Sediaan Injeksi Dalam Ampul PDF
Sediaan Injeksi Dalam Ampul PDF
Sediaan Injeksi Dalam Ampul PDF
PERBEKALAN STERIL
Pembuatan Sediaan Injeksi dalam Kemasan Ampul
Disusun Oleh:
Kelompok 12
Muntofingah
(G1F012024)
(G1F012054)
(G1F012086)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Kemasan Sediaan Injeksi
Ampul merupakan wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang
memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah
1, 2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran
tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali
pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas
tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya dapat dibuat dari bahan
gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua ini sangat berkembang pesat
sebagai ampul minum untuk pemakaian peroralia (R. Voigt hal. 464)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sediaan ampul :
1. Tidak perlu pengawet karena merupakan takaran tunggal
2. Tidak perlu isotonis
3. Diisi melalui buret yang ujungnya disterilkan terlebih dahulu dengan
alkohol 70 %
4. Buret dibilas dengan larutan obat sebelum diisi
Sediaan suntik dibuat secara steril karena sediaan ini diberikan secara
parenteral. Istilah steril adalah keadaan bebas dari mikroorganisme baik bentuk
vegetatif, nonvegetatif, pathogen maupun nonpatogen. Sedangkan parenteral
menunjukkan pemberian dengan cara disuntikkan. Produk parenteral dibuat
mengikuti prosedur steril mulai dari pemilihan pelarut hingga pengemasan. Bahan
pengemas yang biasa digunakan sebagai sediaan steril yaitu gelas, plastik, elastik
(karet), metal. Pengemasan sediaan suntik harus mengikuti prosedur aseptis dan
steril karena pengemas ini langsung berinteraksi dengan sediaan yang dibuat,
termasuk dalam hal ini wadah. Wadah merupakan bagian yang menampung dan
melindungi bahan yang telah dibuat (Ansel,1989).
Wadah obat suntik (termasuk tutupnya) harus tidak berinteraksi dengan
sediaan, baik secara fisik maupun kimia karena akan mengubah kekuatan dan
efektifitasnya. Bila wadah dibuat dari gelas, maka gelas harus jernih dan tidak
bentuk dan komposisi wadah, wadah pengemas merupakan sumber dari masalah
stabilitas sediaan, bahan partikulat, dan sumber pirogen (Martindale, 1982).
Keuntungan wadah gelas (Martindale, 1982) :
1.
Mempunyai daya tahan kimia yang baik sehingga tidak bereaksi dengan
kandungan wadah dan tidak mengabsorbsi atau mengeluarkan senyawa
organik.
2.
3.
4.
5.
2.
Wadah yang biasa digunakan untuk sedian injeksi adalah berupa vial atau
ampul. Untuk zat aktif yang mudah teroksidasi biasanya digunakan
ampul berwarna gelap (biasanya coklat) untuk melindungi sediaan dari
cahaya.
3.
Gelas tipe I untuk membuat wadah tiup dalam bentuk tabung, misalnya
vial, ampul, badan alat suntik (syringe) dan bagian infus set. Beberapa
sediaan parenteral volume kecil dikemas dalam alat suntik gelas sekali
pakai (disposable one-trip glass syringe).
4.
Wadah yang biasa digunakan untuk sedian injeksi adalah berupa vial atau
ampul. Untuk zat aktif yang mudah teroksidasi biasanya digunakan
ampul berwarna gelap (biasanya coklat) untuk melindungi sediaan dari
cahaya.
Tipe wadah yang digunakan untuk kemasan sediaan injeksi antara lain :
1. Gelas
II
III
Paling
Test USP
resisten, Gelas
gelas borosilikat
serbuk
water
Gelas
serbuk
Ukuran
ml 0,02 N
(ml)
asam
Semua
1,0
100
atau
kurang
lebih 100
Semua
0,7
0,2
8,5
IV
Gelas
soda
tujuan umum
lime- Gelas
serbuk
Semua
15,0
BAB II
ISI
II.1 Injeksi Amikacin
Amikasin umumnya dikenal sebagai: amikasin, Amica adriamisin. Nama
Inggris amikasin, Amikin. Turunan semi-sintetik penisilin sulfat, putih atau
hampir putih bubuk kristal, hampir tidak berbau, hambar. Produk ini larut dalam
air, praktis tidak larut dalam etanol.
Amikasin merupakan spektrum serupa antimikroba dan gentamisin, tetapi
tahan terhadap kanamisin, tobramycin, dan bakteri gentamisin termasuk
Pseudomonas aeruginosa dan Serratia masih berlaku. Jadi untuk perayaan besar
klinis, infeksi serius kanamisin disebabkan oleh bakteri resisten dapat digunakan
dengan penisilin dan sefalosporin dikombinasikan.
