Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Seri EMF Dan Deret Galvanik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

Seri EMF

a) Seri EMF hanya mencantumkan logam (sedikit aplikasi teknik). Paduan tidak
termasuk
b) Potensi elektroda yang terdaftar dihitung dari prinsip termodinamika
(Potensi korosi lebih relevan).
c) Potensi ekuilibrium dengan konsentrasi pada aktivitas unit (Prediksi yang tepat
kopling galvanik tidak memungkinkan).
d) Memprediksi hanya kecenderungan untuk menimbulkan korosi (Peran film pasif dan oksidasi
kinetika tidak diprediksi).
e) Pengaruh lingkungan tidak diprediksi (Misalnya: Pasangan Sn - Fe seperti kaleng Tin)
Seri galvanik
a) Alih-alih potensi elektroda standar, sebenarnya diukur potensial istirahat
logam dan paduan di lingkungan tertentu yang diatur berkenaan dengan bangsawan
dan aktivitas.
b) Potensi yang diukur secara praktis vs elektroda referensi.
c) Pengaruh kopling logam dan paduan pada laju korosi dapat diprediksi.
Anomali tertentu Misalnya: Baja tahan karat (aktif dan pasif)
Seri galvanik umumnya baik untuk kondisi stagnan dan bukan untuk turbulen
kondisi.
Seri EMF dan galvanis diilustrasikan pada tabel 4.1 dan 4.2.

Halaman 2
Kuliah 4: Seri EMF dan Galvanic dan Pasangan Bimetalik
Kursus Web NPTEL
2
Judul Kursus: Kemajuan dalam Teknik Korosi
Kursus Koordinator: Prof. KA Natarajan, IISc Bangalore
Tabel 4.1 Seri EMF
Reaksi
E
0
, V (SHE)
Au
+++
+ 3e = Au
+1.42
Mulia
Pt
++
+ 2e = Pt
+ 1.2
O 2 + 4H
+
+ 4e = 2H 2 O
+1.23
Pd
++
+ 2e = Pd
+0.83
Ag
+
+ e = Ag
+0.799
O 2 + 2H 2 O + 4e = 4OH
-
+0.401
Cu
++
+ 2e = Cu
+0.34
Sn
+++
+ 2e = Sn
++
+0.154
2H
+
+ 2e = H 2
0.00 Referensi
Pb
++
+ 2e = Pb
-0.126
Sn
++
+ 2e = Sn
-0.140
Ni
++
+ 2e = Ni
-0.23
Bersama
++
+ 2e = Co
-0.27
CD
++
+ 2e = Cd
-0.402
Fe
++
+ 2e = Fe
-0,44
Cr
+++
+ 3e = Kr
-0.71
Zn
++
+ 2e = Zn
-0.763
Al
+++
+ 3e = Al
-1.66
Mg
++
+ 2e = Mg
-2.38
Na
+
+ e = Na
-2.71
K
+
+e=K
-2.92
Aktif

Halaman 3
Kuliah 4: Seri EMF dan Galvanic dan Pasangan Bimetalik
Kursus Web NPTEL
3
Judul Kursus: Kemajuan dalam Teknik Korosi
Kursus Koordinator: Prof. KA Natarajan, IISc Bangalore
Tabel 4.2 Seri Galvanik dalam Air Laut
Platinum
Emas
Grafit
Perak
Pelindung C
18 - 8 stainless steel (pasif)
Kromium baja> 11% Cr (pasif)
Inconel (pasif)
Nikel (pasif)
Monel
Perunggu
Tembaga
Kuningan
Inconel (aktif)
Nikel (aktif)
Timah
Memimpin
Timbal timah solder
18-8 Mo stainless steel (aktif)
18-8 stainless steel (aktif)
Ni-tahan
Kromium baja <11% Cr (aktif)
Besi cor
Baja atau besi
2024 aluminium
Kadmium
Komersial murni aluminium
Seng
Magnesium dan paduannya.
Mulia
SEBUAH
ctive

