Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Tetanus: Oleh: Riz Sanfebrian Adiatma

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

Tetanus

Oleh:
Riz Sanfebrian Adiatma
Tetanus
• Tetanus is an acute, often fatal, disease caused by an exotoxin
produced by the bacterium Clostridium tetani. It is characterized by
generalized rigidity and convulsive spasms of skeletal muscles.
• C. tetani is a slender, gram-positive, anaerobic rod that may develop a
terminal spore, giving it a drumstick appearance.
• The spores are widely distributed in soil and in the intestines and
feces of horses, sheep, cattle, dogs, cats, rats, guinea pigs, and
chickens.
• C. tetani produces two exotoxins, tetanolysin and tetanospasmin.
Pathogenesis
• Anaerobic conditions allow germination of
spores and production of toxins
• Toxin binds in central nervous system
• Interferes with neurotransmitter release to
block inhibitor impulses
• Leads to unopposed muscle contraction
and spasm
Clinical Features

• Incubation period; 8 days (range, 3-21 days)


• Three clinical forms: local (uncommon), cephalic (rare),
generalized (most common)
• Generalized tetanus: descending pattern of trismus (lockjaw),
stiffness of the neck, difficulty swallowing, rigidity of abdominal
muscles
• spasms continue for 3-4 weeks
• complete recovery may take months
Diagnosis
• Diagnosis tetanus didasarkan pada penemuan klinis yang khas.
• Pemxan penunjang seperti kultur bakteri tidak diperlukan.
• Trias tetanus:
• Rigiditas
• Spasme otot
• Disfungsi otonomik

Gusti Noor Ramadhany, S.Ked./I1A006032 dan Putri Anggraeni F., S.Ked./I1A007040


Kriteria Patel & Joag (1959)
• Kriteria 1: Rahang kaku, spasme terbatas, disfagi & kekakuan otot
tulang belakang.
• Kriteria 2: Spasme saja tanpa melihat frekuensi & derajatnya.
• Kriteria 3: Inkubasi ≤ 7 hr.
• Kirteria 4: Onset ≤ 48 jam.
• Kriteria 5: Peningkatan suhu rektal hingga 100°F & aksila hingga 99°F
(37,6°C).

Gusti Noor Ramadhany, S.Ked./I1A006032 dan Putri Anggraeni F., S.Ked./I1A007040


Kriteria Patel & Joag (1959)
• Derajat I: Minimal 1 kriteria (K1/K2)  mortalitas 0%
• Derajat II: Minimal 2 kriteria (K1 & K2) + inkubasi > 7 hr & onset > 48
jam  mortalitas 10%
• Derajat III: Minimal 3 kriteria + inkubasi ≤ 7 hr & onset ≤ 48 jam 
mortalitas 32%
• Derajat IV: Minimal ada 4 kriteria  mortalitas 60%
• Derajat V: Terdiri dari 5 kriteria & termasuk tetanus neonatorum &
tetanus puerpurium  mortalitas 84%

Gusti Noor Ramadhany, S.Ked./I1A006032 dan Putri Anggraeni F., S.Ked./I1A007040


Klasifikasi tetanus menurut Ablett yang
dimodifikasi oleh Udwadia (1994)
• Derajat I (ringan): Trismus ringan & sedang dengan kekakuan umum. Kejang (-),
gangguan respirasi (-) & sedikit/tanpa ggan menelan.
• Derajat II (sedang): Trismus sedang, kaku disertai kejang ringan-sedang yang
singkat disertai disfagi ringan & takipnu >30-35 x/mt.
• Derajat III (berat): Trismus berat, kekakuan umum, kejang spontan yang
berlangsung lama. Ggan pernapasan dengan takipnu >40 x/mt, kadang apnu,
disfagi berat & takikardi >120 x/mt. Peningkatan aktivitas saraf otonom yang
moderat & menetap.
• Derajat IV (sangat berat): Gbran tingkat III disertai ggan saraf otonom berat: HT
berat dengan takikardi berselang hipotensi reaktif & bradikardi atau hipertensi
diastolik yang berat dan menetap (diastolik >110 mmHg) atau hipotensi sistolik
yang menetap (sistolik <90 mmHg)  autonomic storm.

