Makalah Meningitis
Makalah Meningitis
Makalah Meningitis
Disusun oleh :
1. Berlian Sekar D
2. Ihda Amelia R
3. Lutfi Al Faris
4. Nur Aida Perdani
5. Nursela
6. Rizki Indah Sari
Kelas : 2A
Prodi : S1 Ilmu Keperawatan
Dosen Pengampu : Deni Irawan, M.Kep.,Ns
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari isi maupun penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun senantiasa
kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas segala bantuan dari semua pihak sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 27
3.2 Saran ............................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Menurut Tarwoto dkk (2007), meningitis merupakan peradangan pada
bagian araknoid dan plameter selaput otak dan medula spinalis.peradangan
pada bagian dura meter disebut pekimeningen. Meningitis dapat disebabkan
bakteri, virus, jamur atau karena toksin. Namun demikian meningitis banyak
disebabkan oleh bakteri.
2.2 Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme seperti :
Haemophilus influenza
Neisseria meningitis
Diplococus pneumonia
Streptococus grop A
Psedomonas
Staphylococus aureus
Escherichia coli
Berdasarkan penyebabnya meningitis dapat digolongkan menjadi meningitis
bakteri, meningitis virus, meningitis jamur, meningitis protozoa.
a. Meningitis bakteri
Meningitis bakteri adalah meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
Bakteri infeksi masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran darah atau
langsung dari luar pada fraktur atau luka terbuka.
b. Meningitis virus
Virus penyebab infeksi pada meningitis masuk melalui sistem respirasi,
mulut, genetalia atau melalui gigitan binatang. Jenis penyakit virus yang
dapat menyebabkan meningitis adalah measles, mumps, herpes simplex
dan herpes zoster. Manifestasi klinis yang menyertai seperti nyeri kepala,
nyeri sekitar muka dan mata, photobia dan adanya kaku kuduk. Adanya
kelemahan, rash, dan nyeri pada ekstremitas mungkin terjadi demam dan
2
tanda-tanda iritasi meningial juga dapat di jumpai seperti adanya kaku
kuduk, tanda brundzinki dan kernig. Pada meningitis virus terapi yang
utama adalah menghilangkan gejala (asimtomatik), bedrest pada masa
akut, mengurangi rasa nyeri kepala, kontrol demam dan menghindari
kejang.
(Tarwoto dkk, 2007)
2.4 Patofisiologi
Otak dan medula spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada
bagian paling luar adalah durameter, bagian tengan araknoid dan bagian dalam
piameter. Cairan serebrospinalis merupakan bagian dari otak yang berada
dalam ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus choroid yang
kemudian dialirkan melalui sistem vertikel.
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui
beberapa cara misalnya hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat
tembus pada CSF dan karena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen
mengakibatkan respon peradangan. Netropil bergerak ke ruang
subaraknoid.eksudat ini yang dapat menimbulkan bendungan pada bagian
subaraknoid yang pada akhirnya dapat menimbulkan hidrosepalus. Eksudat
yang terkumpul juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial dan
perifer. Makin bertambahnya eksudat dapat meningkatkan tekanan intrakanial
(Tarwoto dkk, 2007)
3
2.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Darah : peningkatan sel darah putih (10.000 – 40.000/mm3), kultur
adanya mikroorganisme patogen.
Urine : albumin, sel darah merah, sel darah putih ada dalam urine
b. Radiografi : untuk menentukan adanya sumber infeksi misalnya rongen
dada untuk menentukan adanya penyakit paru seperti TBC paru,
pneumonia, abses paru, Scan otak untuk mrenentukan kelainan otak.
c. Pemeriksaan Lumbal Fungsi : untuk membandingkan keadaan CSF normal
dengan adanya meningitis.
(Tarwoto dkk, 2007)
2.6 Komplikasi
a. Peningkatan tekanan intrakarnial.
b. Hydrosephalus.
c. Infark serebral.
d. Defisit saraf kranial.
e. Ensepalitis.
f. Syndrome of Innappropiate of Antidiuretic Hormon (SIADH)
g. Abses otak.
h. Kerusakan visual.
i. Defisit intelektual.
j. Kejang.
k. Endokarditis.
l. Pneumonia.
(Tarwoto dkk, 2007)
2.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan umum
Pasien diisolasi.
