Puisi Karya Khalil Gibran
Puisi Karya Khalil Gibran
Puisi Karya Khalil Gibran
ANAK
Kahlil Gibran
PENYAIR
Dia adalah malaikat diutus Yang Maha Kuasa mengajarkan Kalam Ilahi.
Seberkas cahaya gemilang tak kunjung padam.
Tak terliput gelap malam
Tak tergoyah oleh angin kencang
Ishtar, dewi cinta, meminyakinya dengan kasih sayang
Dan, nyanyian Apollo menjadi cahayanya.
Dia adalah si tukang jahit yang menjahit benih hatinya di ladang kasih sayang
dan kemanusiaan menyuburkannya
Sampai bila manusia hanya akan menyanjung jasa org yang sudah tiada?
dan melupakan si hidup yg dikelilingi penderitaan
yang menghambakan hidup mereka seperti lilin menyala
bagi menunjukkan jalan yang benar bagi orang yang lupa
Penyair..
Suatu hari kau akan merajai hati-hati manusia
Dan, kerana itu kerajaanmu adalah abadi.
Kahlil Gibran
MIMPI
Kala malam datang dan rasa kantuk membentangkan selimutnya di wajah bumi,
aku bangun dan berjalan ke laut, "Laut tidak pernah tidur, dan dalam
keterjagaannya itu laut menjadi penghibur bagi jiwa yang terjaga.",
Ketika aku sampai di pantai, kabus dari gunung menjuntaikan kakinya seperti
selembar jilbab yang menghiasi wajah seorang gadis. Aku melihat ombak yang
berdeburan. Aku mendengar puji-pujiannya kepada Tuhan dan bermeditasi di
atas kekuatan abadi yang tersembunyi di dalam ombak-ombak itu - kekuatan
yang lari bersama angin, mendaki gunung, tersenyum lewat bibir sang mawar
dan menyanyi dengan desiran air yang mengalir di parit-parit.
Lalu aku melihat tiga Putera Kegelapan duduk di atas sebongkah batu. Aku
menghampirinya seolah-olah ada kekuatan yang menarikku tanpa aku dapat
melawannya.
Aku berhenti beberapa langkah dari Putera Kegelapan itu seakan-akan ada
tenaga magis yang menahanku. Saat itu, salah satunya berdiri dan dengan
suara yang seolah berasal dari dalam laut ia berkata:
"Hidup tanpa cinta ibarat pohon yang tidak berbunga dan berbuah. Dan cinta
tanpa keindahan seperti bunga tanpa aroma semerbak dan seperti buah tanpa
biji. Hidup, cinta dan keindahan adalah tiga dalam satu, yang tidak dapat
dipisahkan ataupun diubah."
Putera kedua berkata dengan suara bergema seperti air terjun,"Hidup tanpa
berjuang seperti empat musim yang kehilangan musim bunganya. Dan
perjuangan tanpa hak seperti padang pasir yang tandus. Hidup, perjuangan
dan hak adalah tiga dalam satu yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah."
"Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa jiwa, dan kebebasan tanpa akal
seperti roh yang kebingungan. Hidup, kebebasan dan akal adalah tiga dalam
satu, abadi dan tidak pernah sirna."
Selanjutnya ketiga-tiganya berdiri dan berkata dengan suara yang
menggerunkan sekali:
'Itulah anak-anak cinta,
Buah dari perjuangan,
Akibat dari kebebasan,
Tiga manifestasi Tuhan,
Dan Tuhan adalah ungkapan
dari alam yang bijaksana.'
Saat itu diam melangut, hanya gemersik sayap-sayap yang tak nampak dan
getaran tubuh-tubuh halus yang terus-menerus.
Aku menutup mata dan mendengar gema yang baru saja berlalu. Ketika aku
membuka mataku, aku tidak lagi melihat Putera-Putera Kegelapan itu, hanya
laut yang dipeluk halimunan. Aku duduk, tidak memandang apa-apa pun kecuali
asap dupa yang menggulung ke syurga.
Khalil Gibran
KEHIDUPAN
Khalil Gibran
KASIH SAYANG DAN PERSAMAAN
Jika engkau menyedari, sahabatku yang papa, bahawa malang yang menimpamu
dalam hidup merupakan kekuatan yang menerangi hatimu, dan membangkitkan
jiwamu dari ceruk ejekan ke singgahsana kehormatan, maka engkau akan
merasa berpuas hati kerana pengalamanmu, dan engkau akan memandangnya
sebagai pembimbing, serta membuatmu bijaksana.
Kehidupan ialah suatu rantai yang tersusun oleh banyak mata rantai yang
berlainan. Duka merupakan salah satu mata rantai emas antara penyerahan
terhadap masa kini dan harapan masa depan. Antara tidur dan jaga, di luar
fajar merekah.
Ingatlah, bahawa keimanan itu adalah peribadi sejati Manusia. Tidak dapat
ditukar dengan emas; tidak dapat dikumpul seperti harta kekayaan. Mereka
yang mewah sering meminggirkan keimananan, dan mendakap erat emasnya.
Orang muda sekarang jangan sampai meninggalkan Keimananmu, dan hanya
mengejar kepuasan diri dan kesenangan semata. Orang-orang papa yang
kusayangi, saat bersama isteri dan anak sekembalinya dari ladang merupakan
waktu yang paling mesra bagi keluarga, sebagai lambang kebahagiaan bagi
takdir angkatan yang akan datang. Tapi hidup orang yang senang bermewah-
mewahan dan mengumpul emas, pada hakikatnya seperti hidup cacing di dalam
kuburan. Itu menandakan ketakutan.
