Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 9

PENGEMBANGAN KAWASAN OBJEK WISATA BAHARI PASIR PUTIH DI

PANTAI BIRA KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

DEVELOPMENT OF PASIR PUTIH MARINE TOURISM AREA AT BIRA BEACH, BULUKUMBA


REGENCY, SOUTH SULAWESI

Atika Arafah(1), Kiki K Lestari(2)


email: atikarafah48@gmail.com(1), kiki_lestari@univpancasila.ac.id(2)
(1)
Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila.
(2)
Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila

Abstract:
Bulukumba Regency of South Sulawesi is famous for its diversity of tourism and history, especially in coastal and
marine tourism, even the phinisi boat-making area in Tanah Lemo South Sulawesi district, which UNESCO made an
intangible world heritage in 2017. Currently, the land Bira beach area conditions are still not used optimally, and
various problems such as the quality of the area's environment to supporting facilities are not available. The method
used in the design begins with literature studies and field surveys in order to obtain complete data, then analyze every
problem. The analysis results will be use to create concepts applied to the design process. The concept can be realized
through the theme of Sustainable Tourism areas that can be seen from various aspects, such as increasing active and
passive green open space with sanitation and clean water management, and waste management. The result of the
design of the marine tourism area can accommodate recreational activities for tourists. Pasir Putih expected to be
superior tourism by improving the quality of the marine tourism environment on the coast of Bira, advancing the
economy of the indigenous peoples of Bira coast, and being a model for coastal areas in other provinces that have the
same problems.

Keywords: Maritime Tourism, South Sulawesi, Sustainable Tourism, Bira Beach

Abstrak:
Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan terkenal dengan keanekaragaman pariwisata dan sejarahnya, khususnya pada
pariwisata pantai dan bahari, bahkan Kawasan pembuatan perahu phinisi,di kecamatan Tanah Lemo Sulawesi Selatan
yang dijadikan sebagai warisan dunia tak benda oleh UNESCO tahun 2017 lalu. Saat ini kondisi untuk peruntukan
lahan kawasan pantai Bira masih belum digunakan secara optimal, berbagai permasalahan seperti kualitas lingkungan
kawasan tersebut hingga fasilitas pendukung yang tidak tersedia. Metode yang digunakan dalam perancangan dimulai
dengan studi literatur dan survey lapangan agar memperoleh data dengan lengkap, kemudian dianalisis setiap
permasalahan yang ada. Hasil analisis tersebut digunakan untuk membuat konsep yang akan diterapkan pada proses
perancangan. Konsep tersebut dapat diwujudkan melalui tema kawasan pariwisata berkelanjutan atau Sustainable
Tourism yang terlihat dari berbagai aspek, seperti memperbanyak ruang terbuka hijau aktif maupun pasif dengan
pengelolaan sanitasi dan air bersih serta pengelolahan sampah Hasil dari perancangan berupa model kawasan pariwisata
bahari yang dapat mengakomodasi kegiatan rekreasi bagi para wisatawan yang berkunjung dan diharapkan menjadi
pariwisata yang unggul dengan meningkatkan kualititas lingkungan wisata bahari di pantai Bira dan mampu memajukan
perekonomian masyarakat asli pesisir pantai Bira dan dapat menjadi contoh bagi daerah pesisir pantai di provinsi lain
dengan permasalahan yang sama.

Kata Kunci: Pariwisata Bahari, Sulawesi Selatan, Pariwisata Berkelanjutan, Pantai Bira

