Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus Vannamei Yang
Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus Vannamei Yang
Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus Vannamei Yang
net/publication/334481635
Article in JSIPi (Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan) (Journal of Fishery Science and Innovation) · May 2019
DOI: 10.33772/jsipi.v1i2.6591
CITATIONS READS
16 2,273
3 authors, including:
Muhaimin Hamzah
Universitas Haluoleo
17 PUBLICATIONS 32 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Muhaimin Hamzah on 28 March 2020.
ABSTRACT
The objective of this study was to evaluate the use of diet supplemented with probiotic on growth performance of
white shrimp that reared in bioflock system. Four treatments were applied in this study, namely, reared the shrimp
without biofloc (treatment A), shrimp reared with biofloc (treatment B), shrimp reared with biofloc system and
supplemented with probiotic 108CFU/mL (treatment C) and shrimp reared in biofloc system and supplemented
with probiotic 1010 CFU/mL (treatment D) and shrimp reared in biofloc system and supplemented with probiotic
1012 CFU/mL (treatment E). We reared the shrimp in glass tank (size : 30 cm × 40 cm× 45 cm) stocked with 20
shrimp/tank (initial weight : 3,52 ±0,5 g) . The shrimp fed with 5% commercial diet of shrimp biomass and
supplied with 4 g of molase into the galss tank in every morning for 42 days of rearing in Laboratory of Fish
Production, Faculty of Fisheries and Marine Science, Halu Oleo University. The results showed that the shrimp
reared in biofloc system and fed with different dosage of probiotics had significantly different in survival rate,
absolute growth, specific growth rate, feed efficiency, feed convertion ratio and protein retention. However, it
was not significantly different in flock volume. Generally, the optimum dosage of probiotic supplemented was
1010CFU/mL for improving the growth of white shrimp that reared in bioflocs system.
Keywords: Growth, vaname shrimp, Litopenaeus vannamei, bioflock, probiotics
ABSTRAK
Penelitian tentang pertumbuhan udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang dikultur pada sistem bioflok dengan
penambahan probiotik telah dilakukan selama 40 hari di Laboratorium unit produksi, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari. Penelitian bertujuan untuk menentukan dosis probiotik yang tepat, dan
mampu meningkatkan pertumbuhan udang vaname pada budidaya sistem bioflok. Penelitian didesain dengan
menggunakan Rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah A
(tanpa bioflok), B (bioflok), C (bioflok + probiotik 10 8CFU/mL), D (bioflok + probiotik 1010CFU/mL), dan E
(bioflok + probiotik 1012CFU/mL). Wadah yang digunakan adalah akuarium berukuran 35x35x40 cm, dilengkapi
aerasi. Hewan uji adalah juvenil udang vaname berukuran 3 – 4 g, yang dipelihara dengan kepadatan 20
ekor/akuarium. Selama pemeliharaan udang diberi pakan sebanyak 5% dari biomassa udang. Penambahan
molase dilakukan setiap pagi ke media bioflok sebanyak 4 g. Hasil penelitian menujukkan bahwa perlakuan
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan mutlak rata-rata, laju
pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, rasio konversi pakan, dan retensi protein, namun tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap volume flok. Secara umum terlihat bahwa perlakuan terbaik didapatkan
pada penggunaan bioflok dengan penambahan probiotik 1010CFU/mL.
Kata kunci: Pertumbuhan, udang vaname, Litopenaeus vannamei, bioflok, probiotik
DOI: http://dx.doi.org/10.33772/jspi.v1n2.