Air mata yang kutangiskan, wahai sahabatku yang papa, lebih murni daripada
tawa ria orang yang ingin melupakannya, dan lebih manis daripada ejekan
seorang pencemuh. Air mata ini membersihkan hati dan kuman benci, dan
mengajar manusia ikut merasakan pedihnya hati yang patah.
Benih yang kautaburkan bagi si kaya, dan akan kau tuai nanti, akan kembali
pada sumbernya, sesuai dengan Hukum Alam. Dan dukacita yang kausandang,
akan dikembalikan menjadi sukacita oleh kehendak Syurga. Dan angkatan
mendatang akan mempelajari Dukacita dan Kemelaratan sebagai pelajaran
tentang Kasih Sayang dan Persamaan.
Khalil Gibran
PERSAHABATAN
Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh
kejiwaan.
Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah
cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada
diharapkan.
Khalil Gibran
DUA KEINGINAN
Di keheningan malam, Sang Maut turun atas hadrat Tuhan menuju ke bumi. Ia
terbang melayang-layang di atas sebuah kota dan mengamati seluruh penghuni
dengan tatapan matanya. Ia menyaksikan jiwa-jiwa yang melayang-layang
dengan sayap-sayap mereka, dan orang-orang yang terlena di dalam kekuasaan
Sang Lelap.
Ketika rembulan tersungkur di kaki langit, dan kota itu berubah warna
menjadi hitam kepekatan, Sang Maut berjalan dengan langkah tenang di
celah-celah kediaman - berhati-hati tidak menyentuh apa-apa pun - sehingga
tiba di sebuah istana. Ia masuk melalui pagar besi berpaku tanpa sebarang
halangan dan berdiri di sisi sebuah ranjang , dan tika ia menyentuh dahi si
lena, lelaki itu membuka kelopak matanya dan memandang dengan penuh
ketakutan.
Dan si lelaki itu menjawab, "Apa yang kau inginkan dariku sekarang, dan
benda apa yang kau cari? Kenapa kau datang ketika urusanku belum selesai?
Apa yang kau inginkan dari orang kaya berkuasa seperti aku? Pergilah sana,
carilah orang-orang yang lemah, dan ambillah dia! Aku ngeri melihat taring-
taringmu yang berdarah dan wajahmu yang bengis, dan mataku sakit menatap
sayap-sayapmu yang menjijikkan dan tubuhmu yang meloyakan."
"Aku telah memanggil dan merayumu berulang kali, namun kau tak jua datang.
Tapi kini kau telah mendengar suaraku, kerana itu jangan kecewakan cintaku
dengan menjauhi diri. Peluklah rohku, Sang Maut yang dikasihi."
Kahlil Gibran
Aku mendengar anak sungai merintih bagai seorang janda yang menangis
meratapi kematian anaknya dan aku kemudian bertanya, "Mengapa engkau
menangis, sungaiku yang jernih?' Dan sungai itu menjawab, 'Sebab aku
dipaksa mengalir ke kota tempat Manusia merendahkan dan mensia-siakan
diriku dan menjadikanku minuman-minuman keras dan mereka
memperalatkanku bagai pembersih sampah, meracuni kemurnianku dan
mengubah sifat-sifatku yang baik menjadi sifat-sifat buruk."
Dan salah satu dari burung itu terbang mendekatiku, dan hinggap di hujung
sebuah cabang pohon dan berkata, "Anak-anak Adam akan segera datang di
ladang ini dengan membawa senjata-senjata pembunuh dan menyerang kami
seolah-olah kami adalah musuhnya. Kami sekarang terpisah di antara satu
sama yang lain, sebab kami tidak tahu siapa di antara kami yang bisa selamat
dari kejahatan Manusia. Ajal memburu kami ke mana pun kami pergi."
Kini, matahari terbit dari balik puncak pergunungan, dan menyinari puncak-
puncak pepohonan dengan rona mahkota. Kupandangi keindahan ini dan aku
bertanya kepada diriku sendiri, 'Mengapa Manusia mesti menghancurkan
segala karya yang telah diciptakan oleh alam?'
Khalil Gibran
CINTA (I)
Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta, supaya bisa kau fahami
rahsia hatimu, dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.
Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian dan
kenikmatan cinta.
Maka lebih baiklah bagimu untuk menutupi tubuhmu dan melangkah keluar
dari lantai-penebah cinta.
Memasuki dunia tanpa musim tempat kau dapat tertawa, tapi tak seluruh
gelak tawamu, dan menangis, tapi tak sehabis semua airmatamu.
Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada mengambil
apa-apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki;
Kerana cinta telah cukup bagi cinta.
Pabila kau mencintai kau takkan berkata, "Tuhan ada di dalam hatiku," tapi
sebaliknya, "Aku berada di dalam hati Tuhan."
Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta, sebab cinta, pabila
dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu.
Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya. Namun pabila kau
mencintai dan memerlukan keghairahan, biarlah ini menjadi keghairahanmu:
Dan kemudian tidur bersama doa bagi kekasih di dalam hatimu dan sekuntum
nyanyian puji-pujian pada bibirmu.
Khalil Gibran
CINTA (II)
Kahlil Gibran
CINTA (III)
Kelmarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat dan
bertanya kepada manusia yang lalu-lalang di situ tentang misteri dan kesucian
cinta.
Seorang lelaki setengah baya menghampiri, tubuhnya rapuh wajahnya gelap.
Sambil mengeluh dia berkata, "Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi
lemah, aku mewarisinya dari Manusia Pertama."
Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri. Dengan suara
bagai menyanyi dia berkata, "Cinta adalah sebuah ketetapan hati yang
ditumbuhkan dariku, yang rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi
masa lalu dan generasi yang akan datang.'
