Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

CEAMID

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Cocamide DEA

Sinonim
Coconut fatty acid monoethanolamide,
Coconut fatty acid diethanolamide,
Coconut fatty acid triethanolamide,
Ethanol, 2,2'-iminobis-, N-coco alkyl derivitives
Karakteristik
Cairan kental atau lunak
Cocamide DEA diproduksi dari minyak kelapa. Minyak nabati seperti kelapa mengandung fatty acid, yang
terdapat dalam jumlah yang besar di alam. Minyak ini mudah dihidrolisa dengan menggunakan bahan-
bahan untuk membentuk sabun alkali dan gliserin. Proses Acidification dari sabun kemudian dihasilkan
fatty acid. Selanjutnya proses reaksi fatty acid dengan amine menghasilkan Cocamide DEA.

Cocamide DEA merupakan zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan atau surfaktan. Semua
surfaktan dapat larut dalam sebagian air dan sebagian lemak Hal ini yang memungkinkan kualitas
minyak dan air, yang biasanya tidak dapat bercampur atau tidak dapat bersatu.

Penggunaan
Cocamide DEA digunakan untuk meningkatkan kualitas foaming (busa yang terbentuk) serta
menstabilkan busa, selain itu cocamide DEA membantu mengentalkan produk seperti shampo, hand
soap, serta sediaan kosmetik yang lain.

http://www.immunotec.co.id/produk_detail.php?invid=289&ktg=PC

Methyl paraben
 Sinonim : nipagin
 Rumus molekul : C8H8O3
 Berat molekul : 153,13
 Fungsi : antimikroba( topical 0,02-0,3%)
 Pemerian : serbuk berwarna putih, tidak berwarna, serbuk Kristal
 Kelarutan : sangat larut dalam aseton,etanol 1 in 2, etanol 95% 1 in 3, eter 1 in 10 air 1 in 400
 OTT : surfaktan nonionic
Anonim. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta : Depkes RI
Nipagin atau metil paraben termasuk salah satu dari kelompok paraben yang memiliki rumus kimia
CH3(C6H4(OH)COO). Nipagin merupakan metil ester dari asam p-hydroxybenzoat

Metil paraben termasuk dalam Bahan Tambahan Pangan (BTP) khususnya anti jamur yang digunakan
secara luas sebagai pengawet untuk makanan, obat-obatan dan kosmetika. Senyawa ini sering
ditemukan pada pembiusan lokal, bertindak sebagai agen bakteriostatik dan pengawet.

Nipagin atau metil paraben umumnya digunakan sebagai agen anti-jamur dalam medium makanan
Drosophila. Penggunaan metil dikenal untuk memperlambat laju pertumbuhan Drosophila pada stadium
larva dan pupa.

Metil paraben diproduksi secara alami dan ditemukan di beberapa buah-buahan, khususnya blueberry,
bersama dengan paraben lain. Tidak ada bukti bahwa metil atau propilparaben berbahaya pada
konsentrasi yang biasanya digunakan dalam perawatan tubuh atau kosmetik. Secara umum metil dan
propilparaben dianggap aman sebagai pengawet anti bakteri pada makanan dan kosmetik. Nipagin
dimetabolisme oleh bakteri tanah sehingga benar-benar rusak.

Metil paraben siap diserap dari saluran pencernaan atau melalui kulit. Hal ini terhidrolisis menjadi asam
p-hidroksibenzoat dan cepat dikeluarkan tanpa akumulasi dalam tubuh. Penelitian tentang toksisitas
akut menunjukkan bahwa metil adalah praktis tidak beracun baik secara oral maupun parenteral. Dalam
populasi dengan kulit normal, reaksi metil paraben praktis non-iritasi dan non-sensitif, walaupun reaksi
alergi terhadap paraben telah dilaporkan

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2062213-sekilas-tentang-nipagin-metil-
paraben/#ixzz1tL3hVema

5. PEWARNA
Berfungsi untuk menghasilkan sediaan yang menarik perhatian konsumen. Pewarna yang boleh
digunakan adalah pewarna FDC (Food, Drug and Cosmetic), D & C atau DC Eksternal.

