text-3448-1-10-20210416
573-Article Text-3448-1-10-20210416
573-Article Text-3448-1-10-20210416
P-ISSN: 2614-3038 Volume 05, No. 02, Juli 2021, pp. 1011-1024
Astuti
Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai,
Jl. Tuanku Tambusai No 23, Bangkinang, Indonesia
astutimasnur@email.com
Abstrack
Learning tools are tools used in the learning process consisting of syllabus, learning implementation plan (RPP),
teaching materials, and test learning results. One of the printed teaching materials used in the learning process in
schools is the Student Worksheet (LKPD). The purpose of this research is to produce PBL -based LKPD for
mathematics materials in semester I grade VIII SMP that are valid and practical. The type of research used is
design research to develop and produce a product. The development model used was adapted from a model
developed by Plomp and expressed as a Plomp research model. the validity of didactic aspects, content and
language in problem-based learning LKPD has met the valid criteria with the average overall validity is 3.43 with
a very valid category. Validation results from the validators show that lkpd has been produced based on valid
problem learning both in terms of content, construct, and language, with characteristics such as lkpd produced has
been adapted to the characteristics of Problem Based Learning. Based on the questionnaire given to students that
the practicality value is 90.2 %, then the questionnaire given to the teacher that the practicality value is 92%, based
on the practicality table that the practical value of practicality is very practical. The results also showed LKPD
meets practical criteria with characteristics, namely the ease of use of problem -based learning LKPD.
Keywords: Student Worksheet (LKPD), Problem Based Learning (PBL)
Abstrak
Perangkat pembelajaran merupakan perangkat-perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran yang terdiri
dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, dan tes hasil belajar. Satu dari bahan ajar cetak
yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah adalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Tujuan dari
penelitian ini adalah Menghasilkan LKPD berbasis PBL untuk materi matematika semester I kelas VIII SMP
yang valid dan praktis. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian disain (Design Research) untuk
mengembangkan dan menghasilkan sebuah produk. Model pengembangan yang digunakan diadaptasi dari model
yang dikembangkan oleh Plomp dan dinyatakan sebagai model penelitian Plomp. validitas aspek didaktik, isi dan
bahasa pada LKPD berbasis Problem based learning sudah memenuhi kriteria valid dengan rata -rata validitas
secara keseluruhan adalah 3,43 dengan kategori sangat valid. Hasil validasi dari para validator menunjukkan
bahwa telah dihasilkan LKPD berbasis Problem Based Learning yang valid baik dari segi isi, konstruk, dan
bahasa, dengan karakteristik seperti LKPD yang dihasilkan telah disesuaikan dengan ciri-ciri dari Problem Based
Learning. Berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa bahwa Nilai praktikalitas 90,2 %, kemudian angket
yang diberikan kepada guru bahwa Nilai praktikalitas 92 %, berdasarkan tabel praktikalitas bahwa nilai
praktikalitas bernilai sangat praktis. Hasil penelitian juga menunjukan LKPD memenuhi kriteria praktis dengan
karakteristik yaitu adanya kemudahan dalam penggunaan LKPD berbasis Problem Based Learning.
Kata kunci: Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), Problem Based Learning (PBL)
PENDAHULUAN
Perangkat pembelajaran adalah komponen yang harus disiapkan oleh guru sebelum
melaksanakan pembelajaran. Dalam KBBI (2007), perangkat adalah alat atau perlengkapan, sedangkan
pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang belajar. Menurut Zuhdan, et.al (2011) perangkat
pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik
1011
1012 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 05, No. 02, July 2021, hal. 1011-1024
dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran menjadi pegangan bagi
guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium atau di luar kelas.
Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah disebutkan bahwa penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan RPP yang mengacu pada
standar isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga dilakukan penyiapan media dan sumber
belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dalam dunia pendidikan,
karena pelajaran matematika dapat membuat peserta didik berfikir logis, rasional, kritis dan luas,
pernyataan ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu: Mempersiapkan anak didik agar
mampu menghadapi perubahan dalam kehidupan dan dalam dunia yang senantiasa berubah ini, melalui
latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, dan cermat juga untuk mempersiapkan anak
didik agar mampu menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan.
Matematika disebut ratu karena, dalam perkembangannya matematika tidak pernah bergantung
kepada ilmu yang lain. Namun matematika selalu memberikan pelayanan kepada berbagai cabang ilmu
pengetahauan untuk mengembangkan diri, baik dalam bentuk teori, terlebih dalam aplikasinya. Banyak
aplikasi dalam berbagai disiplin ilmu, menggunakan matematika, terutama dalam aspek penalarannya.
Oleh sebab itu, kedewasaan suatu ilmu ditentukan oleh ada tidaknya ilmu tersebut menggunakan
matematika dalam pola pikir maupun pengembangan aplikasinya (Kamarullah, 2017).
Menyadari pentingnya peranan matematika maka mengoptimalkan hasil belajar matematika
peserta didik disetiap jenjang pendidikan perlu mendapat perhatian yang sungguh -sungguh agar tujuan
dari pendidikan nasional tersebut dapat tercapai. Proses pembelajaran matematika dapat berjalan dengan
baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan untuk itu perlu adanya suatu tindakan atau perubahan
yang signifikan dari pihak guru dan peserta didik.
Matematika sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur,
menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
diantaranya melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar dan trigonometri. Matematika juga
berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model
matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, atau table (Rahmah,
2018).
Salah satu penentu keberhasilan proses pembelajaran dan keberhasilan dalam pencapaian tujuan
pembelajaran matematika adalah perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran merupakan
perangkat-perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran yang terdiri dari silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, dan tes hasil belajar. Satu dari bahan ajar cetak yang
digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah adalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Problem Based Learning (PBL) untuk Kelas VII SMP/MTs
Mata Pelajaran Matematika, Astuti 1013
Banyak guru yang merasa sulit mencari buku literatur matematika yang baik sebagai sumber
pembelajaran. Hal ini juga disebabkan karena kurangnya kemampuan guru dalam memahami buku teks
berbahasa inggris. Sedangkan buku terjemahan yang ada satu-dua, harganya tidak terjangkau oleh guru
maupun siswa. kebanyakan buku yang tersedia adalah buku paket; itu pun sebagian besar disusun secara
serampangan dan tidak jarang salah konsep (Kamarullah, 2017).
LKPD adalah salah satu bahan ajar cetak yang dapat mempermudah peserta didik untuk
berinteraksi dengan materi yang diberikan. LKPD dapat membantu peserta didik untuk aktif dalam
proses pembelajaran karena berisikan aktivitas yang melibatkan peserta didik. Melalui LKPD peserta
didik juga dapat dibimbing untuk menemukan kembali suatu konsep. LKPD dapat mempermudah guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu LKPD juga kaya akan tugas untuk berlatih.
LKPD yang banyak beredar di sekolah-sekolah saat ini masih bersifat umum dan sebagian besar
hanya berisi ringkasan materi. Materi yang disajikan biasanya bersifat instan tanpa disertai penjelasan
detail dan tidak ada petunjuk penggunaan LKPD bagi guru dan siswa. Hal ini akan menyebabkan peserta
didik kurang tertarik pada LKPD yang ada dan kurang mengasah kemampuan berpikir kritis peserta
didik. Serta pengemasan materi yang cenderung kurang bermakna bagi siswa menyebabkan peserta
didik hanya menghafal materi tanpa memahami konsep yang ada sehingga mudah dilupakan dan ketika
diberikan soal yang sedikit bervariasi, peserta didik akan mengalami kebingungan (Astuti et al., 2018).