2 Jon Dahlan et al.
JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN / Journal of Fishery Science and Innovation
Vol. 1, No. 2, 1-9, Juli 2017
38%. Sebelum diberikan pada hewan uji, pakan Laju Pertumbuhan Spesifik
difermentasi terlebih dahulu dengan probiotik sebanyak 4 Laju pertumbuhan spesifik (LPS) dihitung dengan
mL/kg. Penambahan probiotik (Bacillus sp) ke dalam menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Purnomo
media budidaya dilakukan seminggu sekali sebanyak 4 (2012) yaitu :
mL (Chayati, 2012). Penambahan molase dilakukan Ln Wt – Ln Wo
LPS = x 100%
setiap pagi ke media bioflok sebanyak 4 g. t
Keterangan :
Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji : Laju pertumbuhan spesifik (%)
Perlakuan LPS : Bobot rata-rata individu pada waktu t (g)
Parameter (%) Wt : Bobot rata-rata individu pada awal percobaan
A C D E Wo : (g)
Kadar air 8,74 9,63 10,61 9,57 t Lama pemeliharaan (hari)
Protein 25,78 24,93 25,66 25,71
Efisiensi Pakan
Lemak 7,39 7,10 6,80 7,39 Efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan rumus
Serat kasar 6,06 5,18 4,89 6,68 seperti dikemukakan oleh Watanabe (1988) yaitu :
(Wt + D) – Wo
Abu 6,40 6,34 6,14 6,23 EP = x 100%
F
(Sumber : Hasil analisa di Lab.Pengujian,FPIK UHO Keterangan :
Kendari, 2017) : Efisiensi Pakan (%)
EP : Biomassa udang pada waktu t (g)
Akuarium diisi air laut sebanyak 40 liter kemudian Wt : Biomassa udang pada awal percobaan (g)
diaerasi, setelah itu diberikan molase 4 g ke media Wo : Bobot udang yang mati selama pemeliharaan (g)
pemeliharaan, kemudian diberikan probiotik, setelah 4 D : Jumlah pakan yang diberikan (g)
hari udang vaname dimasukkan ke media pemeliharaan. F
Pemeliharaan udang vaname dilakukan selama 40 hari,
dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari yaitu jam Rasio Konversi Pakan
08.00 dan 16.00 wita. Jumlah pakan yang diberikan Rasio konversi pakan (RKP) selama pemeliharaan
(feeding rate) sebanyak 5% dari biomassa udang. dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Penimbangan udang dilakukan awal, tengah dan akhir Zonneveld et al. (1991) yaitu :
penelitian.
2.00 ab
Hasil ab
1.50 a ab
Pada Gambar 1 terlihat bahwa kelangsungan hidup
tertinggi didapatkan pada kelompok udang yang diberi
(%)
1.00
perlakuan D yaitu 88,33%, kemudian diikuti oleh
perlakuan B sebesar 76,66%, perlakuan C yaitu 76,66%, 0.50
perlakuan E yaitu 71,66%, dan terendah pada perlakuan A
yaitu sebesar 46,66%. 0.00
A B C D E
Kelangsungan hidup (%)
120
b Perlakuan
100 b b ab
80 Gambar 3. Histogram Rata-rata laju pertumbuhan spesifik
a udang vaname. A (tanpa bioflok) ; B (bioflok) ; C (bioflok
60
+ Probiotik 108 CFU/mL) ; D (bioflok + Probiotik 1010
40 CFU/mL) ; E (bioflok + Probiotik 1012 CFU/mL).
20 Pada Gambar 3 terlihat bahwa laju pertumbuhan
0 spesifik tertinggi didapatkan pada kelompok udang yang
A B C D E diberi perlakuan D yaitu sebesar 1,29%, kemudian diikuti
perlakuan E sebesar 1,08%, perlakuan C sebesar 0,95%,
Perlakuan
perlakuan B sebesar 0,91%, dan terendah pada perlakuan
A sebesar 0,76%.
Gambar 1. Histogram Rata-rata kelangsungan hidup Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan
udang vaname. A (tanpa bioflok) ; B (bioflok) ; C (bioflok memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju
+ Probiotik 108 CFU/mL) ; D (bioflok + Probiotik 1010 pertumbuhan spesifik udang vaname.
CFU/mL) ; E (bioflok + Probiotik 1012 CFU/mL).
