Makalah Perencanaan Fix
Makalah Perencanaan Fix
Makalah Perencanaan Fix
Dalam memilih model pembelajaran kita juga harus menyesuaikan dengan KD dalam
materi yang akan dipelajari. Untuk bisa menyesuaikannya kita bisa melihat dari tujuan-tujuan
model pembelajaran yang ada.
3. Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuaan bukanlah sejumlah fakta
hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Belajar pada dasarnya
merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental
itulah, diharapkan peserta didik berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosi,
maupun pribadinya. Oleh karena itu dalam proses perencanaan pembelajaran, guru bukanlah
mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.
Pembelajaran adalah proses memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar peserta didik
memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil
mengingat sejumlah fakta).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah pembelajaranyang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan yang meliputi sikap, pengetahuan,dan
keterampilan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusiaatau
peristiwa), secara sistematis, kritis, logis, dan analitis.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan
akan memberikan wawasan dan pengetahuan serta kemampuan-kemampuan yang
lain yang diperlukan bukan sebagai hasil dari fakta-fakta, tetapi sebagai hasil
menemukan sendiri. Kegiatan pembelajaran yang berfokus pada upaya
menemukan, telah lama diperkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry dan
discovery (mencari dan menemukan). Tentu saja saja unsur menemukan dari
kedua pembelajaran (CTL dan inquiry and discovery) secara prinsip tidak banayk
perbedaan, intinya sama yaitu model atau sistem pembelajaran yang membenatu
siswa baik secara individu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri
sesuai dengan pengalaman masing-masing.
Dilihat dari segi kepuasan secara emosional, sesuatu hasil menentu sendiri
nilai kepuasan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pemberian. Beranjak dari
logika yang cukup sederhana itu akan memiliki hubungan yang erat saat
membuang dengan pendekatan pembelajaran. Di mana hasil belajar merupakan
hasil dan kreativitas siswa, akan lebih berbahaya lagi dibandingkan dengan belajar
dari guru. Untuk menumbuhkan sikap siswa agar bisa kreatif menemukan
pengalaman belajarnya sendiri, berimplikasi pada strategi yang dikembangkan
olch guru.
3. Bertanya (Questioning)
Unsur lain yang menjadi ciri utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan
untuk bertanya. Ilmu yang melahirkan orang selalu bermula dari bertanya. Oleh
karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalarn CTL. Penerapan tidak tahu
dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau
kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong
pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran. Seperti pada tahap
sebelumnya, berkembangnya kemampuan dan keinginan untuk bertanya, sangat
berbeda dengan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Dalam pelaksanaan
CTL, pertanyaan yang diajukan olch guru atau siswa harus menggunakan alat atau
pendekatan untuk menggali informasi atau belajar yang ada dengan kehidupan
nyata. Dengan kata lain, tugas bagi para guru adalah membimbing siswa melalui
pertanyaan yang diajukan untuk mencari dan menemukan konsep-konsep yang
ada dalam kehidupan dengan kehidupan nyata.
Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, akan mendorong
proses dan hasil belajar yang lebih luas dan mendalam dan akan banyak
ditemukan terpikirkan baik oleh guru maupun oleh siswa. Oleh karena itu, cukup
beralasan jika dengan mengembangkan bertanya akan lebih tinggi karena dengan
bertanya, maka: 1) Dapat memuat informasi, baik acdministrasi atau akademik; 2)
Mengecek pemahaman siswa; 3) Membangkitkan respons siswa; 4) Mengetahui
biaya mana keingintahuan siswa, 5) Mengetahui hal-hal yang diketahui siswa; 6)
Memfokuskan perhatian siswa, 7) Membayangkan lebih banyak lagi Pertanyaan
dari siswa; dan 8) Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah digunakan oleh
siswa.
5. Pemodelan (Modelling).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya perma- salahan
yang hidup dan juga siswa yang semakin berkembang dan beranekaragam, telah
berpengaruh pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengkap, dan ini
yang sulit membayangkan. Oleh karena itu, maka kini guru tidak lagi satu-satunya
yang dapat dipelajari, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang
dimiliki oleh guru akan memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan
kebutuhan siswa. Dengan demikian, pembuatan model dapat dijadikan alternatif
untuk mengembangkan pelajaran agar siswa dapat mengumpulkan siswa secara
mendalam, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru dipelajari.
