Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

RPL Konseling Individu

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

Rasional

Perilaku membolos adalah tindakan peserta didik yang sengaja tidak datang ke sekolah tanpa
alasan yang sah. Perilaku ini sering kali disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah pribadi,
lingkungan keluarga, atau situasi sekolah. Di SMP Negeri 36 Palembang, telah ditemukan
sejumlah peserta didik yang sering membolos, yang berpotensi mengganggu prestasi akademik
dan perkembangan sosial mereka. Menurut Teori Perkembangan Moral oleh Ki Hajar
Dewantara, dalam (Rinja Efendi, 2020) menyatakan bahwa Pendidikan harus mencakup aspek
moral dan karakter, ketidakhadiran peserta didik di sekolah menunjukkan kurangnya pemahaman
dan penghayatan nilai-nilai moral yang ditanamkan di sekolah. Sejalan dengan hal itu Teori
Pendidikan Holistik yang dikemukakan oleh (Rahayu, 2018) menyatakan bahwa Pendidikan
harus mencakup semua aspek perkembangan anak, termasuk akademik, sosial, dan emosional.
Perilaku membolos menunjukkan adanya ketidak seimbangan dalam perkembangan ini.

Teori ini kemudian didukung dengan Teori Motivasi Belajar yang disampaikan oleh (Supriani,
2020) menyatakan bahwa Motivasi belajar adalah dorongan yang ada dalam diri peserta didik
untuk mencapai tujuan belajar. Kurangnya motivasi bisa disebabkan oleh faktor internal seperti
rasa bosan, dan faktor eksternal seperti lingkungan belajar yang kurang mendukung yang juga
dapat menjadi faktor penyebab perilaku membolos tersebut (Damayanti, 2023). Sejalan dengan
teori-teori tersebut dinyatakan bahwa peserta didik di SMP Negeri 36 Palembang dianggap perlu
untuk ditindak lanjuti. Berdasarkan data kehadiran peserta didik SMP Negeri 36 Palembang
menunjukkan peningkatan jumlah peserta didik yang membolos dalam beberapa bulan terakhir.
Peserta didik yang membolos juga menunjukkan penurunan nilai akademis yang signifikan, yang
kemudian didukung dengan hasil wawancara dan angket di SMP Negeri 36 Palembang, yang
mana wawancara dengan peserta didik yang sering membolos mengungkapkan alasan utama
mereka adalah kurangnya minat pada pelajaran, konflik dengan guru, dan masalah keluarga.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru BK di sekolah menyebutkan bahwa
bahwa peserta didik yang membolos cenderung memiliki masalah disiplin, kurangnya
keterlibatan dalam kegiatan sekolah, dan sering menunjukkan perilaku menyendiri atau
menghindar. Penelitian oleh (Sani Susanti, 2024) menemukan bahwa pendekatan konseling
individu yang berfokus pada pengembangan keterampilan sosial dan akademik dapat mengurangi
perilaku membolos hingga 30%. Pendekatan yang melibatkan peserta didik dalam proses
pengambilan keputusan terkait kehadiran di sekolah terbukti efektif. Studi oleh (Petrus Jacob
Pattiasina, 2024) menunjukkan bahwa penguatan positif melalui penghargaan dan pujian, serta
keterlibatan orang tua, dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk hadir di sekolah. Studi
ini juga menekankan pentingnya lingkungan belajar yang suportif dan guru yang peduli terhadap
kebutuhan emosional peserta didik

Menurut (Mutmainah, 2018) Pendekatan konseling realitas menekankan pentingnya tanggung


