Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan PEP Pengolahan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR EKONOMI PERIKANAN

STUDI EKONOMI PERIKANAN PESISIR PANTAI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :
Nama

: Nyutriawan Arkan Hafish

NIM

: 13/350176/PN/13367

Lokasi

: Kabupaten Gunung Kidul

Asisten

: Muhammad Athif Firasmoko

LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga Laporan Resmi Praktikum Pengantar Ekonomi Perikanan
tahun ajaran 2014/2015 dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan ini dibuat untuk

melengkapi tugas Praktikum Pengantar Ekonomi Perikanan serta syarat untuk mengikuti
responsi praktikum. Terselesaikannya laporan ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan, skill, serta wawasan praktikan mengenai masalah yang berhubungan dengan
dinamika populasi ikan. Semoga dengan kumpulan laporan Praktikum Pengantar Ekonomi
Perikanan ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca kumpulan laporan ini.

Yogyakarta, 26 Mei 2015


Praktikan,

Nyutriawan Arkan Hafish

DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
I.

PENDAHULUAN

II.

TINJAUAN PUSTAKA

III.

METODE

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.

DAFTAR PUSTAKA

VII.

LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar, dengan garis pantai terpanjang di


dunia, sekitar 81.000 km, serta mempunyai sumberdaya pantai dan pesisir yang sangat luas,
sekitar 24,6 juta hektar (Bunasor, 1992). Sumberdaya alam dan jumlah penduduk yang besar
merupakan faktor penting sebagai modal dasar pembangunan nasional (Soerjani, 1987).
Pantai selatan Yogyakarta merupakan daerah kritis, namun wilayah ini masih mampu
menyumbangkan sejumlah sumberdaya berupa lahan pertanian, perikanan, kehutanan,
pariwisata, industri kecil, dan perdagangan (Husni, 1995).
Pesisir merupakan tempat pertemuan kawasan daratan dan lautan. Mengacu pada
pernyataan tersebut suatu daratan seolah-olah membentuk suatu garis khayal yang letaknya
diitentukan oleh suatu kondisi dan situasi setempat. Garis khayal tersebut mempunyai fungsi
dimana ada daerah tersebut masih dipengaruhi oleh aktifitas darat maupun laut
(Supriharyono, 2000). Hal ini menghasilkan sebuah aktifitas manusia di darat dan laut yang
saling bersinergi memberikan dampak ekonomi sosial di darat. Aktifitas manusia tersebut
yaitu seperti kegiatan perikanan dan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam.
Pengelolaan perikanan saat ini masih bersifat parsial dan belum memiliki perencanaan
pengelolaan perikanan yang utuh. Perencanaan pengelolaan perlu disusun dengan
mengikutsertakan para pengelolah perikanan sebagai pelakan dan stakeholders lainnya.
Adanya perencanaan pengelolaan perikanan yang lebih baik dengan mengetahui kondisi
alam, sarana dan prasarana dan perekonomian, sehingga dapat lebih sejahtera nantinya.
Daerah perairan laut di wilayah Gunung Kidul sendiri mempunyai potensi perikanan
yang sangat besar dengan sumber-sumber perikanan yang kaya ikan-ikan pelagis seperti
bawal, tenggiri, tuna, pari, dan sebagainya, ataupun ikan-ikan demersial seperti udang. Selain
dijual dalam bentuk ikan segar, produksi ikan yang melimpah diolah menjadi produk lain
seperti kerupuk ikan, bakso ikan, tepung ikan, dan lain-lain.
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ekonomi perikanan khususnya pengolahan
perikanan ini adalah mengetahui profil pengolah perikanan di pantai Baron. Selain itu,
mengetahui permasalahan atau kendala yang dihadapi pengolah perikanan saat melakukan
pengolahan. Terakhir, mengetahui komponen biaya yang dikeluarkan oleh pengolah.
Praktikum pengantar ekonomi perikanan ini memiliki manfaat secara umum, yaitu
mahasiswa akan mengetahui bagaimana kehidupan sosial dan ekonomi para pengolah
perikanan di pantai Baron. Mahasiswa juga akan mengenal beberapa profil pengolah

