Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan Pendahuluan Fekal

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL

A. PENGERTIAN
Eliminasi fekal merupakan proses eliminasi produk sisa yang
diekskresikan disebut sebagai feses atau tinja. Feses normal tersusun atas 75%
air dan 25% materi padat. Feses lunak tetapi memiliki bentuk. Apabila feses
didorong dengan sangat cepat di usus besar, tidak ada waktu untuk sebagian
besar air di dalam kime diserap kembali dan feses akan mengandung lebih
banyak cairan, mungkin sekitar 95% air. Feses normal memerlukan asupan
cairan normal, feses yang mengandung sedikit air mungkin keras dan sulit
dikeluarkan.

Ffeses

normalnya

berwarna

coklat,

faktor

lain

yang

mememngaruhi warna feses adalah kerja bakteri seperti Escherichia coli atau
Stafilokokus,

yang

normalnya

berada

di

dalam

usus

besar. Kerja

mikroorganisme pada kime juga menimbulkan bau feses. Eliminasi fekal


sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan. Saluran pencernaan
merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya
untuk diserap oleh tubuh dengan proses penernaan (pengunyahan, penelanan,
dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair dari mulut sampai anus. Organ
utama yang berperan dalam eliminasi fekal adalah usus besar. Usus besar
memiliki beberapa fungsi utama yaitu mengabsorpsi cairan dan elektrolit,
proteksi atau perlindungan dengan mensekresikan mukus yang akan
melindungi dinding usus dari trauma oleh feses dan aktivitas bakteri,
mengantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan berkontraksi. Proses
eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat refleks ini
terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks defekasi timbul karena adanya
feses dalam rektum. (Kozier : 2010)

Faktor-faktor yang memengaruhi eliminasi fekal, yaitu :


a. Tingkat perkembangan

Pada bayi sistem pencernaannya belum sempurna. Sedangkan pada


lansia proses mekaniknya berkurang karena berkurangnya kemampuan
fisiologis sejumlah organ.
b. Diet
Ini bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Sebagai contoh, makanan berserat akan mempercepat
produksi feses. Secara fisiologis, banyaknya makanan yang masuk
kedalam tubuh juga berpengaruh terhadap keinginan defekasi.
c. Asupan Cairan
Asupan cairan yang kurang akan menyebabkan feses lebih keras. Ini
karena jumlah absorpsi cairan dikolon meningkat. Selain itu,
pengurangan asupan cairan memperlambat perjalanan kime di
sepanjang usus. Namun apabila kime bergerak dengan cepat secara
tidak normal di sepanjang usus besar, waktu penyerapan kembali cairan
ke dalam darah menjadi lebih singkat, akibatnya feses menjadi lunak
dan bahkan berair atau encer.
d. Tonos Otot
Tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas yang
cukup akan membantu defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan
materi feses bergerak disepanjang kolon.
e. Faktor psikologis
Perasaan cemas atau takut akan mempengaruhi peristaltik atau motilitas
usus sehingga dapat menyebabkan diare.
f. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dan
katartik dapat melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik. Akan
tetapi, jika digunakan dalam waktu lama, kedua obat tersebut dapat
menurunkan tonus usus sehingga usus menjadi kurang responsif
terhadap stimulus laksatif. Obat-obat lain yang dapat mengganggu pola
defekasi antara lain: analgesik narkotik,opiat, dan anti kolinergik.
g. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menyebabkan diare atau
konstipasi.
h. Gaya hidup
Aktivitas harian yang biasa dilakukan, bowel training pada saat kanakkanak, atau kebiasaan menahan buang air besar.
i. Posisi selama defekasi

Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi


tersebut

memungkinkan

individu

mengerahkan

tekanan

yang

terabdomen dan mengerutkan otot pahanya sehingga memudahkan


proses defekasi.
j. Kehamilan
Konstipasi adalah masalah umum ditemui pada trimester akhir
kehamilan . seiring bertambahnya usia kehamilan , ukuran janin dapat
menyebabkan obstruksi yang akan menghambat pengeluaran feses .
Akibatnya , ibu hamil sering kali mengalami hemoroid permanen
karena seringnya mengedan saat defekasi.
Beberapa masalah eliminasi fekal, yaitu :
a. Konstipasi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti
oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Konstipasi
dapat didefinisikan sebagai defekasi kurang dari tiga kali per minggu.
Konstipasi terjadi jika pergerakan feses di usus besar berjalan lambat,
seingga memungkinkan bertambahnya waktu reabsorpsi cairan di dalam
tubuh. Konstipasi mengakibatkan sulitnya pengeluaran feses dan
bertambahnyanupaya atau penekanan otot-otot volunter defekasi.
Konstipasi dibagi menjadi 2, yaitu konstipasi kolonik (keadaan individu
yang mengalami atau berisiko mengalami perlambatan pasase residu
makanan yang mengakibatkan feses kering dan keras) dan konstipasi
dirasakan (keadaan individu dalam menentukan sendiri penggunaan
laksantif, enema, atau supositoria untuk memastikan defekasi setiap
harinya). Risiko Konstipasi dapat terjadi apabila terdapat penurunan
frekuensi normal defekasi yang disertai dengan kesulitan atau pasase
feses tidak lampias dari/atau pasase feses yang keras,kering, dan
banyak.
b. Diare
Diare mrujuk pada pengeluaran feses encer dan peningkatan frekuensi
defekasi. Diare merupakan kondisi yang berlawanaan dengan konstipasi
dan terjadi akibat cepatnya pergerakan isi fekal di usus besar. Diare
terjadi karena kime bergerak dengan cepat secara tidak normal di

sepanjang usus besar, waktu penyerapan kembali cairan ke dalam darah


menjadi lebih singkat, akibatnya feses menjadi lunak dan bahkan berair
atau encer. (Kozier : 2010)
B. TANDA DAN GEJALA
1)

Konstipasi
Batasan Karakteristik :

Nyeri abdomen

Nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot

Nyeri tekan abdomen tanpa teraba resistensi otot

Anoreksia

Penampilan tidak khas pada lansia (mis : perubahan pada status


mental, inkontinensia urinarius, jatuh yang tidak penyebabnya,
peningkatan suhu tubuh)

Darah merah pada feses

Perubahan pada pola defekasi

Penurunan frekuensi

Penurunan volume feses

Distensi abdomen

Rasa rektal penuh

Rasa tekanan rektal

Keletihan umum

Feses keras dan berbentuk

Sakit kepala

Sering flatus

Mengenja pada saat defekasi

Peningkatan tekanan abdomen

Mual

Nyeri pada saat defekasi

Massa abdomen yang dapat diraba

Massa rektal yang dapat diraba

2) Diare
Batasan karakteristik :
Nyeri abdomen
Sedikitnya tiga kali defekasi per hari
Keram
rendah serat, asupan cairan kurang,
Penggunaan obat-obatan tertentu
DietBising
usus hiperaktif
kondisi psikis, kondisi metabolik, dan
(seperti, gol. Opiat)dan mengandung
Adapenyakit
dorongan.
(NANDA Internasional : 2012)
yang di derita
AL dan Ca

Absorbsi cairan dan elektrolit

Memperpanjang waktu transit di kolon

Memperpanjang waktu transit di kolon


karena absorbsi terus berlangsung

Memberi efek pada segmen usus

Feses mengeras

Kontraksi tidak mendorong

Gangguan defekasi

KONSTIPASI

Rangsangan refleks
penyebab rekto anal

C. POHON MASALAH

Relaksasi sfingter interna dan


eksterna

1) KONSTIPASI
Membran mukorektal

2) RISIKO
KONSTIPASI
dan muskulatur
tidak

Tekanan intra abdomen


meningkat

peka terhadap
rangsangan fekal
Diperlukan rangsangan
yang lebih kuat untuk
mendorong feses