Seorang lelaki tampan dengan wajah bersinar dan dengan bahagia berkata,
'Cinta adalah pengetahuan syurgawi yang menyalakan mata kita. Ia
menunjukkan segala sesuatu kepada kita seperti para dewa melihatnya.'
Seorang lelaki dengan badan bongkok dan kakinya bengkok bagai potongan-
potongan kain menghampiri. Dengan suara bergetar, dia berkata, "Cinta
adalah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian makam, kedamaian bagi
jiwa dalam kedalaman keabadian.’
Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri dan sambil tertawa dia
berkata, "Cinta adalah ayahku, cinta adalah ibuku. Hanya ayah dan ibuku yang
mengerti tentang cinta."
Khalil Gibran
IBU
Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir - bibir manusia.
Dan "Ibuku" merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari
kedalaman jiwa.
Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam
rengsa, rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun
yang kehilangan ibinya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa
merestui dan memberkatinya.
Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi
yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya
dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.
Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan
membesarkannya. Pepohonan
dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian.
Khalil Gibran
RAHSIA JODOH
Khalil Gibran
PERJAMUAN JIWA
Rasa kantuk telah memeluk roh setiap laki-laki, sementara aku terbangun
sendiri, rasa rindu membukakan kertas surat tidurku.
Cinta membawaku dekat denganmu, namun kebimbangan melemparkan diriku
menjauh darimu.
Aku telah membuang bukuku, kerana keluhku mengunci kata-kata dan desah
nafasku meninggalkan tempat tidurku, Cintaku, kerana takut pada hantu lupa
yang berada di balik selimut.
Aku telah membuang bukuku, kerana keluhku mengunci kata-kata dan desah
nafasku meninggalkan halaman buku yang kosong di depan mataku!
Bangun, bangunlah, Cintaku dan dengar diriku!
Aku mendengarkanmu, Cintaku! Aku mendengar panggilanmu dari lautan lepas
dan merasakan lembutnya sentuhan sayapmu. Aku telah jauh dari ranjangku,
beranjak ke tanah lapang, hingga embun membasahi kaki dan bajuku. Di sinilah
aku berdiri, dibawah bunga-bunga pohon badam, memenuhi panggilan jiwamu.
Bicaralah padaku, Cintaku, dan biarkan nafasmu menghirup angin gunung yang
datang padaku dari lembah-lembah Lebanon. Bicaralah. Tak ada yang akan
mendengar selain diriku. Malam telah melarutkan semua manusia ditempat
tidurnya.
Syurga telah menyulam cahaya rembulan dan menghamparkannya ke seluruh
daratan Lebanon, Cintaku.
Syurga telah meriasnya dengan bayangan malam, jubah tebal membentang
dihembus asap dari cerobong kain, dihembus nafas kemari, dan mengelarnya
di telapak kota, Cintaku.
Tanpa kusedari matahari telah mengilaukan cahaya pagi, Cintaku, dan jari-jari
timur yang lentik menimang mata-mata orang yang terlelap. Cahaya itu
memaksa mereka untuk membuka daun jendela dan menyelak hati dan
kemenangan. Desa-desa, yang sedang tertidur dalam damai dan tenang di
pundak-pundak lembah, bangun, loceng-loceng berdenting memenuhi angkasa
sebagai panggilan untuk mula berdoa. Dan dari gua-gua, gema-gema juga
berdengung, seolah-olah seluruh alam sedang berdoa bersama-sama dengan
khusyuknya. Anak-anak sapi telah keluar dari kandangnya, biri-biri dan
kambing meninggalkan bangsalnya untuk menuai rumput yang berembun dan
berkilatan cahaya. Penggembalanya mengikuti dari belakang sambil
mengamatinya di balik lelalang. Di belakangnya lagi gadis-gadis bernyanyi
seperti burung menyambut pagi.
Kini tangan siang hari yang perkasa terbaring di atas kota. Tirai telah diselak
dari jendela dan pintu pun terbuka. Mata yang penat dan wajah lesu para
penjahit telah siap di tempat kerjanya. Mereka merasakan kematian telah
melanggar batas kehidupan mereka, dan riak muka yang layu mempamerkan
ketakutan dan kekecewaan. Di jalanan padat dengan jiwa-jiwa yang tamak dan
tergesa-gesa, dan di mana-mana terdengar desingan besi, pusingan roda dan
siulan angin. Kota telah menjadi arena pertempuran di mana yang kuat
menindas yang lemah dan si kaya mengeksploitasi dan menguasai si miskin.
Betapa indah hidup ini, Cintaku, seperti hati penyair yang penuh dengan
cahaya dan kelembutan hati.
Dan betapa kerasnya hidup ini, Cintaku, seperti dada penjahat, yang
berdebar-debar kerana selalu merasa bimbang dan takut.
Khalil Gibran
BANGSA KASIHAN
Khalil Gibran
WAKTU
Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesedaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahawa semalam hanyalah kenangan utk hari ini dan esok
adalah harapan dan impian utk hari ini.
Dan yang menyanyi dan merenung dari dalam jiwa, sentiasa menghuni ruang
semesta yang menaburkan bintang di angkasa.
Siapa di antara kalian yang tidak merasa bahawa daya mencintainya tiada
batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahawa cinta sejati, walau tiada batas,
terkandung di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari fikiran cinta ke
fikiran cinta, pun bukan dari tindakan cinta ke tindakan cinta yang lain?
Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbahagi dan tiada kenal
ruang?
Tapi jika di dalam fikiranmu baru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah
tiap musim merangkumi semua musim yang lain,
Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan
dengan kerinduan.
