Keperawatan Bencana
Keperawatan Bencana
Keperawatan Bencana
OLEH KELOMPOK 4 :
1. NI LUH PUTU SUSANTHI ASIH (16089014106)
2. NI PUTU SARTIKA CANDRA SARI (16089014089)
3. PUTU RISKA LODRAYANA (16089014081)
4. KOMANG RUDI SETIAWAN (16089014086)
5. I GEDE PRAYADI PUTRA (16089014076)
6. KADEK SUPARIANTO (16089014104)
7. KETUT WAHYU SUPUTRA (16089014114)
8. WIRA BUDHAWANGSA (16089014121)
S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Tanggap Darurat Saat Bencana dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan
Bencana.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya bisa membangun untuk
pembuatan makalah selanjutnya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila dalam
pembuatan makalah ini terdapat kesalahan baik itu dalam penulisan maupun
penyusunan. Semoga makalah ini dapat berguna dan menambah wawasan kita
semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang............................................................................1
1.2.Rumusan Masalah.......................................................................2
1.3.Tujuan.........................................................................................2
1.4.Manfaat.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan......................................................................................3
2.2 Literatur........................................................................................
3.1.Kesimpulan...................................................................................
3.2.Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi
mengenai penanganan evakuasi / tanggap darurat di tempat kerja
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui sistem tanggap darurat dan evakuasi apabila terjadi
bencana.
2. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam
penanganan evakuasi / tanggap darurat saat menghadapi bencana.
2.1 Tinjauan
Pembahasan Jurnal 1.
Berdasarkan hasil observasi dapat dikatakan bahwa masih terdapat banyak
faktor pendukung resiko terjadinya bencana kebakaran di ruang praktikum jurusan
pemesinan. Pendidikan yang didapatkan informan utama mengenai tanggap
darurat kebakaran masih sangat minim karena tidak terdapat dalam kurikulum
pendidikan SMK sehingga materi hanya diberikan sekilas dan tidak terperinci.
Pengalaman informan utama terhadap simulasi atau pelatihan tanggap darurat
kebakaran dapat dikatakan nihil dikarenakan sekolah belum pernah mengadakan
simulasi atau pelatihan terkait tanggap darurat kebakaran.
Kondisi lingkungan di ruang praktikum Jurusan Pemesinan SMK N 7
Semarang seperti alat pemadam api ringan belum pernah dilakukan pemeliharaan
serta fasilitas pendukung sarana prasarana kelengkapan evakuasi dan penyelamat
jiwa tidak terdapat di SMK Negeri 7 Semarang maupun di ruang praktikum
jurusan pemesinan. Budaya keselamatan telah diterapkan di jurusan pemesinan.
Namun dalam penerapannya masih belum maksimal, hanya terdapat briefing rutin
sebelum kegiatan praktikum yang diberikan oleh tenaga pengajar.
Pembahasan jurnal 2
Peran tenaga kesehatan ketika fase emergency adalah :
1) Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan
sehari-hari.
2) Tetap menyusun rencana prioritas asuhan ketenaga kesehatan harian.
3) Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS.
4) Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
5) Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus
bayi, peralatan kesehatan.
3
6) Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri
dan lingkungannya.
7) Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas,
depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi
diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia,
fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot).
8) Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain.
9) Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog
dan psikiater.
10) Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.
Pembahasan jurnal 3
Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana8. Penanggulangan bencana merupakan
tanggung jawab bersama, tidak hanya pemerintah tetapi dunia usaha dan
masyarakat dapat berperan dalam berbagai bentuk kerelawanan dalam membantu
pemerintah dan pemerintah daerah. Peneliti fokus pada masyarakat yang
bergabung pada organisasi relawan penanggulangan bencana, yaitu PMI Kota
Jakarta Timur dan MDMC Cabang Bukit Duri.