Contoh : Karoten, saffron, alkanet, amaranth, dll. http://food-drugs-


info.blogspot.com/2004_11_01_archive.html


Garam Dapur (NaCl)
Sifat-sifat dari garam dapur (Patnaik, 2003) : - Nama kimia : Natrium klorida - Sinonim : Garam
dapur - Rumus molekul : NaCl - Bobot molekul : 58,443 - Densitas : 2,165 gr/ml - Titik lebur : 801
0C - Titik didih : 1413 0C - Kelarutan : Larut dalam air, metanol dan gliserol - Struktur : Berbentuk
kubus - Rasa : Bersifat garam - Kenampakan : Butiran kristal putih atau powder - Cp (liquid) : 12,07
kal/mol 0K

Patnaik, p., 2003. Handbook of inorganic chemical.New York: Graw Hill company

Definition of Herbal

Herbal: 1. An adjective, referring to herbs, as in an herbal tea.


2. A noun, usually reflecting the botanical or medicinal aspects of herbs; also a book which
catalogs and illustrates herbs.
The word "herbal" was pronounced with a silent "h" on both sides of the Atlantic until the 19th
century but this usage persists only on the American side
http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=31351#

LAPORAN KOSMETOLOGI - FORMULASI SHAMPO

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud keramas rambut, sehingga
setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih, dan sedapat mungkin menjadi lembut, mudah diatur
dan berkilau. Dan merupakan produk perawatan rambut yang digunakan untuk menghilangkan minyak,
debu, serpihan kulit, dan kotoran lain dari rambut..
Kata shampoo berasal dari bahasa Hindi champo, bentuk imperatif dari champna, "memijat". Di
Indonesia dulu shampoo dibuat dari merang yang dibakar menjadi abu dan dicampur dengan air.

Shampoo adalah suatu zat yang terdiri dari surfaktan, pelembut, pembentuk busa, pengental
dan sebagainya yang berguna untuk membersihkan kotoran yang melekat pada rambut seperti sebum,
keringat, sehingga rambut akan kelihatan lebih bersih, indah dan mudah ditata.

Shampoo banyak jenis dan typenya, formulanya dan klasifikasi preparat seperti liquid, krim,
pasta, shampoo anti dandruff, shampoo untuk anak-anak dan sebagainya.

Sebuah formulasi shampoo yang baik mempunyai kemampuan khusus yang dapat
meminimalisasi iritasi mata, mengontrol ketombe (dandruff) serta dapat memperbaiki struktur rambut
secara keseluruhan.

Preparat shmapo harus meninggalkan kesan harum pada rambbut, lembut dan mudah diatur,
memiliki performance yang baik (warna dan viskositas yang baik) harga yang murah dan terjangkau.
Secara spesifik suatu shampoo harus:

1. Mudah larut dalam air, walapun air sadah tanpa mengalami pengendapan

2. Memiliki daya bersih yang baik tanpa terlalu banyak menghilangkan minyak dari kulit kepala

3. Menjadikan rambut halus, lembut serta mudah disisir

4. Cepat bebusa dan mudah dibilas serta tidak menimbulkan iritasi jika kontak dengan mata

5. Memiliki pH yang baik netral maupun sedikit basa

6. Tidak iritasi pada tangan dan kulit kepala

7. Memiliki performa yang baik

Antidandruff shampoo merupakan shampooyang ditujukan untuk mengontrol sel kulit mati
dikulit kepala, formulasinya hamper sama seperti shampoo lain tetapi ditambahkan bahan aktif seperti
senium sulfide, zinc pirythion, sulfur.
I.2 Tujuan Percobaan

1. Mengetahui cara membuat sediaan shampoo yang aman dan nyaman digunakan

2. Mengetahui metode-metode krim yang tepat

3. Mampu mengevaluasi sediaan shampo

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Shampo

Rambut memang mahkota bagi semua orang dan bisa dianggap sebagai bingkai untuk wajah
anda. Karena keindahan rambut sangat bisa menunjang kecantikan dan keseluruhan penampilan anda.

Mencuci rambut memang persoalan mudah tetapi mungkin anda mengalami kesulitan saat memilih
jenis shampo yang cocok untuk diri anda sendiri. Karena memang banyak sekali produsen shampo
menawarkan kepada anda..

Shampoo, bila dicampur dengan air, dapat melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh
tubuh untuk melindungi rambut. Setelah mencuci rambut dengan shampoo, biasanya digunakan produk
conditioner agar rambut mudah ditata kembali.

