Kanalikulitis
Kanalikulitis
Kanalikulitis
PENDAHULUAN
Kanalikulitis adalah infeksi kronis pada kanalikuli lakrimalis yang
disebabkan oleh Actinomyces israelii, Candida albicans, atau spesies
aspergillus. Lebih sering terjadi pada kanalikuli inferior pada orang dewasa,
dan menyebabkan konjungtivitis purulen sekunder (Budiono S., Saleh, T. T.,
Moestidjab, dan Eddyanto, 2013).
Kanalikulitis meliputi infeksi primer dan inflamasi sistem saluran
lakrimal, terutama pada bagian kanalikuli. Berbagai macam etiologi telah
dikaitkan dengan infeksi ini, diantaranya bakteri, jamur, dan beberapa virus.
Kanalikulitis terutama berkaitan erat dengan Actinomyces israelii, bakteri gram
positif anaerob yang sulit diisolasi dan diidentifikasi. Spesies Actinomyces
cenderung menyebabkan infeksi melalui pembentukan ruangan semu (jaringan)
saat kanalikuli terbentuk. Bakteri lain yang menyebabkan kanalikulitis
diantaranya
Arcanobacterium
haemolitycum,
Mycobacterium
chelonae,
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aparatus Lakrimalis
2.1.1 Definisi
Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam
produksi dan drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang
menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata, yang disebarkan
diatas permukaan mata oleh kedipan mata. Kanalikuli, saccus lacrimalis, dan
ductus nasolacrimalis merupakan komponen ekskresi sistem ini yang
mengalirkan sekret ke dalam hidung (Riordan-Eva, P., & Cunningham, Jr. E. T.
2011).
2.1.2 Embriologi
Kelenjar lakrimal berkembang dari beberapa solid ectodermal buds di
superolateral anterior orbita. Cabang tunas dan saluran ini, membentuk duktus
dan alveoli. Kelenjar lakrimal ini kecil dan tidak berfungsi sepenuhnya sampai
sekitar 6 minggu setelah lahir. Ini menjelaskan mengapa bayi yang baru lahir
tidak memproduk siair mata ketika menangis. Pada kehamilan akhir minggu
kelima terbentul alur nasolakrimal antara nasal dan tonjolan maksila.
Pembentukan saluran kearah bawah secara lengkap terjadi pada saat kelahiran.
Kegagalan pembentukan saluran pada bagian bawah akan menyebabkan
terjadinya congenital nasolacrimal duct obstruction. Obstruksi pada ujung
distal (katup Hasner) terdapat pada 50% bayi saat lahir. Katup ini akan terbuka
spontan dalam beberapa bulan pertama kehidupan (Budiono S., Saleh, T. T.,
Moestidjab, dan Eddyanto, 2013).
2.1.3 Sistem Sekresi Air Mata
Volume terbesar cairan air mata diproduksi oleh kelenjar lakrimal
terletak di fossa lakrimalis di kuadran temporal superior orbita. Kelenjar ini
berbentuk almond dibagi dengan lateral horn aponeurosis levator menjadi lobus
orbital yang lebih besar dan lobus palpebral lebih kecil, masing-masing dengan
sistem saluran sendiri mengosongkan ke forniks temporal superior. Lobus
palpebral kadang-kadang bisa dilihat dengan membalik kelopak mata atas.
Persarafan kelenjar utama adalah dari pontine lacrimalis nucleus melalui nervus
intermedius dan sepanjang jalur yang rumit dari divisi maksilaris dari saraf
trigeminal. Kelenjar lakrimalis aksesori, meski hanya sepersepuluh massa
kelenjar utama, memiliki peran penting. Kelenjar Krause dan Wolfring, identik
dalam struktur pada kelenjar lakrimal dengan saluran yang sedikit., berada di
konjungtiva terutama di forniks superior. Unicellule goblet cell, juga tersebar
diseluruh
konjungtiva,
mensekresi
glikoprotein
dalam
bentuk
musin.
