Nilai-Nilai TNI 45
Nilai-Nilai TNI 45
Nilai-Nilai TNI 45
1. Pendahuluan
Manusia secara individu dikaruniai Tuhan dengan Ied, Ego dan Superego yang akan
memotivasi setiap insan saling berhubungan saling membutuhkan untuk hidup
bersama sekaligus saling bersaing untuk maju. Bapak Padmo Wahyono dalam
makalah berjudul “Pancasila sebagai idiologi dalam kehidupan ketatanegaraan” pada
seminar nasional Bp-7 dengan Tema “Pancasila sebagai ideologi dalam berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara” menyampaikan antara
lain: “Manusia adalah insan yang hidup berkelompok (Homo socius) sekaligus insan
usaha (Homo Ekonomicus). Dia butuh sesama manusia untuk hidup bersama
sekaligus bersaing dalam usaha.
Sebagai insan yang berpikir berdasarkan iman, cipta, rasa dan karsa maka
seseorang akan memiliki pandangan hidup pribadi untuk menjawab permasalahan
yang berkaitan dengan kehidupannya”. Ketika ia berkumpul dengan sesamanya dan
saling berakulturasi maka terjadi penyesuaian pandangan hidup dalam kelompok
yang melahirkan pandangan hidup kelompok. Ketika satu kelompok bertemu
kelompok yang lain dan saling berakulturasi menyatu membentuk masyarakat maka
akan melahirkan pandangan hidup masyarakat. Ketika masyarakat menyatu
membentuk bangsa maka akan muncul pandangan hidup bangsa berupa suatu tata
nilai yang dicita-citakan bangsa yang membentuk keyakinan hidup bersama
sekaligus menjadi tolok ukur kesejahteraan kehidupan bersama sesuai yang dicita-
citakan.
Sebagai yang dicita-citakan maka ia membentuk ide ide dasar dari segala aspek
kehidupan manusia dalam kehidupan bermasyarakatnya yang secara
ketatanegaraan lebih dikenal dengan “ideology.” Idiologi berperan mempersatukan
bangsa dalam suatu koridor untuk menuju kemasa depan yang dicita-citakan
bersama. Idiologi juga berperan menjadi filter penyaring nilai-nilai atau ajaran yang
harus sesuai dengan nilai-nilai atau ajaran budaya yang dipegang suatu bangsa.
1
Idiologi juga bisa menjadi cermin pengukur nilai-nilai budaya yang ada saat ini
dengan nilai budaya instrinsik yang dilestarikan bangsa dan negara.
Ketika bangsa Indonesia menegara pada 18 Agustus 1945 maka membutuhkan
lembaga untuk melindungi segenap bangsa dan segenap tumpah darah yaitu tentara
yang secara embrio muncul dari Badan Keamanan Rakyat (BKR) lalu berubah
menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945 yang diperingati
sebagai hari lahir TNI. Selanjutnya TNI sebagai bagian dari bangsa Indonesia harus
memiliki cita-cita yang sama dengan sesama bangsa seperti yang terkandung dalam
nilai-nilai Pancasila, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa tentulah TNI
memiliki fungsi, sifat dan keuletan yang khas yang memiliki nilai-nilai keluhuran tapi
tidak terpisahkan dari nilai-nilai persatuan bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
TNI selaku Lembaga terus berkembang, berjuang, membangun dan survive/tetap
eksis sampai menjadi lembaga yang professional saat ini tentunya memiliki nilai-nilai
kejuangan yang senantiasa memotivasi setiap insan prajurit dalam membaktikan
dirinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Semoga nilai-nilai ini terus lestari
mengikuti perkembangan jaman dan melalui abstraksi dan sublimasi nilai akan
muncul lagi nilai nilai baru sesuai ruang dan waktunya
2
Peranan TNI sejak awal kemerdekaan sudah banyak terlibat dalam upaya melucuti
senjata Jepang mulai dengan cara damai sampai melalui pertempuran berdarah.
Ketika sekutu (Inggris dan Australia) mendarat dengan tujuan melucuti senjata
Jepang karena arogannya telah terjadi beberapa pertempuran dengan tentara
pejuang Indonesia yang puncaknya adalah pertempuran 10 November 1945 yang
diperingati sebagai ”Hari Pahlawan” berlanjut dengan Palagan Ambarawapada 15
Desember 1945 yang sekarang menjadi “Hari Bhakti TNI AD”.
Masih ada lagi Pertempuran Medan Area pada 13 Oktober 1945. Pertempuran 5
hari di Palembang pada 1 Januari 1946, Pertempuran Lengkong 23 Januari 1946.
Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 di Manado, Bandung lautan api 23 Maret
1946, Pertempuran Margarana 20 November 1946 di Bali dan di banyak tempat di
seluruh wilayah Indonesia. Berlanjut perang kemerdekaan I dan II, Penumpasan
Pemberontakan PKI Muso. Gerakan Operasi Militer (GOM) II s/d VII, Penumpasan
separatis DI/TII Di Sulawesi Selatan dan Kalimantan, PRRI/Permesta, Operasi
Trikora dan Dwikora, Penumpasan pemberontakan G.30SPKI dan operasi militer
lainnya. TNI juga banyak terlibat dalam pembangunan nasional berupa Operasi
Bhakti, AMD/TMD dan sebagainya, serta ikut terlibat dalam operasi pemulihan
perdamaian dunia dibawah bendera PBB dibanyak tempat di dunia sampai hari ini.
3
sesungguhnya yang terkandung dalam sesuatu hal dan nilai eksintrik atau nilai
instrumental adalah nilai terapan atau nilai yang jadi sarana atau jalan ke nilai yang
lain. TNI sejak lahirnya terus mendharmabhaktikan dalam melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia serta mempertahankan persatuan dan
kesatuan bangsa dan wilayah Indonesia serta ikut terlibat dalam meningkatkan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut dalam
meningkatkan ketertiban dunia. Fungsi-fungsi ini masih eksis sampai saat ini serta
masih terus diemban dengan baik dengan penuh tanggung jawab dan tetap eksis
serta tetap konsekwen dalam menjalankan fungsinya tentunya harus didukung oleh
nilai-nilai yang dipegang dan yang menjiwai kehidupan dan kepemimpinan TNI
secara utuh dalam organisasinya
Nilai-nilai TNI yang lebih dikenal dengan nilai nilai TNI 1945 sebenarnya sudah
terkristal dalam Sapta Marga sebagai wujud awal TNI dalam memanifestasikan
kepribadian bangsa(kepribadian Pancasila) dalam kehidupan prajurit, yaitu :
a. Sadar akan kedudukannya sebagai anggota masyarakat/ warganegara
kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila
b. Memiliki sifat patriot yang bertanggung jawab dan pantang menyerah dalam
mendukung dan membela negara tercinta Indonesia
c. Berjiwa kesatria yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berani
membela kejujuran, kebenaran dan keadilan.
d. Menjadi menjadi Bhayangkari negara dan bangsa Indonesia
e. Memegang teguh disiplin, patuh dan taat pada pimpinan serta menjunjung
tinggi sikap dan kehormatan prajurit
f. Mengutamakan keperwiraan didalam melaksanakan tugas serta senantiasa
siap sedia berbhakti pada negara dan bangsa
g. Setia dan menepati Janji serta Sumpah Prajurit
Walaupun nilai –nilai ini baru dikristalkan dalam Sapta Marga pada 1952 namun nilai-
nilai perjuangan TNI atau.nilai – nilai TNI 1945 sebagian sudah terbentuk menjelang
lahirnya TNI.
4
a. Rasa cinta tanah air. Jepang hanya mendidik perwira saja dalam pendidikan
Peta di Bogor untuk menjadi Komandan Peleton, Komandan Kompi dan
Komandan Batalyon, lalu dibentuk tim terdiri Danyon, beberapa Danki serta
para Dantonnya dan 2 perwira Jepang sebagai penasihat ke tiap Karesidenan
di pulau Jawa dan Sumatera. Di tiap Karesidenan dikirim satu tim namun ada
beberapa Karesidenan yang dikirimi lebih dari satu tim dimana tiap tim ini
ditugaskan merekrut pemuda setempat membangun kesatuan tentara setingkat
Batalyon di tiap Karesidenan. Walaupun ada perwira Jepang dalam tiap tim
namun diam-diam para perwira Peta menanamkan rasa cinta tanah air pada
pemuda pemuda yang di rekrut jadi tentara Peta di tiap Karesidenan. Menjelang
akhir perang dunia ke II sebagian dari Peta di pimpin oleh Supriyadi
mengangkat senjata melawan Jepang sehingga seluruh tentara Peta dilucuti
oleh Jepang. Di Myanmar (Burma) terjadi juga kejadian seperti ini pada 29
Maret 1945 dan di peringati sebagai hari jadi Angkatan Perangnya sedangkan
hari kemerdekaannya baru pada 1947.
b. Tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara professional. Prajurit TNI sejak
awal kelahirannya tidak pernah merasa sebagai warga masyarakat kelas atas
atau warga masyarakat yang dominan tapi sebagai warga negara yang sama
dengan warga negara lainnya yang sejak awal berjuang tanpa pamrih (tentara
pejuang)sampai menjadi prajurit professional. Tidak dikenal istilah tentara
bayaran dalam kehidupan organisasi TNI sejak awal sampai saat ini. Diawal
perang kemerdekaan I dan II sudah membentuk kantung-kantung gerilya
dengan massa rakyat sebagai komponen cadangan kekuatan TNI, sebagai
sumber logistic perang dan sebagai badan pengumpul informasi dalam intelijen
perang dimana rakyat ada dimana mana sehingga tidak dikenal lagi front
pertempuran/perang karena sumber perlawanan ada dimana-mana. TNI adalah
tentara rakyat dan tentara pejuang dulu baru menjadi tentara Profesional, oleh
sebab itu jiwa dan semangat merakyatnya TNI sangat diutamakan dalam
membangun jiwa korsa TNI.