Shampoo untuk bayi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak perih di mata. Shampoo untuk
binatang juga dapat mengandung insektisida untuk membunuh kutu. Beberapa shampoo manusia tidak
dapat digunakan untuk binatang karena mengandung seng (misalnya shampoo anti ketombe). Logam ini
tidak beracun bagi manusia, namun berbahaya bagi binatang.
Selain itu terdapat juga shampoo dalam bentuk padat, yang lebih ringkas dan mudah dibawa namun
kurang praktis untuk rambut panjang.

Pada awalnya shampo dibuat dari berbagai jenis bahan yang diperoleh dari sumber alam,
seperti sari biji rerak, sari daging kelapa, sari abu merang ( sekam padi ). Shampo yang menggunakan
bahan alam sudah banyak ditinggalkan, dan diganti dengan shampo yang dibuat dari detergen.

Agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan diatas, shampo harus memiliki sifat sebagai berikut :

1. Shampo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut dan mudah
dihilangkan dengan membilas dengan air.

2. Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika tidak kulit
kepala menjadi kering.

3. Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti lemak natural
yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam komposisi shampo. Kotoran rambut yang dimaksud
tentunya sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh
lingkungan dan sisa sediaan kosmetik.

4. Tidak mengiritasi kulit kepala dan juga mata.

5. Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam
penyimpanan. Viskosita dan pHnya juga harus tetap konstan, shampo harus tidak terpengaruh oleh
wadahnya ataupun jasadrenik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan kedalamnya.

Detergen yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan shampo memiliki sifat fisikokimia
tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan ciri sifat yang dikehendaki untuk shampo.
Umumnya, detergen dapat melarutkan lemak dan daya pembersihnya kuat, sehingga jika digunakan
untuk keramas rambut, lemak rambut dapat hilang, rambut menjadi kering, kusam dan mudah menjadi
kusut, menyebabkan sukar diatur.

Sifat detergen yang terutama dikehendaki untuk shampo adalah kemampuan membangkitkan busa.
Jenis detergen yang paling lazim diedarkan tergolong alkil sulfat, terutama laurilsulfat, juga alkohol
monohidrat dengan rantai C10 – 18. Sifat detergen ini tergantung pada panjang rantai alkohol lemak
yang digunakan. Homolog rendah seperti C12 ( lauril ) dan C14 ( miristil ) memiliki sifat yang lebih baik
dibandingkan dengan homolog yang lebih tinggi seperti C16 ( palmitil ) dan C18 ( stearil ) dalam hal
memberikan busa dan basah dengan sifat pembersih yang baik, meskipun suhu rendah. Detergen
alkilsulfat yang dibuat dari alkohol lemak, kelarutannya menurun dengan meningkatnya homolog rantai
karbonnya, sehingga shampo yang dibuat dari detergen alkilsulfat dengan atom C16-18 tidak dapat
disimpan pada suhu rendah. Kelarutan detergen alkilsulfat dalam air berkurang, sehingga tidak begitu
berbusa, lagipula detergen ini dipengaruhi oleh efek air sadah.

Detergen alkilsulfat dengan alkohol lemak dengan rantai karbon kurang dari 10 seperti C8 ( kaprilil )
dan C10 ( kapril ) lebih condong menunjukkan sifat iritasi.

Detergen alkilsulfat dengan rantai karbon 12 – 14 adalah noniritan, memberikan cukup busa pada suhu
kamar, dan tidak mudah rusak dalam penyimpanan.

Trietanolamina ( TEA ) laurilsulfat dianggap paling luas dapat diterima untuk digunakan dalam
pembuatan shampo, disamping itu dalam penyimpanan tetap stabil. Amonium alkilsulfat, meskipun
memiliki keaktifan pembersih yang sedang, tetapi jarang digunakan untuk pembuatan shampo, karena
suhu padatnya tinggi. Biasanya senyawa ini digunakan sebagai campuran detergen seperti nampak pada
amonium monoetanolamina atau amonium trietanolamina alkilsulfat. Shampo dengan formulasi
tersebut memiliki pembersih dan pembusa yang baik, rambut yang dikeramas dengan shampo ini masih
mudah diatur.