jawab individu dalam membuat pilihan yang lebih realistis dan konstruktif. Melalui konseling
realitas, siswa diajak untuk menyadari dampak dari perilaku membolos dan bagaimana perilaku
ini sebenarnya tidak membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan secara sehat dan
berkelanjutan. Siswa juga didorong untuk mengevaluasi keputusan mereka dan mengarahkan
pilihan mereka pada tindakan yang lebih bermanfaat, baik dalam konteks akademik maupun
pengembangan diri. Selain itu, teknik Self-Management yang dikemukakan oleh Kanfer dan
Goldstein dalam (Susanto, 2019) dapat digunakan sebagai alat untuk membantu siswa mengubah
perilaku membolos. Teknik ini menekankan pada pentingnya partisipasi aktif individu dalam
proses perubahan perilaku, di mana siswa belajar untuk mengidentifikasi perilaku yang ingin
diubah, menetapkan tujuan yang spesifik, mengembangkan rencana aksi, serta memonitor dan
mengevaluasi kemajuan mereka secara mandiri. Teknik ini relevan dengan teori self-regulation
yang dikemukakan oleh Bandura dalam (Maulana, 2019) yang menyatakan bahwa individu
memiliki kemampuan untuk mengontrol tindakan mereka melalui proses pengaturan diri yang
melibatkan pengamatan diri, penilaian, dan reaksi diri.

Dalam konteks SMP Negeri 36 Palembang, penerapan pendekatan konseling realitas dengan
teknik Self-Management bertujuan untuk membantu siswa memahami realitas perilaku mereka
dan mengambil tanggung jawab untuk mengubah kebiasaan membolos menjadi perilaku yang
lebih positif dan mendukung keberhasilan akademik. Dengan bimbingan konselor, siswa akan
diajak untuk mengenali pemicu perilaku membolos, merancang langkah-langkah konkret untuk
mengatasi masalah tersebut, serta mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap pilihan dan
tindakan mereka. Dengan demikian, pendekatan ini tidak hanya membantu siswa mengatasi
masalah jangka pendek tetapi juga memberikan mereka keterampilan yang bermanfaat untuk
mengelola kehidupan mereka di masa depan.
LEMBAR WAWANCARA DENGAN GURU BK DI SMP NEGERI 36 PALEMBANG
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana latar belakang G merupakan anak broken home tinggal bersama kakaknya dan
kehidupan G? adiknya dengan keadaan keluarga tidak terlalu memperhatikan
pergauan G karena sibuk bekerja. kakak G biasa bekerja di
malam hari sementara pulang di pagi hari dan selalu waktu siang
harinya dihabiskan untuk tidur sehingga G dan adiknya tidak
mendapatkan perhatian yang membuat G sering nongkrong
nongkrong yang berujung bolos sekolah tanpa diketahui orang
tuanya. Selain itu sebagai anak tertua G mengaku di saat orang
kakaknya sibuk bekerja dimalam hari dan tidur disiang harinya,
maka G terpaksa mengejarkan pekerjaan yang ada dirumah yang
mana hal ini juga dijadikan sebagai alasan bagi G untuk
membolos sekolah
Bagaimana hasil belajar G Perilaku membolos yang berujung tidak mengerjakan tugas
selama disekolah? sekolah yang dilakukan G tentu berpengaruh besar terhadapa
hasil belajar G, beberapa guru sempat bercerita dengan guru BK
disekolah bahwa G cenderung tertinggal dan kurang memhami
pembelajaran saat ia berada dikelas, yang tentu saja akan
berpengaruh terhadap penilaian guru terhadapnya.
Bagaiman perilaku G kerika Ketika sedang berada disekolah G berperilaku normal seperti
sedang berada di sekolah? siswa lain pada umunya, hanya saja G terlihat kurang
bersemangat saat pembelajaran berlangsung.
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
KONSELING INDIVIDUAL

A Sekolah SMP NEGERI 36 PALEMBANG


B Identitas Konseli G
C Komponen Layanan Layanan Responsif
D Bidang Layanan Pribadi dan Belajar
E Fungsi Layanan Pengentasan/ Kuratif
F Deskripsi Masalah Dari keterangan guru BK dan catatan absensi kelas
menunjukkan konseli sering kali tidak masuk sekolah tanpa
ada keterangan yang jelas. Selain itu perilaku konseli yang
selalu tertinggal dalam belajar dikelas saat sedang disekolah
menunjukkan permasalahan yang saling berkaitan yang terjadi
pada konseli.
SKKPD Landasan berperilaku etis
Pengenalan Mengenal alasan perlunya mentaati aturan/norma berperilaku
Akomodasi Memahami keragaman aturan/patokan berperilaku dalam
konteks budaya
Tindakan Bertindak atas pertimbangan diri terhadap norma yang berlaku
G Capaian Layanan Peserta didik mampu menampilkan perilaku sosial yang sesuai
dengan norma dan etika pada kehidupan bermasyarakat seperti
memahami dan menunaikan hak dan kewajibannya sebagai
warga negara serta memiliki komitmen moral terhadap sistem
etika dan nilai sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.
H Tujuan Layanan Tujuan Umum:
Konseli mampu menyusun langkah-langkah perubahan
tingkah lakunya agar selalu hadir ke sekolah (C6)

