4 Proposal Kornet
4 Proposal Kornet
4 Proposal Kornet
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Daging Sapi....................................................................................................3
2.2 Kornet Sapi.....................................................................................................3
2.3 Syarat Mutu Kornet Sapi Menurut SNI 01-3775-2006..................................3
BAB III METODOLOGI......................................................................................5
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan.....................................................................5
3.2 Peserta dan Pembimbing Rotasi Kesmavet....................................................5
3.3 Metode Pengujian...........................................................................................5
3.4 Jenis Pengujian...............................................................................................5
3.5 Metode Prosedur Pengujian............................................................................6
3.5.1 Pemeriksaan Organoleptik Kornet sapi...................................................6
3.5.2 Pemeriksaan Kadar Air Kornet Sapi........................................................6
3.5.3 Pemeriksaan pH Kornet sapi...................................................................6
3.5.4 Pemeriksaan Deteksi Formalin Metode Hehner (Hehner’s Sulfuric Acid
Test)...................................................................................................................7
3.5.5. Uji Mikrobiologi.....................................................................................8
3.5.6 Pemeriksaan Yeast dan Mold Kornet sapi.............................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................13
4.1 Keterangan Sampel.......................................................................................13
4.2 Hasil Uji.......................................................................................................13
4.3 Pembahasan..................................................................................................14
BAB V PENUTUP................................................................................................16
5.1 Kesimpulan...................................................................................................16
i
5.2 Saran.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui mutu dan kualitas kornet daging sapi yang diuji sesuai dengan
SNI 01-3775:2006 sehingga dapat diketahui kornet tersebut masih aman
untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
1
1.4 Manfaat
Memahami dan mengetahui prosedur pengujian bahan pangan asal
hewan khususnya kornet daging sapi dan mampu melakukan pengujian dan
memutuskan mutu dan kualitas kornet daging sapi, sehingga kornet daging
sapi tersebut dapat dinyatakan aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) untuk
dikonsumsi masyarakat.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3
2 Lemak % (b/b) Maks. 12
3 Protein (Nx6,25) % (b/b) Min. 17
4 Karbohidrat % (b/b) Maks. 5
5 Pengawet Nitirit Mg/kg Maks. 50
6 Cemaran Logam
Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 1,0
Timbal (Pb) Maks. 20,0
mg/kg
Seng (Zn) Maks. 40,0
Timah (Sn) mg/kg Maks. 40/200*
Raksa (Hg) Maks. 0,03
mg/kg
7 Cemaran Arsen Maks. 1
mg/kg
mg/kg
8 Cemaran mikroba
Bakteri coliform APM <3
Staphylococcus koloni/g 0
koloni/g 0
aureus
0
Clostridium koloni/g
perfringens Maks. 100
Koloni/g
Clostridium
botulinum
Baktreri aerob
termofilik
pembentuk spora
* kemasan kaleng
4
3.2 Peserta dan Pembimbing Rotasi Kesmavet
Peserta Koasistensi Laboratorium Kesmavet adalah mahasiswa PPDH
FKH Universitas Brawijaya.
Nama : Fitratul Hayana Batry
NIM : 180130100011020
No Telepon : 081363197831
Email : fhayanalsg@gmail.com
yang berada dibawah bimbingan drh. Ajeng Erika P.H., M.Si
5
- Diamati kondisi, warna, bau, dan konsistensi.
- Catat hasil uji pada tabel hasil.
6
3.5.4 Pemeriksaan Deteksi Formalin Metode Hehner (Hehner’s Sulfuric Acid
Test)
Prinsip Kerja:
Sampel yang mengandung formalin akan bereaksi dengan fenil hidrasi
dan dengan penambahan indicator natrium nitroprusida akan membentuk
warna biru dalam kondisi basa (setelah penambahan NaOH).
Alat dan Bahan:
Larutan asam sulfat (H2SO4) pekat, larutan FeCl3 10%, gelas ukur 10
mL tabung reaksi, penangas air, pipet, timbangan, gunting, dan sampel
kornet sapi.
ProsedurKerja:
˗ Sampel kornet sapi ditimbang seberat 25 gram kemudian dipotong-
potong.
˗ Ditambahkan akuades 50 mL, kemudian dicampur hingga homogens
elama 2 menit lalu dilakukan penyaringan.