perikanan dan bertanya langsung tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan pengolahan,
seperti biaya yang mendasari atau menyusun kegiatan pengolahan, hingga permasalahan yang
menjadi kendala para pengolah perikanan. Sedangkan tujuan khusus dari praktikum lapangan
pengantar ekonomi perikanan kali ini yaitu mengetahui profil pengolah, mengetahui
permasalahan serta tantangan yang dihadapi para pengolah perikanan, menganalisis
komponen-komponen biaya penyusun dan pendapatan usaha perikanan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

a. Kondisi umum lokasi praktikum


Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak pada 7'30' - 815' LS dan
1l000' - 1l0052' T, dengan bagian selatannya, merupakan daerah pantai tiga kabupaten
yang berada di bagian selatan wilayah ini, yakni Kabupaten Kulon Progo, Bantul dan
Gunungkidul memiliki pantai yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sumber
perikanan laut, dan banyak memberikan harapan bagi para nelayan (Pratomo, 2003).
Kabupaten Gunungkidul terletak 39 km sebelah tenggara kota Yogyakarta. Secara
administratif Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan dan 144 desa dengan luas
wilayah sekitar 1.485,36 km2 atau 46,63 % dari keseluruhan luas wilayah Yogyakarta.
Salah satu misi pembangunan daerah Gunungkidul adalah pengembangan sumberdaya
pertanian, pariwisata, industri kecil dan menengah, berbasis pada potensi lokal dan
berorientasi pedesaan serta peningkatan pendapatan masyarakat melalui koperasi dan
sistem ekonomi kerakyatan (Anonim, 2002).
Pantai

Baron

terletak

di

Kemadang,

Kecamatan

Tanjungsari,

Kabupaten

Gunungkidul, Provinsi DIY. Pantai Baron dikelilingi bukit-bukit kapur yang di atasnya
terdapat jalan setapak dimana wisatawan dapat menikmati keindahan laut yang luas dan
khas. Di sebelah barat, terdapat muara air sungai bawah tanah (air tawar) sehingga ada
suatu tempat pertemuan antara air laut dan air tawar. Secara Astronomis letaknya berada di
posisi 088002,4 LS dan 1103300,3 BT. Letaknya yang berada disebelah selatan
Yogyakarta dan sering dijadikan kunjungan wisata membuat Pantai ini menjadi tempat
yang strategis untuk pemasaran hasil tangkapan ikan (Profil Tempat Pelelangan Ikan
Provinsi DIY, 2011). Pantai baron, kukup dan krakal merupakan teluk yang dibatasi oleh
perbukitan karst. Kawasan ini merupakan daerah wisata pantai yang cukup terkenal. Pantai

baron memiliki sumber air bersih berupa muara sungai bawah tanah dan merupakan
daerah penghasil ikan laut (Winarno dkk., 2003).