Amikasin adalah antibiotik aminoglikosida. Produk ini pada kebanyakan
Enterobacteriaceae, seperti Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus,
Shigella, Salmonella, Citrobacter, Serratia dll dengan efek yang baik terhadap
Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas lainnya, Acinetobacter, Alcaligenes,
dll memiliki efek yang baik, terhadap Neisseria meningitidis, Neisseria
gonorrhoeae, Haemophilus influenzae, yeah Mickelson spp, Campylobacter janin,
Mycobacterium tuberculosis dan beberapa non-TB mikobakteri juga efek
antibakteri baik, aktivitas antibakteri sedikit lebih rendah dibanding gentamisin.
Keuntungan yang paling menonjol dari produk ini selama bertahun-enterik gram
negatif basil aminoglikosida menonaktifkan enzim yang dihasilkan stabil dan
tidak hilang untuk enzim seperti pasivasi aktivitas antibakteri. Pada saat ini
diisolasi 12 macam menonaktifkan enzim, produk ini hanya tersedia untuk AAC
(6 ') yang pasif, selain AAD (4') dan APH (3 ') - bahkan dapat menyebabkan
bakteri pada produk sampai sedang perlawanan. Isolat klinis Enterobacteriaceae
terhadap gentamisin, tobramisin dan Netilmicin dan resistensi aminoglikosida
lainnya sekitar 60% sampai 70% dari barang yang masih sensitif. Dalam beberapa
tahun terakhir, basil Gram-negatif untuk amikasin strain resisten juga meningkat.
Cocci Gram-positif pada produk selain strain Staphylococcus methicillin-sensitif
air yang tidak dapat bercampur dengan air contohnya minyak lemak, etil oleat,
isopropil miristat, dan benzilbenzoat.
c. pH
pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat menyebabkan :
-
berpengaruh pada wadah terutama wadah gelas, plastik, dan tutup karet.
d. Ukuran partikel
Ukuran pratikel bahan obat mempunyai peranan dalam sediaan farmasi sebab
ukuran partikel mempunyai pengaruh yang besar dalam pembuatan sediaan obat
dan juga terhadap efek fisiologisnya.
Untuk sediaan infus harus memiliki ukuran partikel yang kecil karena sediaan
infus pemberiannya langsung ke dalam pembuluh darah vena. Jika terdapat
ukuran partikel yang besar dalam infus maka dikhawatirkan akan terjadi
penyumbatan atau gangguan dalam pembuluh darah.
e. Pembawa
Pada sediaan parenteral volume besar umumnya digunakan pembawa air tetapi
dapat juga dipakai emulsi lemak intravena yang diberikan sendiri atau
dikombinasi dengan asam amino dan atau dekstrosa asalkan partikel tidak boleh
lebih besar dari 0,5 m.
f. Viskositas
Dalam sediaan infus viskositas sangat berpengaruh karena jika sediaan infus
terlalu kental maka akan susah menetes, distribusi obat dalam darah akan lambat,
sehingga ketercapaian efek terapi yang diinginkanpun akan lambat pula.
g. Cahaya dan suhu
Cahaya dan suhu erat hubungannya dengan tampat/wadah penyimpanan
obat/bahan obat. Cahaya dan suhu dapat mempengaruhi kestabilan obat sehingga
dalam hal penyimpanan obat sangat perlu sekali diperhatikan karakteristik dari
obat/bahan obat yang akan disimpan.
h. Faktor kemasan
Faktor kemasan juga berpengaruh terhadap kestabilan obat/bahan obat.
Bahan aktif
Zat aktif yang dipilih adalah zat yang umumnya mudah larut dalam air, atau
memiliki ikatan kuat dengan air. karena kelarutan suatu zat
sangat
Bahan tambahan
o Antioksidan : Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit,
metasulfit dan sulfit adalah yang paling umum digunakan sebagai
antioksidan. Selain itu digunakan :Asam askorbat, Sistein,
Monotiogliseril, Tokoferol.
o Bahan antimikroba atau pengawet : Benzalkonium klorida, Benzil
alcohol,
Klorobutanol,
hidroksibenzoat,
Metakreosol,
Metil
Timerosol,
p-hidroksibenzoat,
Butil
Propil
pp-
hidroksibenzoat, Fenol
o Buffer : Asetat, Sitrat, Fosfat.
o Bahan pengkhelat : Garam etilendiamintetraasetat (EDTA).
o Gas inert : Nitrogen dan Argon.
o Bahan penambah kelarutan (Kosolven) : Etil alcohol, Gliserin,
Polietilen glikol, Propilen glikol, Lecithin
o Surfaktan : Polioksietilen dan Sorbitan monooleat.
o Bahan pengisotonis : Dekstrosa dan NaCl
o Bahan pelindung : Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum
manusia.
o Bahan penyerbuk : Laktosa, Manitol, Sorbitol, Gliserin.
