2840-Article Text-10347-1-10-20230831
2840-Article Text-10347-1-10-20230831
2840-Article Text-10347-1-10-20230831
Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran, Vol. 6, No. 2, Mei - Agustus 2023
Abstract
The Independent Curriculum is an educational approach that gives children the freedom to
develop their potential based on individual interests, talents and needs. In implementing
the independent curriculum, it certainly requires the role of the principal and teacher in
order to create good teaching and learning activities for children. The purpose of this
study was to explore and analyze (1) the preparation of differentiated teaching modules,
(2) the implementation of differentiated learning, (3) the way teachers identify children's
learning characteristics. This research model uses a qualitative case study approach with
participatory observation methods and structured interviews. Data collection techniques
were collected through direct observation or in-class observation, interviews with the
principal and also two teachers in grades A and B, as well as documentation. The data
analysis technique uses the Milles and Huberman models, namely data reduction, data
presentation and data verification/drawing conclusions. The results of this study indicate
that with the implementation of an independent curriculum, differentiated learning
provides significant benefits for both children and teachers. In the context of the
independent curriculum itself the teacher is given the freedom to arrange teaching
modules and adjust to the implementation of differentiated learning according to learning
strategies that suit the individual needs of each child. and in differentiated learning the
teacher can identify the characteristics of learning in children and know the abilities,
interests, and learning styles that will enable each child to grow and develop according to
their potential.
Keywords: Kurikulum Merdeka, Pembelajaran Berdiferensiasi, PAUD, IKM
Pendahuluan
Pada kondisi sistem pendidikan di Indonesia kali ini memiliki beberapa adanya perubahan
kurikulum yang akibat dampak dari pandemi covid 19. Maka dari adanya permasalahan
tersebut yang terjadi pada akhir tahun 2019 kemudian menyebar luas pada negara–negara
lainnya termasuk Indonesia sampai pada tahun 2020. Yang dimana pada permasalahan
tersebut tidak hanya menghancurkan, tetapi juga merusak dan mengubah berbagai tatanan
kehidupan manusia, termasuk sistem pendidikan (Ariga, 2022). Akhir-akhir ini, kementrian
pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) telah meluncurkan program yang berkaitan
dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang di implementasikan pada kurikulum
belajar sendiri di berbagai jenjang lembaga pendidikan, termasuk pendidikan anak usia dini dan
diterapkannya pada sekolah penggerak karena sekolah penggerak itu sendiri merupakan salah
satu solusi yang diberikan pemerintah untuk membenahi sistem pendidikan (Inovasi et al,
2023).
https://doi.org/10.30605/jsgp.6.2.2023.2840
179
Vol. 6, No. 2, Mei - Agustus 2023
ISSN 2654-6477
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi pada kurikulum merdeka bermain dan belajar ini
bukan tanpa alasan (Asri, 2017), melainkan karena kemendikbud ingin semua institusi
pendidikan di Indonesia memiliki suasana belajar yang bahagia, di mana bahagia yang
dimaksud adalah bahagia bagi pendidik, bahagia bagi anak, dan bahagia bagi wali murid atau
orang tua. Karena seharusnya pembelajaran anak usia dini tidak terbatas pada interaksi antara
guru dan siswa di ruang kelas. Relasi antara orang tua, guru, dan anak juga dapat terjadi di
mana saja.
Maka dari pembelajaran berdiferensiasi pada implementasi kurikulum Dalam pendidikan
anak usia dini, belajar merdeka tidak menuntut anak-anak untuk belajar membaca, menulis,
atau berhitung dengan menggunakan sistem pembelajaran yang monoton atau lembar kerja
anak. Sebaliknya, gagasan belajar merdeka ini dapat membantu anak-anak berpartisipasi dalam
kegiatan, menjadi lebih kreatif, dan berbicara dengan lebih baik (Beckmann et al., 2006).
Dalam hal ini, kebebasan yang dimaksud dengan "merdeka" adalah kebebasan anak untuk
berpikir, bergerak, berinovasi, dan berkreativitas (Cahayanti et al., 2022).