5
c. Tidak kenal menyerah. Pertempuran Margarana di Bali yang dikenal sebagai
Perang Puputan dipimpin oleh Letkol I Gusti Ngurah Rai sambil berteriak
“Puputan…puputan” mereka bertempur sampai habis dan tidak tersisa satupun.
Ketika Presiden RI dan kebinetnya mengambil kebijakan untuk menyerah pada
Belanda di awal agresi II Belanda, sebelumnya Presiden RI telah meminta agar
Panglima Besar Jenderal Sudirman untuk turut menyerah demi kondisi
kesehatannya yang memerlukan perawatan namum Panglima Sudirman
menolak dengan alasan untuk terus memimpin perjuangan mempertahankan
kemerdekaan secara bergerilya. Sejarah telah membuktikan bahwa eksisnya
perjuangan Panglima Sudirman (eksisnya TNI) mampu menangkis isu politik
Belanda dimedia internasional bahwa pemerintahan Indonesia sudah tidak ada.
Serangan Umum 1 Maret 1949 membuktikan bahwa RI masih eksis sehingga
dibentuk Komisi Tiga Negara (KTN) dan melalui diplomasi 3 Negara ini
perjuangan kemerdekaan semakin hari semakin eksis di jalur diplomasi yang
memaksa Belanda berunding dalam Konferensi Meja Bundar di Den Hag
Belanda dimana Belanda Belanda mengakui kedaulatan RI.
6
Sudirman taat pada keputusan politik Presiden untuk kembali berunding
dengan Belanda.
e. Taat pada pimpinan. Panglima Sudirman taat pada Presiden Soekarno untuk
berunding dan menyelesaikan masalah melalui jalan diplomasi. Mungkin situasi
agak berbeda bila perjuangan bersenjata TNI bersama rayat terus di tingkatkan
untuk mengepung Belanda dimana-mana. Mungkin saja bisa terjadi pihak
Belanda menyerah seperti tentara Perancis menyerah pada perjuangan tentara
bersama rakyat Vietnam di benteng Bien Phu, Vietnam.
f. Membudidayakan nilai guna. Salah satu yang melandasi doktrin “Dwi fungsi
ABRI” dan menjadi doktrin hampir semua Angkatan Perang didunia adalah
pemberdayaan maksimum personil dan peralatan perangnya (lddle capacity)
dimana dalam kondisi damai tidak berarti kehampaan dalam bidang
pertahanan. Negara tetap membangun kekuatan pertahanannya disesuaikan
dengan kemungkinan ancaman dan kekuatan ekonominya. Personil dan
peralatan militer jangan sampai dibiarkan menganggur tanpa menghilangkan
kesiapsiagaan tentara. Personil dan peralatan ini harus di manfaatkan seefektif
mungkin dalam meningkatkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa tanpa mengurangi kesiapsiagaan tentara.
7
TNI dengan rakyat adalah suatu keniscayaan dan TNI sejak awal sudah
memiliki kemampuan ini.
h. Prajurit Pancasila. Jendral Purn. A.H Nasution dalam bukunya “Pokok pokok
grilya” menulis bahwa “prajurit TNI bukan sekedar prajurit pemanggul senjata
tapi lebih lebih sebagai prajurit pemanggul idiologi”. Idiologilah yang yang
membentuk prajurit menjadi TNI yang tidak terpengaruh aliran apapun selain
Pancasila dalam bertempur atau dalam perjuangan dibidang lain demi negara
dan bangsa. Idiologi akan terus membimbingnya dalam melaksanakan tugas
yang jelas dalam koridor persatuan dan kesatuan bangsa menuju cita-cita
nasional.