b. Kegiatan pengolahan secara umum


Salah satu kegiatan yang termasuk dalam perikanan adalah pengolahan sampai
dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Pengolahan
adalah sebuah proses mengusahakan atau mengerjakan suatu barang dengan tujuan agar
barang tersebut menjadi lebih sempurna. Pengolahan makanan adalah kumpulan metode
dan teknik yang digunakan untuk mengubah bahan mentah menjadi makanan atau
mengubah makanan menjadi bentuk lain untuk konsumsi.
Penanganan ikan segar merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industri
perikanan karena dapat mempengaruhi mutu. Menurut Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty
(1989), baik buruknya penanganan ikan segar akan mempengaruhi mutu ikan sebagai
bahan makanan atau sebagai bahan mentah untuk proses pengolahan lebih lanjut. Oleh
karena itu, untuk mencegah proses pembusukan perlu dikembangkan berbagai cara
pengawetan dan pengolahan yang cepat dan cermat agar sebagian besar ikan yang
diproduksi dapat dimanfaatkan.
Proses pengolahan dan pengawetan ikan merupakan salah satu bagian penting dari
mata rantai industri perikanan. Adapun tujuan pengawetan dan pengolahan ikan yaitu :
1. Mencegah proses pembusukan pada ikan, terutama saat produksi melimpah.
2. Meningkatkan jangkauan pemasaran ikan
3. Melaksanakan diversifikasi pengolahan produk perikanan
4. Meningkatkan pendapatan
Tujuan proses pengawetan atau pengolahan lainnya yaitu untuk memperpanjang
daya tahan dan daya simpan ikan (Afrianto dan Liviawaty, 1989).

III. METODE

A. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum lapangan dilaksanakan pada hari Jumat sampai hari Minggu, pada tanggal
29 sampai 31 Mei 2013 di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunung
Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini dipilih karena sebagian besar penduduknya
berprofesi sebagai nelayan sekaligus pengolah ikan, usaha yang dikembangkan dilokasi ini

melibatkan kelompok secara bersama-sama antar pelaku usahaya dan usahanya terintegrasi
dari produksi sampai ke pasca panen, pengolahan sampai pemasaran hasil perikanan.

B. Metode Penentuan Responden


Populasi yang menjadi kajian praktikum ini adalah pengelohanan perikanan.
Pemilihan reponden menggunakan metode snowball sampling. Metode snowball sampling
merupakan metode pemilihan responden dengan pemilihan sejumlah kecil dari populasi
dengan karakteristik tertentu, yang selanjutnya dijadikan responden, yang diminta untuk
memberikan rekomendasi untuk responden berikutnya. Teknik ini menggunakan satu orang
utama sebagai informasi kunci yang akan terus bergulir menuju informan berikutnya hingga
kualitas data yang diharapkan dapat terpenuhi. Dalam hal ini praktikan dapat mendatangi
tetua atau ketua kelompok atau petugas pemerintahan yang menjadi tokoh kunci biasa pada
masing-masing kegiatan, yang dapat dianggap sebagai informan pertama (responden
pertama) untuk mengawali teknik snowball sampling. Informan pertama diharapkan
memberi rekomendasi calon informan selanjutnya, sampai jumlah responden yang
ditentukan diketahui.

Teknik Pengumpulan Data


Metode kuisioner biasanya digunakan untuk menyelidiki pendapat orang dan sikap.
Metode angket adalah suatu metode penelitian yang berupa daftar pertanyaan untuk
memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari responden.Kuisioner pada praktikum ini
digunakan untuk memperoleh informasi dari sejumlah pelaku usaha perikanan yaitu
khususnya untuk bidang pengelolahan.
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara melihat dan
memperhatikan serta mengolah dokumen-dokumen yakni melalui arsip-arsip surat serta
catatan-catatan dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan atas kebenarannya. Metode
dokumentasi pada praktikum ini sebagai sumber untuk mendapatkan informasi bidang
pengelolahan.
Metode wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (praktikan)
untuk memperoleh informasi dari responden yang berfungsi untuk meneliti atau menilai
keberadaan seseorang, misal untuk memperoleh data tentang latar belakang pendidikan
orang tua, serta sikapnya terhadap sesuatu.

Metode observasi adalah pencatatan dan oengamatan fenomena-fenomena yang


diselidiki secara sistematik.Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan
jalan mengamati, meneliti dan mengukur kejadian atau peristiwa yang sedang berlangsung.