Jon Dahlan et al. 5
JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN / Journal of Fishery Science and Innovation
Vol. 1, No. 2, 1-9, Juli 2017
35.00
Efesiensi Pakan (%)
7.00 b 100.00 a
ab a
Volume flok (mL/L)
6.00 ab a
a 80.00 a
5.00
4.00 60.00
3.00
40.00
2.00
1.00 20.00
0.00 0.00
A B C D E B C D E
Perlakuan Perlakuan
Gambar 5. Histogram Rata-rata rasio konversi pakan
udang vaname. A (tanpa bioflok) ; B (bioflok) ; C (bioflok Gambar 7. Histogram Rata-rata volume flok udang
+ Probiotik 108 CFU/mL) ; D (bioflok + Probiotik 1010 vaname. B (bioflok) ; C (bioflok + Probiotik 10 8 CFU/mL)
CFU/mL) ; E (bioflok + Probiotik 1012 CFU/mL). ; D (bioflok + Probiotik 1010 CFU/mL) ; E (bioflok +
Pada Gambar 5 terlihat bahwa rasio konversi pakan Probiotik 1012 CFU/mL).
tertinggi didapatkan pada kelompok udang yang diberi
perlakuan A yaitu sebesar 6,88, kemudian diikuti oleh Pada Gambar 7 terlihat bahwa volume flok tertinggi
perlakuan C sebesar 5,22, perlakuan B sebesar 4,91, didapatkan pada kelompok udang yang diberi perlakuan D
perlakuan E sebesar 4,40, dan terendah pada perlakuan D yaitu sebesar 83,33%, kemudian diikuti oleh perlakuan C
sebesar 3,71. sebesar 80,00%, perlakuan B sebesar 66,67%, dan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan terendah pada perlakuan E sebesar 61,67%.
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rasio
konversi pakan udang vaname.
6 Jon Dahlan et al.
JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN / Journal of Fishery Science and Innovation
Vol. 1, No. 2, 1-9, Juli 2017
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pertumbuhan spesifik tertinggi yaitu perlakuan D, bila
tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap dibandingkan dengan perlakuan E (1,08%), C (0,95%), B
volume flok juvenil udang vaname. (0,91%) dan terendah A (0,758%), terdapat pada perlakuan
tanpa bioflok. Hal ini disebabkan pada pemeliharaan
Tabel 2. Tabel kualitas air teknologi bioflok, adanya penambahan molase ke dalam
Parameter Kisaran Nilai Standar Pustaka media budidaya yang menstimulasi pertumbuhan bakteri
Salinitas 5 – 50 (Hurtado et al. Bacillus sp sehingga membentuk biomassa flok yang dapat
30 - 33 berperan sebagai pakan alami untuk udang vaname. Hasil
(ppt) 2006)
penelitian Muhammad (2013) tentang aplikasi probiotik
6,9 – 9 (Van Wyk dan
pH 7 dengan dosis berbeda untuk pencegahan infeksi IMNV
Scarpa, 1999) (Infectious Myonecrosis Virus) pada udang vaname,
26 – 32 (Van Wyk dan mendapatkan bahwa laju pertumbuhan spesifik udang
Suhu (0C) 28 - 31
Scarpa, 1999) vaname sebesar 1,56% dengan penambahan probiotik
DO (mg/L) 3,2 – 6,0 3 – 7 (Poernomo, 1989) Bacillus NP5. Menurut Gunarto dan Suwono (2011),
Nitrit (mg/L) 0,06 – 0,422 0,1 – 1 (Boyd, 1998) teknologi bioflok mampu memproduksi protein pakan
secara in situ dalam wadah pemeliharaan. Bioflok yang
Amoniak
0,017 – 0,099 < 0,1 (Tsai, 1989) terbentuk dapat menggantikan kekurangan protein pada
(mg/L) pakan berkadar protein rendah.