Tujuan Khusus:
1. Konseli mampu mengidentifikasi penyebab perilaku
membolos ( C4 )
2. Konseli mampu memecahkan masalah penyebab perilaku
membolos (A5)
3. Konseli mampu menunjukkan perilaku datang ke sekolah
setiaphari (P3)
4. Konseli mampu menyusun langkah- langkah perubahan
tingkah lakunya untuk selalu hadir ke sekolah (C6)
I Profil pelajar pancasila ❖ Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. (Melakukan
refleksi terhadap diri sendiri dan mampu menjauhi perilaku
yang tercela serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.)
❖ Mandiri (Melakukan refleksi terhadap kondisi dirinya dan
situasi yang dihadapi mencakup refleksi terhadap kondisi
diri)
❖ Bernalar kritis (Mengolah informasi, membangun
keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis
informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya serta
merefleksi pemikiran dan proses berpikir dalam
mengambilan keputusan)
J Waktu 1 JP (45 Menit)
K Teknik/Pendekatan Teknik Self-Management Pendekatan Realitas
L Sumber Data Hasil pengamatan, hasil wawancara dengan guru BK dan
diperkuat dengan hasil analisis kebutuhan peserta didik
(AKPD), serta data absensi kelas.
M Media/ Alat ATK
N Tanggal Pelaksanaan Agustus 2024
O Tempat Pelaksanaan Ruang Bimbingan dan Konseling
P Uraian Kegiatan
a. Tahap Pembentukan (5 1. Mengucapkan salam
Menit) 2. Pembicaraan topik netral (menanyakan kabar, kegiatan,
latar belakang dan berdo’a)
3. Memberikan penjelasan tentang pengertian konseling
individu
4. Memberikan penjelasan tujuan kegiatan konseling
5. Memberikan penjelasan peran konselor dan konseli
6. Memberikan penjelasan asas-asas dalam konseling
7. Menjelaskan kontrak yang disetujui oleh konselor dan
konseli
8. Menjelaskan waktu yang akan dilaksanakan konseling
kelompok 1 x 40 menit
b. Tahap transisi (2 Menit) 1. Konselor mengulas kembali keadaan konseli yang
menyebabkan ketidakmampuan mengontrol diri sehingga
munculnya perilaku membolos
c. Tahap Inti (30 Menit) 1. Konselor mulai meminta konseli untuk mengungkapkan
permasalahan yang sedang dialami
2. Konselor menggunakan scalling untuk mengetahui
tingkat keresahan konseli
3. Konselor memberikan dorongan minimal (domin) kepada
konseli agar bersedia menceritakan permasalahanya
dengan bebas dan terbuka (Pendekatan Masalah)
4. Konselor mengarahkan konseli guna menjelaskan secara
detail problematika yang menyebabkan konseli sering
membolos
5. Setelah mendengarkan apa yang diceritakan konseli,
konselor mengeksplore permasalahan konseli dengan
pertanyaan-pertanyaan terkait apa yang diceritakan
konseli (Pengungkapan)
6. Konseli mengungkapkan permasalahanya secara
mendalam (Pengungkapan)
7. Konselor dan Konseli mengadakan kesepakatan bersama
dalam menentukan masalah inti dan masalah sampingan
(Pengungkapan)
8. Konselor menunjang konseli mengidentifikasi faktor
yang mempengaruhi perilakunya
9. Konselor dan konseli mengeksplore latar belakang dan
faktor penyebab masalah yang dihadapi konseli
(Diagnostik)
10. Konselor dan konseli menyusun rencana pemecahan
masalah yang dihadapi konseli dalam hal ini konselor
menjelaskan teknik Self-Management dengan pendekatan
realitas yang akan digunakan (Prognosa)
Implementasi Teknik 1. Konselor dan Konseli menetapkan tujuan konseling
(Goals setting), yaitu untuk merubah perilaku maladaptif
Konseli agar mampu berperilaku sesuai keadaan yang
seharusnya, serta mempersiapkan pencegahan terhadap
perilaku maladaptif agar tidak terulang kembali.
2. Konselor mengidentifikasi keinginan konseli terkait
permasalahan yang sedang di alaminya. Konselor bisa
mengajukan pertanyaan kepada konseli seperti “ Apa
yang kamu inginkan dari permasalahan yang dialami?”
3. Konselor menayakan tentang usaha apa yang selama ini
konseli lakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang
terjadi, “Usaha apasaja yang sudah kamu lakukan ?”
4. Konselor membantu konseli melakukan penilaian diri dan
menentukan keefektifan apa yang dilakukan bagi
pencapaian kebutuhan. Konselor bisa mengajukan
pertanyaan
“Apakah yang kamu lakukan itu dapat membantumu
mendapatkan apa yang kamu harapkan / inginkan?”
“Apakah yang sudah kamu lakukan selama ini sudah
efektif atau tidak?”
Kemudian Konselor menerapkan teknik konseling
ini,dengan mengatakan
“sekarang coba bayangkan, jika permasalahan ini terus
meneruskamu lakukan, kemungkinan terburuk apa yang
akan kamu alami?”
“Jadi, bagaimana yang seharusnya dilakukan?”