Berdasarkan hasil observasi LKPD yang digunakan selama ini belum dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, sehingga
belum dapat secara optimal meningkatkan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan analisis yang
dilakukan pada beberapa LKPD, didapati bahwa LKPD tersebut hanya menyajikan materi pembalajaran,
yang dilanjutkan dengen memberikan latihan-latihan soal. Selain itu, diperoleh bahwa hampir sebagian
besar soal-soal LKPD hanya membelajarkan peserta didik untuk mengingat (C1), memahami (C2), dan
menerapkan (C3). Agar lebih optimalnya ketercapaian tujuan pembelajaran matematika yang pada
akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika maka perlu dilakukan perbaikan pada LKPD
tersebut yaitu dengan memberikan kegiatan yang dapat membimbing peserta didik untuk dapat
mengembangkan kemampuan matematisnya.
LKPD akan semakin optimal jika berlandaskan pada salah satu model atau strategi pembelajaran
yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan matematis peserta didik terutama kemampuan
pemecahan masalah. Hasil studi Sumarmo (Annisa, 2014: 2) menunjukkan bahwa keterampilan
menyelesaikan soal pemecahan masalah siswa sekolah menengah atas ataupun siswa sekolah menengah
pertama masih rendah. Supriatna (2011: 5) juga memberikan gambaran bahwa soal-soal pemecahan
masalah belum dikuasai oleh peserta didik. (Wirdaningsih et al., 2017)
Salah satu model/ strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut
adalah melalui Problem Based Learning (PBL). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vebdola,
Niniawati, dan Fauziah (2013:9) tentang penerapan strategi PBL dalam pembelajaran matematika,
diperoleh kesimpulan bahwa hasil pembelajaran PBL lebih baik dari hasil belajar matematika peserta
1014 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 05, No. 02, July 2021, hal. 1011-1024
didik yang menggunakan pembelajaran konvensional. Beberapa penelitian tentang PBL telah
digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis (Reski, Hutapea, &
Saragih, 2019), kemapuan literasi (Hidayat, Roza, & Murni, 2019), selain itu dapat juga digunakan untuk
membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan
keterampilan intelektualnya (Sumartini, 2015, hlm. 2). Oleh karena itu, Model pembelajaran ini bisa
digunakan untuk meningkatkan kemampuan representasi siswa melalui penyelesaian masalah, sehingga
siswa dilibatkan secara aktif dalam proses maupun perolehan hasil penyelesaian masalah. Hal ini dapat
diketahui dari salah satu fase yang terdapat pada fase membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
Siswa dituntut untuk dapat memahami, mengidentifikasi dan mengkontruk pengetahuaanya dalam
menyelesaikan masalah pada LKPD (Susanti et al., 2019).
Kemampuan pemecahan masalah sangat penting dimiliki oleh setiap siswa karena (a)
pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, (b) pemecahan masalah
yang meliputi metoda, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum
matematika, dan (c) pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika
(Branca, 1980) (Sumartini, 2018). Ruseffendi (1991) mengatakan bahwa kemampuan pemecahan
masalah sangat penting dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang dikemudian hari akan
mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam
bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada penelitian ini hasil belajar fokus pada kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik Menurut Polya (dalam Ruseffendi, 1991) mengemukakan bahwa untuk memecahkan suatu
masalah ada empat langkah yang dapat dilakukan, yakni: 1. Memahami masalah. Kegiatan dapat yang
dilakukan pada langkah ini adalah: apa (data) yang diketahui, apa yang tidak diketahui (ditanyakan),
apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli
dalam bentuk yang lebih operasional (dapat dipecahkan). 2. Merencanakan pemecahannya. Kegiatan
yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah: mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah
diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan,
menyusun prosedur penyelesaian (membuat konjektur). 3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana.
Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah: menjalankan prosedur yang telah dibuat pada
langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian. 4. Memeriksa kembali prosedur dan hasil
penyelesaian. Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah: menganalisis dan mengevaluasi
apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, atau apakah prosedur dapat dibuat
generalisasinya (Sumartini, 2018).
Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah
dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang esensial dari materi pelajaran. Problem
Based Learning membantu siswa untuk menerapkan pemahaman suatu konsep, dengan terlebih dahulu
Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Problem Based Learning (PBL) untuk Kelas VII SMP/MTs
Mata Pelajaran Matematika, Astuti 1015
diberikan masalah di awal pembelajaran untuk didiskusikan dan diselesaikan secara bersama-sama.
Adapun masalah yang diberikan disesuaikan dengan jangkauan pemikiran dan kebutuhan siswa (Rifa’i,
2019). Keterangan di atas juga sejalan dengan Kunandar yang mengatakan bahawa Problem Based
Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran ataupun pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks atau masalah bagi peserta didik untuk belajar
tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta dapat memperoleh pengetahuan
dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Kunandar, 2011). Langkah-langkah Problem Based
Learning menurut Kunandar (2008) sebagai berikut:
a. Orientasi siswa pada masalah
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
e. Menganalisa dan mengevaluasi proses pem ecahan masalah (Suhendar & Ekayanti,
2018)
Tahap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL dapat dilihat
pada tabel berikut menurut (Nafiah & Suyanto, 2014):
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah panduan bagi peserta didik untuk melakukan
kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKPD ini dapat berupa panduan untuk
mengembangkan aspek kognitif maupun panduan untuk mengembangkan semua aspek pembelajaran
(Trianto, 2009: 222). LKPD adalah salah satu perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Sementara menurut Prastowo (2010) LKPD merupakan materi ajar yang sudah dikemas
sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara
mandiri.
1016 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 05, No. 02, July 2021, hal. 1011-1024
Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan LKPD antara lain: Memudahkan pendidik dalam
mengelola proses belajar, Membantu pendidik mengarahkan peserta didiknya untuk dapat menemukan
konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja, Dapat digunakan untuk
mengembangkan keterampilan proses dan mengembangkan sikap ilmiah, Membantu pendidik
memantau keberhasilan peserta didik untuk mencapai sasaran belajar (Salirawati, 2004) dalam
(Noprinda & Soleh, 2019).
Adapun ciri-ciri LKPD menurut Majid (2013) adalah: a. Memuat semua petunjuk yang diperlukan
peserta didik; b. Petunjuk ditulis dalam bentuk sederhana dengan kalimat singkat dan kosa kata yang
sesuai dengan umur dan kemampuan pengguna; c. Berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh
peserta didik; d. Adanya ruang kosong untuk menulis jawaban serta penemuan peserta didik; e.
Memberikan catatan yang jelas bagi peserta didik atas apa yang telah mereka lakukan; f. Memuat
gambar yang sederhana dan jelas (Wirdaningsih et al., 2017).
LKPD sangat memungkinkan untuk mengarahkan peserta didik menemukan sendiri konsep-
konsep matematika. Tujuan penggunaan lembar kerja peserta didik adalah untuk membantu peserta
didik dalam menemukan konsep. LKPD harus dilengkapi dengan pertanyaanpertanyaan analisis yang
membantu peserta didik dalam mengaitkan fenomena yang mereka amati dengan konsep yang akan
mereka bangun dalam pikiran mereka (Prawoto, 2010) dalam (Putra et al., 2018). Berdasarkan
penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa LKPD merupakan salah satu perangkat pembelajaran
yang berisikan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, yang di dalamnya juga berisikan
rangkaian aktivitas dalam penyelidikan, dan diharapkan dapat digunakan peserta didik baik secara
berkelompok maupun secara individu.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian disain (Design Research). Penelitian disain
(Design Research) dilaksanakan untuk mengembangkan dan menghasilkan sebuah produk sebagai suatu
solusi dari masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Pada penelitian ini, produk yang dihasilkan
adalah LKPD berbasis PBL untuk materi matematika semester II kelas VII SMP. Model pengembangan
merupakan langkah-langkah yang dilakukan secara sistematis untuk melaksanakan perancangan dan
pengembangan LKPD yang diwujudkan dalam bentuk diagram atau naratif. Pada penelitian ini, model
pengembangan yang digunakan diadaptasi dari model yang dikembangkan oleh Plomp dan dinyatakan
sebagai model penelitian Plomp. Model Plomp terdiri dari tiga tahap, yaitu fase analisis pendahuluan
(Preliminary Research), fase pengembangan atau pembuatan prototype (Development or Prototyping
Phase), dan fase penilaian (Assessment Phase) (Plomp and Nieveen, 2013: 30).
