Tika Rahmawati (Antibiotik)
Tika Rahmawati (Antibiotik)
Tika Rahmawati (Antibiotik)
Disusun oleh:
Farmasi 3-A
PRODI S1 FARMASI
2019
LAPORAN PRAKTIKUM KE IV
Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam pengobatan modern.
Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri.
Pencarian antibiotik telah dimulai sejak penghujung abad ke-18 seiring dengan meningkatnya
pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan dengan bakteri dan mikroba
yang menyebabkan penyakit. Meskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya
mereka berasal dari beberapa jenis antibiotic saja, sehingga mudah dikelompokan. Ada banyak
cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya berdasarkan struktur kimianya.
Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
1. Golongan Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromisin,
sisomisin, streptomisin, tobramisin.
2. Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan
sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksin, seftazidim), golongan beta-laktam
monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksilin).
3. Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin, dekaplanin.
4. Golongan Poliketida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritomisin,roksitomisin),
golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin,oksitetrasiklin,
klortetrasiklin).
5. Golongan Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
6. Golongan Kinolon (Fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, norfloksasin, levofloksasin,
dantrovafloksasin.
7. Golongan Streptogramin
Diantaranya prystinamisin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.
8. Golongan Oksazolidinon
Diantaranya lenizolid dan AZD263.
9. Golongan Sulfonamide
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetropin
Antibiotika lain yang penting seperti kloramfenikol, klindamisin, dan asamfusidat. Berdasarkan
mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif meracuni sel bakteri.
Antibiotik dikelompokkan sebagai berikut :
sampel
Uji pendahuluan
sampel
asam sulfat
(H2SO4)
(-)
(+) 1. golongan lain →
1. golongan β-laktam → amoxicilin, kloramfenikol,
penisilin,ampisilin (kuning) thiampenicol
2. golongan sefalosporin → cefixime, 2. golongan quinolon →
cefradoxil (kuning) ciprofoxacin,
3. golongan tetrasiklin → (ungu) levofloxacin
4. golongan lain → rifampisin (ungu merah )
Thiampenicol : (-)
Tetrasiklin HCl :
zat + FeCl3 → ungu coklat
Gol. Tetrasiklin
Oksitetrasiklin :
zat + asam sulfat P → ungu
merah +air →kuning
Eritromisin :
Gol. Makrolida sampel + HNO3 pekat →
ungu muda
Amoxicilin :
Gol. Penisilin
zat + asam sulfat → kuning
sampel
Gentamisin :
Gol. Aminoglikosida
zat + Reagen nessler →hitam
Ethambutol HCl :
sampel + CuSO4 NaOH →
biru intensif
Gol. Anti TB
Isoniazid :
zat + FeCl3 → kuning ↓
endapan coklat merah
Cifrofloxacin :
sampel + bromtymol + metyl
red → kuning hijau
Gol. Kuinolon
Levofloxacin :
sampel + HCl 4N + CaCl2 +
NH4SCN → endapan biru hijau
Cefixime :
Gol. sepalosporin zat + asam sulfat + asam
lanjutan....
nitrat →kuning
Ampicilin :
Gol. Lain zat + reagen marquis
→kuning muda
G. Hasil Pengamatan
Sampel No. 43
H. Pembahasan
Praktikum kali ini praktikan melakukan praktikum Analisis Senyawa Golongan Antibiotik,
dimana tujuan dari dilakukannya praktikum ini yaitu untuk menganalisa dan mengidentifikasi
senyawa-senyawa golongan antibiotik dalam sedian farmasi. Dimana sampel senyawa
antibiotic yang akan dianalisis yaitu Tetrasiklin, Etambutol, Levofloxacin, Ciprofloxacin,
Gentamisin, Isoniazid, Oksitetrasiklin, Ampisilin, Amoksilim, Cefixime, Ceftriaxone,
Kloramfenikol, Thiampenikol, Eritromisin, dan Rifampisin. Antibiotik merupakan obat yang
dapat menghambat ataupun membunuh pertumbuhan bakteri didalam tubuh. Antibiotika
dihasilkan melalui proses sintesis dan banyak jenisnya sehingga sukar diidentifikasi karena
satu sama lainnya mempunyai sifat yang spesifik. Golongan antibiotika yang diuji hampir tidak
larut dalam air sehingga harus dilakukan isolasi terlebih dahulu.
Identifikasi senyawa antibiotika yang pertama praktikan uji adalah sampel No. 43, dimana
setelah didapatkan sampel kemudian dilakukan uji pendahuluan yaitu organoleptik melihat
secara fisik dari bentuk, warna, bau dan rasa. Hasil yang diperoleh yaitu untuk sampel No. 43
mempunyai bentuk serbuk agak kasar, berbau khas, pahit dan berwarna merah muda (pink).