5. Konselor membantu konseli untuk membuat rencana-


rencana bagi pencapaian kebutuhannya. Dengan
menggunakan rencana yang sederhana, dapat dicapai,
terukur dan terkendali. Konselor mengajukan pertanyaan
kepada konseli
“ Apa yang akan kamu lakukan agar dapat memenuhi
keinginan dan harapanmu ?”
“dari hasil evaluasi, sekarang coba tuliskan rencana-
rencana mu untuk mengendalikan perilaku membolos
yang dilakukan”
Konselor mengajak konseli untuk menuliskan rencana-
rencana tersebut dan berkomitmen untuk segera
melaksanakan rencana tersebut dalam kontrak perilaku
6. Konseli mendapatkan penguatan dari Konselor agar
mampu merubah perilaku yang tidak dapat mengontrol
diri
7. Konseli menerima penguatan dari Konselor terhadap
keseluruhan layanan konseling yang dilakukan
8. Konseli merangkum dan merefleksikan proses kegiatan
layanan.
d. Tahap Penutup (3 Menit)

1. Konselor dan konseli menyimpulkan hasil konseling pada pertemuan ini


2. Konselor meminta konseli mengungkapkan kesan dan komitmennya setelah mengikuti
konseling
3. Konselor mengungkapkan pesan dan harapanya kepada konseli
4. Konselor dan konseli membuat perjanjian kegiatan lanjutan sesuai kontrak yang sudah
dibuat
5. Konselor menutup kegiatan konseling dengan berdoa
Q Evaluasi dan Tindak Lanjut

a. Evaluasi Proses Perumusan aktivitas evaluasi proses konseling (keterlibatan


konseli dalam mengikuti layanan dan keterlaksanaan tahapan
konseling) dengan teknik yang sesuai
b. Evaluasi Hasil Perumusan aktivitas evaluasi hasil konseling (kebermaknaan
pengalaman konseli dan ketercapaian tujuan konseling)
c. Tindak Lanjut Memberikan tugas rumah untuk melakukan checklis jika
sudah melaksanakan hal-hal yang direncanakan dan
perumusan rencana kegiatan lanjutan berdasarkan evaluasi
proses dan hasil konseling

Palembang, Agustus 2024


Mengetahui Mahasiswa PPG
Guru Pamong

Eibi Pramitha Miranda, S.Pd.,Gr Enita Rianti, S.Pd.