Selain meningkatkan pertumbuhan, aplikasi bioflok
Pembahasan juga meningkatkan efisiensi pakan. Nilai efisiensi pakan
Hasil penelitian yang dilakukan selama 40 hari, selama penelitian menunjukkan bahwa perlakuan D
menunjukkan bahwa udang vaname yang dikultur dengan berbeda nyata dengan perlakuan A. Dengan teknologi
sistem bioflok dengan penambahan probiotik bioflok efisiensi pakan tertinggi (26,91%) pada perlakuan
mempengaruhi kelangsungan hidup, pertumbuhan mutlak D dan terendah pada perlakuan A (14,52%). Hal ini
rata-rata, laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, rasio menunjukkan bahwa flok yang terbentuk dimanfaatkan
konversi pakan, retensi protein dan volume flok udang oleh udang vaname untuk pertumbuhan karena adanya
vaname. pakan alami dari flok, flok juga terbentuk membuat udang
Kelangsungan hidup pada perlakuan D (bioflok + dapat memanfaatkan bakteri sebagai salah satu sumber
Probiotik 1010CFU/mL), memiliki nilai kelangsungan protein (Pantjara dan Rachmansyah, 2010). Pemberian
hidup yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan pakan protein udang vaname memberikan efisiensi pakan
yang lain. Hal ini diduga karena pada media bioflok tertinggi sebesar 29,03% (Muqaramah, 2016). Pada
terdapat mikroorganisme seperti protozoa, rotifera dan prinsipnya, nilai tambah teknologi bioflok ditentukan oleh
bakteri probiotik yang dapat menjadi sumber pakan bagi potensinya sebagai sumber pakan tambahan udang vaname
udang, sehingga dapat menekan sifat kanibalisme, selain (Usman dan Pantjara, 2012).
itu penambahan probiotik juga dapat memperbaiki kualitas Perbandingan jumlah total pakan yang diberikan
air dan meningkatkan pertumbuhan. Apriyanti dan dengan pertambahan bobot yang dihasilkan adalah rasio
Widanarni (2016) menyatakan bahwa penambahan bakteri konversi pakan. Nilai rasio konversi pakan berbanding
probiotik pada media bioflok dapat meningkatkan terbalik dengan pertambahan bobot, sehingga semakin
kelangsungan hidup udang windu sebesar 86,67 - 89,33%. rendah nilainya maka semakin efisien udang dalam
Sedangkan Suryanto dan Mangampa (2010) yang memanfaatkan pakan yang dikonsumsinya untuk
melakukan penelitian tentang aplikasi probiotik dengan pertumbuhan (Rostika dan Riani, 2012).
konsentrasi berbeda pada pemeliharaan udang vaname, Hasil analisis ragam menujukkan bahwa perlakuan
mendapatkan tingkat kelangsungan hidup udang vaname memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rasio
berkisar antara 71,55 - 99,78%. konversi pakan berkisar antara 3,71 – 6,88. Apriyani dan
Pada perlakuan D (bioflok + Probiotik 1010 Widanarni (2016), menyatakan bahwa pemberian sumber
CFU/mL), diperoleh nilai pertumbuhan mutlak tertinggi karbon berbeda pada media bioflok mampu meningkatkan
yaitu 2,7 g. Hal ini diduga karena, bioflok mengandung laju pertumbuhan dan menekan nilai rasio konversi pakan
protein (asam amino), asam lemak tak jenuh, vitamin, dan udang windu berkisar antara 2,28 – 3,67. Hal ini sesuai
mineral yang baik untuk pertumbuhan udang vaname. dengan pendapat Ridlo dan Subagiyo (2013) bahwa
Napitupulu (2012) menyatakan bahwa pemberian pakan rendahnya nilai rasio konversi pakan karena adanya peran
juvenil udang vaname memberikan pertumbuhan mutlak bakteri Bacillus sp dalam bentuk probiotik yang dapat
rata-rata tertinggi sebesar 2,64 g. Menurut Effendie menghasilkan enzim ekstraselular dalam meningkatkan
(1997), pertumbuhan udang dipengaruhi oleh keturunan, kecernaan bahan makanan dalam usus udang sehingga
jenis kelamin, umur, kepadatan, parasit dan penyakit serta mudah diserap oleh tubuh udang vaname.