Pembawa
o Pembawa air
o Pembawa nonair dan campuran
Minyak nabati : Minyak jagung, Minyak biji kapas, Minyak
kacang, Minyak wijen
Pelarut bercampur air : Gliserin, Etil alcohol, Propilen
glikol, Polietilenglikol 300.
(Agoes, 2009).
Cara aseptis
Cara aseptik bukan termasuk metode sterilisasi. Cara aseptik hanya bisa
dilakukan khusus untuk zat aktif yang tidak tahan/rusak terhadap suhu tinggi,
antibiotik dan beberapa hormon merupakan contoh sediaan dengan perlakuan
metode aseptis.
Cara aseptis pada prinsipnya adalah cara kerja untuk memperoleh sediaan steril
dengan cara mencegh kontaminasi jasad renik/partikel asing kedalam sediaan.
Proses cara aseptisnya adalah melakukan sterilisasi pada semua bahan sediaan
(pada awal sebelum pembuatan sediaan) sesuai dengan sifat dari bahan yang
digunakan. kemudian dilanjutkan pada proses pembuatan dan pengemasan
dalam ruang steril atau didalam laminar air flow untuk mencegah kontaminasi.
Pada proses aseptis masih terdapat celah terjadinya kontaminasi, sehingga
apabila metode sterilisasi akhir bisa dilakukan maka metode aseptis tidak perlu
dilakukan (Hadioetomo. 1993).
Menurut Hadioetomo (1993), selain disterilisasi, sediaan injeksi juga perlu
dilakukan pembebasan pirogen untuk menghindari adanya kontaminan yang dapat
menimbulkan efek yang tidak diinginkan.
Cara menghilangkan pirogen
1.
Untuk alat / zat yang tahan terhadap pemanasan ( jarum suntik, alat suntik
dll.) dipanaskan pada suhu 2500 selama 30 menit
2.
Dilakukan oksidasi :
Didihkan dengan larutan H2O2 1 % selama 1 jam.1 liter air yang dapat
diminum, ditambah 10 ml larutan KMnO4 0,1 N dan 5 ml larutan 1 N, disuling
dengan wadah gelas, selanjutnya kerjakan seperti pembuatan Air untuk injeksi.
b.
Saring dengan penyaring bakteri dari asbes. Lewatkan dalam kolom Al2O3
Panaskan dalam Arang Pengabsorpsi 0,1 % ( Carbo adsorbens 0,1% pada suhu
1.
Air suling segar yang akan digunakan untuk pembuatan air untuk injeksi
harus segera digunakan setelah disuling.Pada waktu disuling jangan ada air
yang memercik
2.
Alat penampung dan cara menampung air suling harus seaseptis mungkin
Sumber pirogen :
1.
Air suling yang telah dibiarkan lama dan telah tercemar bakteri dari udara.
2.
Wadah larutan injeksi dan bahan-bahan seperti glukosa, NaCl dan Nasitrat.
Amikasin sulfat
250 mg/ml
Na bisulfit
0,66 %
Na sitrat
2,5 %
Asam sulfat
Formula Akhir
Amikasin sulfat
500 mg
Na bisulfit
0,66 %
Na sitrat
2,5 %
Asam sulfat
Aqua p.i
ad 2 ml
pengolahan,
sterilisasi,
pengisian,
pengemasan,
dan
penandaan
(Martindale, 1982).
Bila dalam monografi tertera berbagai kadar zat aktif dalam sediaan parenteral
volume besar, maka kadar masing-masing komponen disebut dengan nama umum
misalnya injeksi Dekstrosa 5% atau Injeksi Dekstrosa (5%) (Martindale, 1982).
Bila formula lengkap tidak tertera dalam masing-masing monografi, Penandaan
mencakup informasi berikut (Martindale, 1982) :
1.
Untuk sediaan cair, persentase isi atau jumlah tiap komponen dalam volume
tertentu, kecuali bahan yang ditambahkan untuk penyesuaian pH atau untuk
membuat larutan isotonik, dapat dinyatakan nama dan efek bahan tersebut.
2.
3.
(www.indiamart.com)
Untuk penyimpanan sediaan injeksi harus diperhatikan sehingga tercegah
cemaran dan penguraian, terhindar pengaruh udara, kelembaban, panas dan
cahaya. Kondisi penyimpanan tergantung pada sediaannya, misalnya kondisi
harus disimpan terlindung cahaya, disimpan pada suhu kamar, disimpan di
tempat sejuk, disimpan di temapat dingin (Depkes RI, 1979).
Evaluasi Fisik
1.