Halaman 4
Kuliah 4: Seri EMF dan Galvanic dan Pasangan Bimetalik
Kursus Web NPTEL
4
Judul Kursus: Kemajuan dalam Teknik Korosi
Kursus Koordinator: Prof. KA Natarajan, IISc Bangalore
Seri EMF adalah susunan berbagai logam sesuai urutannya
Aktivitas elektrokimia berdasarkan potensi pengurangan oksidasi standarnya (E
0
).
Logam yang paling aktif dalam seri ini akan memiliki potensi standar negatif yang tinggi
Sementara logam mulia memiliki standar yang relatif kurang negatif (atau lebih positif)
potensi (E
0
). Jika kita mempertimbangkan dua logam dalam seri EMF, satu dengan
E yang lebih tinggi
0
akan bertindak sebagai anoda (dan akan menimbulkan korosi) dibandingkan dengan yang lain
dengan a
relatif kurang negatif E
0
nilai (katoda).
Ada beberapa pengecualian terhadap aktivitas logam (atau pasangan) yang diprediksi
diatur dalam seri EMF.
Misalnya: Aluminium menunjukkan ketahanan korosi yang lebih tinggi karena lapisan Al 2 O 3
hadir
permukaan.
Kromium menunjukkan lapisan Cr 2 O 3 yang stabil dan digunakan sebagai elemen paduan untuk
korosi
ketahanan dalam baja tahan karat.
Banyak logam mengubah potensinya tergantung lingkungan. Pembalikan di
Polaritas dapat terjadi di beberapa lingkungan, menyebabkan perubahan anodik (dan katodik)
tingkah laku.
Tin (Sn) lebih mulia untuk besi (Fe) dalam seri EMF. Baja tinned (tin-dilapisi)
kaleng digunakan untuk melestarikan sayuran dan jus buah. Perlindungan katodik semacam itu
Besi timah hanya terbatas karena banyak unsur makanan seperti organik
Asam dapat dikombinasikan dengan Sn
++
untuk membentuk kompleks timah yang larut, sehingga menurunkan
aktivitas ion stannous. Polaritas pasangan Fe - Sn bisa membalik di bawah ini
kondisi.
Fe
++
+ Sn = Sn
++
+ Fe
Polaritas sel membalik ketika sel E = 0
log
Fe
Sn
bisa dihitung dan hasilnya jadi -10,30

Halaman 5
Kuliah 4: Seri EMF dan Galvanic dan Pasangan Bimetalik
Kursus Web NPTEL
5
Judul Kursus: Kemajuan dalam Teknik Korosi
Kursus Koordinator: Prof. KA Natarajan, IISc Bangalore
Rasio
Fe
Sn
harus <5 x 10
-11
agar kaleng menjadi lebih aktif dari pada besi.
Rasio di dalam kaleng harus sangat kecil agar terjadi pembalikan polaritas.
Ketidakmampuan korosi galvanik dalam kontak bimetalik dapat diprediksi oleh
EMF dan seri galvanik.
Sel Bimetalik dan Konsentrasi terutama bertanggung jawab atas korosi galvanik.
Contoh tipikal adalah mengeras besi di lingkungan yang lembab dimana oksigen
gradien konsentrasi ikut bermain.
Tingkat korosi galvanik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu jarak dan luas
efek . Tingkat korosi adalah yang tertinggi di dekat persimpangan kontak bimetal.
Efek samping mengacu pada rasio anodik terhadap daerah katodik dan katoda yang lebih besar
dalam kontak
dengan anoda kecil dianggap 'rasio daerah yang tidak menguntungkan'. Untuk arus yang
diberikan
Dalam sel galvanik, kerapatan arus lebih tinggi untuk elektroda yang lebih kecil daripada a
anoda yang lebih besar Kerapatan arus yang lebih tinggi menghasilkan tingkat korosi anodik
yang lebih tinggi.
Contoh menunjukkan efek area:
Sebuah. Pelat tembaga (katoda besar) dihubungkan oleh paku keling baja (anoda yang lebih
kecil)
terkena air laut
b. Pelat baja (anoda lebih besar) dihubungkan dengan paku keling tembaga (katoda kecil)
terkena air laut
Kasus (a) mewakili efek daerah yang tidak menguntungkan yang menyebabkan korosi baja yang
parah
paku keling Kasus (b) mewakili efek area yang menguntungkan. Anoda yang lebih besar dan
katoda yang lebih kecil
menghasilkan korosi galvanik yang tidak berarti.
Sebuah representasi grafis dari efek area berkenaan dengan laju korosi anodik
diilustrasikan pada Gambar 4.1.

Halaman 6
Kuliah 4: Seri EMF dan Galvanic dan Pasangan Bimetalik
Kursus Web NPTEL
6
Judul Kursus: Kemajuan dalam Teknik Korosi
Kursus Koordinator: Prof. KA Natarajan, IISc Bangalore
Gambar 4.1 Representasi grafis dari efek area
Galvanisasi baja untuk proteksi korosi adalah contoh korosi klasik
perlindungan melalui metode galvanik (pengorbanan) yang tepat.
Seng anodik menjadi besi dan karenanya korosi menjauh melindungi logam dasar baja
permukaan.
Pertimbangkan permukaan baja berlapis seng seragam yang terkena lingkungan yang korosif.
Bahkan jika bagian dari lapisan seng dilipat, baja dasar tetap ada
terlindung! (Karena efek area yang menguntungkan). Lihat Gambar 4.2.