Penggunaan konsep merdeka belajar dalam pendidikan anak juga merupakan salah satu
pendidikan yang memberikan potensi besar dalam pengembangan pendidikan di Indonesia
menjadi lebih baik (Hasibuan et al., n.d.). Hal tersebut juga sependapat pada (Diputera et al.,
2022) yang menyatakan bahwa didalam dunia Pendidikan tentu penting adanya Penggunaan
konsep merdeka belajar yang tentunya pendidikan dapat memberikan potensi yang besar
dalam pengembangan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Begitu juga dengan model
pembelajaran yang merupakan proses dari penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan
anak berinteraksi dalam pembelajaran dengan tujuan untuk perkembangan pada diri anak.
Adapun komponen yang terdapat pada model pembelajaran meliputi : konsep, tujuan, materi,
prosedur, metode, sumber belajar, dan teknik evaluasi (Rusman, 2013).
Didalam pembelajaran perlu adanya sumber belajar dengan segala macam bahan yang
dapat digunakan untuk memberikan informasi maupun berbagai pengertian pada anak maupun
guru (Eka et al, 2022). Maka oleh karena itu, sebaiknya guru menggunakan media yang nyata
dan pembelajaran yang menyenangkan untuk anak. Hal tersebut sependapat dengan (Fadillah,
2022) yang mengungkapkan bahwa Kegiatan belajar mengajar merupakan tugas rutin seorang
guru untuk mengembangkan bakat dan kemampuan anak. Oleh karena itu, guru harus selalu
belajar bagaimana mengelola kelas secara profesional agar bakat dan kemampuan anak dapat
berkembang secara optimal.
Kurikulum Merdeka adalah suatu pendekatan pendidikan yang digunakan di Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia. Kurikulum merdeka ini bertujuan untuk memberikan
kebebasan dan kreativitas dalam pembelajaran, sehingga anak didik dapat belajar sesuai
dengan potensi dan kebutuhan mereka masing-masing. Pada tahun 2021 Kurikulum merdeka
berubah menjadi kurikulum yang beragam dengan tujuan agar peserta didik memiliki cukup
waktu untuk mempelajari konsep dan menguatkan kemampuan mereka. Di sisi lain, guru
memiliki kebebasan untuk memilih perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan
dengan kebutuhan belajar dan minat siswa (Baharuddin, 2021).
180
Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran
ISSN 2654-6477
Kemudian merdeka belajar juga menjadi sebuah program kebijakan baru yang diterapkan
oleh kemendikbud RI. Yang dimana dalam Kurikulum Merdeka, guru di PAUD diharapkan
untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan menarik, serta melibatkan
anak didik dalam proses pembelajaran sehingga mereka dapat aktif berpartisipasi. Kurikulum
merdeka PAUD mengutamakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermain untuk
membantu anak-anak dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang positif.
Tujuannya adalah keinginan untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan bagi semua
orang yang terlibat dalam prosesnya (Fitri et al., 2022).
Implementasi Kurikulum Merdeka, guru juga diharapkan untuk tidak hanya fokus pada
pembelajaran akademik tetapi juga memberikan perhatian yang cukup pada pengembangan
aspek sosial dan emosional anak didik. Dengan adanya hal ini, diharapkan anak didik akan
terbiasa dengan belajar yang menyenangkan dan mempunyai motivasi yang tinggi dalam
menimba ilmu pengetahuan. Maka konsep merdeka belajar sendiri dapat diartikan sebagai cara
mengaplikasikan kurikulum pada proses pembelajaran yang dilkukan dengan cara yang
menyenangkan. Selain itu pengembangan pemikiran yang inovatif dari guru juga menjadi salah
satu faktor keberhasilan karena dapat menumbuhkan sikap positif anak didik dalam merespon
setiap pembelajaran (Herwina, 2021).
