Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

TOPIKAL APLIKASI FLUOR

Topikal aplikasi fluoride adalah suatu tindakan pengulasan larutan fluoride pada
permukaan gigi yang sudah erupsi. Aplikasi topikal fluorida menambah kekuatan email
dan dentin, menambah daya tahan terhadap asam, remineralisasi, mengurangi sifat
kariogenik plak.

Mekanisme kerja fluoride


Mekanisme kerja Fluoride secara topikal adalah dimana fluor meningkatkan
remineralisasi dan mencegah demineralisasi. Ion kimia yang paling diharapkan berikatan
dengan hidroksi apatit adalah ion fluor, karena ion fluor memiliki efek pencegahan karies
secara topikal pada gigi. Pada Proses demineralisasi fluor membentuk ion hidrofluorid
acid H+F- . Ion H+ masuk ke dalam dinding sel bakteri sehingga menjadi asam dan
menghambat bakteri berkembang sedangkan pada ion F- menghambat enzim enolase
akibatnya glikolisis pada sel bakteri terhambat, bakteri tidak menghasilkan energi yang
cukup dan perkembangan bakteri terhambat. Pada proses remineralisasi fluor bekerja
dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasikan
karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang
lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam.

Indikasi dan Kontra indikasi Penggunaan Fluor


Menurut Donley (2003), meliputi:
A. Indikasi
 Pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai tinggi.
 Gigi dengan permukaan akar yang terbuka.
 Gigi yang sensitif.
 Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi
(contoh: Down Syndrome).
 pasien yang sedang dalam perawatan orthodontic.
B. Kontra Indikasi
 Pasien anak dengan resiko karies rendah.
 Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor.
 Ada kavitas besar yang terbuka.
[Type text] Page 1
Kadar fluor yang cukup agar gigi tahan terhadap asam adalah sekitar 40000 ppm.
Kadar fluor agar didapatkan sebanyak 40000 ppm didapatkan secara sistemik dan topikal.
Terdapat 3 cara pemberian fluor secara sistemik yaitu fluoridasi air minum, pemberian
fluor melalui makanan dan pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan. Sedangkan
pemberian fluor secara topikal juga ada 3 yaitu topikal aplikasi fluor, kumur-kumur
menggunakan larutan yang mengandung fluor dan menyikat gigi dengan pasta yang
mengandung fluor.

Semua zat bila digunakan tidak semestinya atau berlebihan maka akan menyebabkan
masalah atau berbahaya bagi kesehatan. Begitu juga dengan fluor jika dalam tubuh kita
terdapat kelebihan fluor dapat mengakibatkan berbagai macam masalah seperti fluorosis
gigi dan tulang. Konsumsi 2 ppm fluor dapat menyebabkan mottled enamel, 5 ppm dapat
menyebabkan osteosklerosis, 50 ppm dapat menyebabkan kelainan kalenjar tiroid, 120
ppm dapat menyebabkan retardasi mental, 125 ppm dapat menyebabkan penyakit ginjal,
dan 2,5 gram sampai 5 gram dapat menyebabkan dosis akut dan kematian. Kelebihan
flour dapat mengakibatkan kelainan tulang dan gigi. Flour dalam tubuh separuhnya akan
disimpan dalam tulang dan terus bertambah sesuai umur, akibatnya tulang menjadi
mudah patah karena terjadi flourosis pada tulang.

Macam-macam topika aplikasi fluor terdiri dari 4 macam yaitu NaF 2%, SnF2 8-
10%, APF 1,23% yang pemakaiannya dioleskan pada permukaan gigi dan varnish
fluoride. NaF pertama kali digunakan sebagai bahan pencegahan gigi karies. Naf
merupakan bahan yang sering dipakai karena disimpan untuk waktu yang agak lama,
memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi dan tidak mengiritasi gingiva. NaF
dapat mengurangi karies pada gigi tetap ±30%. NaF dilarutkan menggunakan bubuk 0,2
gram dengan air destilasi 10 ml.

SnF jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran misalnya rasa yang
tidak enak sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya mengubah warna gigi
karena bereaksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan serta mengiritasi gingiva.

Ada beberapa agen yang digunakan sebagai aplikasi topikal, salah satunya adalah
Acidulated Phosphate Fluoride (APF). APF telah digunakan di negara-negara dengan
aktivitas karies tinggi, tingkat kesadaran rendah dalam pencegahan, dan sistem perawatan
kesehatan gigi yang belum tertata dengan baik. APF adalah turunan natrium fluorida
dalam bentuk larutan, gel atau bubuk yang mengkarakterisasi asam pada pH 3 sampai 4
dan menjadi karakter buffer jika berinteraksi dengan fosfat. APF sudah teruji dalam
penggunaannya, baik dalam bentuk larutan maupun gel, namun gel merupakan bentuk
yang paling sering digunakan. Agen ini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
mengikat kalsium email. Ini juga tidak menyebabkan iritasi dan tidak menodai yang
dapat ditoleransi dengan menambah rasa serta mudah diterima oleh pasien. Efektivitas
APF bisa bermacam-macam, bergantung pada metode dan frekuensi penerapannya. Agen
ini merupakan mineral yang dapat memperkuat permukaan email dan mencegah karies
akar serta menghambat risiko karies akibat produk saliva yang lebih sedikit karena terapi
radiasi atau kemoterapi.

