Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bab III

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Penelitian ini merupakan penelitan pengembangan atau research and

development (R&D). Menurut Sugiyono (2015), metode penelitian pengembangan

adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan

menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian R&D dalam pendidikan bertujuan

untuk menghasilkan produk baru melalui proses tahapan pengembangan. Produk

penelitian dalam bidang ini dapat berupa media, buku, alat evaluasi dan perangkat

pembelajaran; kurikulum, kebijakan sekolah dan lain-lain.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan

Four D (4-D). Model pengembangan 4-D merupakan model perangkat

pembelajaran yang dikembangkan oleh S. Thiagarajan. Model pengembangan 4-D

terdiri atas 4 tahap yaitu: (1) Define atau pendefinisian; (2) Design atau

perancangan; (3) Develop atau pengembangan; (4) Disseminate atau penyebaran.

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur penelitian menggunakan metode penelitian dan pengembangan

(research and development). Produk yang dikembangkan adalah modul mata

pelajaran Perawatan Gedung kelas XI untuk SMK. Prosedur pengembangan ada

pada bagan berikut:

39
Gambar 2. Prosedur Pengembangan Modul

1. Define (pendefinisian)

Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan

syarat-syarat pengembang. Secara umum, pendefinisian ini dilakukan kegiatan

analisis kebutuhan pengembangan, syarat-syarat pengembangan produk yang

sesuai dengan kebutuhan pengguna serta model penelitian dan pengembangan

(model R & D) yang cocok digunakan untuk mengembangkan produk.

40
Thiagarajan (1974), menganalisis lima kegiatan yang dilakukan dalam tahap

define (pendefinisian) ialah:

a. Front and analysis. Diagnosis awal untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pembelajaran.

b. Leaner analysis. Dipelajari karakteristik siswa, misalnya: kemampuan,

motivasi belajar, latar belakang pengalaman, dsb.

c. Task analysis. Menganalisis tugas-tugas pokok yang harus dikuasai siswa

agar siswa dapat mencapai kompetensi minimal.

d. Concept analysis. Menganalisis konsep yang diajarkan, menyusun langkah

langkah yang dilakukan secara rasional.

e. Specifiying instructional objectives. Menulis tujuan pembelajaran,

perubahan perilaku peserta didik yang diharapkan setalah proses

pembelajaran dengan kata kerja operasional.

Dalam konteks pengembangan modul ini, tahap define (pendefinisian)

dilakukan dengan cara:

a. Mengidentifikasi Potensi dan Masalah

Masalah yang ada di SMK Negeri 2 Yogyakarta ditemukan peneliti pada

saat Praktik Lapangan Terbimbing (PLT) di kelas XI I kompetensi keahlian

Konstruksi Gedung, Sanitasi, dan Perawatan (KGSP) yaitu tidak tersedianya

modul mata pelajaran Perawatan Gedung untuk siswa kelas XI kompetensi

keahlian KGSP sehingga menyebabkan ketergantungan siswa terhadap peran aktif

guru. Peneliti juga menemukan masalah bahwa tingkat kemampuan siswa dalam

pemecahan masalah terhadap mata pelajaran Perawatan Gedung kurang, selain itu

41
tingkat aktivitas siswa di kelas juga masih cenderung rendah. Potensi di SMK

Negeri 2 Yogyakarta adalah Kurikulum 2013 sudah diterapkan di SMK Negeri 2

Yogyakarta. Dengan demikian perlu disertai fasilitas pendukung pembelajaran

seperti modul pembelajaran yang sesuai agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b. Mengumpulkan Informasi

Pengumpulan informasi didapatkan melalui observasi penelitian yang

dilakukan dengan cara pengamatan mengenai perangkat pembelajaran yang

digunakan, kegiatan belajar mengajar, dan terkait penggunaan bahan ajar.

