Laporan PEP Pengolahan
Laporan PEP Pengolahan
Laporan PEP Pengolahan
DISUSUN OLEH :
Nama
NIM
: 13/350176/PN/13367
Lokasi
Asisten
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga Laporan Resmi Praktikum Pengantar Ekonomi Perikanan
tahun ajaran 2014/2015 dapat terselesaikan dengan baik.
melengkapi tugas Praktikum Pengantar Ekonomi Perikanan serta syarat untuk mengikuti
responsi praktikum. Terselesaikannya laporan ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan, skill, serta wawasan praktikan mengenai masalah yang berhubungan dengan
dinamika populasi ikan. Semoga dengan kumpulan laporan Praktikum Pengantar Ekonomi
Perikanan ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca kumpulan laporan ini.
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
I.
PENDAHULUAN
II.
TINJAUAN PUSTAKA
III.
METODE
IV.
V.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
VII.
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
perikanan dan bertanya langsung tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan pengolahan,
seperti biaya yang mendasari atau menyusun kegiatan pengolahan, hingga permasalahan yang
menjadi kendala para pengolah perikanan. Sedangkan tujuan khusus dari praktikum lapangan
pengantar ekonomi perikanan kali ini yaitu mengetahui profil pengolah, mengetahui
permasalahan serta tantangan yang dihadapi para pengolah perikanan, menganalisis
komponen-komponen biaya penyusun dan pendapatan usaha perikanan.
Baron
terletak
di
Kemadang,
Kecamatan
Tanjungsari,
Kabupaten
Gunungkidul, Provinsi DIY. Pantai Baron dikelilingi bukit-bukit kapur yang di atasnya
terdapat jalan setapak dimana wisatawan dapat menikmati keindahan laut yang luas dan
khas. Di sebelah barat, terdapat muara air sungai bawah tanah (air tawar) sehingga ada
suatu tempat pertemuan antara air laut dan air tawar. Secara Astronomis letaknya berada di
posisi 088002,4 LS dan 1103300,3 BT. Letaknya yang berada disebelah selatan
Yogyakarta dan sering dijadikan kunjungan wisata membuat Pantai ini menjadi tempat
yang strategis untuk pemasaran hasil tangkapan ikan (Profil Tempat Pelelangan Ikan
Provinsi DIY, 2011). Pantai baron, kukup dan krakal merupakan teluk yang dibatasi oleh
perbukitan karst. Kawasan ini merupakan daerah wisata pantai yang cukup terkenal. Pantai
baron memiliki sumber air bersih berupa muara sungai bawah tanah dan merupakan
daerah penghasil ikan laut (Winarno dkk., 2003).
III. METODE
melibatkan kelompok secara bersama-sama antar pelaku usahaya dan usahanya terintegrasi
dari produksi sampai ke pasca panen, pengolahan sampai pemasaran hasil perikanan.
a. Keadaan umum
Pantai Baron merupakan salah satu objek wisata pantai yang terletak di
Kabupaten Gunung Kidul, Jawa Tengah. Begitu masuk ke dalam kawasan Pantai
Baron anda akan disuguhi pepohonan rindang yang melindungi para wisatawan dari
sengatan sinar matahari. Makin ke arah bibir pantai, anda akan merasakan terpaan
angin laut dan melihat hamparan pasir dengan beberapa kapal yang sedang bersandar.
Pantai Baron merupakan pantai yang diapit oleh dua buah bukit yang cukup
tinggi. Pada bukit yang sebelah timur kita dapat mendakinyanya ke atas bukit dengan
menyusuri jalan setapak yang telah disediakan. Apabila anda membawa anak kecil
sebaiknya tidak mendaki hingga ke ujung bukit, karena beberapa bagian jalan setapak
menuju ke sana hanya berjaraj sangat dekat dengan jurang, sangat berbahaya jika
anda lengah mengawasi anak-anak anda. Di bagian ujung bukit kita akan merasakan
terpaan angin yang cukup kencang dan pandangan luas ke Samudera India.