kemampuan memanfaatkan makanan. Selain memberikan
pertumbuhan mutlak tertinggi, juga memberikan hasil laju
Jon Dahlan et al. 7
JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN / Journal of Fishery Science and Innovation
Vol. 1, No. 2, 1-9, Juli 2017
Nilai retensi protein menggambarkan adanya sistem bioflok maksimal 150 mL/L atau 15% dari volume
pemanfaatan nutrien pakan yang telah dicerna oleh tubuh air, apabila melebihi maka udang akan kelihatan tidak
udang, diserap dan disimpan untuk menghasilkan energi lincah dan lemah, serta napsu makan menurun. Hasil
(Napitupulu, 2012). Nilai retensi protein tertinggi terdapat penelitian Muqaramah (2016) menunjukkan bahwa
pada perlakuan D (bioflok + Probiotik 1010 CFU/mL), semakin banyak flok yang terbentuk maka semakin tinggi
dengan nilai sebesar 19,60%, sedangkan nilai terendah volume floknya. Selanjutnya dikatakan bahwa komposisi
didapatkan pada perlakuan B (bioflok) sebesar 12,74%. flok yaitu bakteri, alga, fungi, protozoa, metazoa, rotifera,
Hal ini disebabkan karena, bioflok dan bakteri probiotik nematoda, gastrotricha dan detritus.
dapat meningkatkan retensi protein pada udang vaname, Hasil pengukuran parameter kualitas air selama
dan terdapat nutrisi tambahan dari pakan yang diberikan ke penelitian menujukkan bahwa salinitas pada pemeliharaan
media budidaya serta kandungan flok yang terbentuk dapat udang vaname berkisar antara 30-33 ppt. Kisaran nilai
meningkatkan pertumbuhan udang vaname. Retensi tersebut masih dapat ditolerir oleh udang vaname dan dari
protein udang vaname berkisar antara 11,55 - 18,99% hasil penelitian ini memberikan pertumbuhan yang baik
(Muqaramah, 2016). karena salinitas berada pada kisaran optimal. Menurut
Pada dosis penambahan probiotik 1010CFU/mL, Hurtado et al. (2006), udang vaname dapat hidup pada
menunjukkan hasil yang tertinggi untuk setiap parameter. kondisi salinitas yang lebar yaitu berkisar 5 – 50 ppt.
Hal ini diduga karena jumlah bakteri yang masuk ke dalam Kisaran nilai pH selama penelitian masih berada pada
saluran pencernaan udang dan hidup didalamnya kisaran optimal yaitu 7. Dari hasil penelitian ini
meningkat sejalan dengan dosis probiotik yang diberikan. menunjukkan nilai pH pemeliharaan udang vaname sesuai
Selanjutnya probiotik tersebut di dalam saluran pencernaan dan dapat mendukung pertumbuhan dengan baik udang
mensekresikan enzim-enzim percernaan seperti protease mampu mentolerir pH pada kisaran 6,9 – 9 (Van Wyk dan
dan amilase (Muhammad, 2013). Selanjutnya dikatakan Scarpa, 1999).
bahwa enzim yang disekresikan ini jumlahnya meningkat Suhu pada wadah penelitian udang vaname berkisar
juga sesuai dengan jumlah dosis probiotik yang diberikan antara 28 – 310C. Kisaran suhu tersebut masih berada
yang pada gilirannya jumlah pakan yang dicerna juga pada kisaran optimal untuk pemeliharaan udang vaname.
meningkat, peningkatan daya cerna bermakna pula pada Menurut Van Wyk dan Scarpa (1999) suhu optimum
semakin tingginya nutrien yang tersedia untuk diserap pertumbuhan udang vaname berkisar 26 – 320C.
tubuh, sehingga protein tubuh dan pertumbuhan Nilai oksigen terlarut selama penelitian udang
meningkat. Hasil penelitian Setiawati dan Hudaidah (2013) vaname berkisar antara 3,2 – 6,0 mg/L. Nilai kandungan
tentang pengaruh penambahan probiotik pada pakan oksigen terlarut selama penelitian masih berada dalam
dengan dosis berbeda terhadap pertumbuhan, kisaran optimal untuk pemeliharaan udang vaname.
kelulushidupan, efisiensi pakan dan retensi protein ikan Menurut Poernomo (1989), kandungan oksigen terlarut
patin (Pangasius hypophthalmus), mendapatkan bahwa dalam air yang mendukung kehidupan udang minimum 3
menurunnya penambahan probiotik pada dosis mg/L, sedangkan untuk pertumbuhan yang normal bagi
1012CFU/mL, diduga akibat terlalu tingginya populasi udang yaitu 3 – 7 mg/L.