Sedangkan informasi yang didapatkan melalui tanya jawab dengan guru

pengampu yaitu terkait bahan ajar yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Bahan

ajar tercetak berbentuk modul mata pelajaran Perawatan Gedung berbasis masalah

sangat diperlukan untuk mendukung pembelajaran.

c. Analisis Kurikulum

Pada tahap awal, perlu mengkaji kurikulum yang berlaku pada saat itu.

Kurikulum terdapat kompetensi yang ingin dicapai. Analisis kurikulum berguna

untuk menetapkan pada kompetensi yang mana bahan ajar tersebut akan

dikembangan. Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan tidak semua kompetensi

yang ada dalam kurikulum dapat disediakan bahan ajarnya.

Mengkaji kurikulum yaitu dengan mempelajari silabus mata pelajaran

Perawatan Gedung kurikulum 2013 revisi 2017. Hal ini dimaksudkan agar proses

pembelajaran yang akan dihasilkanketika menggunakan modul tidak menyimpang

dari tujuan pembelajaran. Memahami pembelajaran dengan pendekatan scientific

(ilmiah) sebagai ciri dari kurikulum 2013.

42
d. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Sebelum menulis bahan ajar, tujuan pembelajaran dan kompetensi yang

hendak diajarkan perlu dirumuskan terlebih dahulu. Hal ini berguna untuk

membatasi peneliti supaya tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat

mereka sedang menulis bahan ajar.

e. Analisis Karakteristik Siswa

Sudjana (2007), seperti layaknya seorang guru mengajar, guru harus

mengenali karakteristik siswa yang menggunakan bahan ajar. Hal ini penting

karena semua proses pembelajaran harus disesuaikan dengan penting karena

semua proses pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Hal-hal

yang perlu dipertimbangkan untuk mengetahui karakteristik siswa antara lain:

kemampuan akademik individu, karakteristik fisik, kemampuan kerja kelompok,

motivasi belajar, latar belakang ekonomi dan sosial, pengalaman belajar

sebelumnya, dan sebagainya.

Kaitanya dengan pengembangan bahan ajar, karakteristik siswa perlu

diketahui untuk menyusun bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan

akademiknya, misalnya apabila tingkat pendidikan siswa masih rendah, maka

penulisan bahan ajar harus menggunakan bahasa dan kata-kata sederhana,

fleksibel dan umum sehingga modul mudah untuk dipahami.

Mengidentifikasi karakteristik siswa diperlukan untuk merencanakan desain

modul yang sesuai dengan karakteristik siswa. Analisis karakteristik siswa yang

dilakukan meliputi: (1) observasi kelas. Kegiatan observasi kelas atau pengamatan

kelas dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini untuk mengetahui

43
kondisi pembelajaran yang terjadi. (2) Wawancara. Kegiatan wawancara

dilakukan dengan guru mata pelajaran Konstruksi Banguanan dengan tujuan

untuk mengetahui kompetensi maupun kendala pembelajaran. Selain itu,

wawancara juga dilakukan kepada siswa untuk mengetahui pendapat siswa

tentang kegiatan pembelajaran dan kesulitan yang dialami saat mengikuti

pelajaran.

f. Analisis Materi

Sudjana (2007), analisis materi perlu dilakukan dengan mengidentifikasi

materi utama yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang

relevan, dan menyusunya kembali secara sistematis. Mengidentifikasi materi yang

dibutuhkan modul dilakukan dengan bertukar pendapat dengan guru mata

pelajaran Perawatan Gedung. Langkah yang dilakukan dalam pengembangan

modul selanjutnya adalah mengumpulkan informasi tentang materi yang

dibutuhkan. Informasi ini diperoleh dari berbagai sumber buku penunjang yang

ada di lapangan dan sumber ajar yang terdapat dalam silabus.

g. Desain dan Penyusunan Modul

Penulisan desain dan penyusunan modul menurut Sudjana (2007), diawali

dengan menyusun komponen kerangka modul dan sebagai berikut:

1) komponen kerangka modul. Kerangka modul ini disusun berdasarkan tujuan

instruksional, menyusun butir-butir soal evaluasi, menyusun pokok-pokok

materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan khusus, menyusun langkah-

langkah kegiatan belajar, serta mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan

dalam kegiatan belajar dengan modul tersebut.