Khalil Gibran
Hidup menjemput dan melantunkan kita dari satu tempat ke tempat yang lain;
Nasib memindahkan kita dari satu tahap ke tahap yang lain. Dan kita yang
diburu oleh keduanya, hanya mendengar suara yang mengerikan, dan hanya
melihat susuk yang menghalangi dan merintangi jalan kita.
Cinta lalu di depan kita, berjubahkan kelembutan ; tapi kita lari ketakutan,
atau bersembunyi dalam kegelapan, atau ada pula yang malahan mengikutinya,
untuk berbuat kejahatan atas namanya.
Kebebasan mengundang kita pada mejanya agar kita menikmati makanan lazat
dan anggurnya ; tapi bila kita telah duduk menghadapinya, kita pun makan
dengan lahap dan rakus.
Tangan Alam menyambut hangat kedatangan kita, dan menawarkan pula agar
kita menikmati keindahannya ; tapi kita takut akan keheningannya, lalu
bergegas lari ke kota yang ramai, berhimpit-himpitan seperti kawanan
kambing yang lari ketakutan dari serigala garang.
Malampun berlalu, hidup kita lelah dan kurang waspada, sedang hari pun
memberi salam dan merangkul kita. Tapi di siang dan malam hari, kita sentiasa
ketakutan.
Kita amat terikat pada bumi, sedangkan gerbang Tuhan terbuka lebar. Kita
memijak-mijak roti Kehidupan, sedangkan kelaparan memamah hati kita.
Sungguh betapa budiman Sang Hidup terhadap Manusia, namun betapa jauh
Manusia meninggalkan Sang Hidup.
Khalil Gibran
HIDUP
Kehidupan merupakan sebuah pulau di lautan kesepian, dan bagi pulau itu
bukti karang yang timbul merupakan harapan, pohon merupakan impian, bunga
merupakan keheningan perasaan, dan sungai merupakan damba kehausan.
Hidupmu, wahai saudara-saudaraku, laksana pulau yang terpisah dari pulau
dan daerah lain. Entah berapa banyak kapal yang bertolak dari pantaimu
menuju wilayah lain, entah berapa banyak armada yang berlabuh di pesisirmu,
namun engkau tetap pulau yang sunyi, menderita kerana pedihnya sepi dan
dambaan terhadap kebahagiaan. Engkau tak dikenal oleh sesama insan, lagi
pula terpencil dari keakraban dan perhatian.
Khalil Gibran
NYANYIAN SUKMA
Khalil Gibran
NYANYIAN HUJAN
Aku ini percikan benang-benang perak yang dihamburkan dari syurga oleh
dewa-dewa.
Alam raya kemudian meraupku, bagi menyirami ladang dan lembahnya.
Aku ini taburan mutiara, yang dipetik dari mahkota Raja Ishtar, oleh puteri
Fajar,
untuk menghiasi taman-taman mayapada.
Khalil Gibran
Keindahan menjadi milik usia muda, tapi keremajaan yang untuknya dunia ini
diciptakan tidak lebih dari sekadar mimpi yang manisnya diperhamba oleh
kebutaan yang menghilangkan kesedaran.
Akankah hari itu datang, ketika orang-orang bijak menyatukan kemanisan
masa muda dan kenikmatan pengetahuan?
Sebab masing-masing hanyalah kosong bila hanya sendirian.
Akankah hari itu datang ketika alam menjadi guru yang mengajar manusia,
dan kemanusiaan menjadi buku bacaan
sedangkan kehidupan adalah sekolah sehari-hari?
Hasrat masa muda akan kesenangan-kenikmatan tidak terlalu menuntut
tanggung jawab -hanya akan terpenuhi bila fajar telah menyelak kegelapan
hari.
Banyak lelaki yang tenggelam dalam keasyikan hari-hari masa muda yang mati
dan beku;
banyak perempuan yang menyesali dan mengutuk tahun-tahun tak berguna
mereka seperti raungan singa betina yang kehilangan anak;
dan banyak para pemuda dan pemudi yang menggunakan hati mereka sekadar
sebagai alat penggali kenangan pahit masa depan,
melukai diri melalui kebodohan dengan anak panah yang tajam dan beracun
kerana kehilangan kebahagiaan.
Khalil Gibran
Tak ada sepatah kata, tak ada seucap doa, tak ada
pula harapan dan keinginan untuk sujud kepadaKU....
Khalil Gibran
KEHIDUPAN SEBUAH CINTA
MUSIM BUNGA
MUSIM PANAS
MUSIM GUGUR
kita pergi memetik anggur di perkebunan
Dan memerah sari buah segar
Dan menyimpannya di jambangan tua
Sebagaimana jiwa menyimpan ilmu pengetahuan
Abad-abad lalu, dalam gedung keabadian.
Khalil Gibran
SEMALAM
Khalil Gibran
DALAM mimpi aku melihat seekor murai menyanyi saat dia terbang di atas
kawah gunung berapi yang meletus.
Kulihat sekuntum bunga Lili menyembulkan kelopaknya di balik salju.
Kulihat seorang bidadari telanjang menari-menari di antara batu-batu kubur.
Kulihat seorang anak tertawa sambil bermain dengan tengkorak-tengkorak.
Kulihat semua makhluk ini dalam sebuah mimpi. Ketika aku terjaga dan
memandang sekelilingku, kulihat gunung berapi memuntahkan nyala api, tapi
tak kudengar murai bernyanyi, juga tak kulihat dia terbang.
Kulihat langit menaburkan salju di atas padang dan lembah, dilapisi warna
putih mayat dari bunga lili yang membeku.