Sementara itu berkaitan dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi, dari hasil
observasi awal yang telah dilakukan sebelumnya di TK Al-Ikhlas Surabaya, mengenai judul
berpendapat bahwa pada penerapan pembelajaran berdiferensiasi merupakan hal yang baru
untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu
setiap anak. penerapan pembelajaran berdiferensiasi itu sendiri pada TK Al-ikhlas lebih di
fokuskan pada anak TK B karena menurut kepala sekolah di tahap usia tersebut ialah pondasi
yang artinya dapat mencakup capaian perkembangan yang diharapkan dikuasai oleh anak.
Selain itu di dalam penerapannya masih perlu adanya pembinaan dari fasilitator tentang alur
pada penerapan kurikulum merdeka didalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Di dalam
pelaksanaan juga cara guru mengidentifikasi karakteristik belajar anak pembelajaran
berdiferensiasi di TK Al-ikhlas anak-anak sebelum masuk ke ruang kelas guru sudah
menyiapkan materi, dari materi tersebut anak dibebaskan untuk memilih mana yang disukai,
jadi guru tidak ada pemaksaan anak supaya memilih semua untuk dilakukan (Hadiansyah et al,
2019).
Di TK Al-ikhlas sendiri sudah tidak memakai lembar kerja. Setelah satu minggu hasil setiap
anak wawancarakan guru pada orang tua. Jadi di dalam penerapan pembelajaran
berdiferensiasi ini yang bergerak tidak hanya guru melainkan orang tua ikut serta di dalamnya.
Selain itu disisilain guru juga mengalami beberapa kesulitan karena didalam penyusunan
modul ajar yang tentu berbeda dari kurikulum sebelumnya karena metode penyusunan modul
sebelumnya guru tidak perlu memetakan profil tiap anak, sementara saat ini guru harus
memetakan profil setiap anak di awal pembelajaran. Profil yang dimaksud itu dapat
dikategorikan berdasarkan adanya gaya belajar, kemampuan anak, dan juga bakat yang
terdapat pada anak. Selain itu guru juga harus memperhatikan penilaian anak didik secara
signifikan seperti penilaian pada saat pembelajaran diantaranya menilai beragam materi
181
Vol. 6, No. 2, Mei - Agustus 2023
ISSN 2654-6477
pembelajaran sekaligus instrument penilaiannya. Di sisi lain, penerapan berdiferensiasi ini juga
menguntungkan karena membuat siswa bisa lebih mampu memaksimalkan potensi yang ada
dalam diri setiap anak.
Jika melihat paparan di atas jelas bahwa ternyata penerapan pembelajaran berdiferensiasi
bisa dibilang belum maksimal. Sehingga guru mendapatkan tantangannya masing-masing
untuk bisa menerapkan pembelajaran tersebut. Dalam praktiknya jelas dibutuhkan kesiapan
yang matang agar proses belajar bisa berjalan dengan baik. Maka dari itu, penelitian ini ingin
mengfokuskan kajiannya pada bagaimana penyusunan modul ajar yang berdiferensiasi, lalu
bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang berdiferensiasi, kemudian bagaimana cara guru
mengidentifikasi karakteristik belajar anak.
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dilaksanakan di TK Al-Ikhlas
Surabaya. Data penelitian ini dibagi menjadi data primer dan sekunder melalui wawancara,
dokumentasi, dan observasi. Data primer dalam penelitian ini adalah; (1) kepala sekolah, (2)
Guru pada kelas A dan (3) Guru pada kelas B. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur,
buku, dan jurnal. Selama pengumpulan data, dokumentasi dan observasi pertisipasi dilakukan.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan melalui tahapan seperti reduksi (reduction),
penyajian (display), dan vertifikasi atau kesimpulan. Uji keabsahan data meliputi validitas
internal (creadibility), validasi eksternal (transferability), reliabilitas (dependability), dan
obyektifitas (confirmability).