1. PENDAHULUAN Sulawesi Selatan. Daerah ini berada di sebelah


Indonesia dikenal dengan negara kepulauan tenggara kota Makassar. Pariwisata Kabupaten
terbesar di dunia yang terdiri dari 17.500 pantai, Bulukumba memiliki 12 destinasi wisata bahari
dengan kepanjangan dan luas garis pada pantai yang tersebar di pesisir pantai kabupaten
sebesar 81.000 kilometer dan luas wilayah Bulukumba diantaranya adalah pantai Marumasa,
perairannya sebesar 2,7 juta kilometer atau secara pantai Kaluku, pantai Pangala, pantai Pulang
peresentase sebesar 70% untuk wilayah NKRI.[1] Liungkanglu, pantai Pusahelu, pantai Lemo-Lemo,
Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu pantai Tanjung Bira, pantai Kasuso, pantai
kabupaten yang terletak diujung bagian Provinsi Samboang, pulau Kambing, pantai Aparalang dari
Jurnal Hirarchi Vol 19 no 01 Januari 2022 | 1
destinasi wisata bahari tersebut terdapat 5 destinasi Hasil intreaksi terhadap dimensi yang perlu
yang telah dikelola oleh pemerintah dan 7 wisata diperhatikan dalam pengembangan berkelanjutan di
lainnya masih dikelola oleh masyarakat setempat sektor pariwisata adalah sebagai berikut :
secara mandiri atau swadaya. 12 destinasi wisata
bahari itu memiliki keindahan yang cukup beragam,
salah satunya adalah Pantai Bira yang letaknya
berada di ujung Kabupaten Bulukumba.
Selain memiliki potensi wisata alam yang
menjadi destinasi utama, terdapat juga kebudayaan
dan kearifan lokal masyarakat khas Kabupaten
Bulukumba yaitu Tari Salonreng Ara dan Tradisi
lokasi dari kebudayaan asli Bulukumba, Tradisi
Anyorong Lopi tradisi ini biasanya dilakukan
Gambar 1 Skematik dalam interaksi pengembangan
masyarakat lokal pesisir pantai di Kawasan
pariwisata berkelanjutan
pembuatan perahu phinisi, yang dijadikan sebagai
warisan dunia tak benda oleh UNESCO tahun 2017 Dalam tinjauan teori untuk pariwisata dibagi
lalu [2]. dengan beberapa jenis wisata diantaranya adalah
Kawasan pariwisata perlu dikembangkan Wisata Pantai, Wisata Cagar Alam, Wisata Etnik
dengan baik dan sesuai peraturan daerah setempat dan Wisata Berburu. Pariwisata pada tinjauan teori
sehingga memberikan kenyamanan untuk beberagai dapat didefinisikan kembali dari beberapa aspek
pihak. Maka dari itu penulis ingin menerapkan yaitu Obyek Wisata, Tujuan berwisata, Kegiatan
tema pariwisata keberlanjutan atau Sustainable berwisata dan Daya Tarik.
Tourism Jika bidang ini dapat dikembangkan Adapun studi banding yang terkait dalam
nantinya diharapkan mampu meningkatkan pengembangan kawasan wisata bahari dari dalam
kualititas lingkungan wisata bahari di pantai Bira dan luar negeri yang bisa digunakan sebagai acuan
dan mampu memajukan perekonomian masyarakat dalam merancangan dalam pengembangan kawasan
asli pesisir pantai Bira di bidang pariwisata dan seni yang memiliki pendeketan parwisata yang
kebudayaan serta kearifan lokal. berkelanjutan (Sustainable Development Goals /
Sustainable Tourism) sebagai berikut :
2. KAJIAN PUSTAKA
Tema yang akan ditetapkan pada proses 1. Kepulauan Seribu DKI Jakarta
perancangan adalah kawasan pariwisata yang Kepulauan Seribu dalam pengembangan
berkelanjutan (Sustainable Tourism) merupakan wisatanya terdapat tiga jenis wisata bahari yang
pariwisata yang sedang berkembang pesat saat ini, menjadi daya tarik wisata dalam merespon
termaksuk pertambahan arus kapasitas akomodasi, peningkatan wisatawan untuk datang berkunjung.
populasi lokal dan lingkungan, dimana Keberagaman jenis wisata bahari ini dapat dilihat
perkembangan pariwisata dan investasi-investasi dari penggunaan Kepulauan Seribu, terdapat 11
baru dalam sektor pariwisata seharusnya tidak pulau Wisata yang merupakan tempat pemukiman.
membawa dampak buruk dan dapat menyatu dan yang lainnya merupakan pulau wisata.
dengan lingkungan.[3]
Dalam perencanaan pengembangan pariwisata
berkelanjutan umumnya merupakan pengembangan
yang harus tetap menjaga kelestarian lingkungan
sumber daya alam, dan budaya yang akan
dikembangkan pada padasarnya pengembangan
yang berkelanjutan dalam sektor pariwisata merajuk
pada konsep pariwisata bekelanjutan[4] untuk
mempetimbangkan dalam kebutuhan dan tingkat
kepuasan turis tehadap pariwisata bahari atau pantai
untuk masa kini hingga masa yang akan datang, Gambar 2 Dermaga fasilitas wisata bahari pantai
kepulauan seribu
pengembangan berkelanjutan juga memiliki hal
yang perlu menjadi tekanan yang perlu di tinjau.
Pariwisata pantai dalam aspek kebaharian
Pemenuhan atas tekanan salah satunya adalah
memiliki fasilitas seperti dermaga adalah bagian
ekonomi.
dari daya tarik wisata.