Pada fase pengembangan prototipe (Prototyping Phase) dikembangkan serangkaian prototype.
Prototype dievaluasi dengan mengacu pada evaluasi formatif. Evaluasi formatif memiliki beberapa
tahapan atau lapisan yang diilustrasikan pada Gambar 1.
Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Problem Based Learning (PBL) untuk Kelas VII SMP/MTs
Mata Pelajaran Matematika, Astuti 1017
Selanjutnya, Plomp (Plomp, et al, 2013, P.19) mengemukakan tahapan -tahapan rancangan
penelitian, yaitu: Pertama, investigasi awal: Analisis kebutuhan dan konteks, literatur, mengembangkan
kerangka konseptual dan teoritis untuk penelitian. Kedua, pengembangan prototipe: Proses perancangan
secara siklikal dan berurutan dalam bentuk proses penelitian yang lebih mikro serta menggunakan
evaluasi formatif untuk meningkatkan dan memperbaikai intervensi. Ketiga, evaluasi: semi evaluasi
sumatif untuk menyimpulkan apakah solusi atau intervensi sudah sesuai dengan yang diinginkan serta
mengajukan rekomendasi pengembangan intervensi (Khomsiatun & Retnawati, 2015).
Teknik Pengumpulan Data
Jenis data pada penelitian yang akan dilakukan terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif diperoleh dari data hasil observasi, dan wawancara dengan peserta didik. Sedangkan data
kuantitatif didapatkan dari angket.
Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini yaitu sebagai
berikut.
Analisis Data Hasil Validasi LKPD Berbasis PBL
Data yang berasal dari lembar validasi dianalisis menggunakan analisis kuantitatif. Hasil validasi
dari validator terhadap seluruh aspek yang dinilai akan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis dilakukan
dengan menggunakan skala Likert. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan validitas LKPD
berdasarkan atas data yang diperoleh dari lembar validasi:
a. Memberikan skor untuk masing-masing skala pada lembar validasi yaitu skor 4 = sangat setuju,
skor 3 = setuju, skor 2 = tidak setuju, dan skor 1 = sangat tidak setuju
b. Menentukan nilai dengan menggunakan rumus berikut:
∑𝑖=𝑚,𝑗=𝑛
𝑖=1, 𝑗=1 𝑉𝑖𝑗
𝑅=
𝑚𝑛
(Muliyardi, 2006)
Kriteria untuk mendapatkan tingkat kevalidan LKPD sebagai berikut.
1018 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 05, No. 02, July 2021, hal. 1011-1024
dan dosen Bahasa Indonesia. Sebelum divalidasi beberapa bagian dari LKPD telah mengalami perbaikan
atau revisi berdasarkan saran-saran validator. Saran-saran dari validator untuk perbaikan LKPD dapat
Hasil validasi LKPD berbasis penemuan terbimbing pada semua aspek dapat dilihat pada Tabel
di bawah ini.
Tabel 4 Hasil Validasi LKPD Berbasis Problem Based Learning Materi Bilangan.
No. Aspek validasi Rata-rata Kategori
1. Didaktik 3,36 Sangat Valid
2. Isi 3,43 Sangat valid
3. Bahasa 3,50 Sangat valid
Rata-rata keseluruhan 3,43 Sangat valid
Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa secara umum validitas aspek didaktik, isi dan bahasa
pada LKPD berbasis Problem based learning sudah memenuhi kriteria valid dengan rata-rata validitas
secara keseluruhan adalah 3,43 dengan kategori sangat valid.
