ABSTRAK " Sajaka Putih " karya Chairil Anwar sebagai karya sastra berbentuk puisi dapat dianalisis melalui pendekatan psikoanalisa Sigmund Freud. Sebelum menganalisis " Sajak Putih " dengan teori psikoanalisa, terlebih dahulu penulis...
moreABSTRAK " Sajaka Putih " karya Chairil Anwar sebagai karya sastra berbentuk puisi dapat dianalisis melalui pendekatan psikoanalisa Sigmund Freud. Sebelum menganalisis " Sajak Putih " dengan teori psikoanalisa, terlebih dahulu penulis melakukan pembacaan dengan metode heruistik dan hermeneutik. Berdasarkan analisis psikoanalisa ditemukan bahwa (1) daya estetika dan nilai persajakan tidak hanya sekadar untuk keindahan, tetapi merupakan pengungkapan emosi (jiwa) penyair yang tertekan; (2) ketertekanan (ter-represi, dalam istilah psikoanalisa) mengantarkan alam bawah sadar (unconscious) muncul dalam baris sajak CA; (3) keinginan-keinginan penyair yang tertekan dan tidak terwujud hingga menjadi mimpi yang diwujudkan melalui kata-kata yang memiliki symbol; dan (4) bahasa figuratif atau kias dalam " Sajak Putih " sejajar dengan bahasa atau teks mimpi yang penuh kias dan simbol sebagaimana teori Freud. Kata kunci: Puisi, Sajak Putih, psikoanalisa, heruistik, hermeneutik 1. Pendahuluan Karya sastra sebagai karya kreatif dan imajinatif, dapat dianalisis dari berbagai disiplin ilmu. Karya sastra dapat dianalisis berdasarkan sudut padang sosiologi, antropologi, psikologi, ekologi dan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Oleh sebab itu, dunia sastra sebagai dunia yang otonom dalam konteks keilmuannya, tetapi sekaligus wilayah keilmuan yang teramat terbuka untuk didekati dari ranah disiplin ilmu lain. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, pada kesempatan ini penulis melakukan analisis karya sastra melalui pendekatan psikologi. Dalam analisis karya sastra melalui pendekatan psikologi tersebut, penulis membatasi pada penerapan teori psikoanalisa Sigmund Freud. Begitu juga, karya sastra yang dianalisis dengan teori psikoanalisa Sigmund Freud, terbatas pada puisi karya Chairil Anwar yang berjudul " Sajak Putih ". 2. Psikoanalisa Sigmund Freud Freud (1987:xxiii) membedakan tiga struktur atau instansi dalam kehidupan psikis, yakni (1) taksadar atau ketidaksadaran, (2) prasadar, dan (3) sadar atau kesadaran. Tak sadar atau ketidaksadaran meliputi apa yang terkena represi, sedangkan prasadar meliputi apa yang dilupakan tetapi dapat diingat kembali tanpa perantara psikoanalisa. Prasadar ini membentuk suatu sistem dengan kesadaran (sadar) berupa ego. Antara sistem taksadar dan sistem sadar memainkan peranan dalam berwujud sensor. Adapun setiap unsur taksadar yang akan masuk kesadaran, terlebih dahulu melewati sensor. Yusuf & Juntika Nurihsan (2008:46) menjelaskan teori kesadaran (conscious) Freud terdiri atas tiga tingkat sebagai berikut. Pertama, kesadaran (conscious) merupakan bagian kehidupan mental atau lapisan jiwa individu. Kehidupan mental ini memiliki kesadaran penuh (fully aware). Melalui kesadarannya, individu mengetahui tentang siapa dia, sedang apa dia, sedang di mana dia, apa yang terjadi di sekitarnya, dan bagaimana dia memperoleh yang diinginkannya. Meneurut Frued kesadaran individu merupakan bagian yang terkecil (permukaan gunung es) dari kehidupan mental. Kedua, ambang sadar atau prasadar