44
2) Menulis program secara rinci yang meliputi pembuatan rangkuman modul

setiap bab dan konpetensi dasar lembar kegiatan siswa, lembar kerja siswa,

lembar tes, lembar jawaban, dan lembar jawaban tes.

Tahap ini merupakan sebuah rangkaian proses pembuatan produk dari

rancangan modul atau desain modul mata pelajaran Perawatan Gedung untuk

menghasilkan modul yang diharapkan dapat digunakan pada proses pembelajaran

di Sekolah Menengah Kejuruan semester gasal.

2. Design (perancangan)

Thiagarajan (1974), membagi tahap design dalam empat kegiatan, yaitu:

constructing criterion-referenced test, media selection, format selection, dan

initial design. Kegiatan yang dilakukan pada tahap tersebut antara lain: (a)

menyusun tes kriteria, sebagai tindakan pertama untuk mengetahui kemapuan

awal siswa, dan sebagai alat evaluasi setelah implementasi kegiatan; (b) memilih

media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa; (c)

pemilihan bentuk penyajian pembelajaran yang digunakan; dan (e)

mensimulasikan penyajian materi dengan media dan langkah-langkah

pembelajaran yang telah dirancang. Pada saat simulasi pembelajaran berlangsung,

dilaksanakan juga penilaian dari teman sejawat.

Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype)

atau rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini

dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi hasil

analisis kurikulum dan materi. Dalam konteks pengembangan model

pembelajaran, tahap ini diisi dengan kegiatan menyiapkan kerangka konseptual

45
modul dan perangkat pembelajaran (materi, media, alat evaluasi) dan

mensimulasikan penggunaan modul pembelajaran dan perangkat pembelajaran

tersebut dalam lingkup kecil.

Setelah melakukan pengumpulan informasi dan tanya jawab dengan guru

pengampu maka tahap selanjutnya adalah pembuatan desain produk bahan ajar

yang telah ditentukan berupa modul mata pelajaran Perawatan Gedung semester I

(gasal) berbasis masalah untuk siswa kelas XI kompetensi keahlian KGSP di

Sekolah Menengah Kejuruan. Konsultasi dengan guru pengampu tetap diperlukan

agar modul yang dibuat sesuai dengan kebutuhan siswa.

3. Develop (pengembangan)

Thiagarajan (1974), membagi tahap pengembangan dalam dua kegiatan

yaitu: expert appraisal dan development tesing. Expert appraisal merupakan

teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam

kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Saran-saran yang

diberikan digunakan untuk memperbaiki materi, media dan rancangan

pembelajaran yang telah disusun.

Developmental tesing merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada

sasaran subjek yang sesungguhnya. Pada saat uji coba ini dicari data respon,

reaksi atau komentar dari sasaran pengguna model. Hasil uji coba digunakan

memperbaiki produk. Setelah produk diperbaiki kemudian diujikan kembali

sampai memperoleh hasil yang efektif. Namun dikarenakan keterbatasan peneliti

maka tahap ini tidak melibatkan kegiatan developmental testing.

46
Dalam konteks pengembangan bahan ajar modul, tahap pengembangan

dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul kepada pakar yang

terlibat pada saat validasi rancangan. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk

revisi sehingga modul tersebut telah benar- benar telah memenuhi kebutuhan

pengguna. Untuk mengetahui efektifitas modul dalam meningkatkan hasil belajar,

kegiatan dilanjutkan dengan member soal-soal latihan yang materinya diambil

dari modul yang dikembangkan.

Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, kegiatan

pengembangan (develop) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Validasi Modul oleh Ahli Materi dan Media

Penilaian dari validator atau ahli terhadap media yang dikembangkan

meliputi kesesuain materi, format, bahasa, konsep, penugasan dan kelengkapan

gambar. Validasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang

dikembangkan, dalam hal ini modul mata pelajaran Perawatan Gedung. Validasi

desain modul dilakukan oleh beberapa ahli dalam bidang materi perawatan

gedung dan desain media modul pembelajaran. Rencana penelitian ini dibantu

validasi oleh satu ahli media, satu ahli materi, dan satu guru pengampu mata

pelajaran Perawatan Gedung di SMK N 2 Yogyakarta.