Pasien diistirahatkan / bedrest.
4
Kontrol hipertermia dengan kompres, pemberian antipiretik seperti
parasetamol, asam salisilat.
Kontrol kejang : Diazepam, fenobarbital.
Kontrol peningkatan tekanan intrakranial : Manitol, kortikosteroid.
Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi.
2. Pemberian antibiotik
Diberikan 10-14 hari atau sedikitnya 7 hari bebas panas.
Antibiotik yang umum diberikan : Ampisilin, gentamisin,
kloromfenikol, sefalosporin.
(Tarwoto dkk, 2007)
5
2.8 Pathways
6
2.9 Pengkajian
a. Riwayat keperawatan : Tanda dan gejala, perkembangan gejala, faktor
yang memperberat dan mengurangi, riwayat medis yang lalu, tentang
penyakit virus atau pernapasan, trauma kepala, infeksi telinga, hidung dan
atau sinus, penyakit jantung, terapi imunosupresi, pembedahan neurologi,
dan atau tindakan.
b. Pemeriksaan fisik : Tingkat kesadaran, ukuran pupil, reaksi terhadap sinar,
photophobia, nistagmus, ketidaknormalan pergerakanmata, kekuatan
motorik, kaku kuduk (tanda kernig’s dan reflek brudzinzki), disfungsi
saraf kranial ( N I, III, VI, dan VIII). Mual, muntah, demam, menggigil,
sakit dan nyeri secara umum, aktifitas kejang, produksi SIADH,
ketidakseimbangangan elektrolit, khususnya hiponatremia, perubahan
warna dan temperatur eksremitas, adanya seluruh denyut nadi perifer,
ketidaknormalan perdarahan.
c. Psikososial : usia, peran dalam keluarga, pekerjaan, kepercayaan/agama,
interaksi dengan orang lain, orang yang sangat berarti bagi klien, tingkat
perkembangan, pola tingkah laku, mekanisme koping, penampilan
sebelum sakit / dirawat.
d. Pengetahuan klien dan keluarga : tingkat pemahaman, pemahaman tentang
kondisi, patofisiologi, gejala-gejala, pengobatan, tindak lanjut, perawatan
di rumah.
2.11 Intervensi
a. Nyeri Akut b.d iritasi meningeal, bedrest.
Tujuan :
Klien akan memperlihatkan peningkatan dalam rasa nyaman.
Intervensi :
7
Kaji tingkat kenyamanan (nyeri) dengan menggunakan skala
penilaian yang dilakukan sendiri 0-10.
Lakukan evaluasi indikator dari nyeri (misalnya ekspresi wajah,
pergerakan), lama, lokasi, radiasi, intensitas, faktor yang
memperberat/ meringankan.
Lakukan tindakan untuk memberikan rasa nyaman (misalnya
mengurangi cahaya/ penerangan, perubahan posisi secara bertahap,
tindakan untuk mengalihkan rasa nyeri, pengaturan posisi, imagery).
Lakukan pengurutan pada daerah yang sakit punggung secara lembut
dengan menggunakan lotion.
Berikan analgesik sebagaimana intruksi ; lakukan evaluasi efek obat
1/2 jam setelah pemberian.
Ajarkan untuk menghindari pergerakan yang dapat meningkatkan
tekanan intrakranial (misalnya menekan, mengedan, batuk, bersin,
meniup melalui hidung).
Berikan kompres dingin pada dahi ; kurangi suara gaduh.
Batasi pengunjung klien.
b. Hipertemia b.d proses infeksi.
Kriteria hasil : suhu badan anak dalam batas normal
Intervensi /rasional :
Ukur suhu badan anak setiap 4 jam
Pantau suhu lingkungan
Berikan kompres hangat
Berikan selimut pendingin
Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antipiretik
c. Resiko cidera b.d tingkat kesadaran, kejang dan status mental.
Tujuan
Klien akan mempertahankan perfusi jaringan secara adekuat; akan bebas
dari bahaya luka
Intervensi :
Observasi dan catat tingkat kesadaran klien pada setiap kontak.
8
Kaji status neurologi setiap1-2 jam atau sebagai mana kebutuhan,
meliputi respon pupil, kemampuan untuk mengikuti instruksi,
kemampuan motorik, fungsi penglihatan, reflek tendon dalam,
aktivitas kejang, respon verbal.
Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (misalnya
tekanan darah, peningkatan denyut nadi, pernafasan tidak teratur
perubahan pupil, defisit lokal, kejang).
Catat beberapa aktivitas kejang ;catat bagian tubuh yang
dipengaruhi, lamanya kejang.
Lakukan tindakan pencegahan kejang (memasang penghalang
tempat tidur, tempat tidur direndahkan, air way dan spatel lidah
berada di sisi tempat tidur, alat penghisap sekresi, bel yang mudah
dijangkau, thermometer).
Berikan antikonvulsi sesuai instruksi, monitor efektivitas terapi.
Tinggikan bagian kepala tempat tidur 30 derajat.
Pertahankan posisi kepala dan leher untuk mempermudah arus darah
balik.
Berikan terapi antibiotik sesuai instruksi.
Pertahankan agar lingkungan tetap tenang, cahaya lampu redup,
hindari menggetarkan tempat tidur, hindari tindakan yang tidak di
perlukan.
Anjurkan kepada keluarga untuk mengurangi jumlah pengunjung.
Anjurkan kepada klien untuk menghindari valsava maneuver
(misalnya: menarik nafas dalam, batuk, bersin, mengedan) dan untuk
mengubah posisi secara perlahan-lahan.
Lakukan pendekatan dengan cara berbicara yang tenang; secara
konsisten berbicara dengan jelas dan pelan sehingga akan
meningkatkan pemahaman.
Berbicara dengan klien sewaktu memberikan asuhan keperawatan
menggunakan sentuhan terapeutik dan teknik mendengar.
Orientasikan secara verbal terhadap orang/tempat/waktu/situasi;
berikan kalender, jam, radio, televise benda-benda yang sudah
9
dikenal (misalnya foto, buku) gunakan alat-alat bantu dan lensa
kontak.
Gunakan nama klien; anjurkan keluarga/teman dekat mengunjungi
klien.
Lakukan latihan pergerakan sendi/Range Of Motion (ROM),
pergerakan aktif/aktif sebagaimana instruksi.
Monitor beberapa tanda/ gejala septik syok(misalnya hipertensi,
peningkatan temperatur, peningkatan kecepatan, pernafasan,
bingung, disorentasi, vasokontriksi perifer).
2.12 Jurnal
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, setelah dari beberapa definisi, kelompok kami menyimpulkan bahwa
Meningitis adalah radang selaput otak / meningen. Meningitis dibagi menjadi
2 yakni Meningitis Bakterial (Septic) yang etiologi nya berasal dari bakteri
seperti meningococc dll, dan Meningitis Virus (Aseptic) yang dari virus
seperti Toxoplasma & Ricketsia dan cara penyebaran dengan cara organisme
penyebab memasuki aliran darah, melintasi sawar darah-otak, dan memicu
reaksi inflamasi di meningers dengan gejala awal sakit kepala & demam yang
apabila tidak di tindak lanjuti dapat menyebabkan sakit kepala kronis dan
bahkan tuli. Cara pemeriksaan diagnostik yakni biasanya dengan lumbal
punksi. Dan dapat dicegah sejak dini dengan vaksinasi. Penatalaksanaan
medis lebih bersifat mengatasi etiologi, Prognosis sangat bergantung pada
asuhan suportif yang diberikan. Pada Asuhan Keperawatan pengkajian dan
pemeriksaan fisik lebih difokuskan pada testing cerebral function dan sistem
neurologi. Dan diagnosa dan intervensi lebih difokuskan pada apa yang
dirasakan.
10
3.2 Saran
Sebaiknya perawat lebih melakukan Health Education atau Penyuluhan
Kesehatan terhadap pasien mengenai penyakit nya agar mengurangi terjadiya
cemas dll dan pada orang awam yang belum mengerti dan masih mencegah
untuk disarankan untuk di vaksin dan perawat atau bahkan tenaga kesehatan
(Dokter, Farmasi dll) dalam melakukan pemeriksaan fisik, diagnostik, lab dll
harap lebih difokuskan dan hati – hati terutama perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan dari pengkajian hingga evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Susan C. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Ed.
12. Jakarta:EGC
Tarwoto, Wartonah dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:Sagung Seto
11