Tabulasi dan Analisis Data


Tabulasi data dilakukan dengan menggunakan progam MS. Excel. Data yang telah
didapat akan ditabulasikan untuk mendapat gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi
dari para pelaku usaha perikanan (responden) bidang penangkapan yang telah
diwawancarai sebelumnya. Berdasarkan hasil tabulasi data selanjutnya dianalisis secara
deskriptif.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Keadaan umum
Pantai Baron merupakan salah satu objek wisata pantai yang terletak di
Kabupaten Gunung Kidul, Jawa Tengah. Begitu masuk ke dalam kawasan Pantai
Baron anda akan disuguhi pepohonan rindang yang melindungi para wisatawan dari
sengatan sinar matahari. Makin ke arah bibir pantai, anda akan merasakan terpaan
angin laut dan melihat hamparan pasir dengan beberapa kapal yang sedang bersandar.
Pantai Baron merupakan pantai yang diapit oleh dua buah bukit yang cukup
tinggi. Pada bukit yang sebelah timur kita dapat mendakinyanya ke atas bukit dengan
menyusuri jalan setapak yang telah disediakan. Apabila anda membawa anak kecil
sebaiknya tidak mendaki hingga ke ujung bukit, karena beberapa bagian jalan setapak
menuju ke sana hanya berjaraj sangat dekat dengan jurang, sangat berbahaya jika
anda lengah mengawasi anak-anak anda. Di bagian ujung bukit kita akan merasakan
terpaan angin yang cukup kencang dan pandangan luas ke Samudera India.
Ketika kita berada di pantai Baron kita akan disuguhi deretan penjual aneka
makanan dengan bahan dasar ikan atau biota laut setempat seperti ikan teri goreng,
belut goreng, kepiting goreng, rumput laut goreng, dan sebagainya saat memasuki
areal pantai. Saat mendekati bibir pantai anda akan menjumpai hamparan pasir putih
dan sebuah karang besar di bagian timur pantai. Pada bagian bibir pantai arus ombak
tidak besar, kita dapat merendamkan kaki tanpa perlu takut di hantam ombak besar.

b. Sarana dan prasarana


Pantai baron memiliki satu TPI (Tempat Pelelangan Ikan) dan satu kelompok
nelayan. Kelompok Usaha Bersama dengan nama Kelompok Nelayan Tangkap Mina
Samudera ini berdiri pada tahun 1983 dan hingga kini telah berkembang memiliki 70
unit kapal PMT (Profil Tempat Pelelangan Ikan Provinsi DIY, 2011). TPI Baron ini
sebagai tempat pelelangan ikan untuk menjual hasil tangkapan nelayan.
Sarana dan prasarana yang ada di pantai Baron adalah ketersediaan tenaga listrik
menggunakan Tenaga PLN dengan daya 1300 Watt, air bersih bersumber air dari
sumur dan PDAM. Dan untuk akses ke pantai Baron dapat dijangkau dengan
kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Kondisi jalan raya menuju pantai sangat
baik, tidak terlihat jalan yang rusak parah, selain itu terdapat papan petunjuk jalan
untuk menuju arah pantai, jadi tidak perlu takut tersesat di jalan. Bagi yang hendak
menggunakan kendaraan umum terdapat bus medium yang melayani jurusan
Wonosari-Baron dari Terminal Wonosari.

c. Profil responden
Jumlah responden dalam praktikum ini terdapat 34 responden dari 2 kelompok
yang melakukan pengambilan data di Pantai Baron. Para responden merupakan para
pengolah perikanan, seperti pedagang keripik (ikan, udang, rumput laut dll) dan
pemilik warung kecil maupun yang menjual aneka jenis olahan perikanan. Para
responden ini, memiliki latar belakang yang berbeda-beda satu sama lain. Hal ini
dapat dilihat dari sebaran pendidikan, sebaran umur, maupun sebaran pekerjaan yang
didapat.

