LP Kehamilan
LP Kehamilan
LP Kehamilan
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan antenatal (Antenatal Care) meliputi pengawasan terhadap
kehamilan untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan umum ibu,
menegakan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakkan
secara dini komplikasi kehamilan dan menetapkan resiko kehamilan (resiko
tinggi, resiko meragukan, atau resiko rendah).Asuhan antenatal juga untuk
menyiapkan persalinan menuju kelahiran bayi yang baik (well born baby) dan
kesehatan ibu yang baik (well health mother) mempersiapkan pemeliharaan
bayi dan laktasi, memfasilitasi pulihnya kesehatan ibu yang optimal pada saat
akhir kala nifas.
Umumnya yang dipakai untuk menilai baik buruknya pelayanan
kebidanan dalam suatu Negara atau daerah adalah kematian maternal
(maternal morality). Menurut WHO kematian maternal adalah kematian
seorang ibu atau wanita waktu hamil atau dalam 24 hari sesudah berakhirnya
kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan
yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Sebab-sebab kematian ini dapat
disebabkan oleh 2 golongan, yaitu yang langsung disebabkan oleh
komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, dan sebab-sebab yang
lain seperti penyakit jantung, kanker dan sebagainya. (Prawirohardjo,2010)
Menurut WHO tahun 2011 Angka kematian ibu (AKI ) di negara-
negara Asia Tenggara seperti malaysia ( 29/100.000 kelahiran hidup ),
Thailand ( 48/100.000 kelahiran hidup ), Vietnam (59/100.000 kelahiran
hidup ), serta Singapore (3/100.000 kelahiran hidup ). Dibandingkan dengan
negara-negara maju , angkanya sangat jauh berbeda seperti Australia
( 7/100.000 kelahiran hidup ) dan jepang (5/100.000 kelahiran hidup ).
( WHO, 2011 )
Berdasarka SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI ) tercatat
mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak
1
dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228/100.000 kelahiran hidup.
Beberapa faktor penyebab langsung kematian ibu di indonesia masih
didominasi oleh perdarahan-perdarahan sebesar 42%, eklampsia / preeklamsi
sebesar 13%, Abortus sebesar 11%, infeksi sebesar 10%, partus lama /
persalinan macet sebesar 9%, dan penyebab lain 15%. Sedangkan faktor tidak
langsung penyebab kematian ibu karna faktor terlambardan terlalu. Ini semua
terkait dengan faktor akses ,sosial budaya ,pendidikan ,dan ekonomi . (SDKI ,
2012 )
Angka kematian ibu dan bayi di NTB dari tahun 2013 sampai 2014
memang mengalami penurunan. Kendati demikian angka kematian ibu dan
bayi di daerah masih tergolong cukup tinggi jika dibandingkan dengan angka
kematian ibu dan bayi secara nasional.disebutkan, jumlah kematian ibu dan
bayi di NTB pada tahun 2013 sebanyak 117 kasus. Sedangkan tahun 2014
turun menjadi 111 kasus dengan proporsi sebesar 107 per 100 ribu kelahiran
hidup. Dari data yang diperoleh, untuk kota Mataram terdapat 14 kasus
kematian ibu tahun 2013 dan menurun menjadi 9 kasus pada tahun 2014.
Lombok barat ditemukan 10 kasus kematian ibu tahun 2013, menurun
menjadi 7 tahun kasus tahun 2014. Begitu juga mengenai angka kematian bayi
di daerah ini mengalami penurunan pada tahun 2013, tercatat angka kematian
bayi di NTB 1.299 kasus. Sementara tahun 2014, turun menjadi 1.069 kasus
dengan proposi 10,3 per 1.000 kelahiran hidup. Upaya yang dilakukan
pemerintah provinsi bersama kabupaten/kota dalam menekan angka kematian
ibu dan bayi ini dengan mengoptimalkan peran posyandu dan poskesdes.