Di samping itu detergen yang digunakan untuk pembuatan shampo, harus memiliki sifat berikut :

1. Harus bebas reaksi iritasi dan toksik, terutama pada kulit dan mata atau mukosa tertentu.

2. Tidak boleh memberikan bau tidak enak, atau bau yang tidak mungkin ditutupi dengan baik.

3. Warnanya tidak boleh menyolok.

Zat tambahan shampo

Untuk memperbaiki sifat detergen yang menunjukkan pengaruh jelek terhadap rambut, perlu
ditambahkan zat tambahan shampo dalam formulasi shampo.

1. Alkolobromida asam lemak


Digunakan untuk meningkatkan stabilitas busa dan memperbaiki viskosita. Zat ini merupakan hasil
kondensasi asam lemak dengan monoetanolamina ( MEA ), dietanolamina ( DEA ), atau
isopropanolamina yang sesuai.

2. Lemak bulu domba, lanolin atau salah satu derivatnya, kolesterol, oleilalkohol, dan asetogliserida

Digunakan untuk maksud memperbaiki efek condisioner detergen dasar shampo yang digunakan,
sehingga rambut yang dikeramasshampokan akan mudah diatur dan memberikan penampilan rambut
yang serasi.

3. Asam amino

Terutama asam amino essensial, digunakan sebagai zat tambahan shampo dengan harapan, setelah
rambut dikeramas-shampokan, zat ini akan tetap tertinggal pada kulit kepala dan rambut, dan berfungsi
sebagai pelembab, karena asam amino memiliki sifat higroskopik yang akan memperbaiki kelembaban
rambut.

4. Zat tambahan shampo lain

Terdiri dari berbagai jenis zat, umunya diharapkan untuk menimbulkan efek terhadap pembentukan dan
stabilisasi busa ; meliputi zat golongan glikol, provinilpirolidon, karboksimetilselulosa, dan silikon cair,
terutama yang kadarnya lebih kurang 4%.

Jenis-jenis shampo

1. Shampo bubuk

Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan zat pengencer biasanya digunakan natrium
karbonat, natrium bikarbonat, natrium seskuikarbonat, dinatrium fosfat, atau boraks.

2. Shampo emulsi

Shampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental. Tergantung dari jenis zat
tambahan yang digunakan, shampo ini diedarkan dengan berbagai nama seperti shampo lanolin,
shampo telur, shampo protein, shampo brendi, shampo lemon, shampo susu atau bahkan shampo
strawberry.
3. Shampo krim atau pasta

Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai sedang yang dapat
memberikan konsistensi kuat. Untuk membuat shampo pasta dapat digunakan malam seperti
setilalkohol sebagai pengental. Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan dietanolamida minyak
kelapa atau isopropanolamida laurat.

4. Shampo larutan

Merupakan larutan jernih. Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi shampo ini meliputi
viskosita, warna keharuman, pembentukan dan stabilitas busa, dan pemgawetan.

Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi 0,2 % larutan formaldehid 40 %, garam fenilraksa; kedua
zat ini sangat racun, sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang ditetapkan pemerintah. Parfum
yang digunakan berkisar antara 0,3 – 1,0 %, tetapi umumnya berkadar 0,5 %.

II.2 Zat Tambahan

1. Sodium lauryl sulfate

 Sinonim : Natrii lauryl sulphate

 Rumus molekul : C12 H25 NaO 4

 Berat molekul : 288.38

 Pemerian : serbuk putih, atau cream sampai Kristal kuning

 Fungsi : surfaktan anionic, emulsifying agent (0.5-2,5%), detergen pada shampoo


(≈10%)

 pH : 7.0-9,5

 kelarutan : sangat larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan kloroforom

 OTT : garam alkaloid, dan mengendap dengan garam potassium.

2. Oleic acid

 Sinonim : asam oleat


 Rumus molekul : C18 H34O2

 Berat molekul : 282,47

 Fungsi : emulsifying agent

 Kelarutan : sangat larut dalam benzene, kloroforom, ethanol 95%, eter, heksan,praktis tidak larut
dalam air

 OTT : aluminium, kalsium, logam berat, larutan iodine,, asam perklorat, dan zat pengoksidasi

3. Triethanolamin

 Sinonim : TEA

 Rumus molekul : C6H15NO3

 Berat molekul : 149,19

 Fungsi : emulsifying agent

 pH : 10,5

 Kelarutan : tidak larut dalam aceton, etanol, methanol, dan air, benzene 1 in 24, larut dalam
kloroform.