bakteri probiotik sehingga menimbulkan persaingan Kandungan nitrit selama penelitian berada pada
pertumbuhan bakteri Bacillus sp dalam pengambilan kisaran 0,06 – 0,422 mg/L. Nilai tersebut masih kisaran
nutrisi atau subtrat yang pada akhirnya menghambat optimal untuk pemeliharaan udang vaname. Menurut
aktivitas bakteri di dalam saluran pencernaan sehingga Boyd (1998), kandungan nitrit yang dapat ditoleransi oleh
sekresi enzim menurun. udang vaname berkisar 0,1 – 1 mg/L. Namun, nilai ini
Volume flok adalah jumlah padatan tersuspensi masih dapat ditoleransi oleh udang vaname karena tidak
selama periode waktu tertentu (Effendi, 2003). Tingginya mengganggu pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang
nilai volume flok pada perlakuan bioflok menunjukkan vaname selama masa pemeliharaan.
bahwa probiotik pada media pemeliharaan dapat Kandungan amoniak selama penelitian berkisar
membentuk flok yang selanjutnya bisa dimanfaatkan antara 0,017 – 0,099 mg/L. Konsentrasi tersebut masih
udang vaname sebagai pakan. Hal ini sesuai pendapat dalam kisaran optimal untuk pameliharaan udang vaname
Supono dan Hudaidah (2015) menyatakan bahwa yaitu < 0,1 mg/L (Tsai, 1989).
komunitas bakteri probiotik yang terakumulasi di dalam
sistem akuakultur heterotrofik akan membentuk flok KESIMPULAN
(gumpalan) yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pakan untuk udang. Penggunaan sistem bioflok dengan penambahan
Volume flok pada akhir penelitian berkisar antara 50 probiotik meningkatkan kelangsungan hidup dan
– 90 mL/L, hal ini sesuai standar volume flok untuk pertumbuhan udang vaname. Penggunaan sistem bioflok
budidaya udang. Suprapto (2014) menyatakan bahwa dengan penambahan probiotik sebanyak 1010CFU/mL
volume flok untuk budidaya udang yang menerapkan menujukkan pertumbuhan tertinggi.
8 Jon Dahlan et al.
JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN / Journal of Fishery Science and Innovation
Vol. 1, No. 2, 1-9, Juli 2017
3600.
DAFTAR PUSTAKA Muhammad, A. 2013. Aplikasi Probiotik dengan Dosis
Berbeda untuk Pencegahan Infeksi IMNV (Infectious
Aiyushirota. 2009. Konsep Budidaya Udang Sistem Myonecrosis Virus) pada Udang Vaname
Bakteri Heterotrof dengan Bioflocs. Dikutip dari (Litopenaeus vannamei). Skripsi. Fakultas
www.aiyushirota.com diakses pada 9 Februari 2014. Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Apriyani dan Widanarni, 2016. Produksi Benih Udang Bogor. Bogor.
Windu (Penaeus monodon) pada Sistem Budi Daya Muqaramah, T. M. H. A. 2016. Pemberian Kadar Protein
Berbasis Bioflok dengan Penambahan Sumber Pakan Terhadap Pertumbuhan Udang Vaname
Karbon Berbeda. Jurnal Iktiologi Indonesia. 16 hal (Litopenaeus vannamei) dengan Teknologi Bioflok
(1). Pada Kegiatan Pendederan. Tesis. Sekolah
Boyd, C.E. 1998. Water Quality Management and Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Aeration in Shrimp Farming. Fisheries and Allied Napitupulu, ID. 2012. Stimulasi Pembentukan Agregat
Aquacultures Departement Series No.2.Alabama Bakteri pada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus
Agramicultural Experiment Station. Auburn vannamei) dengan Teknologi Bioflok Melalui
University, Alabama. Peningkatan Kekuatan Ion. Skripsi Fakultas
Chayati, TN. 2012. Kinerja Imunitas Udang Vaname Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
(Litopenaeus vannamei) dalam Teknologi Bioflok Bogor. Bogor. 41 Hal.
dan Probiotik Terhadap Koinfeksi Infectious Pantjara., B. Rahmansyah, 2010. Efisiensi Pakan Melalui
Myonecrosis Virus dan Vibrio harveyi. Departemen Penambahan Molase pada Budidaya Udang Vaname
Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Salinitas Rendah. Prosiding Forum Inovasi
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Teknologi Akuakultur. Balai Riset Perikanan
Dirjen Perikanan Budidaya, 2013. Pendederan Intensif Budidaya Air Payau. Maros. Sulawesi Selatan. 9
Udang Galah dengan Teknologi Bioflok. Balai Besar hal.