NIP. NIM. 0622482242015

Lampiran-lampiran :
1. Materi pendekatan dan teknik konseling
2. Instrumen evaluasi proses
3. Instrumen evaluasi Hasil
4. Instrumen kepuasan knseli
5. Surat pernyataan komitmen
6. Laporan Konseling Individu
Daftar Referensi
Damayanti, F. A. (2023). The Study Of Bad Behaviour Of Skipping The Class Private School At
Surabaya. Jurnal BK UNESA, 455.
Maulana, N. &. (2019). Pengembangan Program Self-Regulation untuk Meningkatkan Disiplin
Belajar Siswa. Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia, 185-193.
Mutmainah. (2018). Implementasi Terapi Realitas untuk Mengurangi Perilaku Membolos pada
Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling: Jurnal
Kajian Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling, 137-145.
Petrus Jacob Pattiasina, A. A. (2024). Pedagogi Progresif Menuju Pembelajaran Efektif.
Makasar: 14-18.
Rahayu, P. (2018). Peran Pendidikan Holistik dalam Mengatasi Perilaku Membolos Siswa SMP.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia, 65-73.
Rinja Efendi, S. M. (2020). Pendidikan Karakter di Sekolah. Pasuruan, Jawa Timur: CV.
Penerbit Qiara Media.
Sani Susanti, D. S. (2024). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kebiasaan Menjiplak/Meniru
Tugas teman Dan Membolos Pada Siswa Kelas X E-3 Di SMAN 12 Medan. Jurnal
Basataka, 64.
Supriani, Y. (2020). Upaya Meningkatkan Motivasi Peserta Didik Dalam Pembelajaran. Jurnal
Al-Amar, Vol 1 No.21.
Susanto, L. &. (2019). Efektivitas Teknik Self-Management dalam Mengatasi Perilaku Membolos
pada Siswa Kelas IX SMP. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, 31-39.
Lampiran 1
Materi Konseling Realita Strategi Self-Management

A. Pengertian
Konseling Realitas merupakan pendekatan konseling yang dikembangkan oleh Dr. William
Glasser. Fokus utama dari konseling ini adalah pada pilihan dan tanggung jawab individu
dalam mencapai kehidupan yang lebih memuaskan. Glasser menekankan pentingnya
hubungan interpersonal yang sehat dan memuaskan serta menekankan bahwa kebahagiaan
dan kesejahteraan emosional seseorang sangat bergantung pada kualitas hubungan mereka.
Glasser memperkenalkan Teori Pilihan yang menyatakan bahwa setiap perilaku adalah
hasil dari keputusan yang diambil individu untuk memenuhi lima kebutuhan dasar:
kebutuhan bertahan hidup, cinta dan rasa memiliki, kekuasaan, kebebasan, dan kesenangan.
Teori ini menekankan bahwa masalah psikologis sering kali muncul ketika seseorang tidak
mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini melalui pilihan-pilihan yang sehat dan
konstruktif. Pendekatan ini sangat berbeda dari terapi tradisional yang cenderung fokus pada
masa lalu atau penyebab emosional dari perilaku tertentu. Sebaliknya, Konseling Realitas
berfokus pada tindakan dan pilihan saat ini, membantu individu untuk mengidentifikasi dan
merancang cara yang lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan mereka

B. Self-Management dalam Konseling Realitas


Menurut (Wahyudi, 2021) Self-Management, atau pengelolaan diri, adalah kemampuan
untuk mengatur dan mengarahkan diri sendiri dalam mencapai tujuan atau memecahkan
masalah. Konsep ini sangat penting dalam Konseling Realitas, di mana konseli didorong
untuk mengambil kendali penuh atas pilihan mereka sendiri dan bertanggung jawab atas
konsekuensi dari pilihan tersebut. Penelitian (Kusuma, 2021) menunjukkan bahwa Self-
Management dapat meningkatkan motivasi internal dan efektifitas dalam mencapai tujuan
jangka panjang, Strategi ini sangat sesuai dengan Konseling Realitas, karena menekankan
pada tanggung jawab pribadi dan pemilihan tindakan yang efektif
C. Proses Self-Management dalam Konseling Realitas melibatkan beberapa langkah penting
diantaranya:

1. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan: Pada tahap awal, konseli diajak untuk mengenali
masalah utama yang sedang mereka hadapi, yang biasanya terkait dengan satu atau lebih
kebutuhan dasar mereka. Misalnya, seseorang yang mengalami masalah dalam hubungan
interpersonal mungkin mendapati bahwa kebutuhan mereka akan cinta dan rasa memiliki
tidak terpenuhi. Menurut Glasser, pemahaman akan kebutuhan ini adalah langkah
pertama dalam mengambil keputusan yang lebih baik.
2. Penetapan Tujuan yang Jelas: Setelah masalah dan kebutuhan diidentifikasi, langkah
berikutnya adalah menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan
berbatas waktu (SMART). Penetapan tujuan yang jelas dapat meningkatkan kinerja dan
kepuasan pribadi karena memberikan arah yang konkret dan ukuran keberhasilan.
3. Perencanaan Aksi: Tahap ini melibatkan penyusunan rencana tindakan yang konkret
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Rencana ini harus realistis dan dapat
dilaksanakan oleh konseli, dengan mempertimbangkan kekuatan dan sumber daya yang
mereka miliki. Konselor berperan penting dalam membantu konseli mengembangkan
rencana yang praktis dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Implementasi Rencana: Setelah rencana dibuat, konseli kemudian melaksanakan
rencana tersebut dengan bimbingan dari konselor. Pada tahap ini, penting bagi konseli
untuk menjaga konsistensi dan komitmen dalam menjalankan langkah-langkah yang telah
direncanakan. Dukungan dan dorongan dari konselor dapat membantu konseli mengatasi
hambatan yang mungkin muncul selama proses ini.
5. Evaluasi dan Refleksi: Setelah rencana diimplementasikan, penting untuk melakukan
evaluasi terhadap hasil yang dicapai. Evaluasi ini melibatkan refleksi mendalam tentang
apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki. Refleksi dan penyesuaian terus-menerus
adalah kunci dalam mencapai Self-Efficacy atau keyakinan pada kemampuan diri sendiri
untuk mengendalikan peristiwa yang mempengaruhi kehidupan.
6. Penyesuaian Rencana: Berdasarkan evaluasi, rencana mungkin perlu disesuaikan untuk
lebih efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Fleksibilitas dalam perencanaan
dan pelaksanaan adalah elemen penting dari Self - Management yang sukses,
memungkinkan konseli untuk beradaptasi dengan perubahan situasi atau tantangan yang
tidak terduga

D. Penerapan dalam Konseling


Konseling Realitas dengan strategi Self-Management sangat efektif untuk membantu konseli
yang mengalami masalah perilaku, kesulitan dalam hubungan, atau hambatan dalam
mencapai tujuan hidup mereka. Dengan mengambil pendekatan yang berfokus pada
tanggung jawab pribadi dan pengambilan keputusan yang rasional, konseli dapat
memperoleh kontrol yang lebih besar atas hidup mereka dan mencapai hasil yang lebih
memuaskan

E. Kesimpulan
Konseling Realitas dengan Strategi Self-Management memberikan alat yang kuat bagi
konseli untuk mengenali dan memenuhi kebutuhan dasar mereka melalui pilihan yang lebih
baik. Dengan menekankan pada pengambilan tanggung jawab pribadi dan pengelolaan diri
yang efektif, pendekatan ini dapat membantu konseli mencapai perubahan positif yang
berkelanjutan dalam hidup mereka.
Lampiran 2

INSTRUMEN EVALUASI PROSES


LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

Identitas Konselor :
Nama Konseli :
Kelas :
Masalah yang dialami :
Petunjuk : Beri tanda centang ( √ ) pada kolom skor sesuai dengan hasil penilaian Anda :
NO PERNYATAAN SKOR
1 Sikap terbuka dalam pengutaraan masalah yang 1 2 3 4 5
dihadapi
2 Kesadaran diri konseli yang sedang dalam masalah
3 Perhatian terhadap Konselor disaat berjalan nya proses
konseling
4 Sikap berani untuk mengungkap masalah yang sedang
dihadapi
5 Keterlibatan dalam mendapatkan alternatif jalan
keluar/solusi dalam pemecahan masalah
JUMLAH

Skor Minimal yang dicapai 1 x 5 = 5


Skor maksimal yang dicapai 5 x 5 =25
Kriteria skor yang akan di capai Konseli adalah :
➢ Skor 5 : bila dilakukan dengan sangat baik
➢ Skor 4 : bila dilakukan dengan baik
➢ Skor 3 : bila dilakukan dengan cukup baik
➢ Skor 2 : bila dilakukan dengan kurang baik
➢ Skor 1 : bila dilakukan dengan sangat kurang baik
Kategori :
➢ Sangat Baik : 21 – 25
➢ Baik : 17 – 20
➢ Cukup Baik : 13 – 16
➢ Kurang Baik : 9 - 12
➢ Sangat Kurang Baik : 5 - 8