 OTT : asam mineral, asam lemak, copper, tionyl klorida

4. Methyl paraben

 Sinonim : nipagin

 Rumus molekul : C8H8O3

 Berat molekul : 153,13

 Fungsi : antimikroba( topical 0,02-0,3%)

 Pemerian : serbuk berwarna putih, tidak berwarna, serbuk Kristal

 Kelarutan : sangat larut dalam aseton,etanol 1 in 2, etanol 95% 1 in 3, eter 1 in 10 air 1 in 400

 OTT : surfaktan nonionic

5. Sulfur

 Sinonim : belerang

 Pemerian : tidak berbau,, tidak berasa, serbul lembek, bebs butiran, kuning keabuan pucat atau
kuning kehijeuan pucat.
 Kelarutan ; praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam karbondisulfida P, sukar larut
dalam minyak zaitun,sangat sukar larut dalam etanol 955

 Khasiat : antiskabies

6. Acidium salicycum

 Sinonim : asam salisilat

 Pemerian : hablur ringan tidak berwarna atau serbuk putih, hampir tidak berbau, rasa agak manis
dan tajam

 Kelarutan : larut dalam 550 bagian air, dan dalam 4 bagian etanol 955, mudah larut dalam kloroform,
dan dalam eter, larut dalam larutan ammonium asetat,

 Fungsi : keratolitikum

7. Steararic acid

 Sinonim : asam stearat

 Rumus molekul : C 15H36O2

 Berat molekul : 284,47

 Fungsi : emulsifying agent 91-20%)

 Pemerian : keras, putih,, Kristal putih, atau putih kekuningan, serbuk.

 Kelarutan : sangat larut dalam benzene, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter, larut dalam etanol,
heksan dan propilenglikol, praktis tidak larut dalam air

 OTT : logam hidroksida dan zat pengoksidasi

8. White wax

 Sinonim : lilin putih

 Fungsi : emulsifying agent

 Kelarutan : larut dalam kloroform, eter,fixed oil, minyak yang mudah menguap, dan karbon disulfide,
praktis tidak larut dalam air

 OTT : zat pengoksidasi

9. Cetyl alcohol

 Sinonim : cetil alcohol


 Rumus molekul : C 16H34O

 Berat molekul : 242,44

 Fungsi : coating agent, emulsifying agent

 OTT : zat pengoksidasi kuat

BAB III

MATERI DAN METODE

III.1 Alat

1. Erlenmeyer

2. Cawan porselen

3. Beker glass

4. Mortir

5. Lumpang

6. Penangas

7. Spatula

III.2 Bahan
1. Asam salisilat 3%

2. Natrium lauryl sulfat 30%

3. Asam oleat 20%


4. Trietanolamin 10%

5. Nipagin 0,2%

6. Parfum qs

7. Aquadest ad 50 gram

III.3 Prosedur Kerja

1. Asam oleat, Na lauryl sulfat dan aquadest dipanaskan diatas waterbath hingga 60º C

2. Ditambahkan TEA perlahan – lahan sambil diaduk.

3. Dimasukkan kedalam botol dan dibiarkan dingin.

4. Ditambahkan parfum pada suhu 350C

BAB IV

DATA DAN HASIL PENGAMATAN

I.1 Formula

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6

Na Lauryl Asam salisilat Sulfur 2% Sulfur 2% Lilin putih 15% Lilin putih 10%
sulfat 40% 3%

Asam oleat Na lauryl sulfat Na lauryl sulfat Na lauryl sulfat Adeps lanae Adeps lanae
20% 30% 25% 30% 5% 10%
TEA 10% asam oleat Asam stearat Asam stearat Cetil alcohol Cetil alcohol
20% 7% 7% 5% 8%