Factor penyebab angka kematian ibu dan bayi selain disebabkan oleh
pernikahan dini, bisa juga disebabkan karenamasyarakat masih menggunakan
jasa dukun beranak ketika melahirkan. (DIKES NTB, 2014)
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,
penyebab langsung kematian ibu hampir 90 persen terjadi pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan. Sementara itu, resiko kematian ibu juga makin
tinggi akibat adanya factor keterlambatan, yang menjadi penyebab tidak
2
langsung factor kematian ibu. Ada tiga resiko keterlambatan, yaitu terlambat
mengambil keputusan untuk merujuk (termasuk terlambat mengenali tanda
bahaya), terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat dan
terlambat memperoleh pelayanan yang memadai oleh tenaga kesehatan.
Sedangkan pada bayi, dua pertiga kematian terjadi pada masa neonatal (28
hari pertama kehidupan). Penyebab terbanyak adalah bayi berat lahir rendah
dan prematuritas, asfiksia (gagal pernafasan spontan) dan infeksi. Berbagai
upaya memang telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan bayi
antara lain, melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga, dan
masyarakat dengan menggunakan buku KIA (Kesehatan Ibu Dan Anak) dan
program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), serta
menyediakan fasilitas kesehatan pelayanan obstetric neonatal emergensi dasar
(PONED)di puskesmas perawatan dan pelayanan obstetric neonatal emergensi
komperhensif (PONEK) dirumah sakit. (DIKES NTB,2015).
3
4. Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera pada Ny. “A” dengan
kehamilan normal trimester III di RSUD Patut Patut Patju
5. Mahasiswa dapat menentukan rencana asuhan menyeluruh pada Ny.
“A” dengan kehamilan normal di RSUD Patut Patuh Patju
6. Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang
telah dibuat pada Ny. “A” dengan kehamilan normal di RSUD patut
patuh patju
7. Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada Ny.
“A” dengan kehamilan normal trimester III di RSUD Patut Patuh Patju
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada
ibu hamil normal trimester III sehingga dapat digunakan sebagai berkas
penulis didalam melaksanakan tugas sebagai bidan.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan ini dapat untuk dijadikan sebagai dokumentasi dan saran
tertulis yang dapat meningkatkan kredibilitas instansi dan mewujudkan
civitas yang professional.
1.3.3 Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi RSUD Patut Patuh
Patju gerung Lombok Barat dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan dan pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil
Normal trimester III sesuai standar pelayanan sehingga dapat
mengoptimalkan penurunan angka kematian ibu dan bayi.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam buku
Ilmu Kebidanan (2009; h. 213), kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi
atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan
normal akan berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-
28 hingga ke-40).
Trimester II merupakan umur kehamilan antara 4-6 bulan (12-28
minggu). Trimester II biasanya lebih menyenangkan. Tubuh wanita telah
terbiasa dengan tingkat hormone yang tinggi, morning sickness telah
hilang, calon ibu telah menerima kehamilannya dan menggunakan pikiran
serta energinya lebih konstruktif (Hamilton, 2011).
2.1.2 Proses terjadinya kehamilan
Proses kehamilan harus ada sel spermatozoa, sel tel.ur (ovum) yang
bersatu membentuk konsepsi dan hasil konsepsi menanamkan dirinya
didalam endometrium
1. Oogenesis
Melalui proses oogenesis terbentuklah ova dari oogonia.
Sebagian besar oogonium mengalami perubahan-perubahan yaitu
pembelahan mitosis menjadi oosit primer (46 kromosom, diploid),
waktu lahir dan masa pubertas ditemukan 400.000-500.000 yang
kemudian mengalami degresi sehingga tinggal 400-500 oosit. Pada
waktu pematangan pertama dengan proses miosis pertama dari oosit
primer terbentuk oosit sekunder (23 kromosom, haploid) dan badan
kutub pertama. Pematangan kedua terjadi setelah spermatozoon
membuahi ovum dimana terbentuk 1 ovum dan 3 badan kutub kedua.
Badan kutub terletak diantara zona pellusida dan membran vitellina
dari ovum yang telah dipenetrasi oleh spermatozoon.