Spasme setelah makan


nyeri kolik pada
abdomen bawah
Kolon kehilangan tonus

Tidak responsif terhadap


rangsangan normal

KONSTIPASI

RISIKO
KONSTIPASI

Faktor infeksi

Faktor
malabsorpsi
karbohidrat,
protein, lemak

Faktor
makanan
RISIKO
KONSTIPASI

Faktor
psikologi

3) DIARE

Masuk dan
berkembang
dalam usus

Hipersekresi
air dan
elektrolit
(meningkat isi
rongga usus)

Tekanan
osmotik
meningkat

Pergeseran air
dan elektrolit
ke rongga usus

DIARE

Toksin tak
dapat diserap

Hiperperistalti
k menurun
kesempatan
usus menyerap
makanan

Cemas

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mengkaji gangguan eliminasi
fekal pada pasien pasien, antara lain:
1. Anuskopi
2. Proktosigmoidoskopi
3. Rontgen dengan kontras
4. Pemeriksaan laboratorium
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian obat pencahar pada pasien konstipasi (sesuai dengan dosis) dan
2.
3.
4.
5.
6.

tidak boleh diberikan terlalu sering


Pemberian Huknah/lavement
Pemberian Glyserin spuit
Melatih bowel training
Evakuasi feses (mengeluarkan feses dengan jari)
Pemasangan dan perawatan kolostomi

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Pola Defekasi dan Keluhan Selama Defekasi
Pengkajian ini meliputi bagaimana pola defekasi dan keluhannya selama
defekasi. Secara normal, frekuensi buang air besar pada bayi sebanyak 4-6
kali/hari, sedangkan orang dewasa adalah 2-3 kali/hari dengan jumlah ratarata pembuangan per hari adalah 150 g.
2) Keadaan Feses
a. Riwayat keperawatan
a) Pola defekasi : Frekuensi , pernah berubah
b) Perilaku defekasi: Penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola
c) Deskripsi feses : Warna, bau, dan tekstur

d) Diet : Makanan memengaruhi defekasi,makanan biasa dimakan,


makanan yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak.
e) Cairan : Jumlah dan jenis minuman/hari
f) Aktivitas :Kegiatan sehari-hari , kegiatan yang spesifik yang
dilakukan
g) Penggunaan medikasi : Obat-obatan yang memengaruhi defekasi
h) Stress : stres yang berkepanjangan atau pendek, koping untuk
menghadapi atau bagaimana menerima
i) Pembedahan atau penyakit menetap
b. Faktor yang Memengaruhi Eliminasi Fekal
Faktor
yang
mempengaruhi
eliminasi

fekal

antara

lain

perilaku/kebiasaan defekasi, diet, makanan yang biasa dimakan,


makanan yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak, cairan,
aktivitas, kegiatan yang spesifik, penggunaan obat, kegiatan yang
spesifik, stres, pembedahan/penyakit menetap, dan lain-lain.
c. Pemeriksaan Fisik
a) Abdomen, pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang, hanya pada
bagian yang tampak saja.
1. Inspeksi :Amati abdomen untuk melihat bentuknya, simetrisitas,
adanya distensi, atau gerak peristaltik
2. Auskultasi : dengarkan bising usus, lalu perhatikan intensitas,
frekuensi dan kualitasnya.
3. Perkusi : lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya
distensi berupa cairan, massa, atau udara. Mulailah pada bagian
kanan atas dan seterusnya.
4. Palpasi : lakukan palpasi untuk mengetahui konstitensi abdomen
serta adanya nyeri tekan atau massa di permukaan abdomen.
b) Rektum dan anus, pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau
sims.
c) Feses, amati feses pasien dan catat konstitensi, bentuk bau, warna, dan
jumlahnya. (Alimul, Aziz : 2006)
Karakteristik Feses Normal dan Abnormal
Keadaan