Nipagin 0,2% TEA 10% NaOH 1% NaOH 1% Na lauryl sulfat Na lauryl sulfat
10% 10%

Parfum Nipagin 0,2% Nipagin 0,3% Nipagin 0,3% Parfum Parfum

Aquadest ad Parfum Parfum Parfum Nipagin 0,2% Nipagin 0,2%


50 gr

Aquadest ad Aquadest ad Aquadest ad Aquadest ad Aquadest ad


50 gr 50gr 50gr 50gr 50gr

IV.2 Hasil Pengamatan

Formula/evaluasi 1 2 3 4 5 6

viskositas kental kental Kental kental encer encer

pH 9 8 9 10 6,5 7

homogenitas homogen homogen homogen homogen homogen homogen

Karakteristik Wangi, Wangi, Wangi, Wangi, Wangi, Wangi,


produk putih putih putih putih putih putih

Pembentukan Terbentuk Terbentuk Terbentuk Terbentuk Terbentuk Terbentuk


busa banyak banyak banyak banyak banyak banyak
busa busa busa busa busa busa

BAB V

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami mebuat sediaan sampo, sampo merupakan salah satu hair care,
yang banyak digunakan oleh masyarakat luas. Sampo adalah suatu sediaan yag terdiri dari surfactan,
pelembut, pembentuk busa, pengental dan bahan tambahan lainnya. Sampo mempunyai fungsi untuk
membersihkan kotora yang ada di kulit kepala.

Praktikum kali ini dicobakan 3 formula sampo dalam bentuk sediaan yang berbeda yaitu cream
sampo, liquid sampo dan conditioner. Formula yang pertama terdiri dari asam salisilat sebagai zat aktif
yang mempunyai khasiat sebagai keratolitik dan biasa digunakan dalam sampo anti ketombe. Dalam
formulasi ini digunakan asam salisilat sebesar 3%, asam salisilat. Formula yang dikerjakan oleh kelompok
1 dan 2 dibedakan dalam hal konsentrasi natrium lauril sulfat yang digunakan, untuk kelompok 1
konsentrasi natrium lauril sulfat sebesar 20%, sedangkan kelompok 2 sebesar 30%. Natrium lauril sulfat
merupakan surfactan anionic yang biasa digunakan dalam body care maupun hair care, selain sebagai
surfactan Na lauril sulfat pun dapat digunakan sebagai pembentuk busa. Surfactan ini berfungsi untuk
mengangkat kotoran yang ada di kulit. Di beberapa negara eropa, Na lauril sulfat ini sudah dimodifikasi
menjadi bentuk Na laureth ester sulfat yang tingkat iritasi kulitnya lebih rendah. Asam oleat yang
digunakan dalam formulasi merupakan fase minyak yang berfungsi sebagai zat pengemulsi, begitu pula
dengan TEA (trietanolamin) yang merupakan zat pengemulsi yang larut air (fase air), kedua sediaan ini
yang berperan dalam pembentukan cream sampo ini. Pengawet yang digunakan dalam sediaan ini
adalah nipagin atau metil paraben, yang merupakan pengawet larut air. Pengawet ini biasa digunakan
dalam sediaan farmasi oral maupun topikal, namun untuk sediaan sampo yang menggunakan surfactan
base seperti pada sediaan ini nipagin kurang efectiv digunakan karena dalam periode beberapa bulan
saja sediaan akan berjamur. Sediaan ini pun merupakan cream W/O, sehingga nipagin ini kurang efectiv.

Hasil dari formula ini menghasilkan sediaan cream sampo yang memiliki pH sekitar 7-8 dengan
kehomogenitasan yang baik, dan busa yang terbentuk cukup banyak dan tahan lama, viskositas sediaan
juga sangat baik. Perbedaan sediaan antara hasil formula kelompok 1 dan 2 adalah masalah pH, untuk
formula pertama dengan konsentrasi Na lauril sulfat sebanyak 25% memilki pH sekitar 7 dan busa yang
dihasilkan lebih sedikit, sedangkan formula 2 dengan konsentrasi Na lauril sulfat 30%, pH nya sekitar 8
dan busa yang dihasilkan lebih banyak, karena dengan kadar Na lauril sulfat yang tinggi akan
meningkatkan kebasaan dari sediaan dan Na lauril sulfat juga sebagai pembentuk busa, maka dengan
tingginya kadar Na lauril sulfat busa yang terbentuk juga lebih banyak. Hanya saja sediaan cream sampo
ini jarang ditemui di pasaran dan kurang praktis digunakan. Efek setelah penggunaan cream sampo ini
adalah berminyak/lengket pada rambut sehingga kurang menyenangkan untuk digunakan, selain itu
sediaan ini kurang praktis dalam penggunaannya.

