LP Tu Abdomen
LP Tu Abdomen
LP Tu Abdomen
TUMOR ABDOMEN
Disusun Oleh:
Luluk Wulandari
170070301111080
Kelompok 2A
Oleh :
Luluk Wulandari
NIM. 170070301111080
( ) ( )
TUMOR ABDOMEN
1. DEFINISI
a. Tumor adalah merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terorganisasi dengan
jaringan di sekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh (Sjamsuhidayat, 2010)
b. Tumor abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang
berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi
dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal,
sehingga sel tersebut berada dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya
(Corwin, 2009).
3 Limfoma Abdomen
Limfoma abdomen dapat timbul dari kelenjar getah bening di hati, limpa dan
usus. Apabila timbul di hati atau limpa akan menyebabkan hepatomegali atau
splenomegali atau keduanya. Tetapi bila timbulnya di usus, maka massa tumor
dapat menyebabkan obstruksi usus atau sebagai leading point untuk terjadinya
intususepsi. Gejala yang dapat timbul ialah nyeri disertai pembengkakan perut
dan perubahan kebiasaan buang air besar serta gejala obstruksi usus serta
mual dan muntah. Perdarahan saluran cerna jarang terjadi apalagi perforasi
usus.
4 Teratoma
Tumor yang berasal dari sel germinativum ini dapat timbul di mana–mana.
Tumor yang asalnya dari rongga abdomen hanya sekitar 1-2% dan biasanya
letaknya retroperitoneal. Kira-kira 29% teratoma berasal dari ovarium. Teratoma
retroperitoneal harus dibedakan dengan tumor Wilms, neuroblastoma atau
rhabdomiosarkoma.
5 Rhabdomiosarkoma
Tumor ini berasal dari rongga pelvis, tetapi bila sudah besar dapat mendesak
ke rongga abdomen.Tumor ini dapat memberikan gejala hematuria, sekret
berdarah ataupun obstruksi saluran kemih.
3. MANIFESTASI KLINIS
Terdapat beberapa manifestasi akibat tumor di intra abdomen menurut (),
diantaranya:
1) Nyeri Perut
a. Nyeri Viseral
Terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga
perut. Peritonium visceral yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh
sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap rabaan atau pemotongan.
Akan tetapi bila dilakukan regangan organ atau terjadi kontraksi yang
berlebihan pada otot yang menyebabkan iskhemia akan timbul nyeri.
Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri. Nyeri
visceral disebut juga sebagai nyeri sentral. Penderita memperlihatkan pola
yang khas sesuai dengan persarafan organ embrional yang terlibat meliputi:
- Saluran cerna yang berasal dari usus depan (foregut) menyebabkan
nyeri di ulu hati atau epgastrium.
- Saluran cerna yang berasal dari usus tengah (midgut) menyebabkan
nyeri di sekitar umbilikus.
- Bagian saluran cerna yang berasal dari usus belakang (hindgut)
menyebabkan nyeri di perut bagian bawah.
b. Nyeri Somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi
oleh saraf tepi, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakan seperti ditusuk
atau disayat, dan pasien dapat menunjukkan secara tepat letaknya dengan
jari. Rangsang yang menimbulkan nyeri ini berupa rabaan, tekanan,
rangsang kimiawi atau proses radang.
Gesekan antara visera yang meradang menimbulkan rangsang
peritoneum dan menyebabkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun
gesekan antar kedua peritoneum menyebabkan perubahan intensitas nyeri.
Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pada apendisitis akut.
4. PATOFISIOLOGI
(terlampir)
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Prosedur diagnostik yang biasa dilakuakan dalam mengevakluasi malignansi di
intra abdomen menurut Williams & Wilkins (2012) meliputi:
a. Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang dibentuk
oleh tumor atau oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.
b. Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan
gambatan berbagai struktur tubuh.
c. CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai susunan lapisan
jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang.
d. Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan antar
jaringan; dapat, mencakup penggunaan bahan kontras.
e. Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima,
digunkan untuk mengkaji jarinagn yang dalam di dalam tubuh.
f. Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran denagan memasukan suatu
ke dalam rongga tubuh atau ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya biopsy
jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.
g. Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan radiosisotope yang
diikuti dengan pencitraan yang menkadi yempat berkumpulnya radioisotope.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terdapat beberapa penatalaksaan medis yang digunakan untuk meminimalisir
perkembangan tumor intraabdomen menurut Williams & Wilkins (2012), yaitu:
a. Pembedahan
Modalitas penanganan utama, proses pembedahan yang dilakukan berupa
laparotomy. Laparotomi adalah prosedur yang membuat irisan vertikal besar
pada dinding perut ke dalam rongga perut. Jenis laparotomy yang dilakukan
biasanya gasterektoni subtotal atau total,dan digunakan untuk baik pengobatan
maupun paliasi.
b. Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh
harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah
pasien harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan
dengan tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran
anastomoisis.
c. Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam
pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel
tumor. Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi
yaitu energy tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
d. Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi
tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan
terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan
fraksi pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
e. Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatankeempat untuk
kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM)
berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon,
interleukin
7. KOMPLIKASI
Terdapat beberapa komplikasi yang berkaitan dengan tindakan menurut Sujono
(2011), yaitu:
a. Stitch Abscess : biasanya muncul pada hari ke-10 pasca operasi atau bisa juga
sebelumnya, sebelum jahitan insisi tersebut diangkat. Abses ini dapat
superfisial atau lebih dalam. Jika dalam ia dapat berupa massa yang teraba
dibawah luka, dan terasa nyeri jika diraba.
b. Infeksi Luka Operasi : biasanya jahitan akan terkubur didalam kulit sebagai
hasil dari edema dan proses inflamasi sekitarnya. Infeksi luka sering muncul
pada 36-46 jam pasca operasi. Penyebabnya dapat berupa Staphylococcus
aureus, E. Colli, Streptococcus faecalis, Bacteroides. Pasien biasanya akan
mengalami demam, sakit kepala, anorexia dan malaise.
c. Gas Gangrene : biasanya berupa rasa nyeri yang sangat pada luka operasi,
biasanya 12-72 jam pasca operasi, peningkatan temperature (39-41°C),
takikardia, dan syok yang berat.
d. Hematoma :kejadian ini kira-kira 2% dari komplikasi operasi. Keadaan ini
biasanya hilang dengan sendirinya.
e. Keloid Scar: penyebab dari keadaan ini hingga kini tidak diketahui, hanya
memang sebagian orang mempunyai kecenderungan untuk mengalami hal ini
lebih dari orang lain.
f. Abdominal Wound Disruption and Evisceration : disrupsi ini dapat partial
ataupun total. Insidensinya sendiri bervariasi antara 0% sampai 3% dan
biasanya lebih umum terjadi pada pasien lebih dari 60 tahun. Jika dilihat dari
jenis kelamin, perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 4: 1.
B. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
b. Nyeri (akut) b/d proses penyakit
c. Resiko tinggi terhadap diare b.d mekanisme koping yang tidak adekuat atau
stress
d. Kurang pengetahuan mengenai prognisis dan kebutuhan pengobatan.
Post operasi
a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
tindakan pembedahan.
b. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
d. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
e. Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta:
Aditya Media
Grace, Pierce A & Borley Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Surabaya: Erlangga
Sjamsuhidajat & de jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Sujono Riyadi, S. M. 2011. Buku Keperawatan Medikal Bedah.Pustaka Pelajar:
Yogyakarta
Williams & Wilkins. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC