LP SP1 HDR
LP SP1 HDR
LP SP1 HDR
Disusun oleh :
P1337420919116
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan
tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri Faktor yang
mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak
realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal
dan eksternal seperti: Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian yang mengancam. (Yoedhas, 2010).
Klasifikasi Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2,
yaitu:
1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai
diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
B. Penyebab
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan
tanpa persetujuan.
2. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan
jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan
tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep, 2007).
C. Manifestasi klinis
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
5. Percaya diri kurang
6. Mencederai diri
7. Konsentrasi menurun
8. Menyangkalfek labil
9. Regresi perkembangan
D. Akibat
Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan
gangguan interaksi sosial : menarik diri, dan memicu munculnya perilaku
kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Isolasi social merupakan suatu keadaan dimana individu dan kelompok
mengalami kebutuhan meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
mampu untuk melakukan kontak.
Tanda dan gejala
Data Subyektif
a. Klien mengatakan kesepian
b. Klien mengatakan tidak mempunyai teman
c. Klien mengatakan lebih sering di rumah, sendiri
d. Klien mengatakan tidak dapat berhubungan social
Data Obyektif
a. Menyendiri
b. Diam
c. Ekspresi wajah murung, sedih
d. Sering larut dalam pikiranya sendiri
E. Penatalaksanaan
a. Psikofarmakologi
Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri rendah
kali ini pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam
jenis Tricyclic Anti Depresan (TCA) : Amitriptiline, Imipramine, desipramine,
notriptilin, sesuai dengan fungsi dari obatnya yaitu untuk
meningkatkan reuptakeseorotonin dan norepinefrin sehingga meningkatkan
motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu pengobatan yang diberikan
pada klien dengan depresi tetapi juga mengalami skizofrenia sehingga
mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan.
b. Psikoterapi
Psikoterapi keperawatan yang diberikan pada klien dengan harga diri
rendah meliputi tindakan untuk klien secara pribadi, juga untuk keluarga dan
komunitas di lingkungan klien tinggal. Terapi yang diberikan tetap dengan
menggunakan tindakan keperawatan generalis ditambah dengan tindakan
berupa terapi kognitif untuk individu, triangle terapi untuk keluarga dan terapi
aktivitas kelompok sosialisasi dan logoterapi untuk terapi kelompok pada
klien harga diri rendah kronis. Terapi tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Tindakan keperawatan pada klien
a. Terapi generalis
Prinsip tindakan:
1) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
klien.
2) Bantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Bantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
4) Latih kemampuan yang dipilih klien
5) Beri pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien
6) Bantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
7) Evaluasi kemampuan pasien sesuai jadwal kegiatan harian
8) Latih kemampuan kedua
9) Motivasi klien memasukkan kemampuan kedua kedalam jadwal
harian
b. Terapi Kognitif
Prinsip tindakan:
Sesi I : Mengungkapkan pikiran otomatis
Sesi II : Mengungkapkan alasan
Sesi III : Tanggapan terhadap pikiran otomatis
Sesi IV : Menuliskan pikiran otomatis
Sesi V : Penyelesaian masalah
Sesi VI : Manfaat tanggapan
Sesi VII : Mengungkapkan hasil
Sesi VIII : Catatan harian
Sesi IX : Support system
Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu.
3. Tujuan
- Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
- Klien dapat merencanakan kegiatan dengan kemampuan yang dimiliki
2. Strategi Pelaksanaan
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu
pasien minilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih / menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang
sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih
dalam rencana harian.
a. Fase Orientasi
1. Evaluasi / validasi
a. Perasaan klien saat ini
b. Kondisi klien saat ini
c. Latihan sebelumnya (pertemuan kedua dst)
2. Kontrak (pertemuan sekarang) : topik , waktu dan tempat
“Selamat pagi! Bagaimana keadaan T hari ini ? T terlihat segar.”
“Bagaimana kalau kita bercakap- cakap tentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang
masih dapat T lakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih
satu kegiatan untuk kita latih.”
“Dimana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ?
Bagaimana kalau 20 menit? “
b. Fase Kerja
1. Melakasanakan topic (diskusi atau latihan ) yang telah disepakatai.
2. Ditulis secara singkat, jelas dan sistematis.
“T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi ? Saya
buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan?
Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring dan
seterusnya. Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang T
miliki!”
“T, dari kelima kegiatan / kemampuan ini, yang msih dapat di
kerjakan di rumah sakit? (mis. ada tiga yang masih dapat dilakukan).
Bagus sekali ada tiga kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini!”
“Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan
di rumah sakit ini. Baik, yang nomor satu, merapikan tempat tidur ? Kalau
begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur T.
Mari kita lihat tempat tidur T! Coba lihat, sudah rapikah tempat
tidurnya?”
“Nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan
dulu bantal dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya , dan
kasurnya kita balik. Nah sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai
dari arah atas, ya bagus ! Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan dan letakkan di
sebelah atas / kepala. Mari kita lipat selimut! Bagus!”
“T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakan dengan sebelum dirapikan! Bagus!”
“Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda di kertas daftar
kegiatan, tulis M (mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh , tulis B
(bantuan) kalau T melakukan dengan dibantu, dan tulis T (tidak) kalau T
tidak melakukan (perawat memberi kertas berisi daftar kegiatan atau
harian).
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Subjektif : tanyakan perasaan klien setelah interaksi
b. Objektif : minta klien menyimpulkan / demonstrasi