˗ Dimasukkan 5 mL larutan H2SO4 pekat,ditambahkan 2 tetes larutan
FeCl3 10% secara pelan-pelan,kemudian ditambahkan 5 mL larutan
ekstrak sampel kornet sapi melalui dining tabung.
˗ Diamati perubahan warna yang terjadi.
Interpretasi Hasil :
a. Positif: larutan berwarna ungu-merah lembayung pada batas antara
kedua larutan
b. Negatif: larutan tidak berubah
7
˗ Sampel kornetsapi diambil sebanyak 1 gram secara aseptis kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan larutan BPW
0,1 % sebanyak 10 mL kedalam kantong steril yang sudah berisi
sampel. Ini merupakan larutan dengan pengenceran 10-1.
˗ Pindahkan 1 mL suspensi pengenceran 10-1 tersebut dengan pipet
steril ke dalam larutan 9 mL BPW 0,1% lainnya untuk mendapatkan
pengenceran 10-2. Kemudian buat pengenceran 10-3, 10-4, 10-5 dengan
cara yang sama seperti pada prosedur sebelumnya.
˗ Kemudian ditambahkan 15–20 mL PCA yang sudah didinginkan
sampai suhu 45oC ± 1oC pada masing-masing cawan yang sudah berisi
suspensi. Supaya larutan sampel dan media PCA tercampur
seluruhnya, lakukan pemutaran cawan ke depan dan ke belakang atau
membentuk angka delapan dan diamkan sampai memadat.
˗ Inkubasikan pada suhu 32oC±1oC selama 24-48 jam dengan
meletakkan cawan pada posisi terbalik.
˗ Jumlah koloni dihitung menggunakan colony counter.
Interpretasi:
a. Koloni 25-250. Pilih cawan petri yang memiliki jumlah koloni
berjumlah 25-250. Jumlahkan dan hitung rata-rata koloni sebagai
hasil.
b. Koloni < 25. Bila hasil pengenceran terendah jumlah koloni kurang
dari 25 maka hitung rerata jumlah koloni per cawan dan kalikan
dengan pengencer.
c. Koloni lebih > 250. Bila jumlah koloni lebih dari 250, maka hitung
koloni yang dapat dihitung lalu beri tanda *
Perhitungan : TPC (koloni/g) = N x F
Keterangan:
N : rata – rata koloni dari 2 cawan petri dari satu pengenceran
F : faktor pengenceran dari rata – rata koloni yang dipakai
8
Pertumbuhan Coliform ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung
durham, yang diikuti dengan uji biokimia dan selanjutnya dirujuk pada
Tabel MPN.
Alat dan Bahan:
Tabung Erlenmeyer, tabung reaksi, tabung durham, rak tabung reaksi,
pipet volumetric 1 mL dan 10 mL, botol media, bunsen, timbangan, vortex,
inkubator, buffer pepton water (BPW) 0,1 %, LSTB (broth), dan sampel
kornet sapi.
Prosedur Kerja:
- Kornet sapi diambil sebanyak 5 gram secara aseptic kemudian
masukkan ke dalam tabung Erlenmeyer yang telah berisi larutan
pengencer BPW 0,1 % sebanyak 45 mL hingga diperoleh pengenceran
1:10.
- Kocok campuran beberapa kali hingga homogen. Ini merupakan
larutan dengan pengenceran 10-1.
- Pindahkan 1 mL suspensi pengenceran 10-1 tersebut dengan pipet steril
ke dalam larutan 9 mL BPW 0,1 % lainnya untuk mendapatkan
pengenceran 10-2.
- Kemudian, buat pengenceran 10-3 dengan cara yang sama seperti pada
prosedur sebelumnya.
- Pipet masing-masing 1 mL dari pengenceran 10-1 sampai 10-3 ke dalam
3 seri tabung LSTB yang didalamnya terdapat tabung durham terbalik.
- Prosedur selanjutnya pada masing-masing tabung divortex, supaya
larutan sampel dan media LSTB tercampur seluruhnya.
- Inkubasikan pada suhu ± 35˚Cselama 48 jam amati tabung-tabung
tersebut pada jam ke-24. Jika ada tabung yang telah mengandung gas,
maka tabung tersebut dinyatakan posititf. Tabung-tabung yang belum
mengandung gas dinyatakan negatif, lanjutkan inkubasi selama 24
jam.