Gusti Noor Ramadhany, S.Ked./I1A006032 dan Putri Anggraeni F., S.Ked./I1A007040


PENCEGAHAN
• Tetanus dapat dicegah dengan vaccinasi toxoid tetanus
• CDC Merekomendasikan :
• Dewasa mendapat booster tetanus tiap 10 th
• Booster diberikan pada saat ada luka bila terakhir di vaccine tidak diketahui
atau telah divacinne tapi kurang dari 3 kali.
• Anak kurang dari 7 tahun mendapat DPT
PEGANGAN PROFILAKSIS TETANUS
Riwayat imunisasi Luka bersih Luka lain
Tetanus (Dosis)
TD TIG TD TIG

Tidak pasti, atau kurang Y N Y Y


dari 3 kali
3 kali atau lebih N N N N

Lebih dari 5 tahun N N Y N

Lebih dari 10 th Y N Y N

Luka lain : luka lebih dari 6 jam, bentuk irreguler, kedalaman lebih
dari 1 cm, luka tembak, luka bakar, frostbite, crush injury, terdapat
jaringan mati, sangat kotor
Penatalaksanaan

1. Suportif & perawatan intensif.


• Tetanus > derajat III sebaiknya dilakukan trakeostomi. Oksigenasi untuk
ventilasi & cegah hipoksia. Diit & kebutuhan cairan!
• Tetanus > derajat II sebaiknya dirawat dalam rg intensif. Ruangan intensif
harus bersih, cukup sejuk dgn ventilasi baik. Rgan gelap bukan keharusan,
namun stimulasi cahaya berlebihan harus dihindari. Stimulasi taktil sebaiknya
dihindari.

Gusti Noor Ramadhany, S.Ked./I1A006032 dan Putri Anggraeni F., S.Ked./I1A007040


Penatalaksanaan
2. Pemberian ATS & TT.
• Setiap pasien dengan tetanus harus diberi ATS 10.000 U & TT 0,5 cc
pada lokasi injeksi yang berbeda. Pemberian antitoksin dosis
terapetik selama 2 – 5 hari berturut – turut.
• ATS berhubungan dengan kejadian anafilaksis, shg bila mungkin,
berikan HTIG dosis 3000-5000 IU i.v /i.m.

3. Penanganan luka & pemberian AB.


• Luka harus didebridemen & higiene  cegah infeksi sekunder.
• AB: penisilin prokain dosis 2 juta U/4 jam i.v, namun obat ini
merupakan antagonis GABA & dapat mencetuskan kejang.
• Alternatif: metronidazol 3 x 500 mg i.v + tetrasiklin 4 x 500 mg
p.o. Obat lain: eritromisin 4 x 500 mg p.o. Lama pemberian AB: 14
hari.
Gusti Noor Ramadhany, S.Ked./I1A006032 dan Putri Anggraeni F., S.Ked./I1A007040
Penatalaksanaan
• Benzodiazepin  terapi utama. Diazepam digunakan
sesuai kebutuhan hingga dosis maksimal 240 mg/ 24
jam.
• Bila sedasi tetap tidak memadai  muscle relaxant
untuk induksi paralisis dengan pankuronium 2-4 mg
i.v & ventilator.

Gusti Noor Ramadhany, S.Ked./I1A006032 dan Putri Anggraeni F., S.Ked./I1A007040


Penatalaksanaan
5. Penanganan disotonomik.
• Non-farmakologis: cairan salin hingga 4000 cc/hr utk
instabilitas otonom.
• Medikamentosa utama: benzodiazepin utk me↓an
aktivitas otonom & histamin. Penyekat beta (propranolol)
utk tatalaksana HT, takikardi & miokarditis. Dosis maks.
240 mg/hr.

Gusti Noor Ramadhany, S.Ked./I1A006032 dan Putri Anggraeni F., S.Ked./I1A007040


Tetanus Complications
• Laryngospasm
• Fractures
• Hypertension and/or abnormal heart rhythm
• Nosocomial infections
• Pulmonary embolism
• Aspiration pneumonia
• Death
Terimakasih

You might also like