Modifikasi sebasea dan kelenjar Meibom dan Zeis dari lid margin berkontribusi
lipid untuk air mata. Kelenjar Moll dimodifikasi kelenjar keringat yang juga
menambah film mata air. Sekresi dari kelenjar lakrimal yang dipicu oleh emosi
atau iritan fisik dan menyebabkan air mata mengalir deras diatas lid margin
(epifora). Kelenjar aksesori dikenal sebagai sekretor dasar, sekresinya
biasanya cukup untuk menjaga kesehatan kornea. Kehilangan sel goblet akan
menyebabkan kekeringan kornea walaupun dengan produksi berlimpah dari
kelenjar lakrimal (Budiono S., Saleh, T. T., Moestidjab, dan Eddyanto, 2013).
2.1.4 Sistem Ekskresi Air Mata
Sistem ekskresi terdiri atas punctum, kanalikuli, kantung lakrimal, dan
saluran nasolakrimal. Dengan berkedip setiap kelopak mata mendekat mulai
lateral, mendistribusikan air mata secara merata di seluruh kornea, dan mengalir
ke sistem ekskresi pada aspek medial kelopak (Budiono S., Saleh, T. T.,
Moestidjab, dan Eddyanto, 2013).
Ketika air mata membanjiri kantung konjungtiva, akan memasuki
puncta secara parsialoleh daya tarik kapiler. Dengan penutupan kelopak mata,
otot orbikularis pretarsal sekitar ampula berkontraksi. Secara bersamaan
kelopak mata ditarik menuju posterior lacrimal crest dan traksi ditempatkan
pada fasia sekitar kantung lakrimal, menyebabkan kanalikuli memendek dan
menciptakan tekanan negatif di dalam kantung lakrimal. Pemompaan dinamis
ini menarik air mata ke dalam kantong lakrimal, yang kemudia melewati
gravitasi dan elastisitas jaringan melalui saluran nasolakrimal ke dalam meatus
inferior hidung (Budiono S., Saleh, T. T., Moestidjab, dan Eddyanto, 2013).
2.2 Definisi
Kanalikulitis adalah peradangan pada kanalikuli lakrimal yang
disebabkan oleh infeksi (Zaveri dan Cohen, 2014).
Kanalikulitis adalah peradangan pada lakrimal kanalikuli yang
disebabkan oleh infeksi atau sebagai komplikasi dari konkresi yang penyumbat
pungtum. Hal ini sering salah didiagnosis menyebabkan keterlambatan dalam
diagnosis. Kanalikulitis umumnya kondisi unilateral (Usharani L., Kamei, G.L.,
Meitei, C., 2014).
Arcanobacterium
haemolitycum,
Mycobacterium
chelonae,
Gambar 1.
Gambar 2.
2.6.2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopik (refluks sekret purulen dari penekanan
pada kanalikuli dengan cotton bud dapat membantu menegakkan
2015).
Dakrioendoskopi, digambarkan sebagai salah satu pemeriksaan
penunjang yang cukup bermanfat, terutama pada kasus
kanalikulitis sekunder (Zaveri dan Cohen, 2014).
secara
farmakologis
saja
sudah
dapat
menyembuhkan
dikombinasi dengan
10
BAB 3
RINGKASAN
israelii.
Lebih sering terjadi pada kanalikuli inferior pada orang dewasa, dan
menyebabkan konjungtivitis purulen sekunder.
11
drainase lakrimal.
Prognosis berdasarkan angka kekambuhan yang tergantung pada
penatalaksanaannya. Pada pasien dengan terapi konservatif saja angka
kekambuhan lebih tinggi (33%) dibandingkan dengan
intervensi
Daftar Pustaka
AAO (American Academy of Ophtalmology). 2005. Orbit, Eyelids, and
Lacrimal System. Chapter 14 : Evaluation and Management of the
Tearing Patient, p. 276.
Al-Mujaini, A., Wali, U., dan Al-Senawi, R. 2009. Canaliculitis : Are we
missing
the
diagnosis?.
Clinical
Images.
Oman
Journal
of
12
13