2. Spermatogenesis
6
Spermatogonium tumbuh dari sel primitif tubulus seminiferus
testis yang relatif berjumlah tetap sampai pubertas. Spermatogenesis
dirangsang oleh hormon testoteron dari sel yang dipengaruhi oleh
“intertisial stimulating hormon”. Pembentukan spermatozoa
memerlukan waktu 3 hari. Spermatozoa terdiri dari bagian kepala,
leher, dan ekor. Bagian kepala berbentuk bulat atau lonjong,
sedangkan bagian leher banyak mengandung mitokondria merupakan
penghasil energi dalam bentuk gradien ion adenosin trifosfat (ATP).
Energi yang terdapat dalam mitokondria digunakan untuk gerakan
spermatozoa melalui ekornya menembus lendir serviks, uterus dan
tuba.
3. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi
atau fertilisasi dan membentuk zigot.
Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi diliputi oleh
corona radiata, yang mengandung persediaan nutrisi. Pada ovum
dijumpai inti dalam bentuk metaphase ditengah sitoplasma yang
disebut vitellus. Dalam perjalanan ovum,corona radiata makin
berkurang pada zona pellusida.
Dalam beberapa jam setelah terjadi pembuahan, mulailah
pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma
ovum mengandung zat asam amino dan enzim. Setelah pembelahan ini
terjadi, maka pembelahan berjalan lancar, dan dalam waktu 3 hari
terbentuk suatu kelompok sel-sel yang besarnya sama. Hasil konsepsi
berada dalam stadium morula. Hasil konsepsi disalurkan terus ke pars
ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit)
dan kearah kavum uteri, dalam kavum uteri hasil konsepsi mencapai
stadium blastula
Blastula diselubungi oleh satu sampai yang terdiri dari
sekelompok sel yang merupakan dinding yaitu tropoblast. Tropoblast
7
inilah yang yang memberi makan ovum sampai terbentuk sirkulasi
darah didalam plasenta.
4. Nidasi (implantasi pada uterus)
Tropoblast yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan
mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi,
dengan sel-sel desidua. Sel-sel ini besar dan mengandung banyak
glikogen serta mudah dihancurkan oleh tropoblast, kemudian
blastokist masuk dan menanamkan dirinya kedalam endometrium,
peristiwa inilah yang disebut implantasi atau nidasi.
Implantasi umumnya terjadi pada dinding depan atau
dinding belakang di daerah fundus uteri. Pada umumnya blastula
menyentuh endometrium pada bagian yang mengandung bintik benih
atau nodus embrional (inner cell mass). Bintik benih adalah
sekelompok sel yang padat yang terletak di dalam blastula yang
kemudian akan berdifferensiasi menjadi lapisan eksoderm, mesoderm
dan endoderm yang membentuk diskus embriyonal yang bakal
menjadi mudigah.
2.1.3 Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu hamil trimester I
a. perubahan system reproduksi
1. Uterus
Gambar 2 Trimester II
Pada awal kehamilan trimester II, uterus mulai memasuki
rongga peritoneum segera setelah bulan keempat kehamilan, kontraksi
uterus dapat dirasakan melalui dinding abdomen. Kontraksi ini disebut
8
tanda Braxton hick (salah satu tanda kemungkinan kehamilan), yaitu
kontraksi yang tidak teratur yang tidak menimbulkan nyeri, yang
timbul secara intermitten sepanjang siklus menstruasi (Indrayani,
2011).
Pada kehamilan 12 minggu, besar uterus yaitu seperti telur
angsa. Pada 16 minggu yaitu sebesar kepala bayi/tinju orang dewasa,
dan semakin membesar sesuai usia kehamilan dan ketika usia
kehamilan sudah aterm dan pertumbuhan janin normal, pada
kehamilan 28 minggu tinggi fundus uteri 25 cm (Yeyeh, 2009).
Pada 16 dan 20 minggu kehamilan, umumnya timbul persepsi
gerakan, wanita hamil mulai menyadari adanya gerakan berdenyut
ringan di perutnya dengan intensitas gerakan yang semakin meningkat
secara bertahap, ini disebut dengan Quickening atau munculnya
persepsi kehidupan. Namun ini hanya tanda presumtif kehamilan
(Indrayani, 2011).