2. Wisata Bahari Lamongan


2 | Jurnal Hirarchi Vol 19 no 01 Januari 2022
Kawasan wisata bahari lamongan yang dijadikan rekomendasi refrensi dalam pembangunan
berlokasi di Kecamatan Paciran,Kabupaten pelestarian pusat terumbu karang di kawasan Pantai
Lomangan, Jawa timur merupakan wisata bahari Bira Sulawesi Selatan.
yang dulu dikenal dengan nama Tanjung Kodok 3. METODOLOGI
karena kawasan ini terdapat bongkahan batu karang Metode perancangan yang digunakan dalam
yang besar di area dekat pantai yang menyerupai proses perancangan menggunakan data yang
kodok atau katak, oleh karena itu orientasinya yang diperoleh dengan beberapa cara, yaitu:
berhadapan ke laut jika dilihat dari kejauhan, a. Studi literatur, berfungsi untuk memperoleh
kawasan wisata bahari memiliki luas area sebesar data-data sekunder melalui referensi yang
18 hektar. [5] berkaitan dengan perancangan, seperti
teori-teori arsitektur dan preseden dari
proyek sejenis.
b. Survey lapangan, berfungsi untuk
memperoleh data-data primer yang
berkaitan dengan kondisi yang ada pada
lokasi tapak terpilih yang diamati secara
langsung
Data yang sudah diperoleh kemudian
Gambar 2 Wisata Bahari Lamongan dianalisis permasalahan yang terjadi pada proses
perancangan. Hasil analisis kemudian menghasilkan
3. Pusat Studi Terumbu Karang di Manado sintesis yang akan digunakan dalam membuat
Studi banding bangunan menjadi acuan untuk konsep perancangan. Konsep perancangan menjadi
melengkapi bagian pengembangan kawasan wisata dasar yang digunakan dalam proses perancangan
pantai Bira yang tetap menjaga pelestarian alam ini.
yaitu bangunan pusat pengembangan untuk terumbu
karang. Coral Learning Center atau Coral Triangle 4. PERANCANGAN
Information merupakan pusat studi konfersi Lokasi perancangan terletak di Kabupaten
terumbu karang dunia yang lokasinya berada di Bulukumba, Kecamatan Bonto Bahari Sulawesi
Manado, Sulawesi Utara. Indonesia. Selatan. Lokasi perancangan berada di Provinsi
Sulawesi Selatan, secara geografis kabupaten
Bulukumba terletak pada pada koordinat antara
5°20” hingga 5°40” Lintang Selatan serta 119°50”
hingga 120°28” Bujur Timur. Lokasi perancangan
ini berada di Ujung Sulawesi Selatan, untuk
pencapaian dalam jarak tempuh ke lokasi wisata
bahari pada umumnya wisatawan yang datang dari
kota utama seperti Makassar biasanya
menggunakan kendaraan pribadi, dapat menempuh
waktu sekitar 4 jam dengan jarak tempuh sekitar
(±200 km) dengan akses Jl. Poros Telakar
Jeneponto. Banyaknya wisatawan yang datang
Gambar 3 Pusat Studi Terumbu Karang di Manado berasal dari luar kota bahkan dari luar negeri untuk
berkunjung ke Pantai Bira.
Oleh karena itu dapat disimpulkan dari
keempat studi banding tersebut, menjelaskan jenis-
jenis fasilitas dan kegunaan wisatanya disetiap
fungsinya. Setiap tempat wisata bahari yang sudah
dijadikan studi banding tetap mejaga lingkungan
yang sudah terjaga, dengan cara pengembangan
yang layak dan tentunya ikut melibatkan
masyarakat asli daerah tersebut. Wisata pantai di
Kepulauan seribu dan Wisata Bahari Lamongan
dapat dijadikan sebagai studi banding/preseden
yang mendekati dengan prinsip perancangan ini
dengan adanya fasilitas resort,dermaga dan wisata-
Gambar 4 Lokasi Tapak Pengembangan Kawasan Wisata
wisata lainya. Sedangkan pusat terumbu karang bisa Bahari