Faktor internal berasal dari dalam diri seseorang yang dapat
mempengaruhi keaktifan seseorang untuk berperan pada suatu kegiatan, dalam hal
ini adalah penanggulangan bencana.
faktor eksternal berupa peluang dan kendala yang mempengaruhi perannya
pada saat banjir di wilayah Jakarta Timur tahun 2014 adalah para relawan
memperoleh peluang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, semakin banyak
bantuan yang diberikan ke organisasinya semakin banyak bantuan yang diberikan
ke para korban bencana dan peluang mendapatkan jaringan yang luas
Pembahasan jurnal 4
Berdasarkan hasil penelitian peran relawan pada saat tidak terjadi bencana
Erupsi Gunung Kelud didapatkan relawan memiliki peran baik sebesar 50% (15
relawan), memiliki peran cukup sebesar 33,3% (10 relawan) dan peran kurang
sebesar 6,7% (5 relawan). Peran relawan pada saat tidak terjadi bencana dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu pada saat mitigasi dan pada saat potensi bencana.
Peran relawan pada saat mitigasi adalah penyelenggaraan pelatihan bersama
masyarakat, penyuluhan kepada masyarakat, penyediaan informasi kepada
masyarakat, peningkatan kewaspadaan
masyarakat dan pelatihan simulasi bencana.
Sedangkan peran relawan pada saat potensi bencana adalah pemantauan
perkembangan ancaman dan kerentanan masyarakat, penyuluhan tanggap darurat,
penyediaan dan penyiapan barang pemenuhan kebutuhan dasar, penyediaan dan
penyiapan barang, bahan, dan peralatan pemulihan sarana dan prasarana,
penyiapan lokasi evakuasi serta peringatan dini (Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 17 tahun 2011). Peran relawan pada saat tidak
terjadi bencana erupsi Gunung Kelud dilakukan setelah adanya koordinasi dengan
BPBD Kabupaten Blitar dalam rangka memperlancar kesiapsiagaan bencana dan
mengutamakan keselamatan masyarakat. Peran relawan pada saat tidak terjadi
bencana dilakukan pada saat gunung Kelud berada pada level waspada (level 2)
yaitu berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumentasi mulai terdeteksi
gejala perubahan kegiatan, misalnya jumlah gempa vulkanik, suhu kawah
(solfatara/fumarola) meningkat dari nilai normal yang informasinya didapatkan
dari PBMVG
Pembahasan 5
Wawancara yang dilakukan kepada tim penanggulangan bencana RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu, petugas keamanan, petugas logistik dan farmasi dan
petugas perawat jaga dan dokter jaga. Manajemen bencana di RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu masih perlu untuk perbaikan, seperti menyediakan sistem
peringatan dini, menambah tanda jalur evakuasi dan menyediakan properti untuk
rumah sakit lapangan secara lengkap. Pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan
baik dan normal secara maksimal. RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dalam
perencanaan manajemen bencana rumah sakit belum berjalan dengan baik. Dalam
perencanaan bencana di rumah sakit belum adanya rencana dan prosedur program
yang dibuat oleh tim penanggulangan bencana rumah sakit Dr. M. Yunus
Bengkulu dan belum adanya catatan praktik manajemen bencana yang
terdokumentasikan oleh tim penanggulangan bencana rumah sakit. Sedangkan
dalam buku pedoman praktis manajemen bencana NFPA 1600 tentang Standar
Program Manajemen Bencana/Kedaruratan, sebuah entitas wajib memiliki
rencana dan prosedur program dan wajib memiliki catatan praktik manajemen
bencana yang terdokumentasi.