Halaman 7
Kuliah 4: Seri EMF dan Galvanic dan Pasangan Bimetalik
Kursus Web NPTEL
7
Judul Kursus: Kemajuan dalam Teknik Korosi
Kursus Koordinator: Prof. KA Natarajan, IISc Bangalore
Gambar 4.2 Representasi bergambar permukaan baja berlapis seng dalam lingkungan korosif
Semua lapisan memiliki cacat berupa lubang jarum dan kerusakan mekanis. Korosi
dari baja dapat terkonsentrasi pada cacat pelapis (anoda kecil). Misalnya, di a
struktur baja karbon (anoda) yang memiliki kontak dengan baja tahan karat (katoda), permukaan
Lapisan hanya baja karbon bisa menyebabkan korosi akibat bencana
efek area yang tidak menguntungkan. Alternatif terbaik kemudian, jika salah satu dari dua
berbeda
logam (paduan) kontak harus dilapisi, yang lebih mulia harus dilapisi (atau
dilukis).
Faktor berikut perlu dipertimbangkan untuk pencegahan korosi galvanik.
a) Pilih kombinasi sedekat mungkin dalam rangkaian galvanik.
b) Hindari efek area yang tidak menguntungkan.
c) Mengisolasi kontak logam yang berbeda.
Arus korosi dapat dihasilkan karena beberapa alasan logam dan logam
paduan, yaitu
a) Kotoran
b) orientasi butir dan batas butir
c) perlakuan termal diferensial
d) Permukaan kekasaran.
e) Elemen penggabungan (kuningan, Zn corrodes berkenaan dengan Cu)
f) cacat logam
g) Strain / stress

Halaman 8
Kuliah 4: Seri EMF dan Galvanic dan Pasangan Bimetalik
Kursus Web NPTEL
8
Judul Kursus: Kemajuan dalam Teknik Korosi
Kursus Koordinator: Prof. KA Natarajan, IISc Bangalore
Gambar 4.3 Potensi elektroda beberapa logam dan zat pereduksi pengurang
Sehubungan dengan pengaturan potensi elektroda untuk logam pada logam
tangan dan zat pengoksidasi dan pereduksi lainnya di sisi lain, itu menjadi
mudah untuk memprediksi pengoksidasi relatif atau mengurangi kekuatan berbagai reagen
dengan
terhadap reaksi logam / logam ion yang diinginkan (Gambar 4.3). Berbagai pilihan
Spesies pengoksidasi kuat tersedia untuk oksidasi sebagian besar logam
Kecuali mungkin logam mulia seperti emas dan platinum. Demikian pula,
mengurangi daya hidrogen sehubungan dengan presipitasi ion logam juga bisa
diramalkan. Namun, mungkin diingat bahwa tidak semua ekuilibrium selalu terjadi
mengoksidasi atau mengurangi. Pengaruh pH dan tekanan parsial gas pada
oxidisability dan reducibility perlu dipertimbangkan.
KOROSI GALVANIK

Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektro kimia dengan
lingkungannya. Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah
dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau
dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya
sehingga memperlambat proses perusakannya. Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi
merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam
berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai
penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi
adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion
dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi
reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan menangkap
elektronelektron yang tertinggal pada logam.

Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan


logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan
logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang
paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan
demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian. Korosi logam melibatkan proses
anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan elektron ke dalam
(permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut dengan
laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen
dari lingkungan sekitarnya.

Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab, misalnya proses reaksinya
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Anode {Fe(s)→ Fe2+(aq)+ 2 e} x 2
Katode O2(g)+ 4H+(aq)+ 4 e → 2 H2O(l) +
Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l)
Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi,
yaitu :
O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq)

Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini
sehingga sulit berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini segera
ditangkap oleh garam kompleks hexasianoferat (II) membentuk senyawa kompleks
stabil biru. Lingkungan basa tersedia karena kompleks kalium heksasianoferat (III).
Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan senyawa besi
(III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara maupun
air. Tetapi meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif
ketimbang besi, namun proses korosi lanjut menjadi terhambatkarena hasil oksidasi
Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi
dari kontak dengan udara luar.