Pada kehamilan 4 bulan (16 minggu) rahim berbentuk bulat
dan tetap berada dalam rongga pelvis. Pada kehamilan 5 bulan (20
minggu), rahim teraba seperti berisi cairan ketuban dan dinding rahim
terasa tipis. Hal itu karena bagian-bagian janin dapat diraba melalui
dinding perut dan dinding rahim. Rahim mulai memasuki rongga perut
yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati (Sunarsih,
2011).
Minggu ke-20 kehamilan bentuk rahim menjadi seperti aslinya
atau berbentuk buah pir, bagian fundus lebih bulat dan tebal. Kelenjar-
kelenjar serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi
lebih banyak, sedangkan pada minggu ke-24/bulan ke-6 fundus di atas
pusat. Sakit punggung dank ram pada kaki mungkin terjadi. Perubahan
kulit bisa berupa strie gravidarum, chloasma, linea nigra dan jerawat.
Mimisan dapat terjadi, mungkin mengalami gatal-gatal pada abdomen
karena uterus membesar dan kulit meregang (Indrayani, 2011).
9
2. Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung
korpus luteum gravidarum akan menerusakan fungsinya sampai
terbentuknya plasenta yang sempurna sampai usia kandungan 16
minggu. Kejadian ini tidak lepas dari kemampuan vili korealis yang
mengeluarkan hormon korionik gonadotropin yang mirip dengan
hormon luteotropik hipofisis anterior (Sunarsih, 2011).
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta,
terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama
kehamilan ovarium tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan
dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi
siklus hormonal menstruasi (Indriyani, 2011).
3. Vagina
Pada trimester II, sekresi vagina meningkat, hal ini normal jika
tidak disertai gatal, iritasi atau berbau busuk (Indriyani, 2011)
b. perubahan sistem payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara
tidak lepas dari pengaruh hormon saat kehamilan yaitu estrogen,
progesterone, dan somatomotrophin.
Sejak umur kehamilan 12 minggu putting susu dan aerola
menjadi lebih berpigmen, berbentuk warna merah muda pada aerola
dan putting susu menjadi lebih erektil. Hipertropi kelenjar sebasea
(lemak) muncul di aerola primer dan disebut tuberkel Montgomery
dapat terlihat disekitar putting susu. Kelenjar sebasea ini mempunyai
peran protektif sebagai pelumas putting susu. Kelembutan putting susu
terganggu jika lemak pelindung ini dicuci dengan sabun (Indriyani,
2011).
Menurut Yeyeh (2009), pada kehamilan 12 minggu ke atas dari
putting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut
10
kolostrum. Perubahan pada payudara yang membawa kepada
perubahan laktasi disebabkan oleh peningkatan kadar estrogen,
progesterone, laktogen plasental dan prolaktin.
Gambar 4 Payudara
c. perubahan sistem endokrin
Menurut Indriyani (2011), perubahan sistem endokrin yang
terjadi pada masa kehamilan berguna untuk mempertahankan
kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin, persiapan tubuh
untuk mengalami persalinan dan nipas. Perubahan hormone yang
terjadi selama kehamilan terutama disebabkan oleh produksi estrogen
dan progesterone plasenta serta hormone-hormon lain.
1) Estrogen dan Progesterone
Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan
dan pada akhir kehamilan kadarnya kira-kira 100x sebelum
hamil. Sedangkan progesterone di produksi lebih banyak dari
estrogen. Pada akhir kehamilan produksinya sekitar 250
mg/hari. Progesterone menyebabkan diuresis dan penurunan
tonus otot polos. Selain itu, progesterone menyebabkan
penyimpanan lemak dalam jaringan subkutan di abdomen,
punggung dan paha atas. Lemak tersebut berguna untuk
cadangan energi pada masa kehamilan dan menyusui.
Estrogen berfungsi :
11
a) Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.
b) Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam
sehingga payudara tampak makin membesar.
c) Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air, dan
garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.
Progesterone berfungsi :
a) Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi
b) Meningkatkan jumlah sel asinus.