Kulihat kuburan-kuburan, berderet-deret, tegak di hadapan zaman-zaman
yang tenang. Tapi tak satu pun kulihat di sana yang bergoyang dalam tarian,
juga tidak yang tertunduk dalam doa.
Saat terjaga, kulihat kesedihan dan kepedihan; ke manakah perginya
kegembiraan dan kesenangan impian?
Mengapa keindahan mimpi lenyap, dan bagaimana gambaran-gambarannya
menghilang? Bagaimana mungkin jiwa tertahan sampai sang tidur membawa
kembali roh-roh dari hasrat dan harapannya?
KALA musim gugur berlalu dan gita pujinya bertukar menjadi lagu kematian
dan ratapan, kudapati semua orang telah meninggalkan diriku kecuali satu-
satunya buah di talam perak.
Kuambil ia dan memakannya, dan merasakan pahitnya bagai kayu gaharu,
masam bak anggur hijau.
Aku berbicara dalam hati,"Bencana bagiku, kerana telah kutempatkan
sebentuk laknat di dalam mulut orang-orang itu, dan permusuhan dalam
perutnya.
" Apa yang telah kaulakukan, jiwaku, dengan kemanisan akar-akarmu itu yang
telah meresap dari usus besar bumi, dengan wangian daun-daunmu yang telah
meneguk cahaya matahari?"
Lalu kucabut pohon jiwaku yang kukuh dan tua.
Kucabut akarnya dari tanah liat yang di dalamnya dia telah bertunas dan
tumbuh dengan subur. Kucabut akar dari masa lampaunya, menanggalkan
kenangan seribu musim bunga dan seribu musim gugur.
Dan kutanam sekali lagi pohon jiwaku di tempat lain.
Kutanam dia di padang yang tempatnya jauh dari jalan-jalan waktu.
Kulewatkan malam dengan terjaga di sisinya, sambil berkata,"Mengamati
bersama malam yang membawa kita mendekati kerlipan bintang."
Aku memberinya minum dengan darah dan airmataku, sambil
berkata,"Terdapat sebentuk keharuman dalam darah, dan dalam airmata
sebentuk kemanisan."
Tatkala musim bunga tiba, jiwaku berbunga sekali lagi.
PADA musim panas jiwaku menyandang buah. Tatkala musim gugur tiba,
kukumpulkan buah-buahnya yang matang di talam emas dan kuletakkan di
tengah jalan. Orang-orang melintas, satu demi satu atau dalam kelompok-
kelompok, tapi tak satu pun menghulurkan tangannya untuk mengambil
bahagiannya.
Lalu kuambil sebuah dan memakannya, merasakan manisnya bagai madu
pilihan, lazat seperti musim bunga dari syurga, sangat menyenangkan laksana
anggur Babylon, wangi bak wangi-wangian dari melati.
Aku menjerit,"Orang-orang tak menginginkan rahmat pada mulutnya atau
kebenaran dalam usus mereka, kerana rahmat adalah puteri airmata dan
kebenaran putera darah!"
Lalu aku beralih dan duduk di bawah bayangan pohon sunyi jiwaku di sebuah
padang yang tempatnya jauh dari jalan waktu.
Setelah setahun aku menaiki kapal fikiranku dan kulayari di laut untuk kedua
kalinya.
Aku berlayar menuju pulau-pulau timur, dan mengisi kapalku dengan dupa dan
kemenyan, pohon gaharu dan kayu cendana.
Aku berlayar menuju pulau-pulau barat, dan membawa bijih emas dan gading,
batu merah delima dan zamrud, dan sulaman serta pakaian warna merah
lembayung.
Dari pulau-pulau selatan aku kembali dengan rantai dan pedang tajam,
tombak-tombak panjang, serta beraneka jenis senjata.
Aku mengisi kapal fikiranku dengan harta benda dan barang-barang lhasil
bumi dan kembali ke pelabuhan kotaku, sambil berkata, "Orang-orangku pasti
akan memujiku, memang sudah pastinya. Mereka akan menggendongku ke
dalam kota sambil menyanyi dan meniup trompet"
Tapi ketika aku tiba di pelabuhan, tak seorangpun keluar menemuiku. Ketika
kumasuki jalan-jalan kota, tak seorang pun memerhatikan diriku.
Aku berdiri di alun-alun sambil mengutuk pada orang-orang bahawa aku
membawa buah dan kekayaan bumi. Mereka memandangku, mulutnya penuh
tawa, cemuhan pada wajah mereka. Lalu mereka berpaling dariku.
Aku kembali ke pelabuhan, kesal dan bingung. Tak lama kemudian aku melihat
kapalku. Maka aku melihat perjuangan dan harapan dari perjalananku yang
menghalangi perhatianku. Aku menjerit.
Gelombang laut telah mencuri cat dari sisi-sisi kapalku, tak meninggalkan apa
pun kecuali tulang belulang yang bertaburan.
Angin, badai dan terik matahari telah menghapus lukisan-lukisan dari layar,
memudarkan ia seperti pakaian berwarna kelabu dan usang.
Kukumpulkan barang-barang hasil dan kekayaan bumi ke dalam sebuah perahu
yang terapung di atas permukaan air. Aku kembali ke orang-orangku, tapi
mereka menolak diriku kerana mata mereka hanya melihat bahagian luar.
Pada saat itu kutinggalkan kapal fikiranku dan pergi ke kota kematian. Aku
duduk di antara kuburan-kuburan yang bercat kapur, merenungkan rahsia-
rahsianya.