Dengan kata lain refleksi adalah pengetahuan tentang apa yang telah dilakukan di
kemudian, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai pengetahuan
yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Pada saat refleksi, siswa memberi kesempatan untuk mencerna, menimbang
membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri
(learning to be).
Pengetahuan yang berarti yang diperoleh dari proses yang bermakna, yaitu
melalui penerimaan, pengobatan dan pengendapan, untuk dapat digunakan.
Melalui model CTL, pengalaman belajar tidak hanya terjadi dan seseorang yang
berada di dalam kelas, akan tetapi jauh lebih penting dari itu adalah belajar dari
apa yang terjadi di antara mereka. sehari-hari. Keterampilan untuk mengetahui,
sikap dan keterampilan pada dunia nyata yang dihadapinya akan mudah
diaktualisasikan manakala pengalaman belajar itu telah terinternalisasi dalam
setiap jiwa siswa dan di sinilah pentingnya menerapkan unsur refleksi pada setiap
keempatan pembelajaran.
Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih memilih sebagai fasilitator yang
bekerja sebagai jembatan penghubung ke arah pencarian yang lebih tinggi, dengan catatan
siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus
membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa dapat menggunakan untuk mendapatkan
pengalaman langsung dalam penerapan ide-ide mereka ini bagi siswa untuk menemukan dan
menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Menurut pandangan Piaget dan Vigotsky adanya hakikat sosial dari sebuah proses
belajar dan juga tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan
anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual.
Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Oleh karena
itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang dalam pembelajaran kooperatif
karena mereka beranggapan telah melakukan pembelajaran kooperatif dalam bentuk belajar.
Pembelajaran kooperatif yang sama, seperti dijelaskan Abdulhak (2001: 19-20) bahwa
pembelajaran kooperatif untuk proses berbagi peserta belajar, dapat diakses bersama di antara
peserta belajar itu sendiri.
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi
dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa dengan siswa, dan siswa dengan
guru (multi way traffic comunication).
Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara
berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rang aian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok kelompok khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan (Sanjaya 2006: 239).
Pembelajaran kooperativ tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada
unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan belajar kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Melakukan pembelajaran dengan sistem pembelajaran kooperatif
dengan benar akan memungkinkan guru untuk mengelola kelas dengan lebih efektif. Proses
pembelajaran tidak bisa belajar dari guru ke siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama
siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif dari pembelajaran
oleh guru.
Ketergantungan yang positif adalah bentuk kerja sama yang sangat erat kaitannya
antara anggota kelompok. Kerja sama ini dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Siswa benar-
benar memahami bahwa keberhasilan kelompok tergantung pada keberhasilan anggotanya.
Maksud dari pertanggungjawaban individu adalah kelompok tergantung pada cara
belajar perseorangan seluruh anggota kelompok. Pertanggungjawaban memfokuskan
kelompok-kelompok dalam menjelas- kan konsep pada satu orang dan memastikan bahwa
setiap orang dalam kelompok siap untuk beraktivitas di mana siswa harus menerima tanpa
pertolongan. Kemampuan bersosialisasi adalah kemampuan yang sama yang digunakan
dalam aktivitas kelompok. Kelompok tidak berfungsi secara efektif jika siswa tidak memiliki
kemampuan bersosialisasi yang diperlukan.
Senada dengan penjelasan tersebut Siahaan (2005: 2) mengutarakan lima unsur yang
esensial yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu (a) saling setia yang positif,
(b) menghadapi berhadapan (interaksi tatap muka), (c) tanggung jawab individu ( tanggung
jawab individu) (d) keterampilan sosial (keterampilan sosial), (e) proses yang terjadi dalam
kelompok (pengolahan kelompok).