Pembahasan jurnal 6
Keberhasilan pelaksanaan simulasi tersebut karena mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak. Hasil observasi menunjukkan ada 3 guru yang
mendampingi anak-anak selama simulasi, kemudian anak-anak sangat antusias
mengikuti simulasi sampai selesai dan aktif memberikan feedback saat trainer
memberikan pertanyaan, selain itu wali/orang tua siswa mendukung anak-anak
dengan memberikan ijin untuk mengikuti simulasi, guru-guru juga memfasilitasi
terhadap pelaksanaan pelatihan seperti terlibat dalam memberikan informasi
tentang pelatihan kepada siswa dan orang tua siswa. Pada pelatihan siaga bencana
pada anak-anak menggunakan metode simulasi. Hal ini didukung oleh pernyataan
oleh Steward & Wan (2007) dalam penelitiannya tentang peran simulasi didalam
manajemen bencana dapat mengukur kesiapan seseorang dalam menghadapi
bencana. Menurut Olson et.al, (2010) dalam penelitiannya juga menyatakan
bahwa pendidikan tentang siaga bencana dengan menggunakan simulasi berupa
game atau permainan dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan yang
tidak menggunakan simulasi.
Pembahasan Jurnal 7
Respon cepat pada fase tanggap darurat pada kejadian bencana sangat
penting dilakukan oleh first responder untuk meminimalisir korban jiwa.
mengatakan bahwa prioritas tindakan yang harus dilakukan pada saat terjadi
bencana dan fase awal adalah penataan informasi dan perlindungan jiwa serta
tindakan pencegahan gangguan kesehatan.Perawat sebagai profesi dengan jumlah
terbanyak dalam sistem kesehatan dalam bencana penting sebagai first responder
Permasalahnya, sebagian besar perawatyang selamat atau disebut survivor juga
belum siap untuk melakukan respon tanggap darurat terhadap bencana.
Respon cepat dalam fase tanggap darurat bencana sangat penting. Cepat
respon akan sulit dilakukan jika bencana seperti tsunami pada tahun 2004 terjadi,
yang menyebabkan daerah terpencil. Hambatannya adalah penghancuran jaringan
komunikasi dan transportasi, kekurangan logistik dan yang paling fatal adalah
kurangnya tenaga kesehatan, terutama perawat sebagai jumlah terbesar. Perawat di
daerah bencana pada saat itu tidak hanya membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan sebagai yang pertama tetapi juga kesiapan mental. Perawat yang
selamat dari bencana atau yang selamat dan memutuskan untuk menjadi
responden pertama harus memiliki kekuatan mental yang baik.
Pembahasan Jurnal 8
Penilaian cepat kesehatan kejadian bencana atau Rapid Health Assessment
(RHA) sangat diperlukan dalam kondisi bencana, dimana bencana merupakan
kejadian yang sering terjadi akibat pengaruh alam yang dapat menimpa kehidupan
manusia dan mengancam lingkungan (Khankeh HR, dkk., 2007). Dampak yang
ditimbulkan mengakibatkan dampak fisik pada manusia seperti kesakitan dan
kematian serta dampak lingkungan yaitu kerusakan infrastruktur, kerusakan area
pertanian serta menyebabkan gangguan kesehatan. Abu vulkanik yang dikeluarkan
oleh Gunung Kelud mengakibatkan terkontaminasinya air bersih, tersumbatnya
saluran air, serta rusaknya fasilitas air bersih. Dampak terhadap gangguan
kesehatan secara umum abu vulkanik menyebabkan masalah kesehatan khususnya
menyebabkan iritasi pada paru-paru, kulit dan mata.
Pembahasan Jurnal 9
yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
adalah Pemerintah daerah dan juga menjadi penjaminan pemenuhan hak
masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana sesuai dengan standar pelayanan
minimum, perlindungan masyarakat dari dampak bencana, pengurangan risiko
bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program
pembangunan, dan pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang memadai dengan didukung pula
oleh pendanaan yang berasal dari APBD Provinsi dan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN). Untuk mengetahui koordinasi kelembagaan dalam
meningkatkan efektivitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD);
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efektivitas BPBD; dan hambatan dan
upaya untuk mengatasi hambatan dalam koordinasi kelembagaan guna
meningkatkan BPBD.