Normal

Abnormal

Penyebab

Warna

Bayi : kuning

Putih,

Kurangnya

hitam/tar, atau kadar


merah

empedu,

perdarahan
saluran

cerna

bagian

atau

perdarahan
saluran
Dewasa : coklat
Bau

Pucat berlemak

dipengaruhi

bagian bawah
Malabsorpsi

lemak
dan Darah

Khas feses dan Amis

perubahan bau

cerna

dan

infeksi

Konsistensi

oleh makanan
Lunak
dan Cair

Diare

Bentuk

berbentuk
Sesuai diameter Keci,

absorpsi kurang
Obstruksi dan

rektum

peristaltik yang

Konstituen

bentuknya

dan

seperti pensil
cepat
Makanan yang Darah,
pus, Internal
tidak

dicerna, benda

bakteri
mati,

yang mukus,
lemak, cacing

pigmen

asing, bleeding,
atau infeksi, tertelan
benda,

iritasi,

atau inflamasi

empedu,
mukosa

usus,

air
d) Pemeriksaan Laboratorium
1. Analisis kandungan feses : untuk mengetahui kondisi patologis
seperti : tumor, perdarahan dan infeksi.
2. Tes Guaiak : pemeriksaan darah samar di feses yang mengitung
jumlah darah mikroskopik di dalam feses. (Wilkonson, Judith
M.:2009)
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi

a. Definisi
Penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan
atau pengeluaran tidak lengkap feses dan/atau pengeluaran feses yang
keras, kering, dan banyak
b. Batasan Karakteristik

Nyeri abdomen

Nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot

Nyeri tekan abdomen tanpa teraba resistensi otot

Anoreksia

Penampilan tidak khas pada lansia (mis : perubahan pada status


mental, inkontinensia urinarius, jatuh yang tidak penyebabnya,
peningkatan suhu tubuh)

Darah merah pada feses

Perubahan pada pola defekasi

Penurunan frekuensi

Penurunan volume feses

Distensi abdomen

Rasa rektal penuh

Rasa tekanan rektal

Keletihan umum

Feses keras dan berbentuk

Sakit kepala

Sering flatus

Mengenja pada saat defekasi

Peningkatan tekanan abdomen

Mual

Nyeri pada saat defekasi

Massa abdomen yang dapat diraba

Massa rektal yang dapat diraba

c. Faktor yang Berhubungan

Fungsional
Kelemahan otot abdomen
Kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi
Ketidakadekuatan toiletting (misalnya : batasan waktu, posisi
untuk defekasi, privasi)
Kurang aktivitas fisik
Kebiasaan defekasi tidak teratur
Perubahan lingkungan saat ini
Psikologis
Depresi
Stres emosi
Konfusi mental
Farmakologis
Antasida mengandung alumunium
Antikolinergik
Antikonvulsan
Antidepresan
Agens antilipemik
Kalsium karbonat
Diuretik
Penyalahgunaan laksatif
Garam besi
Agens antiinflamasi nonsteroid
Opiat
Fenotiazid
Sedatif
Simpatomimetik
Mekanis
Ketidakseimbangan elektrolit
Hemoroid
Gangguan neurologis
Obesitas
Obstruksi pascabedah
Kehamilan
Pembesaran prostat
Abses rektal
Fisura anal rektal
Striktur anal rektal
Prolaps rektal
Ulkus rektal
Tumor
Fisiologis
Perubahan pola makan

Perubahan makanan
Penurunan motilitas traktus gastrointestinal
Dehidrasi
Ketidakadekuatan gigi geligi
Ketidakadekuatan higiene oral
Asupan serat tidak cukup
Asupan cairan tidak cukup
Kebiasaan makan buruk
2. Risiko Konstipasi
a. Definisi
Berisiko terhadap penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai
dengan kesulitan atau pasase feses tidak lampias dan/atau pasase feses
yang keras, kering, dan banyak
b. Faktor Risiko
Fungsional
Kelemahan otot abdomen
Kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi
Ketidakadekuatan toiletting (misalnya : batasan waktu, posisi
untuk defekasi, privasi)
Kurang aktivitas fisik
Kebiasaan defekasi tidak teratur
Perubahan lingkungan saat ini
Psikologis
Depresi
Stres emosi
Konfusi mental
Farmakologis
Antasida mengandung alumunium
Antikolinergik
Antikonvulsan
Antidepresan
Agens antilipemik
Kalsium karbonat
Diuretik
Penyalahgunaan laksatif
Garam besi
Agens antiinflamasi nonsteroid
Opiat
Fenotiazid
Sedatif
Simpatomimetik
Mekanis