Jurnal Hirarchi Vol 19 no 01 Januari 2022 | 3


Kondisi pada bangunan eksisting lahan yang
Lokasi perancangan yang memiliki luas± 25Ha terbangun adalah 40-55 % kondisi ini dinilai
kabupaten Bulukumba. Batasan wilayah kecamatan memiliki tingkat intensistas lahan yang cukup.
Bonto Bahari adalah Utara : Kec.Bonto Bahari, Kondisi ini dikarenakan masih ada beberapa lahan
Timur : Laut Flore, Barat : Kec. Ujung Loe dan kosong yang dijadikan tempat parkir bersama. dan
Selatan : Laut Flores. area hijau yang tidak teratur.
Struktur peruntukan lahan di Desa Bira dalam Agar lebih tepat dengan menata kembali
Rencana Detail Tata Ruang Kec. Bontobahari dengan menjadikan zonasi perdagangan yang tertata
adalah pemukiman, perkebunan, kawasan hutan dengan baik dan sesuai dengan pemanfaatan lahan
lindung, dan pesisir pantai sebagai kawasan wisata dari peraturan setempat. Memiliki bangunan dengan
yang menjadi daya tarik wisatawan antara lain minimal 1-2 lantai dan tinggi bangunan maksimal 2
Pantai Bira, sehingga zonasi di kawasan tersebut sampai 4 lantai dengan KDH pada tapak zonasi
tidak hanya untuk permukiman saja perdagangan 40% sehingga tetap ada ruang hijau di
dalam tapak.
Bangunan sebagian besar memiliki kesamaan
berorientasi yakni kearah jalan utama dan jalan
lingkungan, serta pola massa bangunan yang
sederhana dan memiliki tipologi bentuk atap yang
hampir sama. Pada tampilan fasade di zona
permukiman hampir semua permukiman di area itu
menggunakan atap jurai

Gambar 5 Struktur Peruntukan Lahan

Peruntukan lahan pada kawasan pengembangan


sudah cukup baik, tetapi masih ada yang tidak
teratur dan tidak sesuai dengan peraturan yang
sudah ditetapkan pemerintah daerah. seperti zonasi
penginapan yang letaknya terpisah-pisah jauh dari
akses utama dan tidak sesuai dengan
peruntukannya. Begitu pula dengan tempat kuliner
yang terpisah dengan zonasi perdagangan dan jasa
sehingga dengan ketidak teraturan ini, Gambar 7 Konsep Fasade Bangunan
mengakibatkan kesulitan dalam berwisata untuk
para pengunjung. Konsep peruntukan lahan berguna Karena tema dalam pengembangan wisata bahari
untuk mengidentifikasi kegunaan lahan sesuai adalah pariwisata yang berkelanjutan. Maka
dengan peraturan yang berlaku. Dengan diharapkan tetap menjaga kelestarian budaya
pemanfaatan yang baik zonasi dibagi menjadi tradisional dengan mengangkat elemen bentuk
berikut : Zona perdagangan, Zona Pemukiman, fasade dan gaya bangunanya. jalan penghubung
Zona Penginapan, Zona Rekreasi Pantai, Zona RTH antar zonasi . kondisi jalur penghubung ada
aktif dan pasif. beberapa sudah di aspal ada juga yang masih
berbentuk tanah dan berbatu. Sehingga aktivitas
para masyarakat setempat cukup terbatas dengan
ketidaknyamanan, akses ini dapat dilalu oleh 1
mobil dan 1 kendaraan tetapi tidak disarankan untuk
kendaraan yang memiliki beban berlebih karena
kondisi tanah yang cukup berkelok dan tidak rata.
Selain itu kondisi eksisiting yang masih banyak
tanaman-tanaman dan pohon besar.