Faktor yang mempengaruhi korosi :


- Jenis dan konsentrasi elektrolit
- Adanya oksigen terlarut pada elektrolit
- Temperatur tinggi
- Kecepatan gerakan elektrolit
- Jenis logam/paduan
- Adanya galvanic cells
- Adanya tegangan (tarik)

Korosi galvanik atau Galvanic Corrosion adalah jenis korosi yang terjadi
ketika dua buah logam atau paduan yang berbeda, saling kontak atau bersentuhan
dalam suatu larutan elektrolit. Elektrolit dapat berupa larutan air garam, asam atau
basa.
Proses korosi ini melibatkan reaksi elektrokimia oksidasi-reduksi (redoks).
Kedua logam yang berada dalam larutan elektrolit akan membentuk sebuah sel
galvanik. Logam yang memiliki nilai potensial elektroda yang lebih rendah yaitu logam
dengan posisi lebih tinggi dalam daftar seri Elektrokimia akan menghasilkan reaksi
anodik atau oksidasi, sedangkan logam yang memiliki nilai potensial elektroda lebih
tinggi atau lebih mulia akan menghasilkan reaksi katodik atau reduksi pada
permukaannya.Perbedaan potensial elektroda antara kedua logam yang membentuk
sel gavanik merupakan penentu daya dorong untuk terjadinya korosi.

Skematika Mekanisme Korosi Galvanik.


Gambar di atas menunjukkan mekanisme reaksi yang terjadi pada korosi
galvanik yang terbentuk oleh adanya hubungan antara dua logam yang memiliki
potensial berbeda. Kedua logam membentuk sel galvanik, dan logam yang memiliki
potensial lebih rendah akan menjadi anoda dan terkorosi, sedangkan logam yang
memiliki potensial lebih tinggi akan berlaku sebagai katoda dan tidak terkorosi.

Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan
berada di lingkungan korosif saat terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang
berbeda potensial tersebut akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua
logam. sehingga Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi, sedangkan
logam lainnya akan terlindungi dari serangan korosi. Korosi galvanik terjadi apabila
berada dalam lingkungan lembab dan ada cairan elektrolit. Jika tembaga dan besi
diletakkan pada daerah lembab dan ada elektrolit, maka akan terjadi aliran arus dari
besi ke tembaga. Dalam hal ini korosi galvanik telah berlangsung, logam yang kurang
mulia akan menjadi anoda karbon.

Korosi galvanik disebut juga sebagai korosi logam tak sejenis atau korosi
dwilogam. Korosi ini terjadi jika 2 buah logam atau logam paduan yang berbeda dalam
suatu lingkungan yang sama dan saling berhubungan. Hal ini terjadi karena dihasilkan
suatu beda potensial diantara logam tesebut. Prinsip korosi galvanik sama dengan
prinsip elektrokimia yaitu terdapat elektroda (katoda dan anoda), elektrolit dan arus
listrik. Logam yang berfungsi sebagai anoda adalah logam yang sebelum dihubungkan
bersifat lebih aktif atau mempunyai potensial korosi lebih negatif. Pada anoda akan
terjadi reaksi oksidasi atau reaksi pelarutan sedangkan pada katoda terjadi reaksi
reduksi logam atau tidak terjadi reaksi apa-apa dengan cara proteksi katodik.

Proses tejadinya korosi galvanik

Logam yang mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih
rendah dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial
yang lebih tinggi. Contoh korosi galvanik misalnya pada seng terjadi akibat perbedaan
potensial lokal yang dimilikinya. Perbedaan potensial tersebut dapat berasal dari fasa –
fasa, batas – batas butir, impurity dan bagian – bagian lain. Dengan demikian akan
terbentuk suatu anoda dan katoda lokal pada permukaan logam tersebut. Selanjutnya
terjadi aliran elektron dari anoda ke katoda yan dimiliki oleh oksidasi dari anoda lokal.
Pada keadaan tertentu, misalnya seng tercelup dalam larutan asam klorida pekat, Zn
akan terkorosi maka terus sampai habis. Korosi galvanic corrosion dipengaruhi oleh,
lingkungan, jarak, area/luas

Masalah korosi galvanik di mulai pada saat perencanaan. Kadang-kadang


penggabungan dua logam yang berbeda terpaksa tidak dapat di hindari. Untuk
mendapatkan gambaran logam-logam atau paduan-paduan yang dapat di gabungkan
untuk meminimumkan terjadinya serangan korosi galvanik, sebagai langkah awal
biasanya di perhatikan deret galvanik.