Khalil Gibran
Dan ketujuh, ketika ia menyanyikan lagu pujian dan menganggap itu sebagai
suatu yang bermanfaat
Kahlil Gibran
Setitis airmata meyatukanku dengan mereka yang patah hati; Seulas senyum
menjadi sebuah tanda kebahagiaanku dalam kewujudan.
Aku merasa lebih baik jika aku mati dalam hasrat dan kerinduan berbanding
jika aku hidup menjemukan dan putus asa.
Aku bersedia kelaparan demi cinta dan keindahan yang ada di dasar jiwaku
setelah kusaksikan mereka yang dimanjakan amat menyusahkan orang. Telah
kudengar keluhan mereka dalam hasrat kerinduan dan itu lebih manis
daripada melodi yang termanis.
Air laut menjadi wap dan naik menjelma menjadi segumpal mega. Awan
terapung di atas pergunungan dan lembah ngarai hingga berjumpa angin sepoi
bahasa, jatuh bercucuran ke padang-padang lalu bergabung bersama aliran
sungai dan kembali ke laut, rumahnya.
Khalil Gibran
NASIHAT JIWAKU
Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar mencintai semua orang yang
membenciku,
Dan berteman dengan mereka yang memfitnahku.
Sejak saat itu bagiku cinta ibarat jaring lelabah di antara dua bunga, dekat
satu sama lain; Tapi kini dia menjadi suatu lingkaran cahaya di sekeliling
matahari yang tiada berawal pun tiada berakhir, Melingkari semua yang ada,
dan bertambah secara kekal.
Jiwaku memintaku untuk menatap semua yang buruk dengan tabah sampai
nampaklah keelokannya.
Tapi kini aku terdidik perkara ini : Bahawa dalam keseluruhan waktu masa kini
yang singkat, serta semua yang ada dalam waktu, Harus diraih sampai dapat.
Khalil Gibran
IBU
Dan Bumi ini adalah ibu dari pepohonan dan bunga-bunga menjadi ibu yang
baik bagi buah-buahan dan biji-bijian.
Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan adalah roh kekal,
penuh dengan keindahan dan cinta.
Khalil Gibran
LAGU OMBAK
Khalil Gibran
PERENGGAN 12
Dijawabnya;
Kalian senang meletakkan perundangan,
namun lebih senang lagi melakukan perlanggaran,
Tapi,
selama kau sedang sibuk menyusun menara pasirmu,
sang laut menghantarkan lebih banyak lagi pasir ke tepi,
Sesungguhnya,
samudera sentiasa ikut tertawa,
bersama mereka yang tanpa dosa.
Bagaimana dia,
si tempang yang membenci para penari?
Tapi kau,
yang berjalan menghadapkan wajah ke arah mentari,
bayangan apa di atas tanah,
yang dapat menahanmu?
Rakyat Orphalese,
kalian mungkin mampu memukul gendang,
dan kalian dapat melonggarkan tali kecapi,
namun katakan,
siapakah yang dapat menghalangi,
burung pipit untuk menyanyi.
PERENGGAN 13
Sesungguhnyalah,
apa yang kau namai Kebebasan,
tak lain dari mata terkuat diantara mata rantai belenggumu,
walau kilaunya gemerlap cemerlang di sinar suria,
serta menyilaukan pandang matamu.
Khalil Gibran
PROSA (I)
Khalil Gibran
PROSA (II)
Bila kau memberi dari hartamu, tidak banyaklah pemberian itu. Bila kau
memberi dari dirimu, itulah pemberian yang penuh erti. Sebab, apalah harta
milikan itu, pabila ia bukan simpanan yang kaujaga buat persediaan di hari
kemudian ?
Dan hari kemudian; terkandung janji apakah bagi dia, si anjing kikir, Yang
menimbun tulang-tulang di bawah pasir, Dalam perjalanan ke kota suci,
mengikuti musafir ?
Ada orang yang memberi sedikit dari miliknya yang banyak Dan pemberian itu
dilakukan demi sanjungan, Hasrat tersembunyi membuat tak murni dermanya.
Ada pula yang memiliki sedikit dan memberikan segalanya. Merekalah yang
percaya akan kehidupan dan anugerah kehidupan, Dan peti mereka tiada
pernah mengalami kekosongan.
Dan ada yang memberi tanpa merasa sakit di dalamnya, Tanpa mencari
kegirangan dari pemberiannya, Tanpa mengingat-ingat kebaikannya; Mereka
memberi, sebagaimana di lembah sana, Bunga-bunga menyebarkan
wewangiannya ke udara.
Melalui mereka inilah, Tuhan berbicara, Dan dari sinar lembut tatapan mata
mereka Dia tersenyum pada dunia.
...
Dan kau, kaum penerima - ya, engkau semuanya tergolong penerima ! Jangan
memberati diri dengan rasa terhutang budi, Sebab kau akan membebani
dirimu dan dia yang memberi.
Khalil Gibran
PROSA (III)
Aku melihat para pemimpin mulutnya berbuih seperti serigala licik dan juri
penyelamat palsu merencanakan dan bersekongkol untuk Melawan
Kebahagiaan Manusia..
Khalil Gibran
PROSA (IV)
Dan ada di antaramu yang bukan lagi remaja namun masih perlu mencari, Pun
belum terlampau tua namun memerlukan kenang-kenangan untuk digali,
Lalu menyingkirkan segala kesenangan yang ada di mayapada, Khuatir
melemahkan kekuatan jiwa, Ataupun bertentangan dan merugikannya. Tapi
dalam pencegahan diri inipun terletak kesenangan mereka, Dan dengan
demikian mereka pun menemui sebuah mustika,
Walau semua mereka dengan tangan gementar, hanya mencuba menggali akar.