Gambar 6 Konsep Intensitas Lahan

4 | Jurnal Hirarchi Vol 19 no 01 Januari 2022


Tata kualitas lingkungan pada kawasan
pariwisata bahari di Pantai Bira menurut hasil
survey lokasi tersebut masih banyak kekurangan
Gambar 8 Konsep Sirkulasi Kawasan dalam segi arsitektural kawasan. Seperti tidak
Berdasarkan hasil survey lokasi bahwa kondisi lengkap, bentuk yang tidak layak dan tidak teratur,
ruang terbuka di sempandan pantai yang belum Tata kualitas lingkungan biasanya terletak pada
tertata, padahal area tersebut bisa menjadi potensi jalur pedestrian sebagai pendukung berupa gerbang
yang baik sebagai ruang terbuka alamiah. Berbagai kawasan, lampu jalan, penyeberangan jalan, lampu
kegiatan bisa dilakukan di area tersebut. Sedangkan taman, kursi taman, tempat sampah, dan signage.
untuk jalur hijau belum tertata dengan baik pada Elemen street furniture tersebut perlu diterapkan
jalur utama dan jalur penghubung sebagaimana agar menjadikan bagian dari daya tarik pariwisata
dengan semestinya. Ekstensi pada penggunaan bahari.
lahan untuk kios dan sejenisnya mengokupasi ruang
hijau pekarangan. Belum tersedianya ruang terbuka
yang memiliki potensi baik dari segi wisata maupun
bersifat umum seperti plaza atau ruang terbuka
lainnya. Ruang terbuka yang terlalu banyak namun
tidak dimanfaatkan dengan baik. contohnya
ketersediaan lahan untuk lahan area parkir yang saat
ini sistem parkiran masih di bahu jalan.

Gambar 11 Konsep Sarana dan Prasarana Lingkungan

Untuk Kondisi jaringan listrik pada ruas jalur


utama sudah cukup baik, kabel-kabel yang tidak
terlalu merusak visual dibandingkan pada kawasan
perkotaan pada umumnya, dikarenakan
pembangunan pada lokasi kawasan ini masih
rendah. Sehingga tidak terlalu membutuhkan
Gambar 9 Konsep Ruang Terbuka Hijau
banyak aliran listrik dan telepon.
Kondisi gerbang kawasan terletak di luar lokasi
perancangan pada gerbang kawasan ini lebarnya
mengikuti lebar pada jalan jalur utama. Bentuk
gerbang kawasannya terlihat mengambil bentuk
lokalitas atap tradisional khas rumah panggung suku
Bugis, Sulawesi Selatan. Namun masih belum
cukup baik dari tampilan perlunya perancangan
ulang untuk gerbang kawasan ini agar terlihat lebih
menarik lagi.

Gambar 13 Konsep Utilitas Sistem Jaringan Listrik dan


Telekomunikasi

Begitu pula dengan penggunaan air bersih


dengan PDAM karena sudah ada tempat penginapan
seperti hotel, resort dan cottage yang memerlukan
air bersih setara dengan PDAM. Tetapi masih ada
beberapa area yang masih menggunakan air tanah
Gambar 10 Konsep Gerbang Kawasan & Pintu Masuk karena belum meratanya pembagian jaringan sistem
air bersih di kawasan tersebut. pengelolaan limbah

Jurnal Hirarchi Vol 19 no 01 Januari 2022 | 5


yang dihasilkan pada setiap bangunan tinggi dan dikelola dengan baik serta mampu melibatkan
rumah permukiman . khususnya jenis limbah sisa masyarakat setempat dan menghasilkan penghasilan
makanan dan masakan yang dibuang begitu saja ke yang cukup. Sehingga kolaborasi antar pengujung
roil kota tanpa adanya penampungan terlebih sebagai wisatawan dan masyarakat setempat
dahulu. sebagai pengelola.

Gambar 14 Konsep Utilitas Sistem Jaringan Air Bersih

Pada Jaringan saluran drainase pada lokasi


pengembangan tertupi oleh beton jalan yang ada Gambar 14 Konsep Sistem Jaringan Persampahan sebagai
pada gambar dibawah adalah ruas jalan utama dan pengelolaan sampah
jalur penghubung dengan kondisi yang semestinya
memiliki drainase, namun tertutupi tanaman liar dan Pada lokasi pengembangan kawasan belum
bebatuan yang menghambat aliran drainase tersebut. adanya titik evakuasi dari petunjuk arah evakuasi
Sehingga konsep yang menjadi solusi dari hingga tempatnya. Sehingga menjadi permasalahan
permasalahan tersebut dapat dijadikan sebagai ketika suatu saat ada bangunan yang terbakar, atau
pengelolaan limbah secara baik. bencana seperti gempa bumi atau bencana tsunami
yang akhirnya para pengujung yang berlibur
maupun masyarakat setempat tidak memiliki tujuan
untuk menyelamatkan diri.