Pengumpulan
data (Data
Penyajian
data (Data
Display)
Reduksi data
(Data
Reduktion) Conclusion
drawing/
Verification
Gambar 1. Analisis Data Model Interaktif Milles dan Huberman (Sugiyono, 2012)
182
Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran
ISSN 2654-6477
sendiri dilakukan secara berkelompok dan memang ada anak yang berbeda-beda sesuai pada
permasalahannya, tetapi jika di kelas tersebut memang banyak yang berbeda-beda tentu guru
mengalami kesulitan untuk memahami satu-persatu, jadi paling tidaknya dibedakan sesuai
dengan rentang pada kemampuan setiap anaknya. Seperti contoh bila ada beberapa anak yang
mengalami kesulitan atau kemampuannya kurang maka tentu guru akan memberikan
pembelajaran yang lebih mudah.
Namun jika ada kendala pada pembelajaran yang sudah disiapkan oleh guru namun anak
tidak mau maka gurupun juga sudah menyiapkan pembelajaran lain, karena pada dasarnya
guru sudah mengetahui karakter setiap anaknya, contohnya ketika anak yang mengalami
permasalahan saat pembelajaran maka guru akan memberikan pembelajaran yang mudah
sehingga anak itu mau melakukannya. Kurikulum merdeka ini kan banyak melakukan praktek
jadi dalam pembelajarannya tidak berbasis pada LK (lembar kerja), atau buku, melainkan guru
itu mengajak anak untuk bercakap-cakap atau berdiskusi, namun disisi lain memang ada juga
yang memang anak itu tidak respect, maka jika ada hal seperti itulah kendala yang dialami oleh
guru, karena tidak semua materi bisa dibuat berbeda-beda.
Penyusunan modul ajar di TK Al-Ikhlas Surabaya ini sesuai dengan pendapat peneliti
bahwa Modul ajar adalah perangkat pembelajaran atau rancangan yang berbasis kurikulum
yang digunakan untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan (Munaamah, 2021). Penting
bagi guru untuk merancang pembelajaran adalah modul ajar. Untuk membuat perangkat
pembelajaran yang berguna, guru harus dilatih dalam kemampuan berpikir mereka untuk
berinovasi dalam modul ajar. Oleh karena itu, membuat modul ajar merupakan kompetensi
pedagogik guru yang perlu dikembangkan. Ini akan memungkinkan guru untuk
mengembangkan teknik mengajar mereka dalam kelas yang lebih efektif dan efisien tanpa
menyimpang dari indikator pencapaian.
183
Vol. 6, No. 2, Mei - Agustus 2023
ISSN 2654-6477
Dalam PAUD, istilah "merdeka bermain" mengacu pada ide bermain sambil belajar atau
serasa belajar. Peserta didik menikmati bermain sambil belajar, sehingga pembelajaran tidak
perlu menggunakan sistem drilling dengan sistem menghafal atau mengerjakan lembar kerja
anak (LKA). Seperti contoh, peserta didik yang ingin masuk pendidikan jenjang lebih lanjut
menggunakan sistem drilling, yang menawarkan pembelajaran calistung yang diajarkan setiap
hari. Hal itu membuat siswa terkekang untuk menghafal huruf dan angka, menghalangi mereka
untuk belajar secara mandiri.
Sistem kurikulum merdeka berbeda dengan sistem pendidikan tersebut. Sistem ini
memiliki keunggulan karena lebih sederhana dan mendalam, lebih merdeka, lebih relevan, dan
lebih interaktif (Jannah et al., 2023). Pembelajaran lebih sederhana berarti pelajaran
difokuskan pada pokok bahasan yang penting dan materi yang dapat meningkatkan
keterampilan perkembangan anak. Guru menggunakan bahasa yang sederhana untuk
menyampaikan informasi atau materi. Selanjutnya, pembelajaran disusun lebih dalam dan
diterapkan dengan cara, teknik, dan strategi yang menyenangkan untuk menghasilkan
pembelajaran yang bermakna.
Pembelajaran bebas berarti anak-anak memiliki kebebasan untuk memilih minat dan bakat
mereka sendiri. Sebagai contoh, kegiatan ekstrakurikulikuler di PAUD adalah kegiatan utama.