Deret galvanik adalah daftar potensial korosi dari berbagai logam dan paduan
yang terekspose ke dalam lingkungan yang spesifik. Potensial korosi dapat di ukur
ddengan bantuan elektroda standar (acuan). tabel I menunjukkan deret galvanik dari
logam dan paduan di dalam air laut. Logam dengan potensial yang lebih positif
biasanya di sebut lebih nobel dan akan bersifat lebih katodik bila di hubungkan dengan
logam yang potensial korosinya lebih negatif yang di sebut lebih aktif. Logam atau
paduan yang paling aktif selalu akan bersifat anodik bila kontak listrik dengan logam
atau paduan lainnya. Pemilihan paduan dengan perbedaan potensial korosi yang
minimum akan meminimumkan korosi galvanik. Sebagai contoh korosi galvanik akan
nyata (significant) bila beda potensial korosi antara dua logam yang di hubungkan
adalah sebesar 250 mV atau lebih. Deret galvanik hanya memberikan informasi
kecenderungan korosi galvanik dan tidak memberikan informasi tenyang laju
serangannya. Hal yang menarik dari deret galvanik adalah tanda kurung (bracket) yang
mengelompokkan logam atau paduan. Material dalam kelompok ini mempunyai
ketahanan yang hampir sama khususnya karena kompossi dasar materialnya sama,
misalnya tembaga dan paduan tembaga. Pengelompokkan tersebut menunjukkan pada
penerapan praktisnya, bahaya korosi galvanik kecil bila logam atau paduan dalam satu
kelompok di hubungkan satu dengan lainnya.

Pada kenyataannya, tergantung dari geometri benda kerja, ketahanan


lingkungan, sifat pasivasi dari kedua material yang di hubungkan serta nisbah antar
luas permukaan material –material yang di hubungkan secara galvanik, distribusi
potensial korosi setempat pada permukaan logam akan bervariasi dari ujung logam
yang satu ke ujung logm yang lain. Distribusi tersebut mengakibatkan distribusi laju
korosi setempat yang tidak merata.
Sifat korosi galvanik telah di lakukan secara luas untuk melindungi struktur
logam. Sebagai contoh struktur baja di hubungkan dengan logam seng yang berfungsi
sebagai anoda yang di korbankan (anoda tumbal). Laju korosi baja sangat menurun
karena potensial antar muka baja terpolarisasi katodik sehingga mendekati daerah
immunnya.. sebagaimana halnya korosi galvanik, potensial antar muka setempat pada
permukaan struktur yang di lindungi oleh terdistribusi secara tidak merata. Semakin
jauh jarak lokasi pada permukaan struktur yang di lindungi dari anoda tumbal, semakin
rendah erus proteksi yang dapat menjangkau lokasi tersebut. Oleh karena itu sebaran
potensial antar muka akan menentukan letak anoda-anoda korban yang harus di
pasang.
Tabel I. Deret galvanik untuk beberapa logam dah paduan
Platinum
Gold
Graphite
Noble or cathodic Titanium
Silver
Chlorimet 3 (62 Ni, 18 Cr, 18 Mo)
Hastelloy C (62 Ni, 17 Cr, 15 Mo)
18.8 Mo stainless steel (passive)
18.8 Stainless steel (passive)
Chromium stainless steel 11.30 % Cr (passive)
Inconel (passive) (80 Ni,13 Cr, 7 Fe)
Nickel (passive)
Silver solder
Monel (70 Ni, 30Cu)
Cupronickels 60-90 Cu, 40-10 Ni)
Bronzes (Cu, Sn)
Copper
Brasses (Cu, Zn)
Chlorimer 2 (66 Ni, 32 Mo, 1 Fe)
Hastelloy B (60 Ni, 30 Mo, 6 Fe, 1 Mn)
Inconel (active)
Nickel (active0
Tio
Lead
Lead-tin solders
18.8 Mo stainless steel (active)
18.8 stainless steel (active)
Ni resist (high Ni cast iron)
Chromium stainless steel, 13% Cr (active)
Cast iron
Steel or iron
2024 aluminum (4.5 Cu, 1.5 Mg, 0.6 Mn)
Active or anodic Cadmium
Commercially pure aluminum (1100)
Zinc
Magnesium and magnesium alloys

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi korosi galvanik yaitu diantaranya:


1. Lingkungan
tingkatan korosi galvanik tergantung pada keagresifan dari lingkungannya. Pada
umumnya logam dengan ketahanan korosi yang lebih rendah dalam suatu lingkungan
berfungsi sebagai anoda. Biasanya baja dan seng keduanya akan terkorosi akan tetapi
jika keduanya dihubungkan maka Zn akan terkorosi sedangkan baja akan terlindungi.
Pada kondisi khusus, sebagai contoh dalam lingkungan air dengan temperature 180 oF,
terjadi hal sebaliknya yaitu baja mengalami korosi sedangkan Zn terlindungi. Rupanya
dalam kasus ini produk korosi pada Zn bertindak sebagai permukaan yang lebih mulia
terhadap baja. Menurut Haney, Zn menjadi kurang aktif dan potensialnya menjadi
kebalikannya jika ada ion-ion penghalang seperti nitrat, bikarbonat atau karbonat dalam
air.