Formula yang kedua adalah liquid sampo yang terdiri dari sulfur sebagai antidandruff. Sulfur
yang digunakan adalah sebesar 2% . Pada formula ini juga digunakan Na lauril sulfat sebagai surfactan
dan foam booster (pembentuk busa), dan asam stearat sebagai zat pengemulsi. NaOH yang digunakan
berfungsi sebagai viscosity modifier, jadi NaOH ini akan memperbaiki struktur polimer sehingga
viskositas dari sampo menjadi lebih baik. Hasil dari formula ini kurang baik dengan pH basa yaitu sekitar
10 dan sulfur tidak bercampur dengan baik dalam sediaan tersebut, sehingga kehomogenitasan dari
sediaan ini sangat kurang. Bau dari sulfur sendiri kurang menyenangkan sehingga sediaan mempunyai
bau yang kurang baik meskipun telah ditambahkan parfum. Nipagin pun kurang cocok dalam formula ini
karena sediaan ini merupakan sampo basis surfactan.

Formula yang ketiga adalah formula conditioner, perbedaan antara conditioner dan sampo
adalah, conditioner mempunyai viscositas yang lebih tinggi dan tidak menghasilkan busa yang banyak
seperti sampo, dan pH cenderung netral hingga sedikit asam. Untuk menambah viskositas dari sediaan
sampo sehingga menjadi conditioner biasanya ditambahkan wax, wax yang ditambahkan pada formulasi
ini adalah lilin putih dan adeps lanae. Surfactan yang digunakan sama seperti formula lainnya yaitu Na
lauril sulfat, pada formula ini digunakan cetil alkohol sebagai zat pengemulsi dan cetyl alkohol ini larut
dalam air. Pada formula ini juga digunakan propilenglikol segai humectan dan peningkat penetrasi
sediaan. Nipagin pun kurang efectiv jika digunakan dalam sediaa ini kecuali jika dikombinasikan dengan
pengawet lainnya.

Perbedaan antara formula 3 kelompok 6 (a) dan 7 (b) adalah dalam hal konsentrasi lilin putih,
adeps lanae, cetyl alkohol dan propilenglikol. Konsentasi lilin putih pada formulasi a lebih banyak 5%,
dan konsentrasi adeps lanae pada formula a lebih sedikit 5%, untuk cetyl alkohol pada formula a lebih
sedikit 2% dibandingkan formula b. Dengan formula ini seharusnya hasil sediaan dari formula a
mempunyai viskositas yang lebih tinggi dari formula b, namun ternyata formula a hasilnya lebih encer
dari formula b, sedangkan formula b mempunyai viskositas dan homogenitas yang baik, dan mempunyai
kesan lembut.

Hal-hal yang menyebabkan terhadinya sediaan yang encer ini antara lain, panas yang digunakan
kurang maksimal sehingga sediaan menjadi encer dan faktor pengadukan juga sangat mempengaruhi.
BAB VI

KESIMPULAN

1. Sampo merupakan salah satu sediaan hair care yang umum digunakan. Bentuk fisik sampo ada
beberapa macam antara lain, cream, liquid dan pasta.

2. Formulasi sampo yang paling mendasar adalah penggunaan surfactan seperti Na lauril sulfat, dan jika
terdiri dari 2 fasa sangat diperlukan adanya zat pengemulsi.

3. Pembuatan sampo harus sangat diperhatikan penggunaan suhu saat pencampuran dan lamanya
pengadukan agar dihasilkan sampo dengan konsistensi dan homogenitas yang baik.

4. Evaluasi yang dapat dilakukan terhadap sediaan sampo antara lain: viskositas, pH, homogenitas,
bobot jenis, uji mikrobiologi, daya bersih, pembentukan busa dan karakteristik produk.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.resep.web.id/tips/kenali-istilah-shampo-anda.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Shampoo

http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/1819623-tips-memilih-shampoo/

Anonim. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta : Depkes RI


Anonym. 1979. Farmakope Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI

Wade, Ainkey, Paul, J.Walker.1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients Second Edition. London:
Pharmaceutical Press

Anda mungkin juga menyukai