Grafik 1. Sebaran Umur Pengolah Perikanan

Grafik sebaran umur pengolah perikanan pada grafik diatas menunjukkan bahwa
pengolah perikanan di Pantai Baron usianya berkisar 20 tahun sampai 80 tahun. Pengolah
perikanan terbanyak berumur antara 45 sampai 50 tahun hal tersebut karena pada umur
tersebut pengolah dipantai baron lebih produktif dan memiliki pengalaman yang cukup,
sedangkan pada rentang umur 20 sampai 26, 63 sampai 68, dan 75 sampai 80 tahun hanya
1 responden saja. Responden yang diwawancarai tidak ditemukan yang berusia 69 sampai
74 tahun. Semakin lanjut usianya, semakin sedikit yang menjalani hidup sebagai
pengolah, hal ini dapat dikarenakan tubuh mereka yang sudah tua dan beberapa usaha
mereka dilanjutkan oleh anak mereka.

Grafik 2. Tingkat Pendidikan Pengolah Perikanan


Grafik tingkat pendidikan menunjukkan bahwa tidak ada pengolah perikanan yang
melanjutkan pendidikannya sampai ke jenjang perguruan tinggi. Banyak pengolah di
Pantai Baron ini lulusan SD, kemudian diikuti lulusan SMP. Dibandingkan dengan SMA,
pengolah yang tidak bersekolah lebih sedikit jumlahnya. Pendidikan di kehidupan
pengolah perikanan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena jika mereka sudah
merasa senang akan uang, maka mereka lebih senang untuk meneruskan jadi pengolah
perikanan dibandingkan bersekolah.

Grafik 3. Sebaran Pengalaman Pengolah Perikanan


Grafik sebaran pengalaman nelayan diatas menunjukkan bahwasanya pengolah
perikanan banyak yang sudah berpengalaman selama 9 sampai 17 tahun. Pengalaman
nelayan yang baru berkecimpung sampai 8 tahun termasuk banyak, yaitu 22,86%.
Pengolah perikanan yang sudah berpengalaman selama 36 sampai 44 tahun sangat sedikit,
yaitu 2,86%. Semakin banyak pengalaman yang mereka dapatkan selama menjadi
pengolah perikanan, maka semakin banyak pula pengetahuan akan mengolah perikanan
secara optimal dan baik.

Grafik 4. Jenis Pekerjaan Pengolah Perikanan


Grafik diatas membuktikan bahwa pekerjaan sampingan dan utama dari
responden kebanyakan adalah pedagang, lalu pekerjaan sampingan lainya yang
banyak diminati oleh responden adalah pengolah dan bertani. Menjadi petani
merupakan hal yang lumrah bila berada pada daerah pedesaan. Sedangkan untuk
menjadi pengolah sangatlah banyak karena banyaknya wisatawan yang datang ke

pantai Baron dan sudah turun-temurunnya pengolah perikanan di daerah pantai Baron
belum lagi adanya TPI di pantai Bron sehingga mereka memanfaatkannya dan banyak
pengolah perikanan disana. Desa dalam pengertian umum adalah suatu komunitas
kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap)
maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan terutama tergantung pada pertanian serta
memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. (Rahardjo, 1999).