Berdasarkan dibeberapa macam kondisi lingkungan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :


1. Zn bersifat anodik terhadap baja pada semua kondisi
2. Al sifatnya bervariasi
3. Sn selalu bersifat sebagai katodik
4. Ni selalu bersifat sebagai katodik
Korosi galvanik tidak terjadi jika kedua logam benar-benar kering karena tidak
ada elektrolit yang memindahkan arus dintara anoda dan katoda.

2. Jarak
laju korosi pada umumnya paling besar pada daerah dekat pertemuan kedua logam.
Laju korosi berkurang dengan makin bertambahnya jarak dari pertemuan kedua logam
tersebut. Pengaruh jarak ini tergantung pada konduktivitas larutan dan korosi galvanik
dapat diketahui dengan adanya serangan korosi lokal pada daerah dekat pertemuan
logam.

3. Luas penampang
yang dimaksud dengan luas penampang elektroda terhadap korosi galvanik adalah
pengaruh perbandingan luas penampang katodik terhadap anodik. Jika luas
penampang katodik jauh lebih besar dari pada katoda. Makin besar rapat arus pada
daerah anoda mengakibatkan laju korosi makin cepat pula. Korosi di daerah anodik
akan menjadi 100-1000 kali lebih besar jika dibandingkan dengan keseimbangan luas
penampang anodik dan katodik.

Contoh lain luas penampang elektroda adalah ratusan tangki penyimpanan yang besar
dipasang pada bagian utama pabrik yang mengalami program ekspansi. Tangki-tangki
yang pertama digunakan adalah terbuat dari baja karbon dan permukaan dalamnya
dilapisi atau dilindungi oleh cat phenolik. Tangki-tangki ini dapat digunakan dengan baik
untuk beberapa tahun. Akan tetapi lama kelamaan lapisan cat bagian bawah rusak dan
menyebabkan terjadinya kontaminasi. Oleh karena itu tangki-tangki yang baru, bagian
bawahnya dilengkapi dengan stainless steel yang melindungi baja karbon (stainless
steel-clad carbon steel) untuk pemakaian yang lebih baik dan mengurangi biaya
perawatan. Kemudian cat pelapis pheonik juga diberikan diseluruh permukaan-
permukaan dinding tangki sedangkan bagian bawah tangki yang dilapisi stainless steel
tidak diberi lapisan cat karena mempunyai sifat ketahanan korosi yang baik. Namun
setelah beberapa bulan dioperasikan, mulai terlihat adanya kebocoran di dinding tangki
yaitu di atas penyambung logam/las-lasnya.

JENIS-JENIS KOROSI GALVANIK

Korosi Galvanik Sistem Besi-Seng.

Potensial elektroda standar dari logam seng adalah: E 0Zn = -0,763 V, dan
potensial logam besi adalah E0Fe = -0,44 V. Sehingga perbedaan potensial keduanya
adalah E0Fe – E0Zn = 0,323 V.
Diketahui bahwa potensial Zn lebih rendah daripada potensial Fe, oleh karena
itu, Zn larut dalam elektrolit menurut reaksi anodik sebagai berikut:
Zn = Zn2+ + 2e-
System galvanik ini menyebabkan seng terkorosi dengan melepaskan elektron.
Elektron mengalir dari daerah anoda seng ke katoda besi. Kemudian dipermukaan
katoda besi, elektron ini habis digunakan dalam reaksi katodik seperti berikut:
H+ + e- = H

Korosi Galvanik Sistem Besi-Tembaga

Potensial elektroda standar logam besi adalah: E0Fe= -0.44 V, dan potensial logam
tembaga adalah E0Cu = 0,337 V. Sehingga perbedaan potensial kedua logam tersebut
adalah: E0Cu – E0Fe = 0,777 V.
diketahui bahwa Potensial besi Fe lebih rendah dari pada potensial tembaga, oleh
karena itu pada permukaan logam besi terjadi reaksi anodic, Fe larut dalam sistem
berikut:
Fe = Fe2+ + 2e-
Sel gavanik ini menyebabkan logam besi, Fe terkorosi. Pada permukaan tembaga
terjadi reaksi katodik antara elektron dengan ion hidrogen sesuai reaksi berikut:
H+ + e- = H.
Katoda akan terpolarisasi oleh kehadiran ion-ion hydrogen yang menghasilkan lapisan
film dan menutupi permukaan katoda. Lapisan film yang terbentuk ini mempengaruhi
kinetika atau kecepatan korosi berikutnya. Reaksi katodik menjadi lambat.
Reaksi antara electron dengan ion hydrogen yang terlarutpun menjadi lebih lambat.
Melambatnya reaksi katodik menyebabkan melambatnya reaksi
Pada larutan elektrolit yang memiliki konsentrasi ion hidrogen tinggi seperti larutan
asam, maka ion hidrogen akan teradsorpsi pada permukaan katoda dan membentuk
gas hidrogen yang meninggalkan permukaan katoda, sesuai dengan reaksi berikut:
2H = H2.
Reaksi ini mampu menyebabkan terjadinya korosi yang berkelanjutan. Reaksi
pembentukan gas hydrogen, H2 di katodik berjalan terus akan diikuti dengan reaksi
pelepasan ion logam di daerah anoda. Sehingga jika reaksi pembentukan gas hidrogen
terjadi, maka korosi terjadi.
Pada umumnya Larutan air adalah teraerasi atau mengandung oksigen terlarut, oleh
karenanya, ion hidrogen yang terbentuk pada permukaan katoda bereaksi dengan
oksigen sesuai reaksi berikut:
1/2O2 + 2H = H2O.
Kinetika untuk reaksi ini sangat ditentukan oleh laju difusi oksigen ke permukaan
katodik. Selama katoda menghasilkan reaksi ini, maka reaksi pelarutan logan di anoda
juga terjadi.