Ekstrakurikulikuler termasuk melukis, menari, drumband, angklung, dan banyak lagi. Peserta
didik dapat memilih kegiatan apa pun yang mereka sukai atau sesuai dengan kemampuan
mereka. Pendidik mengatur kegiatan pembelajaran sesuai dengan tahapan dan capaian
perkembangan anak. Satuan pendidikan juga memiliki kebebasan untuk mengembangkan dan
mengelola kurikulum yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan karakteristik
anak sehingga saling berkaitan.
Pembelajaran lebih relevan dan interaktif artinya pembelajaran dilakukan melalui kegiatan
proyek, memberi peserta didik kesempatan untuk membuat tugas karya sendiri setelah
mendapatkan materi pelajaran. Ini adalah salah satu cara pendidik mengevaluasi kemampuan
siswa untuk menerima tema pelajaran (Aroka et al., 2023). Selain itu, dapat mendukung
perkembangan dan kemampuan siswa Pancasila. Karakteristik utama kurikulum merdeka
PAUD adalah sebagai berikut: kegiatan pembelajaran melalui bermain dianggap sebagai proses
belajar; penguatan relevansi PAUD sebagai fase fondasi; penguatan profil pelajar Pancasila;
proses pembelajaran dan asesmen yang lebih fleksibel; penguatan kecintaan pada literasi dan
numerasi sejak dini; dan adanya proyek untuk meningkatkan profil pelajar Pancasila. Selain itu,
hasil asesmen digunakan sebagai dasar bagi guru untuk merancang kegiatan main dan pijakan
orang tua untuk mengajak anak mereka bermain.
184
Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran
ISSN 2654-6477
Model Pembelajaran Sentra, yang sesuai dengan teori (Kemp, 1995) bahwa model
pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Pelaksanaan pembelajaran
berdiferensiasi di TK-Al-Ikhlas Surabaya bahwa pembelajarannya selaras dengan peneliti
sebelumnya bahwa model pembelajaran sudut adalah model pembelajaran yang menyediakan
sudut-sudut kegiatan yang berpusat pada minat anak dan membangun kegiatan pembelajaran
(hijriati, 2017). Karena minat anak yang beragam, alat dan media yang diberikan juga harus
berbeda. Sentra bermain adalah area atau area yang terdiri dari berbagai komponen yang
berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh potensi
dasar anak didik dalam berbagai aspek perkembangan secara seimbang dan serba seimbang.
185
Vol. 6, No. 2, Mei - Agustus 2023
ISSN 2654-6477
gambaran model pembelajaran yang sangat tepat untuk mewujudkan students’ well-being
(Anggraini et al., 2022). Secara sistematis pembelajaran berdiferensiasi dilakukan dengan (1)
mengumpulkan informasi keadaan peserta didik yang meliputi kemampuan untuk belajar
(readiness), minat (interest), dan profil belajar peserta didik (learning profile); (2) merancang
pembelajaran berdiferensiasi dengan membedakan isi, proses dan produk dengan mengacu
pada hasil data langkah pertama; (3) hasil rancangan diterapkan dalam proses pembelajaran di
kelas.
Hal tersebut selaras pada hasil observasi serta mengamati yang dilakukan di TK Al-Ikhlas
Surabaya ini bahwa untuk mengetahui setiap karakteristik anak pada saat di dalam kelas untuk
memahami bagaimana engan uraian tersebut nantinya mencakupkan berbagai aspek, seperti
motorik, bahasa, kongnitif dan emosionalnya. Supaya hasilnya maksimal untuk mengetahui
tersebut perlu adanya kolaboorasi dengan orang tua supaya mendapatkan pemehaman lebih
terhadap karakteristik belajar anak tersebut. Selain itu kolaborasi dengan orang tua dapat
memberikan wawasan pada guru tentang pola belajar anak di rumah, minat anak saat di luar
sekolah dan tentang perkembangan anak secara menyeluruh. Selain itu guru biasanya juga
mengadakan diskusi sesama secara rutin dengan saya selaku kepala sekolah, untuk berbagi
pengalaman tentang strategi, dan pengamatan terkait pada belajar anak. hal tersebutlah
nantinya dapat membantu guru dalam mengidentifikasi perkembangan belajar anak.
