Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
41 tayangan4 halaman

Laporan Sampo

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 4

I.

TUJUAN
1. Memahami prinsip dasar formulasi sediaan shampoo dengan bahan aktif dari alam
2. Melakukan pengujian dan mengevaluasi sifat fisik sediaan shampo
II. DASAR TEORI
Shampo adalah sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk yang sesuai dan
berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pda rambut dan kulit
kepala agara tidak membahayakan rambut, kulit kepala dan kesehatan si pemakai.
Agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan diatas, shampo harus memiliki sifat
sebagai berikut :
1. Shampo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan
cepat, lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.
2. Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan,
karena jika tidak kulit kepala menjadi kering.
3. Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat
mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam komposisi
shampo. Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu : sekret dari
kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan
kosmetik.
4. Tidak mengiritasi kulit kepala dan juga mata.
5. Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi
keruh dalam penyimpanan. Viskositas dan pHnya juga harus tetap konstan, shampo
harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasad renik dan dapat mempertahankan
bau parfum yang ditambahkan kedalamnya.
Detergen yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan shampo
memiliki sifatfisikokimia tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan ciri
sifat yang dikehendaki untuk shampo. Umumnya, detergen dapat melarutkan lemak dan
daya pembersihnya kuat, sehingga jika digunakan untuk keramas rambut, lemak rambut
dapat hilang, rambut menjadi kering, kusam dan mudah menjadi kusut, menyebabkan sukar
diatur.
Sifat detergen yang terutama dikehendaki untuk shampo adalah kemampuan
membangkitkan busa. Jenis detergen yang paling lazim diedarkan tergolong alkil sulfat,
terutama laurilsulfat, juga alkohol monohidrat dengan rantai C10 – 18. Sifat detergen ini
tergantung pada panjang rantai alkohol lemak yang digunakan. Homolog rendah seperti
C12 ( lauril ) dan C14 ( miristil ) memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan dengan
homolog yang lebih tinggi seperti C16 ( palmitil ) dan C18 ( stearil ) dalam hal memberikan
busa dan basah dengan sifat pembersih yang baik, meskipun suhu rendah

Jenis-jenis shampo
1. Shampo bubuk
Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan zat pengencer biasanya
digunakan natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium seskuikarbonat, dinatrium
fosfat, atau boraks.
2. Shampo emulsi
Shampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental. Tergantung
dari jenis zat tambahan yang digunakan, shampo ini diedarkan dengan berbagai nama
seperti shampo lanolin, shampo telur, shampo protein, shampo brendi, shampo lemon,
shampo susu atau bahkan shampo strawberry.
3. Shampo krim atau pasta
Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai sedang
yang dapat memberikan konsistensi kuat. Untuk membuat shampo pasta dapat digunakan
malam seperti setilalkohol sebagai pengental. Dan sebagai pemantap busa dapat
digunakan dietanolamida minyak kelapa atau isopropanolamida laurat.
4. Shampo larutan
Merupakan larutan jernih. Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi
shampo ini meliputi viskosita, warna keharuman, pembentukan dan stabilitas busa, dan
pemgawetan.
Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi 0,2 % larutan formaldehid 40 %, garam
fenilraksa; kedua zat ini sangat racun, sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang
ditetapkan pemerintah. Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3 – 1,0 %, tetapi
umumnya berkadar 0,5 %.

III. ALAT DAN BAHAN


ALAT :
1. Beaker glass
2. Timbangan analitik
3. Cawan porselin
4. Gelas ukur
5. Batang pengaduk
6. Spatel
7. pH meter
8. Corong
BAHAN :
1. Ekstrak lidah buaya
2. HEC
3. Na lauril sulfat
4. TEA
5. Propilenglikol
6. Nipagin
7. Nipasol
8. Na2EDTA
9. Green tea oil
10. Aqua dest
IV. CARA KERJA
Menyiapkan alat dan bahan
Menimbang carbopol sebanyak 1,65 gram, masukkan ke dalam beaker glass

Tambahkan aquadest sebanyak 49,5 ml kedalam beaker glass, campur hingga


terdispersi homogen

Setelah homogen tambahkan TEA, campur hingga carbopol mengembang dan


mengental, sebagai M1, sisihkan

Melarutkan nipagin dan nipasol dalam beaker glass menggunakan propilenglikol

Campur hingga larut, sebagai M2, sisihkan

Melarutkan Na2EDTA dengan aquadestilata hangat didalam beaker glass, mix ad larut

Menambahkan SLS sedikit demi sedikit, aduk perlahan, jangan sampai menimbulkan
busa dalam jumlah yang banyak, mix ad larut

Menambahkan ekstrak lidah buaya sedikit demi sedikit, aduk dan mix ad larut, sebagai
M3, sisihkan

Mencampurkan M1 + M2 + M3, aduk ad homogeny, masukkan kedalam kemasan

Melakukan pengujian seperti pH, organoleptis dan viskositas

Daftar pustaka
Read
more: http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/07/ko.html#ixzz65ZqHB4m4

Anda mungkin juga menyukai