2) Pituitary Gonadotorin
FSH dan LH berada pada keadaan sangat rendah
selama kehamilan, karena ditekan oleh estrogen dan
progesterone plasenta.
3) Kortisol
Pada awal kehamilan kadar kortisol turun secara
mencolok. Seiring dengan bertambahnya kehamilan, kadar
kortisol meningkat. Fungsi kortisol untuk mempertahankan
homeostasis dan meningkatkan gula darah.
4) Aldosteron, Rennin dan Angiostensin
Setelah minggu ke-15 kehamilan aldosteron
meningkatkan besar sekali menyebabkan retensi natrium dan
air.
5) Prolaktin
Selama berlangsungnya kehamilan terdapat
peningkatan kadar prolaktin didalam plasma ibu sampai
mencapai konsentrasi rata-rata 150 mg per ml sebagai akibat
kenaikan sekresi estrogen terutama pada kehamilan 12 minggu
karena hormone ini berperan dalam proses laktasi.
12
6) Tiroid
Selama kehamilan terdapat pembesaran tiroid yang
disebabkan oleh hyperplasia jaringan kelenjar dan
bertambahnya vaskularisasi. TRH dan TSH tidak meningkat.
7) Paratiroid
Kadar parathormon meningkat, kadar puncak terjadi
antara minggu ke-15 dan ke-35 kehamilan.
8) Pancreas
Janin membutuhkan glukosa dalam jumlah yang
signifikan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
d. Perubahan Sistem kekebalan imun
Sistem imun adalah suatu organisasi yang terdiri atas sel-sel
dan molekul-molekul yang memiliki paranan khusus dalam
menciptakan suatu sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi atau
benda asing(Prawirohardjo, Sarwono: 2010, 98).
Ibu hamil sangat peka terhadap terjadinya infeksi dari berbagai
mikroorganisme. Secara fisiologik sistem imun pada ibu hamil
menurun, dan saluran kencing sehingga mempermudah terjadinya
infeksi (Sarwono, 2010).
Pada trimester II Infeksi virus Parvovirus pada perempuan
hamil akan menyebabkan abortus, hidrop nonimun dan kematian janin
dan secara total menyebabkan kegagalan kehamilan sebesar 10%.
Yaegashi (2000) mendapatkan adanya bayi dengan hidrop sebesar
85% pada bayi yang sudah terinfeksi Parvovirus pada ibu hamil 10
minggu dengan interval rata-rata 6-7 minggu, dan 80% pada trimester
kedua dengan interval rata-rata 20-22 minggu. Di samping itu,
dinyatakan masa kritis untuk infeksi ini adalah pada umur kemahilan
22-23 minggu.
13
e. perubahan sistem perkemihan
Pada kehamilan ureter membesar untuk menampung
banyaknya pembentukan urine, terutama pada ureter kanan karena
peristaltic ureter terhambat karena pengaruh progesterone, tekanan
rahim yang membesar dan terjadi perputaran kekanan disebabkan
karna terdapat dan sigmoid di sebelah kiri.
Kandung kemih atau blass pada masa kehamillan tertekan oleh
uterus sehingga akan meningkatkan frekuensi buang air kecil. Trutama
pada trimester I, trimester II tekanan uterus terhadap blass berkurang,
karena uterus sudah mulai keluar dari rongga panggul. Dan pada
trimester III sering terjadi rangsangan kembali karna bagian terendah
janin turun ke rongga panggul selain itu vaskularisasi pada blass
menyebabkan tonus otot turun, terjadinya hemodilusi juga
menyebabkan metabolisme air meningkat sehingga pembentukan urine
bertambah dan kapasitas blass sampai 1500 ml.
f. perubahan sistem pencernaan
Seiring dengan kemajuan usia kehamilan lambung dan usus
tergeser oleh uterus yang membesar. Pengosongan lambung dan waktu
transit di usus halus menurun pada kehamilan karena faktor hormonal
dan mekanis. Hal ini mungkin diakibatkan oleh progesterone dan
penurunan kadar motilin, suatu peptide hormone yang diketahui
mempunyai efek stimulasi otot polos (Indriyani, 2011).