Palembang, Agustus 2024

Enita Riaanti
Lampiran 3

INSTRUMEN EVALUASI HASIL


LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

Indentitas Konseli :
Nama :
Kelas :
Petunjuk :
Bacalah pernyataan di bawah ini dan berilah tanda centang (√) pada kolom skor sesuai dengan
apa yang terjadi dalam kegiatan konseling individu yang dilakukan!
Keterangan
Butir Skor :
1 = Sangat kurang sesuai
2 = Kurang sesuai
3 = Cukup Sesuai
4 = Sesuai
5 = Sangat Sesuai
SKOR
NO PERNYATAAN
1 2 3 4 5
Pemahaman
1 Saya mendapatkan pemahaman baru setelah
mendapatkan layanan konseling individual
2 Saya bisa mememahami akan pola pikir saya dan
perilaku saya setelah mendapatkan layanan ini
3 Saya menyikapi dengan baik setiap langkah-langkah
layanan ini
4 Saya mendapatkan pemahaman dan bisa membentuk
pola pikir yang baru setelah mengikuti kegiatan
layanan ini
5 Saya dapat melakukan perubahan perilaku baru sesuai
dengan layanan yang diberikan.
Perasaan Positif
6 Saya merasa yakin konselor dapat membantu saya
7 Saya merasa senang dan merasa termotivasi dalam
mengikuti layanan ini.
8 Saya merasa nyaman dalam mengikuti layanan ini.
9 Saya merasa yakin bisa membentuk pola pikir baru
yang positif setelah mendapatkan layanan ini
10 Saya merasa lega karena bisa memahami untuk
berprilaku baru yang positif setelah mendapatkan
layanan ini
Rencana Kegiatan Setelah layanan
11 Saya akan berupaya untuk menerapkan pemahaman
baru yang saya dapatkan dari layanan ini
12 Saya akan memotivasi diri saya sendiri untuk selalu
berfikir posif dan berperilaku baru yang positi setelah
mendapatkan layanan ini
13 Saya akan bertindak dan berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang saya dapat dalam layanan ini
14 Saya bisa merencanakan dan menentukan keputusan
yang baik dan positif setelah mendapatkan pemahaman
baru dari layanan ini
Total Skor

Rubrik Penilaian Evaluasi Hasil

Keterangan :
Skor terendah = 1 x 14 = 14
Skor tertinggi = 5 x 14 = 70

Kategori :
Sangat Sesuai = 60 - 70
Sesuai = 49 - 59
Cukup Sesuai = 37 – 48
Kurang Sesuai = 25 - 36
Sangat Kurang Sesuai = 14 – 24

Palembang, Agustus 2024

Enita Rianti
Lampiran 4

KEPUASAN PESERTA DIDIK


TERHADAP LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

INDENTITAS
Nama Konseli :
Nama Konselor :
PETUNJUK PENGISIAN
Isi identitas diri dengan identitas sebenarnya
1. Baca dengan teliti
2. Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang tersedia

NO Aspek yang dinilai Sangat Memuaskan Kurang


Memuaskan Memuaskan
1 Penerimaan guru bimbingan dan
konseling atau konselor terhadap
kehadiran Anda
2 Kemudahan guru bimbingan dan
konseling atau konselor untuk diajak
curhat
3 Kepercayaan Anda terhadap guru
bimbingan dan konseling atau konselor
dalam layanan konseling
4 Pelayanan pemecahan masalah tercapai
melalui konseling individual
5 Hasil yang diperoleh dari Bimbingan
Kelompok
6 Hasil pemecahan masalah yang
dihasilkan melalui konseling individual

Keterangan:
Skor terendah = 1x20 = 20
Skor tertinggi = 5 x 20 = 100
Kategori:
Sangat memuaskan = 80-100
Memuaskan = 60-79
Kurang memuaskan = 20-50

Palembang, Agustus 2024

Enita Rianti
Lampiran 5

SURAT PERNYATAAN KOMITMEN


LAYANAN KONSELING INDIVIDU

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


Nama :
Kelas/Semester :
Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat :

Sehubungan dengan komitmen saya dalam layanan bimbingan dan konseling, saya menyatakan
bersedia melaksakan ketentuan/prosedur dalam layanan bimbingan dan konseling.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguh-sungguhnya.