Ketika PKI Muso memproklamasikan negara Soviet Komunis Indonesia di
Madiun pada 1948 TNI yang sedang giat-giat menghadapi Belanda harus
segera membagi sebagian kekuatan untuk menghadapi pemberontakan PKI
Muso dan TNI bersama kekuatan rakyat berhasil menghancurkan
pemberontakan ini. Diera Orde Lama hanya pimpinan TNI AD satu satunya
yang berani mengkritik kebijakan pemerintah yang memberi angin pada PKI
serta berani mengingatkan rakyat tentang bahaya Komunis, menolak adanya
angkatan ke 5 dan tanpa perintah dari Presiden langung melaksanakan
penghancuran terhadap G.30.S / PKI. Resiko atas pengritikan, penolakan
tersebut di atas adalah gugurnya pahlawan revolusi dalam peristiwa G 30 S/
PKI, saat ini banyak aparat teritorial mulai mengingatkan bangsa tentang
bahaya laten PKI dan mulai mengawasi peredaran buku-buku yang berbau
komunis.
i. Netral dalam berpolitik. Sejak awal berdiriya TNI Panglima Sudirman sudah
menegaskan bahwa politik tentara adalah politik negara. TNI tidak boleh dibawa
kearah lain oleh kekuatan politik manapun selain kekuatan politik negara. Pada
tahun tahun 1955 TNI ikut memilih dalam Pemilu sehingga sempat muncul
satuan militer dengan warna politik tertentu (ada Batalyon PKI) yang akhirnya
8
di manfaatkan untuk ikut dalam G.30.S/PKI. Sejak Dekrit Presiden 1959 sampai
saat ini TNI tidak penah lagi diikutkan dalamnPemilundannbersikapnnetral.
9
wilayah dan siap dengan bambu runcing sebagai tenaga bantuan
membantu perjuangan kemerdekaan
b. Sublimasi nilai, sublimasi terjadi karena adanya kekuatan dasar yang mendorong
terjadinya sublimasi tersebut. Yang disublimasi adalah nilai intrinsik yaitu nilai dari
dirinya sendiri yang merupakan tujuan dan karenanya memiliki watak usaha tidak
hentinya sehingga memberi dorongan tidak hanya dalam ruang dan waktu
tertentu. Memahami suatu nilai intrinsik berarti mengetahui dengan pasti kekuatan
dasar suatu nilai, berarti mengenal tujuan hakiki dari suatu nilai. Dengan
mengetahui “tujuan hakiki” dari suatu nilai maka dirumuskan “tujuan segeranya”
yang sesuai dengan tingkat kondisi budaya masyarakat pada kurun waktu
bersangkutan. Tujuan segera ini lebih dikenal dengan nilai ekstrinsik atau nilai
instrumental. Mensublimasikan suatu nilai intrinsik berarti menanggalkan tujuan
segera yang lama yang sudah tidak sesuai lagi dengan tingkat budaya pada kurun
waktu itu dan segera menggantikannya dengan “tujuan segera” yang baru yang
masih konsisten dengan tujuan hakikinya.
10
Kita mengenal nilai-nilai “semangat tidak mengenal menyerah” sebagai suatu
identitas TNI. Bentuk amalan di era perang kemerdekaan adalah bertempur
dengan alat apa saja sampai musuh hancur. Pada saat sekarang kita tidak
punya musuh nyata maka ancamannya berbeda antara lain berupa
kemiskinan, kebodohan dan sebagainya sehingga sublimasi nilainya adalah
semangat tidak mengenal menyerah dalam mensejahterakan masyarakat,
dalam mendidik masyarakat agar menguasai teknologi berupa antara lain
intensifikasi pertanian dan sebagainya.
Disini terlihat
Sehingga terjadi subtimasi nilai dari “tidak mengenal menyerah” dalam bertempur
membela kemerdekaan dan kedaulatan menjadi tidak kenal menyerah dalam
mensejahterakkan masyarakat dan dalam mendidik masyarakat menguasai
tehnologi. Pelestarian nilai-nilai TNI 45 ini harus terus menerus dilaksanakan dengan
kedua metode tersebut melalui berbagai sarana mulai dengan sosialisasi, evaluasi,
analisis pengembangan, melalui diskusi, seminar, loka karya dan sebagainya.
11
Kita harus banyak belajar dari sejarah nasional tentang perjuangan bangsa untuk
mempersatukan Nusantara, membebaskan bangsa ini dari penjajahan,
mempersatukan kepentingan kelompok demi persatuan dan kesatuan NKRI,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut aktif
dalam ketertiban dunia. Apa yang ada dalam makalah ini baru sebagian kecil yang
saya konsep dan diambil dari sekian banyak refrensi. Saya anjurkan para Perwira
Siswa agar banyak membaca dan banyak mencari refrensi tentang perjuangan
bangsa khususnya perjuangan TNI serta mampu mengabstraksikannya dan
mensublimasinya dalam mengikuti perkembangan zaman. Nilai instrinsiknya harus
tetap dipertahankan sambil mengembangkan nilai ekstrinsiknya dengan disesuaikan
perkembangan zaman.
Selamat belajar.
12