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) cooperative task atau tugas
kerja sama dan (2) struktur insentif koperasi. Tugas kerja sama berkenaan dengan hal-hal
yang membentuk kelompok kerja sama dalam menyelesaikarn tugas yang telah diberikan.
Jika struktur insentif bekerja sama dengan hal-hal yang membuat siswa tertarik untuk bekerja
sama dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut. Dalam pembelajaran Kooperatif
adanya upaya Peningkatan Prestasi belajar (prestasi siswa) dampak penyerta, Yaitu sikap
Toleransi dan menghargai Pendapat orang lain.
Dalam proses pengembangannya, Arends (2009) menjelaskan apa yang ada dalam
pembelajaran kooperatif yang ada dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai
berikut.
1) Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk
kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
2) Functioning (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur
aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama di
antara anggota kelompok.
3) Formating (perumusan) yaitu terampilan yang dibutuhkan untuk pembentukkan
pemahaman yang lebin dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang
penggunakan tingkat berpikir yang lebilh, dan menekankan penguasaan serta
pemahaman dari materi yang dibeirkan.
4) Fermenting (penyerapan), yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang
pemahaman konsep sebelum pembelajran, konflik kognitif, mencari lebih banyak
informasi, dan mengomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
Kagan dan Kagan (2009) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki
keunggulan seperti berikut.
1. Memperbaiki hubungan sosial
2. Meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran
3. Meningkatkan kemahiran kepemimpinan
4. Meningkaikan kemahiran sosial
5. Meningkatkan tahap kemahiran berpikir yang tinggi
6. Meningkatkan kemahiran teknologi
7. Meningkatkan keyakinan diri.
Berdasarkan berbagai keunggulan tersebut, pembelajaran kooperatif merupakan sistem
yang sangat penting dalam konteks pembelajaran Kurilulum 2013. Pola penerapan
pembelajaran ini dalam konteks kurikulum 2013 akan berbeda dengan konteks kurikulum
2006. Oleh sebab itu, guna dapat menggunakan pembelajaran kooperatif konteks
pembelajaran kooperatif koteks pembelajaran berbasis kurikulum 2013.
3. Metode Jigsaw
Langkah – langkahnya :
a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan
karakteristik yang heterogen.
b. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa
bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk
saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut (kelompok pakar / expert
group).
d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok
semula ( home teams )untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah
dipelajari dalam kelompok pakar.
e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “ home teams “ para siswa
dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
5. Metode structural
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan, yang menekankan pada struktur –
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola – pola interaksi
siswa.Contoh teknik pembelajaran metode struktural yaitu :
a. Mencari Pasangan ( Make a Match )
Dikembangkan oleh Larana Curran, dimana keunggulan teknik ini adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic
dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah – langkahnya :
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review ( persiapan menjelang tes atau ujian ).
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya.
4) Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang
kartu yang cocok.
5) Para siswa mendiskusikan penyelesaian tugas secara bersama – sama.
6) Presentasi hasil kelompok atau kuis.
b. Bertukar Pasangan
Langkah – langkahnya :
1) Setiap siswa mendapatkan satu pasangan ( guru bisa menunjukkan
pasangannya atau siswa melakukan prosedur / teknik mencari pasangan.
2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing – masing pasangan yang
baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.
5) Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan
pada pasangan semula.
d. Bercerita Berpasangan
Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan
berbicara. Langkah – langkahnya :
1) Pengajar membagi bahan pelajaran menjadi dua bagian.
2) Pengajar memberikan pengenalan topik yang akan dibahas dalam pelajaran.
3) Siswa dipasangkan
4) Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama sedangkan siswa
yang kedua menerima bagian yang kedua.
5) Kemudian siswa disuruh membaca atau mendengarkan bagian mereka masing-
masing
6) Sambil membaca/mendengarkan siswa mencatat beberapa kata atau frase
kunci yang ada dalam bagian masing-masing.
7) Siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan
berdasarkan kata kunci.
8) Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk
membacakan hasil karangan mereka.
9) Pengajar membagiakan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing –
masing siswa.
10) Diskusi mengenai topik tersebut.
Daftar Pustaka