Pembahasan Jurnal 10
Bencana merupakan kejadian luar biasa yang menyebabkan kerugian besar
bagi manusia dan lingkungan dimana hal itu berada diluar kemampuan manusia
untuk dapat mengendalikannya, disebabkan oleh faktor alam atau manusia atau
sekaligus oleh keduanya. Didalam penanganan bencana terdapat beberapa aspek
yaitu aspek mitigasi bencana (pencegahan), kegawatdaruratan saat terjadinya
bencana, dan aspek rehabilitasi. Penanganan kegawatdaruratan targetnya adalah
penyelamatan sehingga risiko tereliminir. Sedangkan rehabilitasi merupakan
upaya mengembalikan pada kondisi normal kembali. Di berbagai Negara yang
telah mengalami bencana dengan korban yang cukup banyak, permasalahan yang
besar muncul adalah tidak adanya manajemen penanggulangan bencana yang
baik. Permasalahan terjadi pada semua tahapan manajemen bencana mulai dari
respon akut, recovery, rekonstruksi, pencegahan, mitigasi maupun kesiapsiagaan.
Salah satu syarat sukses dalam management bencana adalah tenaga kesehatan.
Ketiadaan atau kelemahan ketenaga kesehatan adalah kebingungan, kehancuran,
kerugian, dan malapetaka. Namun justru hal inilah yang biasanya menjadi titik
lemah penanganan bencana di Indonesia, termasuk kasus penanganan letusan
gunung Sinabung di Kabupaten Karo pada saat-saat awal kejadian bencana,
dimana untuk tenaga kesehatan perannya sangat diperlukan.
2.2 Literatur
Nama Sumber Metode
No Judul Hasil
Penulis Jurnal Penulisan
1. Analisis Dwina, Jurnal Jenis a. Tujuan
Tingkat Kesehatan penelitian
Suroto, Penelitian ini
Pengetahuan Masyarakat ini adalah
Siswa Ida Volume 4, jenis bertujuan untuk
Terhadap Wahyuni No. 3, Juli penelitian
menganalisis
Tanggap 2016 kualitatif
Darurat yang pengetahuan
Kebakaran bersifat
siswa tentang
Pada Smk deskriptif
Negeri 7 Kota dengan tanggap darurat
Semarang pendekatan
kebakaran.
cross
sectional b. Hasil
study.
Hasil penelitian
menunjukkan
pengetahuan
siswa masih
sangat rendah
dalam keadaan
darurat kebakaran
karena tidak ada
materi tentang
respon darurat
kebakaran yang
disampaikan
secara sistematis
dan menyeluruh
kepada siswa.
2 Analisis Henni jurnal Jenis a. Tujuan
manajemen Febriawati ilmiahINT penelitian
Penelitian ini
bencana gempa ,Wulan EGRITAS ini adalah
di rumah sakit Angraini, deskriptif bertujuan untuk
umum daerah Sri dengan
mengetahui peran
dr. M. Yunus Ekowati, pendekatan
kota bengkulu Dwi kualitatif relawan PMI
Astuti,
dalam
2017
penanggulangan
bencana erupsi
Gunung Kelud di
Kabupaten Blitar
b. Hasil
RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu
belum
sepenuhnya
menjalankan
tahapan
manajemen
bencana, mulai
dari pencegahan
dan mitigasi,
kesiapsiagaan,
tanggap darurat,
pemulihan dan
pembangunan.
Tidak adanya
catatan praktik
yang
terdokumentasi,
tidak memiliki
lapangan rumah
sakit yang layak,
dan masih
kurangnya
penanganan
bencana terhadap
kelompok rentan,
belum memiliki
sistem peringatan
dini, masih
kurangnya tanda
jalur evakuasi
korban.