Pada tahap desain uji coba dilakukan validasi ahli, uji coba terbatas dan uji

kelayakan skala besar. Validasi ahli dilakukan kepada ahli materi dan ahli media

sedangkan uji kelayakan dilakukan kepada pengguna. Validasi ahli dilakukan

kepada 1 orang ahli media dan 1 orang ahli materi. Ahli media yang dimaksud

47
adalah Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan yang mempunyai keahlian

dalam bidang media pembelajaran.

Uji coba ahli materi dilakukan kepada Pendidikan Teknik Sipil dan

Perencanaan yang menguasai materi sesuai dengan isi dari media pembelajaran,

yaitu materi perawatan bangunan. Uji kelayakan adalah penilaian yang akan

dilakukan kepada guru mata pelajaran kelas XI kompetensi keahlian Konstruksi

Gedung Sanitasi dan Perawatan SMK Negeri 2 Yogyakarta. Apabila terdapat

kekurangan pada revisi tahap 1, maka dilakukan revisi sesuai saran validator.

b. Validasi Modul oleh Guru Mata Pelajaran

Penilaian modul pembelajaran juga divalidai oleh guru mata pelajaran

Perawatan Gedung SMK Negeri 2 Yogyakarta untuk menilai bahwa modul yang

telah dikembangkan sesuai dengan kurikulum, silabus materi yang diterapkan di

SMK Negeri 2 Yogyakarta serta media pada modul yang memenuhi syarat untuk

diterapkannya saat proses pembelajaran.

c. Revisi dan Penyempurnaan Produk

Tahap penyempurnaan produk modul mata pelajaran Perawatan Gedung

melalui revisi. Revisi produk dilakukan jika terdapat saran atau rekomendasi

penting yang didapat dari uji kelayakan produk pada tahap uji coba

pengembangan. Setelah itu dilakukan pengemasan tampilan modul dalam bentuk

buku (hard file). Desain yang sudah divalidasi oleh ahli kemudian perlu diperbaiki

oleh peneliti sesuai saran dari ahli materi dan juga ahli media. Modul mata

pelajaran Perawatan Gedung yang telah didesain ulang media dan materinya

48
kemudian dilakukan pencetakan tahap kedua. Hasil dari revisi ini, menjadi produk

akhir dalam penelitian pengembangan.

4. Disseminate (penyebarluasan)

Thiagarajan (1997), membagi tahap dissemination dalam tiga kegiatan

yaitu: validation tesing, packaging, diffusion and adoption. Pada tahap validation

tesing, produk yang sudah direvisi pada tahap pengembangan kemudian

diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya. Pada saat implementasi

dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran ini dilakukan untuk

mengetahui efektivitas modul yang dikembangkan.

Tahap penyebaran produk (disseminate) merupakan tahap akhir dari

penelitian pengembangan model 4D. Tahap penyebaran dilakukan untuk

mempromosikan produk yang telah dikembangkan agar dapat diterima oleh

pengguna atau peserta didik. Tahap penyebaran dalam penelitian ini tidak dapat

dilakukan secara luas karena keterbatasan penelitian. Penyebaran hanya dilakukan

pada guru mata pelajaran Perawatan Gedung kompetensi keahlian Konstruksi

Gedung, Sanitasi, dan Perawatan (KGSP) di SMK Negeri 2 Yogyakarta.

C. Desain Uji Coba Produk

1. Subjek Uji Coba

Subjek dalam pengembangan modul mata pelajaran Perawatan Gedung ini

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Responden Ahli Media

Ahli media dari Program Studi Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan,

Fakultas Teknik UNY yang dapat menangani dalam hal media pembelajaran.