Gambar 13 Konsep Sistem Jaringan Air kotor dan


pengelolaan limbah
Gambar 15. Konsep Pengamanan Bencana
Kondisi sistem persampahan pada lokasi
tersebut. Cukup tidak memadai pada titik-titik yang Konsep yang telah dibuat menjadi dasar yang
dinilai perlu ada, sebagai fasilitas lingkungan bagi digunakan dalam proses perancangan. Hasil dari
pengunjung yang datang. Sehingga konsep pada perancangan berupa gambar kerja, seperti
system jaringan ini berupa meletakkan tempat masterplan, denah, tampak, potongan, detail dan
sampah di area-area yang ramai dan banyaknya disertai dengan gambar perspektif.
kegiatan pariwisata. Selain itu pentingnya juga
meletakkan tempat sampah disetiap bangunan.
Upaya ini memudahkan para pengelola
kebersihan untuk mengangkut sampah. Selain itu
karena jenis atau bentuk desain tempat sampah
didesain untuk pengelolan sampah 3R Reuse
Reduce Recycle maka nantinya jenis sampah dapat

6 | Jurnal Hirarchi Vol 19 no 01 Januari 2022


Gambar 15 Masterplan Kawasan

Gambar 16. Tampak Kawasan Koridor Utama


Gambar 20. Tampak Segmen 3

Gambar 17. Potongan Kawasan Koridor Utama


Gambar 21. Detail Plaza Utama

Gambar 18. Tampak Segmen 1

Gambar 22. Detail Street Furniture

Gambar 19. Tampak Segmen 2

Jurnal Hirarchi Vol 19 no 01 Januari 2022 | 7


Gambar 22. Detail Dermaga Gazebo
Gambar 27. Prespektif Segmen Utama (1)

Gambar 23. Detail Amphitheater

Gambar 28. Prespektif Segmen Utama (2)

Gambar 25. Detail Jalur Kendaraan

Gambar 29. Prespektif Segmen Kedua (1)

Gambar 26. Detail Jalur Pejalan Kaki

Gambar 30. Prespektif Segmen Kedua (2)

8 | Jurnal Hirarchi Vol 19 no 01 Januari 2022


Archipelago Perspective of The Republic
of Indonesia Jurnal Ilmiah Platax,” vol. I,
pp. 92–101, 2013.
Gambar 31. Prespektif Segmen Ketiga (1)
[2] K. B. Bahari and F. Anggareni, “Eksistensi
Panrita LOPI : Studi tentang Sulitnya
Regenerasi Pengrajin Kapal Pinisi di
Kecamatan Bonto Bahari,” Patrawidya,
vol. 19, pp. 143–160, 2018.

[3] M. Pariwisata and P. O. S. D. A. N.


Telekomunikasi, “Keputusan menteri
pariwisata, pos dan telekomunikasi
nomor : km. 98/pw.102/mppt-87,” pp. 1–
9, 1987.
[1]
[4] A. Emartoto, “Strategi pengembangan obyek
wisata pedesaan oleh pelaku wisata di
Kabupaten Boyolali,” p. 67, 2008.
Gambar 32. Prespektif Segmen Ketiga (2) [5] O. Erni, B. Utami, M. S. Indraswara, and T.
W. M, “SEBAGAI PUSAT WISATA
BAHARI Penekanan Desain Arsitektur
Post Modern,” pp. 381–388.

Gambar 33. Prespektif Mata Burung

5. KESIMPULAN
Kawasan Pariwisata Bahari di Pantai Bira
menggunakan konsep perancangan dengan tema
Sustainable Tourism yang merupakan pariwisata
berkelanjutan daerah. Saat ini peracangan dengan
tema tersebut perlu diterapkan dalam aspek
pariwisata yang bertujuan tetap menjaga
keseimbangan kehidupan alam pada kehidupan
sehari-sehari. Dengan meningkatkan kualitas Ruang
terbuka hijau disekitar, peningkatan zona rekreasi
dengan kualitas fasilitas pendukung yang memadai
serta pengelolahan sanitasi dan pengelolahan
sampah berdasarkan prinsip Reuse Reduce Recycle
pada area pariwisata.

DAFTAR PUSTAKA
[1] R. Lasabuda, “Platax Tinjauan Teoritis
Dalam Perspektif Negara Kepulauan
Republik Indonesia Regional
Development in Coastal and Ocean in

Jurnal Hirarchi Vol 19 no 01 Januari 2022 | 9

You might also like