Ketika kita berada di pantai Baron kita akan disuguhi deretan penjual aneka
makanan dengan bahan dasar ikan atau biota laut setempat seperti ikan teri goreng,
belut goreng, kepiting goreng, rumput laut goreng, dan sebagainya saat memasuki
areal pantai. Saat mendekati bibir pantai anda akan menjumpai hamparan pasir putih
dan sebuah karang besar di bagian timur pantai. Pada bagian bibir pantai arus ombak
tidak besar, kita dapat merendamkan kaki tanpa perlu takut di hantam ombak besar.
c. Profil responden
Jumlah responden dalam praktikum ini terdapat 34 responden dari 2 kelompok
yang melakukan pengambilan data di Pantai Baron. Para responden merupakan para
pengolah perikanan, seperti pedagang keripik (ikan, udang, rumput laut dll) dan
pemilik warung kecil maupun yang menjual aneka jenis olahan perikanan. Para
responden ini, memiliki latar belakang yang berbeda-beda satu sama lain. Hal ini
dapat dilihat dari sebaran pendidikan, sebaran umur, maupun sebaran pekerjaan yang
didapat.
Grafik sebaran umur pengolah perikanan pada grafik diatas menunjukkan bahwa
pengolah perikanan di Pantai Baron usianya berkisar 20 tahun sampai 80 tahun. Pengolah
perikanan terbanyak berumur antara 45 sampai 50 tahun hal tersebut karena pada umur
tersebut pengolah dipantai baron lebih produktif dan memiliki pengalaman yang cukup,
sedangkan pada rentang umur 20 sampai 26, 63 sampai 68, dan 75 sampai 80 tahun hanya
1 responden saja. Responden yang diwawancarai tidak ditemukan yang berusia 69 sampai
74 tahun. Semakin lanjut usianya, semakin sedikit yang menjalani hidup sebagai
pengolah, hal ini dapat dikarenakan tubuh mereka yang sudah tua dan beberapa usaha
mereka dilanjutkan oleh anak mereka.
pantai Baron dan sudah turun-temurunnya pengolah perikanan di daerah pantai Baron
belum lagi adanya TPI di pantai Bron sehingga mereka memanfaatkannya dan banyak
pengolah perikanan disana. Desa dalam pengertian umum adalah suatu komunitas
kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap)
maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan terutama tergantung pada pertanian serta
memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. (Rahardjo, 1999).
d. Kegiatan usaha
Kegiatan pengolahan yang dimulai dari adanya kelompok usaha yang
memberikan pendidikan tentang pengolahan hasil perikanan pada umumnya dan jenis
udang khususnya. Setelah itu para pengolah perikanan di pantai Baron mendirikan
sebuah koperasi lalu para pengolah mendirikan sebuah bangunan secara gotong
royong yang saat ini dijadikan sebagai tempat/warung jual beli pengolah perikanan.
Dan setelah adanya program KKN dari Universitas Gadjah Mada yang
memperkenalkan tentang adanya species rumput laut yang banyak dibiarkan tumbuh
liar di pinggir pantai menjadi sebuah olahan keripik ulva yang dapat dimanfaatkan
oleh warga sekitar sebagai tambahan mata pencarian. Hingga saat ini, keripik ulva
merupakan produk yang paling menguntungkan untuk daerah ini karena bahan dasar
bisa didapatkan secara gratis. Produk produk hasil olahan dari responden bersifat
sederhana karena hanya membutuhkan alat masak sederhana, mulai dari anglo, panci,
penggorengan, serta alat ayakan beras. Bahan bahan yang digunakan juga didapat
dengan harga murah, seperti tepung terigu, minyak goreng serta bahan dasar berupa
rumput laut, udang dan undur undur laut. Asal modal dari responden juga beragam,
ada yang berasal dari bank perkreditan rakyat, modal individu ada pula yang
mendapatkan pinjaman dari koperasi.
e. Analisis usaha
Berdasarkan hasil tabulasi data untuk penghitungan analisis biaya yang
dikeluarkan oleh pelaku usaha, didapatkan bahwa jenis biaya yang dikeluarkan terdiri
dari dua jenis yaitu total biaya operasional dan total biaya. Total biaya operasional
rata-rata lebih besar dari total biaya tetap. Total biaya operasional terdiri dari
penyediaan bahan baku, penyediaan air, minyak goreng, bahan untuk memasak
(bumbu, sayur dll) es batu, biaya transportasi, biaya retribusi, dan lain lain sedangkan
total biaya tetap yang dikeluarkan berupa alat-alat yang tidak habis pakai dalam sekali
produksi seperti perlatan jualan yaitu (wajan, gelas, kompor, meja tikar dan lain-lain).
Analisis usaha salah satu responden dari bagian pengolahan yaitu ibu Cip,
dengan investasi awal mendapatkan pinjaman dari dinas terkait dan biaya operasional
perharinya adalah Rp. 32.566,- yang hanya digunakan untuk keperluan per harinya
yaitu sewa tempat ( Rp. 833,-), air bersih (Rp. 10.000), kebersihan (Rp. 1.733,-), dan
biaya lainnya seperti untuk memasak dan listrik sebesar (Rp. 20.000,-). Ibu Cip
berjualan setiap hari dengan pembelian bahan Rp. 25.000,- per kilonya dan
menjualnya Rp. 80.000,- sehingga mendapatkan keuntungan kotor sebesar Rp.