49
Pengujian yang dilakukan oleh ahli media yaitu untuk mengetahui kelayakan

media tersebut untuk diuji coba ke pengguna (siswa).

b. Responden Ahli Materi

Ahli materi dari Program Studi Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

FT UNY dan yang berperan untuk menentukan apakah materi dalam media

pembelajaran tersebut sudah sesuai dengan kompetensi dasar yang digunakan

pada Konstruksi Gedung, Sanitasi, dan Perawatan di Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK).

c. Responden Guru Mata Pelajaran

Subjek pengguna adalah guru mata pelajaran kelas XI kompetensi keahlian

Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan SMK Negeri 2 Yogyakarta yang

berjumlah satu orang guru.

2. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik atau metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam

penelitian pengembangan modul pembelajaran ini adalah observasi, studi

dokumen, angket/kuesioner. Observasi dilakukan untuk mengamati dan menelisik

kebutuhan media pembelajaran yang ada di SMK dan angket pada penelitian dan

pengembangan ini digunakan untuk mengukur kelayakan modul pembelajaran

yang dikembangkan. Angket dalam penelitian terdiri dari aspek materi dan media

yang diberikan kepada ahli materi, ahli media dan guru mata pelajaran untuk

mengevaluasi bahan ajar modul yang dikembangkan.

50
a. Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi

Observasi penelitian dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran di

kelas, penggunaan bahan ajar, perangkat pembelajaran yang dipakai seperti

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, silabus, RPP dan lainya. Observasi ini

dilakukan untuk mendapatkan informasi sebagai studi pendahuluan pembuatan

modul mata pelajaran Perawatan Gedung.

2) Studi Dokumen

Studi dokumen adalah teknik atau metode pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk penelitian dari beberapa

dokumen. Pada penelitian ini dilakukan pengkajian dari kompetensi dasar mata

pelajaran mengenai Perawatan Gedung kelas XI Konstruksi Gedung, Sanitasi, dan

Perawatan yang mencakup antara lain: K3LH pelaksanaa perawatan bangunan

gedung, sistem perawatan bangunan gedung, perawatan dan perbaikan konstruksi

rangka dan dinding bangunan gedung, atap dan plafon, lantai dan finishing serta

perawatan dan perbaikan kusen pintu dan jendela.

3) Angket

Sugiyono (2015), menjelaskan bahwa angket atau kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Bentuk

angket yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah angket tertutup,

dimana angket tersebut sudah disediakan jawaban dan responden diminta untuk

memberikan jawaban atas butir penilaian yang sesuai keadaan sesungguhnya.

51
Angket dalam penelitian ini untuk mengukur kelayakan dari modul mata

pelajaran Perawatan Gedung untuk siswa kelas XI kompetensi keahlian KGSP di

Sekolah Menengah Kejuruan. Angket terdiri dari aspek materi, aspek media, dan

aspek kebermanfaatan dalam proses pembelajaran. Angket akan diberikan kepada

ahli materi, ahli media, dan guru mata pelajaran.

b. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

instrumen non tes yang berupa angket. Menurut Widoyoko (2014), angket atau

kuisioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Jenis angket yang

digunakan adalah angket tertutup menggunakan skala pengukuran Likert dengan

empat pilihan jawaban: Setuju, Cukup Setuju, Kurang Setuju, dan Tidak Setuju

serta Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang.

Angket atau kuesioner yang digunakan pada penelitian ini digunakan untuk

kebutuhan mendapatkan data mengenai kelayakan modul yang sedang

dikembangkan berdasarkan ahli materi, ahli media pembelajaran dan guru mata

pelajaran. Berikut adalah kisi-kisi instrumen yang digunakan.

1) Instrumen untuk Ahli Materi

Angket untuk ahli materi dikembangkan berdasarkan dari kriteria yang

ditetapkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Dirjen Pendidikan

Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional (2008), mengenai

karakteristik modul pembelajaran yang baik dan mampu meningkatkan motivasi

52
belajar penggunanya seperti yang dikutip oleh Asyar (2012). Angket untuk ahli

materi ditinjau dari tujuh aspek yaitu self instruction, self contained, stand alone,

adaptive, user friendly, kebenaran materi bahan ajar, dan manfaat. Penilaian

validasi materi pada pengembangan modul mata pelajaran Perawatan Gedung ini

adalah Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan yaitu Drs. Sumarjo H, M.T..