d. Kegiatan usaha
Kegiatan pengolahan yang dimulai dari adanya kelompok usaha yang
memberikan pendidikan tentang pengolahan hasil perikanan pada umumnya dan jenis
udang khususnya. Setelah itu para pengolah perikanan di pantai Baron mendirikan
sebuah koperasi lalu para pengolah mendirikan sebuah bangunan secara gotong
royong yang saat ini dijadikan sebagai tempat/warung jual beli pengolah perikanan.
Dan setelah adanya program KKN dari Universitas Gadjah Mada yang
memperkenalkan tentang adanya species rumput laut yang banyak dibiarkan tumbuh
liar di pinggir pantai menjadi sebuah olahan keripik ulva yang dapat dimanfaatkan
oleh warga sekitar sebagai tambahan mata pencarian. Hingga saat ini, keripik ulva
merupakan produk yang paling menguntungkan untuk daerah ini karena bahan dasar
bisa didapatkan secara gratis. Produk produk hasil olahan dari responden bersifat
sederhana karena hanya membutuhkan alat masak sederhana, mulai dari anglo, panci,
penggorengan, serta alat ayakan beras. Bahan bahan yang digunakan juga didapat
dengan harga murah, seperti tepung terigu, minyak goreng serta bahan dasar berupa
rumput laut, udang dan undur undur laut. Asal modal dari responden juga beragam,
ada yang berasal dari bank perkreditan rakyat, modal individu ada pula yang
mendapatkan pinjaman dari koperasi.
e. Analisis usaha
Berdasarkan hasil tabulasi data untuk penghitungan analisis biaya yang
dikeluarkan oleh pelaku usaha, didapatkan bahwa jenis biaya yang dikeluarkan terdiri
dari dua jenis yaitu total biaya operasional dan total biaya. Total biaya operasional
rata-rata lebih besar dari total biaya tetap. Total biaya operasional terdiri dari
penyediaan bahan baku, penyediaan air, minyak goreng, bahan untuk memasak
(bumbu, sayur dll) es batu, biaya transportasi, biaya retribusi, dan lain lain sedangkan

total biaya tetap yang dikeluarkan berupa alat-alat yang tidak habis pakai dalam sekali
produksi seperti perlatan jualan yaitu (wajan, gelas, kompor, meja tikar dan lain-lain).
Analisis usaha salah satu responden dari bagian pengolahan yaitu ibu Cip,
dengan investasi awal mendapatkan pinjaman dari dinas terkait dan biaya operasional
perharinya adalah Rp. 32.566,- yang hanya digunakan untuk keperluan per harinya
yaitu sewa tempat ( Rp. 833,-), air bersih (Rp. 10.000), kebersihan (Rp. 1.733,-), dan
biaya lainnya seperti untuk memasak dan listrik sebesar (Rp. 20.000,-). Ibu Cip
berjualan setiap hari dengan pembelian bahan Rp. 25.000,- per kilonya dan
menjualnya Rp. 80.000,- sehingga mendapatkan keuntungan kotor sebesar Rp.
55.000,- per kilonya. Ketika senin-jumat dapat menjual sekitar 6,5 kg sehingga
mendapatkan keuntungan kotor dari sebesar Rp 357.500,- dan untuk hari sabtu,
minggu dan libur dapat menjual sekitar 15 kg sehingga mendapatkan keuntungan
kotor sebesar Rp. 825.000,-. Sehingga didapatkan keuntungan kotor per minggunya
sekitar Rp. 3.437.500,- dan biaya operasional perminggunya sebesar Rp. 227.962,-.
Terakhir profit atau keutungan bersih yang didapat tiap minggunya adalah sebesar Rp.
3.209.538,- .

f. Hambatan usaha dan solusinya


Permasalahan yang dialami masyarakat kecamatan Tanjungsari terutama untuk
pekerjaan sebagai pengolah yaitu modal yang kurang untuk melangsungkan usahanya,
sepinya pengunjung Pantai Baron yang menyebabkan usaha terhambat karena tidak
ada pemasukan untuk pengolah sehingga pendapatan yang di dapatkan dari hasil
olahan tidak begitu signifikan, dan persaingan antar pedagang karena terlalu
banyaknya pedangang disana oleh sebab itu masyarakat memiliki usaha lain selain
sebagai pegolah yaitu sebagai petani. Solusi yang dilakukan menurut responden yaitu
dengan meminjam modal kepada perorangan maupun melakukan aktivitas/pekerjaan
lain selain sebagai pengolah untuk mendapatkan modal usaha kembali. Sedangkan
untuk permasalahan sepi pengunjung biasanya para pengolah meliburkan diri dan
mencari alternatif pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
dan mereka lebih memilih untuk membuka usahanya pada hari sabtu, minggu,
maupun hari libur. Sedangkan solusi menurut praktikan adalah adanya peran serta
pemerintah atau dinas yang terkait untuk mengatasi keuangan seperti peminjaman
modal ataupun permasalahan keuangan lainnya dan penataan kembali para pengolah