55.000,- per kilonya. Ketika senin-jumat dapat menjual sekitar 6,5 kg sehingga
mendapatkan keuntungan kotor dari sebesar Rp 357.500,- dan untuk hari sabtu,
minggu dan libur dapat menjual sekitar 15 kg sehingga mendapatkan keuntungan
kotor sebesar Rp. 825.000,-. Sehingga didapatkan keuntungan kotor per minggunya
sekitar Rp. 3.437.500,- dan biaya operasional perminggunya sebesar Rp. 227.962,-.
Terakhir profit atau keutungan bersih yang didapat tiap minggunya adalah sebesar Rp.
3.209.538,- .
perikanan agar nantinya pengolah perikanan dari daerah lain tidak masuk sehingga
lebih mensejahterakan masyarakat sekitarnya.
Kesimpulan
Pengolah perikanan di Pantai Baron usianya berkisar 20 tahun sampai 80 tahun,
pengolah perikanan mayoritas berumur antara 45 sampai 50 tahun. Mayoritas pengolah di
Pantai Baron ini lulusan SD dan mayoritas memiliki pengalaman selama 9 sampai 17 tahun
dan pekerjaan utama dari responden mayoritas adalah pedagang/pengolah, lalu pekerjaan
sampingan lainnya adalah bertani. Kedala yang sering dihadapi adalah kurangnya modal
untuk usahanya, sepinya pengunjung pantai Baron yang menyebabkan usaha terhambat
karena tidak ada pemasukan dan persaingan antar pedagang karena banyaknya pedangang
disana oleh sebab itu solusinya yaitu masyarakat memiliki usaha lain selain sebagai pegolah
yaitu sebagai petani dan adanya koperasi yang didirikan oleh pengolah perikanan disana.
Komponen-komponen biaya yang menyusun dan mempengaruhi suatu usaha pengolahan
perikanan adalah modal awal (tempat dan peralatan masak), biaya operasional (bahan
pengawet, transportasi, perijinan, sewa tempat, kebersihan, air bersih, listrik dll), dan yang
paling berpengaruh adalah volume bahan baku yang digunakan untuk usaha pengolahan
perikanan.
Saran
Sebaiknya ketika praktikum lapangan lebih di maksimalkan untuk transportasi yang
ada karena jarak tempuh dari penginapan ke pantai Baron cukup jauh. Sehingga untuk
kedepannya semua praktikan tidak perlu berjalan jauh untuk menuju pantai namun bisa
menyewa atau mencari alat transportasi disekitar sana yang di koordinir oleh asisten secara
langsung.
Afrianto, Eddy dan Evi, Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Anonim. 2002. Daerah Membangun Beberapa Informasi Pembangunan di Kabupaten
Gunungkidul tahun 2002. Gunungkidul : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Gunung Kidul.
Bunasor, S. 1992. Teknik Perencanaan dan Pengelolaan Proyek Pembangunan. Bogor:
Kursus Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Secara Terpadu dan
Holistik, PPLH, Lembaga Penelitian IPB Bogor dengan Ditjen Dikti Depdikbud.
Husni. A. 1995. Penyelamatan Ekosistem Pantai. Suara Merdeka, 4/8/1995.
Pratomo, H. 2003. Pemberdayaan Nelayan Melalui Pengolahan Ikan Pasca Produksi. FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Profil Tempat Pelelangan Ikan Provinsi DIY. 2011. PI Baron. http://www.tpi.perikanandiy.info/daftardanprofil.php?pages=baron. Diakses pada hari Rabu tanggal 10 Juni 2015
pukul 18.00 WIB
Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Soerjani, M., R. Ahmad, dan R. Munir. 1987. Lingkungan Sumberdaya Alam dan
Kependudukan. Jakarta: UI Press.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir
Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Winarno, K., Moeso S. dan Djalal S. T. 2003. Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya Hayati
Pantai Selatan Yogyakarta, Studi Kasus Pantai Baron, Kukup dan Krakal. Biodiversitas.
IV(2):124-132
VII. LAMPIRAN
Dokumentasi wawancara
Kuisioner responden
Dokumentasi Wawancara
Gambar Dokumentasi Hasil Pengolahan dan Proses Pengolahan Perikanan di Pantai Baron