Palembang,. .....................2024
Nama Konseli

...............................................
Lampiran 6

LAPORAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU

Nama Mahasiswa : Enita Rianti

Nomor Induk Mahasiswa : 0622482242015

1. Pendahuluan
Di SMP Negeri 36 Palembang, kebiasaan membolos di kalangan peserta didik menjadi
masalah signifikan yang berdampak pada prestasi akademik dan perkembangan sosial
serta emosional mereka. Konseling individu ini ditujukan untuk menangani kebiasaan
membolos yang dialami oleh seorang peserta didik, dengan tujuan memahami penyebab
yang mendasarinya dan menerapkan teknik Self-Management dengan pendekatan
realitas untuk membantu peserta didik meningkatkan kehadiran dan keterlibatan dalam
proses belajar. Konseling ini bertujuan untuk memberikan peserta didik alat dan strategi
praktis untuk mengelola perilaku mereka dan membuat keputusan yang lebih baik

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan konseling dimulai dengan sesi wawancara awal yang bertujuan untuk
mengidentifikasi penyebab kebiasaan membolos peserta didik. Dalam sesi ini, peserta
didik mengungkapkan beberapa alasan utama, termasuk konflik di rumah, pengaruh
negatif dari teman sebaya, dan ketidaknyamanan dengan mata pelajaran tertentu.
Konselor menggunakan pendekatan realitas untuk membantu peserta didik melihat
hubungan antara kebiasaan membolos dan dampaknya terhadap masa depan akademis
dan pribadi mereka. Teknik Self-Management diperkenalkan sebagai alat untuk
membantu peserta didik mengelola perilaku mereka secara lebih efektif. Teknik ini
mencakup pengaturan waktu, perencanaan aktivitas, dan penggunaan daftar tugas untuk
meningkatkan disiplin diri dan tanggung jawab. Konselor dan peserta didik bersama-
sama menyusun rencana tindakan yang meliputi tujuan jangka pendek, seperti berusaha
hadir secara konsisten selama seminggu, serta rencana tindak lanjut yang melibatkan
dukungan dari guru dan orang tua untuk memastikan konsistensi dan motivasi peserta
didik
3. Evaluasi
Setelah sesi konseling dilaksanakan, evaluasi dilakukan untuk menilai perubahan dalam
perilaku peserta didik. Evaluasi ini berfokus pada pemantauan kehadiran peserta didik di
sekolah, tingkat partisipasi aktif dalam kelas, dan perubahan sikap terhadap kegiatan
belajar mengajar. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dalam
frekuensi kehadiran peserta didik serta keterlibatan yang lebih aktif dalam kegiatan kelas.
Selain itu, umpan balik dari guru dan orang tua menunjukkan bahwa peserta didik mulai
menerapkan teknik Self-Management yang telah dibahas dalam sesi konseling, seperti
perencanaan waktu dan penggunaan daftar tugas

4. Refleksi
Refleksi terhadap proses konseling menunjukkan bahwa penerapan teknik Self-
Management dan pendekatan realitas efektif dalam membantu peserta didik mengatasi
kebiasaan membolos. Peserta didik mulai menunjukkan pemahaman yang lebih baik
tentang dampak negatif dari kebiasaan membolos dan mulai menerapkan strategi untuk
meningkatkan disiplin diri mereka. Namun, konselor juga menyadari perlunya pemantauan
berkelanjutan untuk memastikan bahwa perubahan ini bersifat permanen. Jika peserta didik
menghadapi masalah yang lebih mendalam, seperti masalah keluarga atau gangguan
emosional, mungkin diperlukan pendekatan tambahan untuk memberikan dukungan yang
lebih komprehensif. Secara keseluruhan, konseling individu ini berhasil mencapai tujuan
utamanya dengan membantu peserta didik mengatasi kebiasaan membolos dan
meningkatkan keterlibatan di sekolah, serta memberikan panduan bagi penanganan kasus
serupa di masa mendatang

You might also like