perikanan agar nantinya pengolah perikanan dari daerah lain tidak masuk sehingga
lebih mensejahterakan masyarakat sekitarnya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Pengolah perikanan di Pantai Baron usianya berkisar 20 tahun sampai 80 tahun,
pengolah perikanan mayoritas berumur antara 45 sampai 50 tahun. Mayoritas pengolah di
Pantai Baron ini lulusan SD dan mayoritas memiliki pengalaman selama 9 sampai 17 tahun
dan pekerjaan utama dari responden mayoritas adalah pedagang/pengolah, lalu pekerjaan
sampingan lainnya adalah bertani. Kedala yang sering dihadapi adalah kurangnya modal
untuk usahanya, sepinya pengunjung pantai Baron yang menyebabkan usaha terhambat
karena tidak ada pemasukan dan persaingan antar pedagang karena banyaknya pedangang
disana oleh sebab itu solusinya yaitu masyarakat memiliki usaha lain selain sebagai pegolah
yaitu sebagai petani dan adanya koperasi yang didirikan oleh pengolah perikanan disana.
Komponen-komponen biaya yang menyusun dan mempengaruhi suatu usaha pengolahan
perikanan adalah modal awal (tempat dan peralatan masak), biaya operasional (bahan
pengawet, transportasi, perijinan, sewa tempat, kebersihan, air bersih, listrik dll), dan yang
paling berpengaruh adalah volume bahan baku yang digunakan untuk usaha pengolahan
perikanan.

Saran
Sebaiknya ketika praktikum lapangan lebih di maksimalkan untuk transportasi yang
ada karena jarak tempuh dari penginapan ke pantai Baron cukup jauh. Sehingga untuk
kedepannya semua praktikan tidak perlu berjalan jauh untuk menuju pantai namun bisa
menyewa atau mencari alat transportasi disekitar sana yang di koordinir oleh asisten secara
langsung.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy dan Evi, Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Anonim. 2002. Daerah Membangun Beberapa Informasi Pembangunan di Kabupaten
Gunungkidul tahun 2002. Gunungkidul : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Gunung Kidul.
Bunasor, S. 1992. Teknik Perencanaan dan Pengelolaan Proyek Pembangunan. Bogor:
Kursus Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Secara Terpadu dan
Holistik, PPLH, Lembaga Penelitian IPB Bogor dengan Ditjen Dikti Depdikbud.
Husni. A. 1995. Penyelamatan Ekosistem Pantai. Suara Merdeka, 4/8/1995.
Pratomo, H. 2003. Pemberdayaan Nelayan Melalui Pengolahan Ikan Pasca Produksi. FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Profil Tempat Pelelangan Ikan Provinsi DIY. 2011. PI Baron. http://www.tpi.perikanandiy.info/daftardanprofil.php?pages=baron. Diakses pada hari Rabu tanggal 10 Juni 2015
pukul 18.00 WIB
Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Soerjani, M., R. Ahmad, dan R. Munir. 1987. Lingkungan Sumberdaya Alam dan
Kependudukan. Jakarta: UI Press.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir
Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Winarno, K., Moeso S. dan Djalal S. T. 2003. Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya Hayati
Pantai Selatan Yogyakarta, Studi Kasus Pantai Baron, Kukup dan Krakal. Biodiversitas.
IV(2):124-132

VII. LAMPIRAN

Rekapitulasi data (ringkasan)

Dokumentasi wawancara

Kuisioner responden

Dokumentasi Wawancara

Gambar Dokumentasi Beberapa Responden Pengolah Perikanan di Pantai Baron

Gambar Dokumentasi Hasil Pengolahan dan Proses Pengolahan Perikanan di Pantai Baron

Anda mungkin juga menyukai