2 Efektivitas Bifrenda jurnal prodi Penelitian a. Tujuan
peran relawan Arifiani manajemen ini
menganalisis
penanggulanga Sujanto, bencana menggunak
n bencana pada 2017 an analisis faktor internal
tanggap deskriptif
dan eksternal
darurat banjir dengan
jakarta timur metode yang
dalam rangka kualitatif
mempengaruhi
penyelamatan
korban peran relawan
manusia (studi
pada tanggap
di kelurahan
kampung darurat bencana
melayu tahun
banjir di wilayah
2014)
Jakarta Timur dan
menganalisis
efektivitas
perannya dari tiga
aspek yaitu
kemampuan,
pengetahuan dan
motivasi.
b. Hasil
Hasil dari
penelitian ini,
pertama, faktor
internal dan
faktor eksternal
merupakan faktor
pendukung dalam
mempengaruhi
peran relawan
pada penanganan
banjir di Jakarta
Timur tahun 2014
yang dimiliki oleh
kaum muda pada
relawan, seperti
sifat-sifat yang
berempati kepada
korban bencana,
ingin diakui,
dihargai,
dipercayai dan
mendapatkan
pengalaman baru
untuk
eksistensinya dan
karakter ini
diinginkan oleh
para kaum remaja
untuk
mendapatkan
kesempatan
dalam mengasah
keterampilan,
ilmu pengetahuan
dan berorganisasi,
maka para
relawan tersebut
perlu ditampung
dalam wadah
organisasi dan
bila diorganisir
dengan baik,
mereka dapat
menghasilkan
sesuatu yang
bermanfaat dalam
penanggulangan
bencana serta
dapat menangani
kendala yang
dihadapi. Kedua,
peran para
relawan pada
tanggap darurat
banjir di
Kelurahan
Kampung Melayu
tahun 2014 cukup
efektif dalam
melaksanakan
penyelamatan
korban manusia
yang didukung
oleh adanya
kemampuan
teknis para
sukarelawan PMI
kota Jakarta
Timur cukup
efektif
dibandingkan
para relawan dari
MDMC cabang
Bukit Duri.
Sedangkan
kemampuan
konseptual dan
kemampuan
sosial para
relawan dari
kedua organisasi
cukup efektif
dalam
penanganan
darurat;
Pengetahuan
tentang
penanggulangan
bencana para
relawan diperoleh
dari pelatihan dan
pengalaman; dan
motivasi yang
positif untuk
menolong,
mendapatkan
ilmu pengetahuan
dan pengalaman
serta dapat
bermanfaat bagi
korban terdampak
yang
mengerahkan
seluruh
keterampilan,
tenaga dan waktu
untuk
penyelamatan
korban.
3 Peran relawan Agus Journal of Metode a. Tujuan
dalam Khoirul Borneo dalam
Penelitian ini
penanggulanga Anam, Holistic penelitian
n bencana Jupriono, Health menggunak bertujuan untuk
erupsi gunung Kasiati., an
mengetahui peran
kelud di 2018 rancangan
kabupaten deskriptif relawan PMI
blitar
dalam
penanggulangan
bencana erupsi
Gunung Kelud di
Kabupaten Blita
b. Hasil
Dari hasil analisis
menunjukkan
bahwa 60%
relawan PMI
memiliki peran
cukup dalam
penanggulangan
bencana erupsi
Gunung Kelud di
Kabupaten Blitar.
Peran relawan
PMI pada saat
tidak terjadi
erupsi
dikategorikan
cukup yaitu 50%,
pada saat terjadi
erupsi
dikategorikan
baik yaitu 63,3%,
dan pasca erupsi
dikategorikan
kurang yaitu
56,7%.
Rekomendasi dari
penelitian ini bagi
relawan PMI
untuk
meningkatkan
kerjasama
maupun
komunikasi
dengan BPBD
maupun pihak
yang terkait agar
peran relawan
lebih optimal
khususnya pada
saat pasca
bencana dalam
kancah bencana
sangat tergantung
keberadaan
pemimpin.
Kepemimpinan
dalam
penanganan
emergency
bencana haruslah
mampu dengan
cepat, tepat, dan
berani mengambil
keputusan,
bersikap tegas,
menjalankan
sistem instruksi
bukan diskusi.