Jika dilihat secara sekilas dari uji organoleptic dapat ditarik dugaan bahwa sampel tersebut
adalah rifamfisin. Sehingga dilakukan pengujian untuk senyawa rifamfisin namun hasil yang
diperoleh bukan larutan berwarna hitam namun gas yang terdapat pada dinding tabung
berwarha hitam. Dari hasil tersebut dapat diduga bahwa sampel adalah rifamficin karena
memberikan warna hitam, namun hasil yang sebenarnya untuk sampel No. 43 bukan rifamfisin
melainkan Etambutol.
Pemerian, Serbuk hablur, putih; tidak berbau atau hamper tidak berbau. Kelarutan, larut
dalam 1 bagian air, dalam 4 bagian etanol (95 %) P dan dalam 850 bagian kloroform P;
sangat sukar larut dalam eter P.
Karena etambutol dapat larut dalam air sehingga untuk pengisolasian dapat menggunakan
air sebagai pelarut, kemudian di sentrifugasi dan diperoleh analit untuk dilakukan uji
identifikasi. Analit yang diperoleh kemudian direaksikan dengan CuSO 4 dan NaOH, hasil
yang diperoleh yaitu dihasilkan larutan berwarna biri intensif. Reaksi kimia yang terjadi yaitu
:
Pengamatan selanjutnya dilakukan pada sampel No. 280, dimana setelah didapatkan
sampel kemudian dilakukan uji pendahuluan yaitu organoleptik melihat secara fisik dari
bentuk, warna, bau dan rasa. Hasil yang diperoleh yaitu untuk sampel No, 280 berbentuk
semisolid (salep), berwarna putih pucat sedangkan untuk bau tidak beraroma atau beraroma
rendah. Karena sampel berbentuk semisolid sehingga untuk sampel No. 280 dapat diduga
Gentamisin, Oxitetrasiklin, Kloramfenikol dan Eritromisin. Dimana semua antibiotik tersebut
dalam sedian farmasi berbentuk salep. Hasil yang sebenarnya untuk sampel No. 280 adalah
Kloramfenikol bukan Eritromicin meskipun memberikan hasil postif ketika di uji identifikasi
senyawa eritromicin. Hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya pemisahan yang terjadi ketika
proses isolasi sehingga adanya reaksi antara basis salep dengan asam sulfat.
Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak 103,0% kloramfenikol
dihitung terhadap zat yang dikeringkan. BM 323, 13 Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum
atau lempeng memanjang; putih sampai putih kelabu atau putih kekuningan; tidak berbau;
rasa sangat pahit. Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian
etanol(95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P; sukar larut dalam kloroform P dandalam
eter P.
Sebelum dilakukannya uji identifikasi terlebih dahulu dilakukan uji isolasi agar zat aktif
dapat terpisah dari basis salep. Pengisolasian dapat dilakukan pertama dengan melihat
kelarutannya, dimana untuk sebagian besar basis salep tidak dapat larut dalam kloroform
ataupun etanol. Salep dilarutkan dalam kloroform kemudian di vortex, tujuan dari
dilakukannya vortex yaitu untuk memperluas kontak pelarut dengan zat aktif sejenis agar zat
aktif mudah ditarik dari basis salep.
Hal ini dilakukan karena basis salep yang lengket maka zat aktif didalam basis sulit untuk
dipisahkan. Salep memang tidak akan larut, sehingga untuk langkah keduanuya dilakukan
pemanasan apabila basis salep berada diatas permukaan pelarut. Tujuannya agar basis salep
melumer atau mencair bila dipanaskan, walaupun setelah dilakukan
perlu pemanasan yang lama agar basis melumer, selanjutkan adalah pemisahan secara
dekantasi apabila basis tetap padat. Setelah didapatkan analit, analit tersebut diidentifikasi
umum untuk mengetahui manakah pelarut yang dapat memberikan hasil reaksi yang spesifik.
Hal ini terjadi karena gugus OH- akan menyerang N+ karena N memiliki 5 tangan dan N
memiliki satu electron bebas, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi agar reaksi
berlangsung cepat.
Hal ini terjadi ketika Ag+ berikatan dengan Cl- yang ada pada rantai kloramfenikol, karena
Ag tidak berikatan dengan O dan O pada rantai kloramfenikol tidak dapat dihidrolisis dengan
Ag.
I. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan untuk sampel No. 43 adalah
Etambutol dan untuk sampel No, 280 adalah Kloramfenikol.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia:Jakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi Ketiga. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta
Fessenden, J, S & Fessenden, R, J. 1994. Kimia Organik edisi ketiga Jilid I .Erlangga ; Jakarta.
LAMPIRAN