Tetapi katakanlah padaku, siapakah yang dapat menenang jiwa ? Si burung
bul-bul yang menyanyikan lagu merdu, Terganggukah olehnya ketenangan
malam yang syahdu ? Atau ambillah dia, si kunang-kunang, Adakah
diganggunya keagungan bintang-bintang ? Dan nyala api, ataupun asap bara,
Adakah dia memberati pawana ? Dan dikau mengira, bahwa jiwa merupakan
danau yang tenang, Yang hanya dengan sentuhan sepucuk kayu, dapat
kauganggu ?
Khalil Gibran
Kata selembar kertas seputih salju,"Aku tercipta secara murni, kerana itu
aku akan tetap murni selamanya. Lebih baik aku dibakar dan kembali menjadi
abu putih daripada menderita kerana tersentuh kegelapan atau didekati oleh
sesuatu yang kotor."
Tinta botol mendengar kata kertas itu. Ia tertawa dalam hatinya yang hitam,
tapi tak berani mendekatinya. Pensil-pensil beraneka warna pun
mendengarnya, dan mereka pun tak pernah mendekatinya. Dan selembar
kertas yang seputih salju itu tetap suci dan murni selamanya -suci dan murni-
dan kosong.
Khalil Gibran
TANYA SANG ANAK
Sang ayah pun menjawab dengan perlahan dan penuh kelembutan. "Kerana
engkau adalah buah dari cintanya!
Cinta yang dapat membuat semua manusia tertunduk dan terdiam. Cinta yang
dapat membuat semua manusia buta, tuli serta bisu!
Khalil Gibran
GURU
Khalil Gibran
INDAHNYA KEMATIAN
Bahagian 1 ~ Panggilan
Biarkan aku terbaring dalam lelapku, kerana jiwa ini telah dirasuki cinta, dan
biarkan daku istirahat, kerana batin ini memiliki segala kekayaan malam dan
siang.
Nyalakan lilin-lilin dan bakarlah dupa nan mewangi di sekeliling ranjang ini, dan
taburi tubuh ini dengan wangian melati serta mawar.
Minyakilah rambut ini dengan puspa dupa dan olesi kaki-kaki ini dengan
wangian, dan bacalah isyarat kematian yang telah tertulis jelas di dahi ini.
Biarku istirahat di ranjang ini, kerana kedua bola mata ini telah teramat
lelahnya;
Biar sajak-sajak bersalut perak bergetaran dan menyejukkan jiwaku;
Terbangkan dawai-dawai harpa dan singkapkan tabir lara hatiku.
Khalil Gibran
PROSA (V)
Aku akan melakukan segala apa yang telah engkau ucapkan tadi
Dan aku akan menjadikan jiwaku sebagai sebuah kelambu yang
menyelubungi jiwamu.
Hatiku akan menjadi tempat tinggal keanggunanmu
serta dadaku akan menjadi kubur bagi penderitaanmu.
Aku akan selalu mencintaimu...sebagaimana padang rumput
yang luas mencintai musim bunga.
Aku akan hidup di dalam dirimu laksana bunga-bunga yang hidup oleh panas
matahari.
Aku akan menyanyikan namamu seperti lembah menyanyikan gema loceng di
desa
Aku akan mendengar bahasa jiwamu seperti pantai mendengarkan kisah-kisah
gelombang.
Aku akan mengingatimu seperti perantau asing yang mengenang tanahair
tercintanya,
Sebagaimana orang lapar mengingati pesta jamuan makan,
Seperti raja yang turun takhta mengingati masa-masa kegemilangannya,
Dan seperti seorang tahanan mengingati masa-masa kesenangan dan
kebebasan.
Aku akan mengingatimu sebagaimana seorang petani yang mengingati bekas-
bekas gandum di lantai tempat simpanannya,
juga seperti gembala mengingati padang rumput yang luas dan
sungai yang segar airnya."
Khalil Gibran
MUSIM BUNGA
Khalil Gibran
DUA PUISI
Berabad-abad yang lalu, di suatu jalan menuju Athens, dua orang penyair
bertemu. Mereka mengagumi satu sama lain. Salah seorang penyair bertanya,
"Apa yang kau ciptakan akhir-akhir ini, dan bagaimana dengan lirikmu?"
Penyair yang seorang lagi menjawab dengan bangga, "Aku tidak melakukan hal
lain selain menyelesaikan syairku yang paling indah, kemungkinan merupakan
syair yang paling hebat yang pernah ditulis di Yunani. Isinya pujian tentang
Zeus yang Mulia."
Lalu dia mengambil selembar kulit dari sebalik jubahnya dan berkata, "Ke
mari, lihatlah, syair ini kubawa, dan aku senang bila dapat membacakannya
untukmu. Ayuh, mari kita duduk berteduh di bawah pohon cypress putih itu."
Setelah selesai, penyair yang satu berkata, "Itu syair yang indah sekali. Syair
itu akan dikenang berabad-abad dan akan membuat engkau masyhur."
Penyair pertama berkata dengan tenang, "Dan apa yang telah kau ciptakan
akhir-akhir ini?"
Penyair kedua menjawab, "Aku hanya menulis sedikit. Hanya lapan baris untuk
mengenang seorang anak yang bermain di kebun." Lalu ia membacakan
syairnya.
Sekarang, setelah dua ribu tahun berlalu, syair lapan baris itu dibaca di
setiap lidah, diulang-ulang, dihargai dan selalu dikenang. Dan walaupun syair
yang satu lagi memang benar bertahan berabad-abad lamanya dalam
perpustakaan, di rak-rak buku, dan walaupun syair itu dikenang, namun tidak
ada yang tertarik untuk menyukainya atau membacanya.