PENCEGAHAN KOROSI GALVANIK

Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari,
namun dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan
mencegah dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur
produktif peralatan elektronik dalam rumah tangga atau kegiatan industri menjadi
panjang sesuai dengan yang direncanakan, bahkan dapat diperpanjang untuk
memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi. Upaya penanganan korosi diharapkan
dapat banyak menghemat biaya opersional, sehingga berpengaruh terhadap efisiensi
dalam suatu kegiatan industry serta menghemat anggaran pembelanjaan rumah
tangga.
Adapun cara penanggulangan korosi galvanic yaitu:
a) Menghindari kontak logam yang berbeda (logamnya harus sama)
b) Mencegah kontak listrik antara 2 komponen logam
c) Penggunaan pengaruh luas permukaan
d) Menghindari daerah yang basah pada logam
e) Merancang dengan baik agar dapat mengganti bagian-bagian anoda yang rusak
dengan menggunakan bahan-bahan yang siap pakai atau buatlah anodik yang lebih
tebal agar lebih tahan lama.
f) Menambahkan inhibitor untuk mengurangi keagresifan lingkungan.
Inhibitor merupakan perlakuan kimia untuk perlindungan korosi pada bagian logam
yang berhubungan langsung dengan lingkungan korosif dengan menambah zat
penghalang korosi. Inhibitor ditambahkan dalam lingkungan dalam jumlah sedikit, yaitu
dalam satuan ppm, yang umumnya 10-100 ppm. Inhibitor berasal dari kata inhibisi yang
berarti menghambat. Adapun pembagian inhibitor sebagai berikut:
· Interfasa inhibisi: interaksi inhibitor dengan permukaan logam dengan membentuk
lapisan tipis
· Intrafasa inhibisi: penurunan tingkat korosifitas lingkungan, misal pengurangan kadar
O2 dan pengaturan pH.

Jenis/mekanisme inhibitor terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:


Ø Physical inhibitor: molekul inhibitor secara fisik teradsorbsi ke permukaan material atau
senya organik yang mengabsorbi permukaan logam dan menekan kelarutan logam
serta mengurangi reaksinya
Ø Passivator (anodic. Inh) : membentuk lapisan pasif pada permukaan material, sehingga
memperlambat reaksi anodik, contohnya kromat, serta membantu memperbaiki lapisan
film ddengan membentuk senyawa passivator.
Ø Precipitation inhibitor (cath. Inh): memperlambat reaksi katodik dengan mengubah
potensial ke arah negatif, contohnya fosfat dan silikat dengan meningkatkan polarisasi
anodik/katodik dan mengurangi difusi ion di permukaan logam
Ø Destimulator: menurunkan kadar O2 pada lingkungan (oxygen scravanger), contohnya
pada reaksi hydrazine O2 + N2H2 --> 2H2O + N2
g) Menghindarkan terjadinya hubungan galvanik logam, hal ini dapat dilakukan dengan
cara memilih material yang memiliki potensial yang ridak jauh berbeda (berdekatan
pada galvanik series) pada saat perencanaan. Mengotrol anoda, apabila hubungan
galvanik tidak dapat dihindarkan maka logam yang menjadi daerah anoda hendaknya
diperluas/dibuat lebih tebal. Secara ekonomi akan lebih baik lagi melakukan dengan
membuat anoda menjadi bagian yang mudah diganti. Dalam kontrol korosi, memilih
logam atau paduan sedimikian sehingga pertukaran ion dengan lingkungannya tidak
berlangsung dengan cepat atau dengan kata lain memilih logam atau paduannya yang
perbedaan potensialnya dengan lingkungannya tidak terlalu besar. Faktor-faktor yang
sering diperhitungkan dalam proses pemilihan material antara lain:
· Memiliki ketahanan korosi yang lebih tinggi di suatu media tertentu yang mana pada
deret galvanik berada pada daerah noble atau katodik.
· Persyaratan umur komponen
· Variasi sifat
· Perubahan karakteristik logam akibat proses pengerjaan atau selam terkena kondisi
operasi tertentu
Pemilihan material dipertimbangkan juga dalam perannya sebagai pelapis permukaan
luar (coating) maupun sebagai pelapis permukaan dalam (lining).