Ketidakseimbangan elektrolit
Hemoroid
Gangguan neurologis
Obesitas
Obstruksi pascabedah
Kehamilan
Pembesaran prostat
Abses rektal
Fisura anal rektal
Striktur anal rektal
Prolaps rektal
Ulkus rektal
Tumor
Fisiologis
Perubahan pola makan
Perubahan makanan
Penurunan motilitas traktus gastrointestinal
Dehidrasi
Ketidakadekuatan gigi geligi
Ketidakadekuatan higiene oral
Asupan serat tidak cukup
Asupan cairan tidak cukup
Kebiasaan makan buruk
3. Diare
a. Definisi
Pasase feses yang lunak dan tidak berbentu
b. Batasan Karakteristik
Nyeri abdomen
Sedikitnya tiga kali defekasi per hari
Keram
Bising usus hiperaktif
Ada dorongan. (NANDA Internasional : 2012)
c. Faktor yang Berhubungan
Psikologis
Ansietas
Tingkat stres tinggi
Situasional
Efek samping obat
Penyalahgunaan alkohol
Kontaminan
Penyalahgunaan laksatif
Radiasi
Toksin

Melakukan perjalanan
Slang makan
Fisiologis
Proses infeksi
Inflamasi
Iritasi
Malabsorpsi
Parasit
H. RENCANA KEPERAWATAN
No
1

Diagnosa
Keperawatan
Konstipasi

Tujuan dan Kriteria


Hasil (NOC)

Intervensi (NIC)

NOC
NIC
Setelah diberikan asuhan Constipation/Impaction
keperawatan selama 3 x Management
24 jam keluhan pasien
a. Monitor
tanda
terpenuhi
dengan
dan
gejala
outcome pola eliminasi
konstipasi
fekal pasien teratur 1 x
b. Monitor
bising
sehari dengan kriteria
usus
hasil :
c. Monitor feses :
a. Bntuk feses lunak
frekuensi,
dan berbentuk
konsistensi, dan
b. Nyeri
saat
volume
defekasi
d. Konsultasi
berkurang
dengan
dokter
c. Darah di dalam
tentang
feses tidak ada.
penurunan
dan
d. Bebas
dari
peningkatan
ketidaknyamanan
bising usus
dan konstipasi
e. Monitor
tanda
dan gejala ruptur
usus/peritonitis
f. Jelaskan etiologi
dan rasionalisasi
tindakan terhadap
pasien
g. Identifikasi faktor
penyebab
dan
kontribusi
konstipasi
h. Dukung
intake
cairan
i. Kolaborasikan
pemberian
laksatif

j. Pantau tanda dan


gejala impaksi
k. Pantau gerakan
usus,
termasuk
konsistensi,
frekuensi, bentuk,
volume,
dan
warna
l. Susun jadwal ke
toilet
m. Dorong
peningkatan
asupan
cairan,
kecuali
dikontraindikasik
an
n. Evaluasi
profil
obat untuk efek
samping
gastrointestinal
o. Anjurkan pasien
atau
keluarga
untuk mencatat
warna, volume,
frekuensi,
dan
konsistensi tinja
p. Ajarkan
pasien/keluarga
bagaimana untuk
menjaga
buku
harian makanan
q. Anjurkan
pasien/keluarga
untuk diet tinggi
serat
r. Anjurkan
pasien/keluarga
pada penggunaan
yang tepat dari
obat pencahar
s. Anjurkan
pasien/keluarga
pada
hubungan
asupan
diet,
olahraga,
dan
cairan
sembelit/impaksi
t. Sarankan pasien

u.

v.
w.
x.

y.