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Ahli Materi Pembelajaran

Nomor
No Aspek Indikator
Butir
1 Self Instruction Kejelasan tujuan pembelajaran 1
Pengemasan materi pembelajaran 2,3,4
Materi pembelajaran didukung gambar 5,6
Ketersediaan soal-soal tes formatif dan tugas-
7,8,9,10
tugas untuk mengukur penguasaan materi
Materi yang disajikan terkait dengan
11
suasana,tugas dan konteks kegiatan
Penggunaan bahasa dalam modul 12,13
Ketersediaan rangkuman materi 14,15
Ketersediaan instrumen penilaian 16
Ketersediaan umpan balik 17,18
2 Self Contained Memuat seluruh materi pembelajaran satu SK
19,2
atau KD secara utuh
3 Stand Alone Tidak tergantung pada bahan ajar/media lain 21,22
4 Adaptive Kemudahan menggunakan modul 23
5 User Friendly Instruksi mudah dipahami 24,25
Informasi mudah dipahami 26,27
6 Kebenaran Kebenaran simbol,gambar dan teori dalam
Materi Bahan modul 28,29,30
Ajar
7. Manfaat Mendorong siswa untuk aktif belajar 31
Menuntun siswa memecahkan masalah terkait
32
perawatn gedung
Meningkatkan kompetensi siswa 33
Kemampuan modul membantu menyelesaikan
34
tugas-tugas yang diberikan
Mempermudah siswa dalam belajar 35

53
2) Instrumen untuk Ahli Media

Angket untuk ahli media dikembangkan berdasarkan dari elemen yang

mensyaratkan agar modul yang dikembangkan mampu meningkatkan motivasi

dan efektivitas penggunanya dan menjadi bahan ajar yang berkualitas menurut

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Dirjen Pendidikan Dasar dan

Menengah Departemen Pendidikan Nasional (Widodo, 2008). Angket untuk ahli

media ditinjau dari 3 komponen penilaian. Komponen pertama yaitu ukuran

modul yang terdiri dari 1 aspek, komponen yang kedua yaitu desain cover modul

yang terdiri dari 3 aspek sedangkan komponen ketiga yaitu desain isi modul yang

terdiri dari 3 aspek. Penilaian validasi media pada pengembangan modul mata

pelajaran Perawatan Gedung ini adalah Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

yaitu Dr. V. Lilik Hariyanto, M.Pd..

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Ahli Media Pembelajaran

Komponen Indikator Komponen Nomor Butir Jumlah Soal


Ukuran Ukuran fisik modul 1, 2 2
Modul
Desain Tata letak sampul modul 3, 4, 5, 6 9
Sampul Huruf yang digunakan 7, 8, 9
Modul Menarik dan mudah dibaca
Ilustrasi sampul modul 10, 11
Desain Konsistensi tata letak 12, 13 20
isi Unsur tata letak harmonis 14, 15, 16
modul Unsur tata letak lengkap 17, 18
Tata letak mempercepat 19, 20
Pemahaman
Tipografi isi buku sederhana 21, 22
Tipografi mudah dibaca 23, 24, 25
Tipografi isi buku 26, 27
Memudahkan pemahaman
Ilustrasi isi 28, 29, 30, 31

54
3) Instrumen untuk Guru Mata Pelajaran

Kuesioner masukan yang dibuat dan akan digunakan oleh guru mata

pelajaran ditinjau meliputi kemudahan memahmi materi dan penggunaan modul,

kepuasan terhadap mata pelajaran Perawatan Gedung dengan adanya modul.

Penilaian validasi guru mata pelajaran pada pengembangan modul mata pelajaran

Perawatan Gedung ini adalah guru pengampu dari SMK Negeri 2 Yogyakarta

yaitu Drs. FX. Suripta. Kisi-kisi instrumen validasi modul oleh guru mata

pelajaran Perawatan Gdung ada pada Tabel 6.

Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Guru Mata Pelajaran

No Aspek Indikator Nomor Butir


1. Media Keterbacaan teks atau tulisan 1,2
Penyajian gambar,tabel dan ilustrasi 3,4,5
Penggunaan jenis dan ukuran huruf 6, 7
Penggunaan warna pada modul 8, 9
Penyajian sampul modul 10
2. Materi Penyajian materi 11, 12
Kemudahan memahami materi 13, 14
Ketepatan sistematika penyajian materi 15, 16
Penggunaan simbol dan lambang 17, 18
Pemilihan bahasa yang digunakan 19, 20
3. Manfaat Memberikan motivasi siswa dalam belajar 21
Menjadikan siswa menjadi aktif belajar dan
menuntun siswa memecahkan masalah 22
terkait perawatan gedung
Meningkatkan kompetensi siswa 23
Membantu menyelesaikan tugas-tugas yang
24
diberikan
Mempermudah siswa dalam belajar 25
Ketertarikan menggunakan bahan ajar
26
berbentuk modul

55
3. Teknik Analisis Datas

Dalam penelitian pengembangan modul mata pelajaran Perawatan Gedung

kelas XI SMK menggunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif. Pengujian

media pembelajaran akan memperoleh data yang didapatkan dari pengisian angket

yang dilakukan oleh 1 ahli materi, 1 ahli media dan uji kelayakan guru mata

pelajaran Perawatan Gedung kelas XI SMK Negeri 2 Yogyakarta. Alat ukur yang

digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket dengan skala pengukuran

yang digunakan adalah skala Likert. Menurut Sudaryono (2013), Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.

Tabel 7. Aturan Skor Butir Instrumen Ahli Media, Ahli Materi dan Guru Mapel

Penilaian Keterangan Skor


S Setuju 4
CS Cukup setuju 3
KS Kurang setuju 2
TS Tidak setuju 1
(Sumber: Sudaryono, 2013)

Teknik analisis data untuk kelayakan melalui lembar validasi dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Kalkulasi semua data di peroleh untuk setiap komponen dari butir penilaian

yang tersedia dalam instrumen penilaian dengan menggunakan skala

interval 1 sampai 4.

b. Mengubah skor menjadi nilai dengan kriteria. Untuk mengetahui kualitas

media hasil pengembangan, maka data yang mula-mula berupa skor diubah

menjadi data kualitatif (data interval) dengan menggunakan metode rentan

skala. Untuk menentukan rentang skala menggunakan rumus:

56
Rentang Skala =

Rt = Rentang Tertinggi

Rr = Rentang Terendah

M = Jumlah Interval

Tabel 8. Penilaian dengan Skala Likert

No Interval Nilai Kategori Skor


1 3,25 – 4,00 Sangat layak 4
2 2,50 – 3,25 Layak 3
3 1,75 – 2,50 Cukup layak 2
4 1,00 – 1,75 Tidak layak 1
(Sumber: Umar, 2011)

Pedoman konversi di atas digunakan untuk menentukan kelayakan produk

pengembangan modul mata pelajaran Perawatan Gedung di SMK. Berpedoman

pada tabel tersebut, lebih mudah memberikan suatu kriteria bahwa modul

pembelajaran hasil pengembangan sudah layak atau belum digunakan dalam

kegiatan pembelajaran baik dari aspek materi dan aspek media pembelajaran.

Adanya kategori kelayakan media pada tabel diatas, maka rekapitulasi data

validasi dapat disimpulkan dengan berdasar kategori yang telah ditetapkan.

Sehingga indikator dalam penilaian pengembangan media modul mata pelajaran

Perawatan Gedung kelas XI SMK dapat disimpulkan mengenai tingkat

kelayakannya. Pengembangan media modul pembelajaran dapat digunakan

apabila hasil penilaian dari responden minimal masuk kategori layak.

57

You might also like