Penetapan pH
penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang
dituang) (Lachman, dkk, 1994).
3.
Bertujuan untuk larutan injeksi, termasuk larutan yang dikonstitusi dari zat
padat steril untuk penggunaan parenteral, harus bebas dari partikel yang dapat
diamati pada pemeriksan secara visual.
Cara pengerjaan : Dua prosedur untuk penetapan bahan partikulat dicantumkan
berikut ini, berbeda sesuai dengan volume yang tertera pada etiket wadah.
Semua injeksi volume besar untuk infuse dosis tunggal, dan injeksi volume kecil
yang ditetapkan dalam persyaratan monografi, harus memenuhi batas bahan
partikulat seperti yang tertera pada uji yang digunakan (Lachman, dkk, 1994).
4.
Uji Kebocoran
5.
Setiap larutan obat suntik harus jernih dan bebas dari kotoran sehingga
diperlukan uji kejernihan secara visual (Lachman, dkk, 1994).
Cara kerja : wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan
menyinari wadah dari samping. Dengan latar belakang sehelai papan yang
separuhnya di cat berwarna hitam dan separuhnya lagi di cat berwarna putih.
Latar belakang berwarna hitam dipakai untuk menyelidiki kotoran yang
berwarna muda, sedangkan yang berlatar putih untuk kotoran-kotoran berwarna
gelap. Jika tidak ditemukan kotoran dalam larutan maka larutan tersebut sudah
memenuhi syarat (Lachman, dkk, 1994).
6.
Kejernihan Larutan
Bertujuan untuk sediaan infuse atau injeksi yang berupa larutan harus jernih dan
bebas dari kotoran, maka perlu dilakukan uji kejernihan secara visual (Lachman,
dkk, 1994).
Cara pengerjaan: Penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar berdiameter
15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral.
Masukkan kedalam dua tabung reaksi masing-masing larutan zat uji dan
suspense padanan yang sesuai secukupnya. Setelah itu, bandingkan kedua isi
tabung setelah 5 menit pembutan suspense padanan, dengan dengan latar
belakang hitam. Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang terdifusi, tegal
lurus kearah bawah tabung (Lachman, dkk, 1994).
B.
Evaluasi Biologi
1.
Bertujuan
untuk
menunjukkan
efektifitas
pengawet
antimikroba
yang
ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan
pembawa air seperti produk-produk parenteral, telinga, hidung, dan mata yang
dicantumkan pada etiket produk yang bersangkutan (Wade, 1994).
Cara pengerjaan:
2.
Bertujuan untuk menunjukkan bahwa zat yang tertera memang ada tetapi tidak
lebih dari 20% dari jumlah yang tertera pada etiket (Wade, 1994).
Cara pengerjaan (Wade, 1994) :
- Benzyl alcohol. Larutan baku internal larutkan lebih kurang 380mg fenol p
dalam 10 ml etnol p dalam labu ukur 200ml tambahkan air, sampai tanda.
- Larutan baku. Timbang seksamalebih kurang 180mg benzyl alcohol p. larutkan
dalam 20 ml etanolP dalam labu ukur 100ml. tambahkan larutan baku internal
sampai tanda.
Prosedur : suntikan secara terpisah sejumlah volum sama (lebih kurang 5
mikroliter), larutan baku dan larutan uji, gunakan farameter oprasional
pramatograf gas seperti yang tertera pada table.Ukur luas puncak benzyl alcohol
dan fenol larutan baku,tandai masing-masing dengan p1 dan p2, dan luas puncak
p1 dan p2 dari larutan uji (Wade, 1994).
3.
Uji Sterilitas
Uji Pirogen
Bertujuan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat
diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi (Wade, 1994).
Cara pengerjaan: Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji
pirogan dan kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan, bebas
dari keributan yang menyebabkan kegelisahan (Wade, 1994).
Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian, apabila pengujian
menggunakan termistor, masukkan kelinci kedalam kotak penyekap, sehingga
kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar. Tidak lebih dari 30 menit
BAB III
KESIMPULAN
Sediaan injeksi harus steril untuk menghindari adanya iritasi pada jaringan,
sehingga sediaan injeksi memiliki persyaratan sterilitas, bebas dari bahan
partikulat, bebas dari pirogen, stabil , dan isotonis dengan darah.
Sediaan injeksi amikacin dibuat dari bahan amikacin sulfat sebagai pengganti
amikacin karena kelarutan amikacin sulfat yang lebih mudah larut dalam air
dibandingkan dengan amikacin dan dikemas dalam wadah ampul. Dalam proses
pembuatan sediaan amikacin injeksi dilakukan dengan metode aseptis karena
merupakan sediaan steril dan mengandung bahan yang tidak tahan panas.
DAFTAR PUSTAKA