Kesimpulan
Implementasi kurikulum merdeka merupakan pendekatan pada guru yang memahami dan
menghargai setiap perbedaan mengenai kemampuan masing-masing anak. Pembelajaran
berpusat pada anak dirancang oleh guru dengan merdeka bermain, yang digunakan dalam
kurikulum merdeka mengenai materi, prosedur, dan produk pembelajaran. Ini dapat digunakan
untuk menilai kemampuan dan tahapan perkembangan anak usia dini. Berdasarkan penelitian
yang dilakkan di TK AL-IKHLAS Surabaya dengan satu kepala sekolah dan dua guru dari TK B
dan TK A, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa implementasi kurikulum merdeka dalam
penerapan pembelajaran berdiferensiasi seperti (1) Penyusunan modul ajar yang
berdiferensiasi, sudah di laksanakan akan tetapi memang guru masih perlu untuk terus belajar
menciptakan modul ajar dengan kegiatan yang lebih bervariasi dan sesuai pada kemampuan
setiap anak, (2) Pelaksanaan pembelajaran yang berdiferensiasi sudah sesuai dan terdapat
strategi yang dibuat untuk penerapan yang berdiferensiasi, dan (3) Cara guru mengidentifikasi
gaya belajar anak, untuk hal tersebut cara pada gurunya yaitu perlu adanya kolaboorasi dengan
orang tua supaya mendapatkan pemehaman lebih terhadap karakteristik belajar anak tersebut.
Selain itu kolaborasi dengan orang tua dapat memberikan wawasan pada guru tentang pola
belajar anak di rumah, minat anak saat di luar sekolah dan tentang perkembangan anak secara
menyeluruh.
Acknowledgment
-
186
Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran
ISSN 2654-6477
Daftar Pustaka
Anggraini, H., Haryono, S. E., Muntomimah, S., Wijayanti, R., & Akbar, M. R. (2022). Strategi
Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka Berbasis Individual
Differences. Jurnal Ilmiah Potensia, 7(1), 64-74. https://doi.org/10.33369/jip.7.1.64-74
Ariga, S. (2022). Implementasi Kurikulum Merdeka Pasca Pandemi Covid-19 Implementation
of the Independent Curriculum After the Covid-19 Pandemic. 2(2), 662–670.
https://doi.org/10.56832/edu.v2i2.225
Asri, M. (2017). Dinamika Kurikulum Di Indonesia. Modelling: Jurnal Program Studi PGMI,
4(2), 192–202.
Aroka, R., Desman, D., Kustati, M., & Sepriyanti, N. (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka
Belajar Di SMA Negeri 9 Padang. Innovative: Journal Of Social Science Research,
3(2), 9606-9616. https://doi.org/10.31004/innovative.v3i2.1529
Baharuddin, M. R. (2021). Adaptasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (Fokus:
Model MBKM Program Studi). Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 4(1), 195–205.
https://doi.org/10.30605/jsgp.4.1.2021.591
Beckmann, H. & Shöllhorn, W. I. (2006). Differenzielles Lernen im KugelstoBen.
Leistungssport. 1(2).
Chayanti, D. F. N., & Setyowati, S. (2022). Pengaruh 5 Teknik Finger Painting Terhadap
Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Kelompok B. JP2KG AUD (Jurnal Pendidikan,
Pengasuhan, Kesehatan Dan Gizi Anak Usia Dini), 3(1), 1–18.
https://doi.org/10.26740/jp2kgaud.v3n1.1-18
Diputera, A. M., Damanik, S. H., & Wahyuni, V. (2022). Evaluasi Kebijakan Pendidikan Karakter
Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Prototipe untuk Pendidikan Anak Usia Dini.