Risiko Konstipasi

untuk
berkonsultasi
dengan
dokter
jika sembelit atau
impaksi terus ada
Informasikan
pasien prosedur
penghapusan
manual dari tinja,
jika perlu
Lepaskan impaksi
tinja
secara
manual, jika perlu
Timbang pasien
secara teratur
Ajarkan
pasien/keluarga
tentang
proses
pencernaan yang
normal
Ajarkan
pasien/keluarga
tentang kerngka
waktu
untuk
resolusi sembelit

NOC
NIC
Setelah diberikan asuhan Constipation/Impaction
keperawatan selama 3 x Management
24 jam keluhan pasien
a. Monitor
tanda
terpenuhi
dengan
dan
gejala
outcome pola eliminasi
konstipasi
fekal pasien teratur 1 x
b. Monitor
bising
sehari dengan kriteria
usus
hasil :
c. Monitor feses :
Kriteria Hasil
frekuensi,
a. Konsistensi feses
konsistensi, dan
lunak
dan
volume
berbentuk
d. Monitor
pola
b. Kecukupan hasil
makan,
dan
di
dalam
asupan makanan
kompartemen
e. Jelaskan etiologi
intrasel
dan
dan rasionalisasi
ekstrasel
tindakan terhadap
c. Pola
makan
pasien
teratur
dengan
f. Identifikasi faktor
frekuensi 3 x
penyebab
dan
sehari
dengan
kontribusi
makanan
yang
konstipasi

3.

Diare

tinggi serat
d. Mengeluarkan
feses
tanpa
bantuan
e. Darah di dalam
feses tidak ada
f. Nyeri
saat
defekasi
berkurang

g. Ajarkan
pasien/keluarga
bagaimana untuk
menjaga
buku
harian makanan
h. Anjurkan
pasien/keluarga
untuk diet tinggi
serat
i. Ajarkan
pasien/keluarga
tentang kerngka
waktu
untuk
resolusi sembelit

NOC
Setelah diberikan asuhan

NIC
Diarhea Management
e. Evaluasi
efek
samping
pengobatan
terhadap
gastorintestinal
f. Ajarkan
pasien
untuk
menggunakan
obat antidiare
g. Instruksikan
pasien/keluarga
untuk mencatat
warna,
jumlah,
frekuensi,
dan
konsistensi dari
feses
h. Evaluasi intake
makanan
yang
masuk
i. Identifikasi faktor
penyebab
dari
diare
j. Monitor
tanda
dan gejala diare
k. Observasi turgor
kulit secara rutin
l. Ukur
diare/keluaran
BAB
m. Hubungi dokter
jika ada kenaikan

keperawatan selama 3 x
24 jam diharapkan feses
pasien berbentuk dan
lembek dengan kriteria
hasil :
Kriteria hasil :
a. Konsistensi feses
lembek
dan
berbentuk
b. Lendir dan darah
pada feses tidak
ada
c. Intake makanan
dengan
zat
ekskresi
yang
dikeluarkan
seimbang
d. Pola
makan
teratur 3 x sehari,
dan
banyak
memakan
makanan rendah
serat

bising usus
n. Instruksikan
pasien
untuk
makan
rendah
serat,
tinggi
protein, dan tinggi
kalori,
jika
memungkinkan
o. Instruksikan
untuk
menghindari
laksatif
p. Ajarkan
teknik
menurunkan stres
q. Monitor persiapan
makanan
yang
aman.

I. REFERENSI
Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito-Moyet, Linda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi
13. Jakarta:EGC
Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta:EGC
NANDA Internasional.

2012.

Diagnosis

Keperawatan

Definisi

Klasifikasi. Jakarta:EGC
Wilkonson, Judith M. 2009.Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta:EGC

dan

Anda mungkin juga menyukai