APF biasanya mengandung 2% natrium fluorida, 0,34% hidrogen fluorida, dan asam
fosfat 0,98%. APF berbentuk larutan, gel atau foam. APF dapat digunakan untuk anak-
anak 6 tahun ke atas dan dewasa dengan risiko karies tinggi tetapi memiliki
kontraindikasi pada pasien yang mengalami reaksi hipersensitif, pasien yang memiliki
implan gigi, pasien dengan restorasi komposit, porselen, kompomer, dan GIC.

Varnish, gel dan pasta merupakan bentuk produk fluorida topikal yang telah terbukti
efektif dalam mencegah karies gigi, varnish dipilih oleh sebagian besar dokter gigi karena
kemudahan aplikasi, risiko tertelan yang lebih rendah (Salah satu produk fluoride varnish
yang tersedia secara komersial adalah varnish natrium fluoride (NaF) dengan kandungan
NaF sebesar 5% atau setara dengan 22.600 ppm. Kandungan NaF ini memungkinkan
fluoride varnish untuk melekat pada gigi walaupun terdapat lapisan saliva pada
permukaan gigi tersebut. Fluoride varnish tidak hanya dapat mencegah demineralisasi,
tetapi juga meningkatkan remineralisasi dengan mengkombinasikannya dengan mineral,
yakni Tricalcium Phosphate (TCP).

Varnish fluoride dapat diberikan pada semua usia, dimulai dari bayi sampai pasien
dewasa namun lebih ditujukan pada masa pertumbuhan dan perkembangan gigi. Varnish
sangat mudah diaplikasikan pada pasien tidak memerlukan instrument khusus sehingga
pasien anak tidak akan takut bila dilakukan aplikasi topikal dengan cara ini.

[Type text] Page 3


Cara Penggunaan Fluor
Penggunaan fluor ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sistemik dan lokal.
1. Penggunaan fluor secara sistemik
Fluor mencapai permukaan enamel gigi melalui proses pencernaan di tubuh. Pada
pemberian fluor secara sistemik, fluor masuk kedalam tubuh melalui mulut, sehingga
pemberian fluor sistemik juga mempunyai efek topikal pada gigi. Yang termasuk pemberian
fluor secara sistemik yaitu:
a) Melalui air minum PAM
Memasukkan fluor kedalam air minum merupakan cara pemberian fluor yang paling praktis,
mudah dan ekonomis. Konsentrasi fluor yang ditambahkan ke dalam air minum harus dapat
mencegah karies secara maksimal tanpa menyebabkan fluorosis yang mengganggu. Untuk
Indonesia konsentrasi fluor yang dimasukkan kedalam air minum sebaiknya 0,7 ppm (1 ppm = 1
mg fluor dalam 1 liter air). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian fluor
melalui air minum dapat mengurangi prevalensi karies sampai 60%. Di Indonesia masih banyak
kesulitan teknis yang harus diatasi untuk memasukkan fluor ke dalam air minum. Selain itu,
penduduk di Indonesia sebagian besar tidakmendapatkan air minum dari air PAM, melainkan
dari mata air, sungai, sumur, dll. Oleh karena itu, pemberian fluor melalui PAM untuk Indonesia
kurang efektif. Setiap daerah mempunyai kadar fluor yang relatif berbeda-beda, dipengaruhi
oleh musim, karakeristik geologi, kimia dan fisik akuifer, porositas tanah dan kegiatan unsur
kimia lain. Pada umumnya daerah pegunungan mempunyai kadar lebih rendah dibandingkan
daerah pesisir pantai karena di daerah pesisir, kandungan mineral dari laut akan meresap ke
sumber air tanah di daerah pesisir pantai. Tinggi rendahnya kadar fluor suatu daerah dapat
dilihat dari kandungan fluor dalam air tanahnya.
Bahan yang biasanya dipakai yaitu NaF, karena mempunyai sifat antara lain :
 Mudah didapat dan harganya murah
 Mudah larut dalam air
 Mudah melepaskan ion fluor bebas
b) Fluoridasi garam dapur
c) Fluoridasi air susu
d) Minum tablet hisap fluor
2. Penggunaan fluor secara local
Fluor yang diberikan secara lokal dapat mencapai permukaan email secara langsung tanpa
melalui pencernaan. Pemberian fluor secara lokal hanya mempunyai efek pada gigi yang sudah
erupsi. Contoh pemberian fluor secara lokal :
a) Swa-aplikasi atau brush in atau pada saat sikat gigi
Bahan yang dipakai adalah pasta fluor, misalnya natrium fluoride atau stannous fluoride.
Ada 2 macam pasta fluor, yaitu :
 Pasta fluor dengan konsentrasi fluor rendah (0,4%) dapat dipakai untuk setiap hari
 Pasta fluor dengan konsentrasi (10%) dapat dipakai 1 atau 2 atau 4 bulan sekali
b) Kumur-kumur
Bahan yang dipakai adalah tablet NaF yang dilarutkan dalam 10 cc air sehingga didapat
fluor dengan konsentrasi 0,2%. Kumur dengan larutan NaF selama kurang lebih 3 menit. Obat
kumur tidak boleh digunakan untuk anak usia kurang dari 6 tahun karena ada kemungkinan
anak-anak pada usia ini akan menelannya.
c) Gel atau foam
Pengaplikasian gel atau foam yang berfluoride dilakukan oleh dokter gigi. Caranya yaitu gel
atau foam diaplikasikan pada mouth tray kemudian mouth tray ini digigit. Aplikasi ini biasanya
memakan waktu 4 menit. Pasien tidak boleh berkumur, makan, merokok ataupun minum
setidaknya 30 menit setelah pengaplikasian ini.
d) Varnish
Retensi lebih lama daripada gel dan melepaskan ion fluoride sedikit demi sedikit. Varnish
mengandung 5% NaF (Sodium fluoride).

Manfaat Topical Aplication Fluor


Ada beberapa manfaat aplikasi fluor secara topical, diantaranya yaitu:
1. Dapat menghambat karies gigi yaitu enamel menjadi lebih tahan terhadap demineralisasi
asam
2. Dapat memacu proses remineralisasi pada permukaan enamel
3. Menghambat sistem enzim mikrobiologi yang merubah karbohidrat menjadi asam dalam
plak gigi
4. Adanya efek bakteriostatik yang menghambat kolonisasi bakteri pada permukaan gigi

[Type text] Page 5


Metode Menyikat Gigi
Ada macam-macam metode penyikatan gigi, yaitu:
1. Metode Vertikal: dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi, kedua rahang tertutup
lalu gigi disikat dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan gigi
belakang, gerakan yang dilakukan sama tetapi mulut dalam keadaan terbuka.
Sedangkan pada metode horizontal semua permukaan gigi disikat dengan gerakan ke
kiri dan ke kanan. Kedua metode tersebut cukup sederhana, tetapi tidak begitu baik
untuk dipergunakan karena dapat mengakibatkan resesi gingiva dan abrasi gigi.
2. Metode Roll: ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi dan
arah bulu sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi.
Ujung bulu sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak
membentuk lengkungan melalui permukaan gigi. Permukaan atas mahkota juga
disikat. Gerakan ini diulangi 8-12 kali pada setiap daerah dengan sistematis. Cara
pemijatan ini terutama bertujuan untuk pemijatan gusi dan untuk pembersihan daerah
interdental.
3. Metode Charter: ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi (oklusal),
membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan ke atas. Sikat gigi
digetarkan membentuk lingkaran kecil, tetapi ujung bulu sikat harus berkontak
dengan tepi gusi. Setiap bagian dapat dibersihkan 2-3 gigi. Metode ini merupakan
cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan pendukung gigi, walaupun agak sukar
untuk dilakukan.
4. Metode Bass: bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut 45 derajat dengan
panjang gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga menyentuh tepi gusi. Dengan cara
demikian saku gusi dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat dipijat. Sikat gigi
digerakkan dengan getaran kecil-kecil ke depan dan ke belakang selama kurang lebih
15 detik. Teknik ini hampir sama dengan teknik Roll, hanya berbeda pada cara
pergerakan sikat giginya dan cara penyikatan permukaan belakang gigi depan. Untuk
permukaan belakang gigi depan, sikat gigi dipegang secara vertikal.
5. Metode Fones atau teknik sirkuler: bulu sikat ditempelkan tegak lurus pada
permukaan gigi. Kedua rahang dalam keadaan mengatup. Sikat gigi digerakkan
membentuk lingkaran-lingkaran besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas dan bawah
dapat disikat sekaligus. Daerah diantara 2 gigi tidak mendapat perhatian khusus.
Untuk permukaan belakang gigi, gerakan yang dilakukan sama tetapi lingkarannya
lebih kecil.
6. Metode Stillman dimodifikasi: dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan
resesi gingiva yang parah disertai tersingkapnya akar gigi, guna menghindari
dekstruksi yang lebih parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi
yang dianjurkan adalah sikat gigi dengan kekerasan bulu sikat sedang sampai keras,
yang terdiri dari dua atau tiga baris rumpun bulu sikat.
Teknik penyikatan gigi yang dilakukan pada usia sekolah adalah teknik roll. Metode
penyikatan gigi pada anak lebih ditekankan agar mampu membersihkan keseluruhan
giginya bagaimanapun caranya, namun dengan bertambahnya usia diharapkan
metode Bass dapat dilakukan.

You might also like