Khalil Gibran
KEKASIHKU LAYLA
Kemarilah, kekasihku.
Kemarilah Layla, dan jangan tinggalkan aku.
Kehidupan lebih lemah daripada kematian, tetapi kematian lebih lemah
daripada cinta...
Engkau telah membebaskanku, Layla, dari siksaan gelak tawa dan pahitnya
anggur itu.
Izinkan aku mencium tanganmu, tangan yang telah memutuskan rantai-
rantaiku.
Ciumlah bibirku, ciumlah bibir yang telah mencuba untuk membohongi dan
yang telah menyelimuti rahsia-rahsia hatiku.
Ketika jiwaku melayang ke angkasa, taruhlah pisau itu di tangan kananku dan
katakan pada mereka bahawa aku telah bunuh diri kerana putus asa dan
cemburu.
Aku hanya mencintaimu, Layla, dan bukan yang lain, aku berfikir bahwa tadi
lebih baik bagiku untuk mengorbankan hatiku, kebahagiaanku, kehidupanku
daripada melarikan diri bersamamu pada malam pernikahanmu.
Ciumlah aku, kekasih jiwaku... sebelum orang-orang melihat tubuhku...
Ciumlah aku... ciumlah, Layla...
Kahlil Gibran
KISAHKU
Dengarkan kisahku... .
Dengarkan, tetapi jangan menaruh belas kasihan padaku: kerana belas kasihan
menyebabkan kelemahan, padahal aku masih tegar dalam penderitaanku..
Jika kita mencintai, cinta kita bukan dari diri kita, juga bukan untuk diri kita.
Jika kita bergembira, kegembiraan kita bukan berada dalam diri kita, tapi
dalam Hidup itu sendiri. Jika kita menderita, kesakitan kita tidak terletak
pada luka kita, tapi dalam hati nurani alam.
Jangan kau anggap bahawa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama atau
rayuan yang terus menerus. Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini
tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan
dari generasi ke generasi.
Wanita yang menghiasi tingkah lakunya dengan keindahan jiwa dan raga
adalah sebuah kebenaran, yang terbuka namun rahsia; ia hanya dapat
difahami melalui cinta, hanya dapat disentuh dengan kebaikan; dan ketika kita
mencuba untuk menggambarkannya ia menghilang bagai segumpal wap.
Kahlil Gibran
CIUMAN PERTAMA
Itulah tegukan pertama dari cawan yang telah diisi oleh para dewa dari air
pancuran cinta.
Jika pandangan pertama adalah seperti benih yang ditaburkan para dewa di
ladang hati manusia, maka ciuman pertama mengungkapkan bunga pertama
yang mekar pada ranting pohon cabang pertama kehidupan.
Kahlil Gibran
SUARA PENYAIR
Khalil Gibran
Wahai askar yang diperintah oleh hukum yang tidak adil oleh lelaki yang
meninggalkan isterinya, anak-anaknya yang masih kecil, sahabat-sahabatnya,
dan memasuki gelanggang kematian demi kepentingan cita-cita, yang mereka
sebut 'keperluan'.
Wahai penyair yang hidup sebagai orang asing di kampung halamannya, tak
dikenali di antara mereka yang mengenalinya, yang hanya berhasrat untuk
hidup di atas sampah masyarakat dan dari tinggalan atas permintaan dunia
yang hanya tinta dan kertas.
Dan kalian, teman-temanku yang rendah hati, para martir bagi hukum buatan
manusia. Kau bersedih, dan kesedihanmu adalah akibat dari kebiadaban yang
hebat, dari ketidakadilan sang hakim, dari licik si kaya, dan dari keegoisan
hamba demi hawa nafsunya
Jangan putus asa, kerana di sebalik ketidakadilan dunia ini, di balik persoalan,
di balik awan gemawan, di balik bumi, di balik semua hal ada suatu kekuatan
yang tak lain adalah seluruh kadilan, segenap kelembutan, semua kesopanan,
segenap cinta kasih.
Engkau laksana bunga yang tumbuh dalam bayangan. Segera angin yang lembut
akan bertiup dan membawa bijianmu memasuki cahaya matahari tempat
mereka yang akan menjalani suatu kehidupan indah.
Engkau laksana pepohonan telanjang yang rendah kerana berat dan bersama
salju musim dingin. Lalu musim bunga akan tiba menyelimutimu dengan
dedaunan hijau dan berair banyak.
Khalil Gibran
PERKAHWINAN
Itulah pertentangan dua roh untuk pertentangan dan kesatuan dua jiwa
dengan kesatuan. Ia adalah curahan hujan jernih dari langit murni ke dalam
kesucian alam, membangkitkan kekuatan-kekuatan ladang yang penuh berkat.
Apabila pandangan pertama dari wajah sang kekasih adalah seperti benih
yang ditaburkan oleh cinta di ladang hati manusia dan ciuman pertama dari
dua bibir adalah seperti bunga pertama cabang kehidupan, maka perkahwinan
adalah buah pertama dari bunga pertama benih itu.
Khalil Gibran
PANDANGAN PERTAMA
Khalil Gibran
PROSA (VI)
Aku tidak lagi mau mencari kumpulan manusia atau pula meneguk anggur
bersama mereka dalam meja jamuan pesta mereka.
Apa yang engkau rasakan jika kututurkan padamu semua itu jika waktu begitu
garang menghentaki jantungmu?
Akan sangat baik bagimu bila engkau meneguk piala rengsamu seorang diri dan
piala bahagianmu seorang diri pula...
Khalil Gibran
SYUKUR
Kahlil Gibran