- Catat adanya pembentukkan gas dalam jumlah berapapun setelah
inkubasi 48 jam, dan nyatakan tabung tersebut positif dan lakukan uji
penegasan terhadap semua tabung yang positif dalam uji pendugaan.
Interpretasi:
Hasil positif apabila terdapat gas didalam tabung durham, hasil negatif
apabila tidak terbentuk gas dalam tabung durham.
9
3.5.5.3 Uji Cemaran Bakteri Escherichia coli pada Media EMBA (Eosin
Methylene Bue Agar)
Prinsip:
Mengetahui pertumbuhan koloni bakteri E. coli pada media Eosin
Methylene Blue Agar (EMBA) yang dapat dilihat langsung dengan mata
telanjang. Koloni bakteri E. coli yang tumbuh merupakan gambaran jumlah
mikroorganisme yang terdapat pada sampel kornetsapi.
Alat dan Bahan:
Cawan petri, media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA), BPW dan
sampel kornetsapi.
Prosedur Kerja:
˗ Hasil koloni bakteri pada media PCA kemudian pembiakan bakteri
dapat diambil dari pengenceran sampel dan distreakmenggunakan ose
pada media EMBA.
˗ Cawan petri diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah
diinkubasi, diamati koloni bakteri yang tumbuh pada media EMBA.
Interpretasi:
Adanya koloni bakteri E.coli sp, pada media biakan berwarna hijau
metalik pada morfologinya.
3.5.5.4 Uji Cemaran Salmonella sp. dengan Media SSA (Salmonella Shigella
Agar)
Prinsip:
Cara kerja :
10
petri di inkubasi dalam inkubator pada suhu 37ºC selama 24-36 jam
dengan meletakkan cawan pada posisi terbalik.
Interpretasi :
11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
12
Salmonella sp. Negatif Negatif
Pemeriksaan Yeast dan Negatif Positif mold
Mold
4.3 Pembahasan
Pemeriksaan organoleptik sampel kornet daging sapi meliputi bau, warna,
dan rasa menunjukkan hasil yang normal didasarkan pada SNI 3775:2006.
Kualitas kornet daging sapi dipengaruhi oleh kadar air dalam pangan. Pada
perhitungan kadar air didapatkan hasil diatas nilai standar yakni sebesar 72,7%.
Kadar air yang tinggi pada produk olahan daging akan mempercepat terjadinya
proses pembusukan. Pembususkan merupakan gejala yang terlihat dari aktivitas
mikroorganisme dengan perubahan bau rasa, rasa atau penampilan dari dari
daging yang menyimpang. Sedangkan kadar air yang rendah menunjukkan bahwa
kandungan tepung di dalam kornet lebih banyak dibandingkan dengan
daging.Kandungan air dalam komponen bahan pangan dapat mempengaruhi sifat
fisik, perubahan kimia, dan perubahan mikrobiologi. Perubahan-perubahan
tersebut akan berdampak pada tekstur, penampakan, bau, dan cita rasa makanan
(Buckle et al. 2013). Pada pemeriksaan pH kornet daging sapi didapatkan hasil
yaitu 6. Menurut Sudrajat (2007), pengukuran ni1ai pH dilakukan untuk
mengetahui sifat asam, netral atau basa dari suatu produk pangan.
13
media SSA. Hasil uji mikrobiologi untuk perhitungan total bakteri di dapatkan
hasil 2x106 koloni/g dan pada uji perhitungan koliform pada media LSTB
didaptkan adanya gelembungpada tabung durham dan dikonfirmasi dengan uji
BGLBB hasilnya positif ada gelembung pada tabung durham dan didapatkan total
koliform pada kornet sapi masih dibawah angka standar. Menurut Komariah
(2004), total mikroba dipengaruhi juga oleh lamanya penyimpanan. Lama simpan
menambah populasi total mikroba. Semakin lama penyimpanan maka populasi
total mikroba semakin banyak.
Uji konfirmasi dilanjutkan dengan inokulasi pada media EMBA dan SSA
yang menunjukkan hasil negatif. EMBA dalah media diferensial yang memiliki
kandungan laktosa tinggi untuk memedakan mikroba yang mampu
menfermentasikan laktosa dan menumbuhkan bakteri gram negatif dari golongan
Enterobacteriaceae salah satunya E.coli dengan koloni berwarna hijau metalik.
Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak akan berwarna(Imam
dkk., 2011). Pada uji sampel kornet tidak ditemukan pertumbuhan E.coli. Hal ini
menandakan bahwa kornet bebas cemaran E. coli. Media SSA merupakan media
selektif untuk Salmonella sp. dan Shigella sp., pada uji ini digunakan untuk
konfirmasi Salmonella sp. yang ditandai dengan adanya koloni berwarna hitam.
Hasil uji daging kornet adalah negatif sesuai dengan SNI 7388-2009 menandakan
bahwa kornet aman dan layak untuk dikonsumsi.
Pada pemeriksaan yeast dan mold terjadi pertumbuhan mold setelah
sampel diinokulasikan pada media SDA. Hal ini menandakan bahwa setelah
kemasan sampel dibuka, sampel tidak dapat disimpan terlalu lama dam suhu
ruang. Menurut Sudiarto (2008), bahan makanan olahan yang tidak langsung
dikonsumsi memerlukan tahap penyimpanan atau transpor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi, yaitu penyimpanan, suhu, kelembaban dan susunan gas,
merupakan faktor lingkungan (ekstrinsik) yang mempengaruhi populasi jasad
renik yang terdapat pada makanan. Kapang (mold) yang tumbuh menunjukan
kornet memiliki potensi pembusukan jika masa simpan produk lebih dari 3 hari
pada suhu ruang, hal tersebut diduga karena penyimpanan naget yang seharusnya
pada suhu –10oC untuk menghindari terbentuknya jamur namun disimpan pada
suhu ruang sehingga terbentuk jamur(Sudiarto, 2008).
14
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada pemeriksaan sampel kornet daging sapi dapat disimpulkan bahwa
kornet aman dan layak untuk dikonsumsi akan tetapi harus dimasak terlebih
dahulu karena adanya cemaran bakteri. Kornet daging sapi memenuhi kriteria
sehat dan halal untuk dikonsumsi karena tidak ditemukan penambahan formalin
pada kornet.
5.2 Saran
Pengujian pada sampel kornet harus dilakukan dengan teliti agar hasil uji
yang didapatkan akurat. Kebersihan dan higiene personal juga harus diperhatikan
agar tidak mengontaminasi bahan yang diuji.
15
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standar Nasional. 1998. Cara Uji Cemaran Logam dalam Makanan.
SNI 01-2896-1998. Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI No 3775-2006 Tentang Kornet
Daging Sapi. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.
[BSN] Badan Standar Nasional. 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba
Dalam Pangan. SNI 7388:2009. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional
[BSN] Badan Standar Nasional. 2009. Cara Uji Mikrobiologi. SNI 01-2332.7
2009. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3775-1995. Corned beef
dalam kaleng. Jakarta: Standar Nasional Indonesia
Afrianti, L. 2013. Teknologi Pengawetan Pangan. Bandung:Alfabeta
Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wooton M. 2013. Ilmu Pangan. Penerjemah:
Poernomo H, Adiono. Jakarta: Universitas Indonesia Pr.
Kholifah Siti dan Deny Utomo. 2018.Uji Boraks dan Formalin pada Jajanan
Disekitar Universitas Yudharta Pasuruan. Jurnal Teknologi Pangan Vol.9
(1):1019 Th. 2018.
Komariah, I., I. Arief & Y. Wiguna. 2004. Kualitas Fisik dan Mikroba Daging
sapi yang Ditambah Jahe pada konsentrasi dan lama penyimpanan yang
berbeda. Media Peternakan. 27 (2): 46-54
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada Press
Sudrajat, G. 2007. Sifat fisik dan orgarioleptik bakso daging sapi dan daging
kerbau dengan penambahan karagenan .dan khitosan. Skripsi. Fakultas
Peternakan. IPB, Bogor
Zulkarnain, Asmawati, dan Sofyan. 2017. Analisis Konsumsi Daging Sapi pada
Tingkat Rumah Tangga di Provinsi Aceh. Jurnal Agrisep. ISSN: 1411-3848.
16
Lampiran
Lampiran Perhitungan
W0=1,1 ; W1=0,3
=72,7%
Perhitungan TPC
104 105 106
107 52 30
93 41 39
Jumlah TPC= 2x106 koloni/g
Lampiran Gambar
Pengujian pH kornet
17
Penimbangan kornet untuk penentuan
kadar air
Uji boraks
TPC
Media SSA
Media EMBA
18
Media LSTB menunjukkan adanya
gelembung
Media BGLBB
19