5 Analisis Heni Jurnal Ilmu Jenis a. Tujuan
Manajemen Febriawati Kesehatan penelitian
Tujuan penelitian
Bencana ,wulan Masyarakat ini adalah untuk mengetahui
Gempa di Anggraini, deskriptif manajemen
Rumah Sakit Sri dengan bencana di RSUD
Umum Daerah Ekowati, pendekatan Dr. M. Yunus
DR.M. Yunus Dwi kualitatif Bengkulu dalam
Kota Bengkulu Astusti, menghadapi
2017 gempa
b. Hasil
Manajemen
bencana di RSUD
Dr.M. Yunus
Bengkulu :
1.Perencanaa
(pencegahan dan
mitigasi)
2.Pengorganisasia
n
3.Actuating
(tanggap darurat
pembangunan dan
rehabilitas)
4.Controling
(pengendalian)
6 Pengaruh Fika Nur Jurnal Jenis a. Tujuan
pemberian Indriasari, Keperawat penelitian
Tujuan utama dari
metode 2016 an ini adalah
simulasi siaga Soedirman deskriptif penelitian ini
bencana gempa dengan
adalah untuk
bumi terhadap pendekatan
kesiap siagaan cross mengetahui
anak di sectional
pengaruh simulasi
yogyakarta
bencana
metode menuju
kesiapan anak-
anak
b. Hasil
Pemberian
metode simulasi
siaga bencana
gempa bumi
memberikan
pengaruh
terhadap kesiap
siagaan anak
sekolah dasar
yang ditunjukkan
dengan nilai
p<0,001 sehingga
target kecakapan
anak-anak untuk
bisa menolong
diri sendiri
tercapai
(suhardjo, 2011)
7 Pengalaman Sapopndra Jurnal Penelitian a. Tujuan:
perawat Wijaya, Kesehatan ini
sebagai Sri Wiraraja Mengeksplorasi
merupakan
survivor dan Andarini, Medika pengalaman
penelitian
pemberi Setyoadi, perawat sebagai
kualitatif
pertolongan 2015. penyintas dan
dengan
kesehatan saat sebagai pemberi
pendekatan
respon tanggap kesehatan selama
fenomenol
darurat pada
ogi tanggap darurat
korban
bencana intepretatif. kepada para
tsunami tahun korban Tsunami
2004 di 2004 di Lhoknga
Lhoknga dan dan Lhoong, Aceh
Lhoong Aceh Besar.
Besar
b. Hasil:
Penelitian ini
menghasilkan 7
tema dari hasil
analisa data yang
dilakukan. 7 tema
tersebut adalah
reaksi psikologis
perawat fase akut
tanggap darurat,
sifat heroik
perawat fase akut,
bertahan dalam
kondisi kritis, rasa
tanggung jawab
perawat, ikatan
emosional
perawat dan
wilayah, reaksi
psikologis
perawat setelah
respon tanggap
darurat, dan
perawat ingin
meningkatkan
pengetahuan dan
keterampilan
dalam
penanganan
bencana.
8 Pengalaman Yati Nur Jurnal Ilmu Penelitian a. Tujuan :
perawat dalam Azizah , Keperawat ini Mengidentifikasi
melakukan Retty an menggunak makna
penilaian cepat Ratnawati, Volume 3, an desain
pengalaman
kesehatan Setyoadi, No. 2, penelitian
kejadian 2015. November kualitatif perawat dalam
bencana pada 2015 dengan melakukan Rapid
tanggap pendekatan Health
darurat fenomenol Assessment /
bencana erupsi ogi RHA pada
gunung kelud interpretif. tanggap darurat
tahun 2014 di
bencana erupsi
kabupaten
Malang Gunung Kelud
tahun 2014 di
Kabupaten
Malang.