Pengembangan Budidaya Air Tawar. Sukabumi. Poernomo, A. 1989. Pembuatan Tambak Udang di
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Indonesia. Departemen Pertanian. Badan Penelitian
Pustaka Nusantara. Bogor. 163 hal. dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Perikanan Budidaya Pantai. Maros.
Sumber Daya dan Lingkungan. Yokyakarta. PT Purnomo, PD. 2012. Pengaruh Penambahan Karbohidrat
Kanisius. pada Media Pemeliharaan Terhadap Produksi
Gunarto dan Suwono, 2011. Produksi Bioflok dan Nilai Budidaya Intensif Nila (Oreochromis niloticus).
Nutrisinya dalam Skala Laboratorium. Prosiding Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Riset Universitas Diponegoro. Halaman 161-179.
Perikanan Budidaya Air Payau. Maros. Sulawesi Ridho., A. Subagiyo, 2013. Pertumbuhan, Rasio Konversi
Selatan. 10 hal. Pakan dan Kelulushidupan Udang Litopenaeus
Gunarto, 2012. Budidaya Udang Vaname Pola Intensif vannamei yang Diberi Pakan dengan Suplementasi
dengan Sistim Bioflok di Tambak. Jurnal Ilmiah Prebiotik FOS (Fruktooligosakarida). Buletin
Perikanan dan kelautan. Vol.4. Balai Penelitian dan Osenografi Marina. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Pengembangan Budidaya Air Payau. Maros. Kelautan. Universitas Diponegoro.
Sulawesi Selatan. Rostika, R dan Riani, H. 2012. Efek Pengurangan Pakan
Hu Y., Tan B., mai K., Ai Q.S., Cheng K., 2008. Growth terhadap Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus
and Body Composition of Juvenil White Shrimp, vannamei) PL – 21 yang diberikan Bioflok. Jurnal
Litopenaeus vannamei, Fed Different Ratios of Perikanan dan Kelautan Nomor 3. Fakultas
Dietary Protein to Energy. Journal Aquaculture Perikanan dan Kelautan, Universitas Padjajaran
Nutrition, P : 14 : 499-506. Bandung. Halaman 1 – 5.
Hurtado MA, Racotta IS, Arjona O, Rodrigues MH, Setiawati, J.E dan Hudaidah, S,. 2013. Pengaruh
Goytortua E, Civera R, Palaclos E. 2006. Effect of Penambahan Probiotik pada Pakan dengan Dosis
hypo-and hyper-saline conditions on osmorolarity and Berbeda terhadap Pertumbuhan, Kelulushidupan,
Fatty acid composition of yuwane shrimp Litopenaeus Efisiensi Pakan dan Retensi Protein Ikan Patin
vannamei (Boone, 1993) fed low-and high-HUFA (Pangasius hypophthalmus). e-Jurnal Rekayasa dan
diets. Aquaculture research.37:1316-1326. Teknologi Budidaya Perairan. Fakultas Pertanian
Husain, N. 2014. Perbandingan Karbon dan Nitrogen Jurusan Budidaya Perairan. Universitas Lampung.
pada Sistem Bioflok Terhadap Pertumbuhan Ikan Sukmaningrum, 2014. Retensi Protein dan Retensi
Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Rekayasa dan Energi Ikan Cupang Plakat yang Mengalami
Teknologi Budidaya Perairan. Volume III. 2302- Pemuasaan. Fakultas Biologi. Universitas Jenderal
Jon Dahlan et al. 9
JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN / Journal of Fishery Science and Innovation
Vol. 1, No. 2, 1-9, Juli 2017