h) Menghindarkan terjadinya cacat lapisan, pada pelapisan logam hubungan galvanik


akan terjadi apabila lapisannya pecah, oleh karena itu pada saat proses pelapisan
dilakukan harus dihindarkan terjadinya cacat pelapisan yang dapat menjadi anoda yang
sangat kecil.
Pelapisan (coating) berfungsi seperti “kosmetik” yang mencegah logam mengadakan
kontak langsung dengan lingkungannya yang korosif sehingga dapat melindungi logam
dari korosi. Pada dasarnya pelapis dibagi menjadi dua:
· Physical drying: proses pengeringan secara alami
· Chemical curing: proses pengeringan secara kimia yang prosesnya terbagi atas reaksi
dengan oksigen, reaksi antara komponen perekant serta zat pewarna dan pelarut, dan
reaksi dengan karbondioksida dalam udara
Pada pelapis terdapat jenis pelapis epoksi yang merupakan jenis polimer tipe termoset.
Pelapis epoksi terdiri dari dua bagian yang pertama berisikan resin epoksi, pigmen dan
beberapa pelarut, dan bagian kedua adalah kopolimer agen pengeras yang dapat
berupa polyamine, amine product, dan polyadine.
Electromotive Force Series (Seri EMF)
Definisi - Apa itu Electromotive Force Series (Seri EMF) ?

Seri gaya gerak listrik (EMF series) adalah peringkat logam berkenaan dengan reaktivitas yang
melekat. Logam yang berada di puncak seri dianggap paling mulia, dengan tingkat potensi
elektrokimia positif tertinggi. Logam yang dapat ditemukan di bagian bawah adalah yang paling
aktif dan mengandung jumlah potensial elektrokimia negatif tertinggi.

Seri ini sangat membantu dalam menentukan kecenderungan logam untuk melepaskan energi
dan korosi.

Corrosionpedia menjelaskan Electromotive Force Series (EMF Series)

Rangking material sesuai dengan potensi dapat dilihat pada seri EMF atau galvanik. Misalnya,
mereka yang memiliki nilai EMF lebih tinggi termasuk emas, tembaga dan platinum. Bahan
yang memiliki EMF rendah meliputi seng dan magnesium. Nilai EMF ini telah dihitung sesuai
untuk kasus standar, namun urutannya mungkin berbeda sesuai dengan lingkungan. Logam
seperti aluminium dan titanium dapat membangun lapisan oksida yang sangat protektif pada
suhu kamar.

Ada potensi yang berbeda dalam situasi di mana dua logam digunakan dalam lingkungan
tunggal. Jika logam-logam ini dihubungkan secara elektrik atau bersentuhan satu sama lain,
sejumlah perbedaan potensial dapat menyebabkan aliran elektron di antara logam. Logam yang
lebih mulia adalah, yang kurang tahan terhadap korosi. Hal ini menyebabkan meningkatnya
kadar korosi material yang anodik dan kurang menyerang material katodik. Pengetahuan tentang
rangkaian gaya elektromagnetik membantu dalam memahami korosi dan bagaimana hal itu dapat
dikurangi atau dicegah.

Seri EMF bisa sangat berguna dalam mengevaluasi kemungkinan terjadinya korosi galvanik.
Adalah penting bahwa nilai akurat digunakan atau diidentifikasi untuk suhu dan larutan yang
tepat. Intinya, luas relatif anoda dibandingkan dengan katoda sangat mempengaruhi laju korosi.
Bagian katoda yang lebih besar dalam kaitannya dengan daerah anodik, semakin cepat laju
korosi. Misalnya, baut yang terbuat dari baja yang ditempatkan melalui lembaran tembaga yang
lebih mulia akan menimbulkan korosi lebih cepat dari pada lembaran tembaga di lingkungan
yang identik. Jadi, prinsipnya adalah korosi galvanik dapat terjadi ketika dua paduan atau logam
saling bersentuhan dalam elektrolit. Antara keduanya, logam yang kurang mulia akan mengalami
korosi.

Anda mungkin juga menyukai