Jurnal Bunga Rampai Usia Emas, 8(1), 1. https://doi.org/10.24114/jbrue.v8i1.32650
Eka Retnaningsih, L., & Patilima, S. (2022). Kurikulum Merdeka pada Pendidikan Anak Usia
Dini. Jurnal Program Studi PGRA, 8(1), 143–158.
Fadillah, C. N., & Yusuf, H. (2022). Analisis Kurikulum Merdeka Dalam Satuan Pendidikan Anak
Usia Dini. Jurnal Bunga Rampai Usia Emas, 8(2), 120.
https://doi.org/10.24114/jbrue.v8i2.41596
Fitri, R., Reza, M., & Agustin Ningrum, M. (2020). Instrumen Kesiapan Belajar: Asesmen Non-
Tes Untuk Mengukur Kesiapan Belajar Anak Usia Dini Dalam Perspektif Neurosains.
Jurnal Pendidikan, Pengasuhan, Kesehatan Dan Gizi Anak Usia Dini (JP2KG AUD),
1(1), 17–32. https://doi.org/10.26740/jp2kgaud.2020.1.1.17-32
Hadiansyah, R. R., Pradana, R. Y., & Mustiningsih. (2019). Dinamika Perubahan Kurikulum di
Indonesia. Seminar Nasional - Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang, 259–264.
Hasibuan, R., Fitri, R., Maureen, I. Y., & Pratiwi, A. P. (n.d.). Penyusunan kurikulum
operasional pada satuan paud berbasis kurikulum merdeka. 87–92.
https://doi.org/10.26740/jpm.v2n2.p87-92
187
Vol. 6, No. 2, Mei - Agustus 2023
ISSN 2654-6477
Herwina, W. (2021). Optimalisasi Kebutuhan Murid Dan Hasil Belajar Dengan Pembelajaran
Berdiferensiasi. Perspektif Ilmu Pendidikan, 35(2), 175–182.
https://doi.org/10.21009/pip.352.10
Hijriati. (2017). Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Ar
Raniry, 3(1), 74–92. http://dx.doi.org/10.22373/bunayya.v3i1.2046
Inovasi, P., Nusantara, U., & Kediri, P. (2023). Jurnal Pendidikan Indonesia: Evaluation Of
Teachers’ Understanding Of Curriculum 2013 And Merdeka Curriculum In Early
Childhood Education Institutions (PAUD)" Niken Ayu Saptiwi. 3(1), 55–61.
https://doi.org/10.59818/jpi.v3i1.433
Jannah, M. M., & Rasyid, H. (2023). Kurikulum Merdeka: Persepsi Guru Pendidikan Anak Usia
Dini. 7(1), 197–210. https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i1.3800
Jojor, A., & Sihotang, H. (2022). Analisis Kurikulum Merdeka dalam Mengatasi Learning Loss
di Masa Pandemi Covid-19 (Analisis Studi Kasus Kebijakan Pendidikan). Edukatif:
Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5150–5161. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3106
Kartini, T. (2022). Pemanfaatan Akun Pembelajaran untuk Kolaborasi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan dalam Implementasi Program Sekolah Penggerak. 14–22.
Munaamah, M., Masitoh, S., & Setyowati, S. (2021). Peran Guru dalam Optimasi
Perkembangan Sikap Disiplin Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Undiksha, 9(3), 355. https://doi.org/10.23887/paud.v9i3.38329
Munawar, M. (2022). Penguatan Komite Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum
Merdeka pada Pendidikan Anak Usia Dini. Tinta Emas: Jurnal Pendidikan Islam Anak
Usia Dini, 1(1), 65–72. https://doi.org/10.35878/tintaemas.v1i1.390
Nursalam, N., Sulaeman, S., & Latuapo, R. (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka Melalui
Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Sekolah Penggerak Kelompok Bermain Terpadu
Nurul Falah Dan Ar-Rasyid Banda. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 8(1), 17-34.
https://doi.org/10.24832/jpnk.v8i1.3769
188