b. Hasil :
Kurang
optimalnya
perawat dalam
proses penilaian
cepat kesehatan
dalam bencana
baik dilihat dari
segi persiapan
perawat,
kerjasama tim
maupun pada saat
pengumpulan data
serta kurangnya
koordinasi baik
lintas program,
lintas sektor
maupun antar
wilayah maka
perawat memiliki
harapan untuk
peningkatan
dalam
optimalisasi RHA
dengan
melakukan
pelatihanpelatihan
dan peningkatan
kompetensi
perawat
9 Koordinasi Deasy journal of Metode a. Tujuan :
kelembagaan Ariyanto, manageme penelitian untuk
falam 2018. nt Review yang mengetahui
meningkatan digunakan
koordinasi
efektivitas adalah
badan metode kelembagaan
penanggulanga pendekatan dalam
n bencana kualitatif. meningkatkan
daerah efektivitas Badan
Penanggulangan
Bencana Daerah
(BPBD);
Faktor-faktor
yang dapat
meningkatkan
efektivitas BPBD;
dan
hambatan-
hambatan dan
upaya untuk
mengatasi
hambatan
dalam koordinasi
kelembagaan
guna
meningkatkan
BPBD.
b. Hasil :
Koordinasi
kelembagaan
dalam
meningkatkan
Efektivitas Badan
Penanggulangan
Bencana Daerah
(BPBD) di
Kabupaten
Ciamis sudah
berjalan baik,
namun tidak
dapat dipungkiri
bahwa dalam
pelaksanaannya
masih terdapat
beberapa hal yang
perlu diperbaiki
misalnya: Perlu
diadakannya
pertemuan resmi
antara unsur-
unsur atau unit
tekait dengan
membahas hal-hal
yang harus
dikoordinasikan
dalam
penanggulangan
bencana
Membuat suatu
buku pedoman
yang
berisi
penjelasan tugas
dari
masingmasing
unit secara lebih
detail dan bisa
dipakai oleh
masing-masing
pihak yang
terlibat.
3.1 Kesimpulan
Sistem tanggap darurat merupakan kesatuan sistem yang diterapkan dan
dilaksanakan oleh suatu industri, pemerintah beserta komponen masyarakat yang
terintegrasi dalam suatu sistem dan prosedur kerja yang konkret, dalam rangka
menghadapi keadaan darurat di suatu instansi, industri, maupun sektor informal
yang berpotensi menimbulkan gangguan bagi stabilitas keamanan.
Maksud dan tujuan sistem tanggap darurat meliputi aspek kemanusiaan,
aspek pencegahan kerugian, dan aspek komersial. Aspek kemanusiaan disini
mencakup pencegahan dan minimalisir jatuhnya korban manusia, penyelamatan
jiwa atau perlindungan karyawan atau orang yang berada disekitar terjadinya
kejadian tersebut, pemindahan atau pengamanan sumber daya manusia atau aset
ke tempat yang lebih aman, serta pemberian pertolongan pengobatan kepada
korban-korban yang terluka.
Perlengkapan dan sarana instrumen yang minimal wajib dimiliki oleh
sebuah perusahaan adalah personal protective equipment, fire fighting, fisrt aid
kit box, emergency lighting dan power, dan communivation fasilities.
Pelaksanaan tanggap darurat yang dilakukan oleh perusahaan atau tenaga
kerja meliputi beberapa tahap penting. Setiap tahapan yang dilakukan harus
dikomunikasikan secara penuh antara elemen yang bersangkutan sehingga dapat
diperoleh pencapaian kondisi yang terkendali dan aman. Agar kondisi darurat
yang terjadi dapat diminimalkan. Adapun tahapan dalam proses tanggap darurat
adalah perlindungan, komunikasi, pengawasan, pelaporan, evaluasi dan koreksi
3.2 Saran
Secara umum, System manajemen bencana sudah baik namun ada
beberapa hal yang masih perlu di intensifkan lagi, seperti program pemantauan,
dan manajemen yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, D., S., I.W. 2016. Analisis Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap
Tanggap Darurat Kebakaran Pada Smk Negeri 7 Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume 4, No. 3, Agustus 2016. Dalam
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/13040. Diunduh
Pada Tanggal 5 Nopember 2019.