Selanjutnya, terhadap RPP dan LKPD berbasis penemuan terbimbing yang telah diperbaiki
disebut prototype II dilakukan uji praktikalitas. Uji praktikalitas bertujuan untuk mengetahui sejauh
1020 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 05, No. 02, July 2021, hal. 1011-1024
mana manfaat, kemudahan penggunaan dan efesiensi waktu penggunaan LKPD berbasis penemuan
terbimbing oleh guru dan peserta didik. Hasil praktikalitas LKPD dideskripsikan sebagai berikut
Praktikalitas LKPD Berbasis Problem Based Learning
Hasil Angket Tanggapan Siswa Terhadap LKPD Berbasis Problem Based Learning
Data praktikalitas LKPD berbasis Problem Based Learning diperoleh dari angket respon guru dan
angket peserta didik pada kelompok besar. Data hasil uji coba yang diperoleh, diuraikan sebagai berikut.
Angket tanggapan peserta didik terhadap LKPD yang digunakan diberikan pada ahir peretemuan yaitu
pada pertemuan ketiga. Peserta didik yang mengisi angket berjumlah 15 orang. Tanggapan peserta didik
terhadap LKPD yang digunakan sangat positif. Rekapan tanggapan peserta didik dapat dilihat pada
tabel 3 di bawah ini:
10 7 (46,66%) 8 (53,33%)
11 4 (26,66%) 9 (60%) 2 (13,33%)
12 6 (40%) 7 (46,66%) 2 (13,33%)
13 7 (46,66%) 7 (46,66%) 1 (6%)
14 9 (60%) 5 (33,33%) 1 (6%)
15 7 (46,66%) 8 (53,33%)
Hasil Angket Tanggapan Guru Terhadap LKPD Berbasis Problem Based Learning pada Materi
Bilangan Bulat
Guru diminta juga untuk mengisi angket terhdap LKPD yang sudah diujicobakan pada
kelompok besar. Hasil analisis tanggapun guru mengenai LKPD pada materi bilangan bulat
mendapatkan tanggapan yang positif. Hasil angket tanggapan guru terhadap LKPD yang dibuat dapat
dilihat pada tabel 5 di bawah ini:
Tabel 7. Tanggapan Guru Terhadap LKPD dengan Materi Bilangan Bulat
Jawaban
No Aspek yang ditanyakan STS TS S SS
(1) (2) (3) (4)
1 Petunjuk pada LKPD jelas sehingga mudah dipahami √
2 LKPD dibuat dengan jenis dan ukuran tulisan yang dapat menarik √
perhatian peserta didik
3 LKPD dibuat dengan warna-warna yang dapat menarik perhatian √
peserta didik untuk menggunakannya
4 LKPD dibuat dengan ukuran kertas yang dapat memudahkan √
peserta didik untuk menggunakannya
5 Penggunaan visualiasi gambar pada LKPD menunjang kejelasan √
permasalahan yang disajikan pada setiap pokok bahasan
6 Penyajian permasalahan pada LKPD sesuai dengan kriteria √
masalah yaitu kontekstual, non-rutin,
7 Kegiatan pembelajaran pada tiap pokok bahasan jelas, yaitu sesuai √
dengan fase Problem Based Learning yang diawali dengan
pemberian permasalahan dan diikuti dengan penyelesaian masalah
melalui tahapan menemukan dan mendefinisikan masalah,
1022 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 05, No. 02, July 2021, hal. 1011-1024
Selanjutnya data praktikalitas pada uji lapangan diperoleh melalui angket guru dan peserta didik.
Berdasarkan hasil angket yang diisi oleh guru diketahui bahwa LKPD pembelajaran matematika dengan
berbasis Problem Based Learning memiliki rata-rata secara keseluruhan dalam kategori sangat paktis.
Hal ini menunjukkan bahwa LKPD sudah memudahkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
KESIMPULAN
Hasil validasi dari para validator menunjukkan bahwa telah dihasilkan LKPD berbasis Problem
Based Learning yang valid baik dari segi isi, konstruk, dan bahasa, dengan karakteristik seperti LKPD
yang dihasilkan telah disesuaikan dengan ciri-ciri dari Problem Based Learning yaitu Orientasi siswa
pada masalah, Mengorganisasikan siswa untuk belajar, Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok, Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, Menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Hal inilah yang menjadi salah satu ciri khas dari LKPD berbasis Problem Based
Learning yang dihasilkan. Ciri lain atau karakteristik lain yang dimiliki oleh LKPD berbasis Problem
Based Learning adalah adanya pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu peserta didik dalam
menyelesaikan masalah yang disajikan. Jika pada bahan ajar lain tidak disajikan bagaimana seharusnya
peserta didik menyelesaiakan masalah yang diberikan maka pada LKPD berbasis Problem Based
Learning disajikan langkah-langkah yang dapat digunakan peserta didik dalam memecahkan masalah.
Berdasarkan hasil penelitian juga telah dihasilkan LKPD yang memenuhi kriteria praktis dengan
karakteristik yaitu adanya kemudahan dalam penggunaan LKPD berbasis Problem Based Learning.
Kejelasan petunjuk penggunaan LKPD berbasis Problem Based Learning, kejelasan petunjuk belajar,
dan kejelasan petunjuk pelaksanaan kegiatan yang disajikan pada tiap pertemuan akan memberikan
kemudahan bagi pengguna dalam menggunakan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based
Learning. Karakteristik lainnya seperti adanya pemberian ilustrasi/ gambar pada LKPD berbasis
Problem Based Learning yang dapat mendukung untuk memahami permasalahan yang disajikan.
REFERENSI
Astuti, S., Danial, M., & Anwar, M. (2018). PENGEMBANGAN LKPD BERBASIS PBL (PROBLEM
BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
PESERTA DIDIK PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA. Chemistry Education Review
(CER). https://doi.org/10.26858/cer.v0i1.5614
Arikunto. 2012. Prosedur Penilaian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Kunandar. 2011. Guru Profesional: Impelentasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Nafiah, Y. N., & Suyanto, W. (2014). Penerapan model problem-based learning untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Jurnal Pendidikan Vokasi.
https://doi.org/10.21831/jpv.v4i1.2540
Noprinda, C. T., & Soleh, S. M. (2019). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis
Higher Order Thinking Skill (HOTS). Indonesian Journal of Science and Mathematics Education.
https://doi.org/10.24042/ijsme.v2i2.4342
Putra, A., Syarifuddin, H., & Zulfah, Z. (2018). Validitas Lembar Ke rja Peserta Didik Berbasis
Penemuan Terbimbing dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Penalaran Matematis. Edumatika : Jurnal Riset Pendidikan Matematika.
https://doi.org/10.32939/ejrpm.v1i2.302
Prastowo, Andi. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.
Rifa’i, R. (2019). Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Jurnal Kajian Pendidikan Matematika, 5(1), 109–116.
Suhendar, U., & Ekayanti, A. (2018). Problem Based Learning Sebagai Upaya Peningkatan Pemahaman
Konsep Mahasiswa. Jurnal Dimensi Pendidikan Dan Pembelajaran.
Susanti, S., Duskri, M., & Rahmi, M. (2019). Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis melalui
Model Problem-Based Learning pada Siswa SMP/MTs. Suska Journal of Mathematics Education.
https://doi.org/10.24014/sjme.v5i2.7357
Wirdaningsih, S., Arnawa, I. M., & Anhar, A. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas XI. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan
Matematika). https://doi.org/10.33603/jnpm.v1i2.535