Pirosis (nyeri ulu hati) sering terjadi pada kehamilan dan kemungkinan
disebabkan oleh refluks sekret-sekret asam ke esophagus bagian
bawah. Posisi lambung berubah dan sfingter esophagus bagian bawah
juga menurun.
Gusi dapat terjadi hipermesis dan melunak pada kehamilan serta
berdarah bahkan pada cedera ringan misalnya oleh sikat gigi.
Pembekakan fokal gusi yang sangat vaskuler atau disebut epulis
mengalami regresi spontan setelah kelahiran.
14
Hemorrhoid cukup sering terjadi pada kehamilan. Kelainan ini
disebabkan oleh konstipasi dan peningkatan tekanan pada vena-vena
dibawah uterus yang membesar.
g. Perubahan sistem muskuloskelatal
Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat badan
wanita hamil menyebabkan postur tubuh dan cara berjalan wanita
hamil berubah secara mencolok. Peningkatan distensi abdomen yang
menyebabkan panggul miring kedepan, penurunan tonus otot dan
peningkatan berat badan membutuhkan penyesuaian tulang. Pada
wanita hamil yang telentang uterus jatuh ke belakang dan bersandar
pada columna vertebralis serta pembuluh darah besar didekatnya,
khususnya vena kava inferior dan aorta. Sedangkan pada saat posisi
wanita hamil berdiri, sumbu longitudinal uterus sejajar dengan
perpanjangan sumbu pintu atas panggul dinding abdomen menyokong
uterus dan mempertahankan hubungan antara sumbu panjang uterus
dengan sumbu pintu atas panggul, kecuali bila dinding tersebut cukup
kendor (Indriyani, 2011).
h. Perubahan sistem kardiovaskuler
Pada trimester II ukuran jantung membesar karena ada
peningkatan beban kerja yang disebabkan oleh meningkatnya curah
jantung. Jantung juga dapat bergeser ke kanan dan ke kiri, serta
berputar di muka karena tekanan uterus meningkat yang disebabkan
oleh perkembangan uterus. Curah jantung yang meningkat
mengakibatkan menurunnya sedikit daya tahan tubuh. Dinding-
dinding pembuluh darah mengalami relaksasi dan membesar akibat
pengaruh hormon progesterone, selain itu kapasitas pembuluh darah
dan kapiler juga bertambah, serta curah jantung akan bertambah
sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak sekitar
umur kehamilan 16 minggu, dan volume darah meningkat, tetapi
tekanan darah cenderung akan menurun (Sunarsih, 2011).
15
Tekanan sistolik dan diastolic menurun 5-10 mmHg pada awal
trimester II (minggu ke 12). Penurunan tekanan ini mungkin
disebabkan oleh vasodilatasi perifer akibat perubahan hormonal
selama masa hamil (Yeyeh, 2009).
Derajat ekspansi volume darah sangat bervariasi. Volume
darah meningkat 1500 ml. peningkatan mulai terjadi pada minggu ke-
12 kehamilan dan mencapai puncak sekitar 30-50% diatas volume
tidak hamil pada minggu ke-20 sampai ke-26 (Yeyeh, 2009).
1). Metabolisme Zat Besi
Zat besi diserap dari usus duabelas jari dari tablet zat besi
(tambah darah) atau makanan-makanan tertentu seperti daging, hati,
telur, sayur-sayuran berdaun hijau tua, ganggang laut, ubi rambat,
dan buah-buahan kering. Makanan-makanan tertentu yang di makan
dengan makanan yang mengandung zat besi atau suplemen zat besi
mempengaruhi persentasi serapan zat besi (Indriyani, 2011).
Ibu hamil normal menyerap 20% zat besi yang masuk. Teh,
kopi, dan kacang-kacangan mengurangi zat-zat besi, sementara
buah-buahan, sayur-sayuran dan vitamin meningkatkan penyerapan
zat besi dari makanan atau suplemen (Indrayani, 2011).
Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil adalah untuk mencegah
defisiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar
hemoglobin. Wanita hamil perlu menyerap zat besi rata-rata 60
mg/hari, kebutuhannya meningkat secara signifikan pada trimester
II karena absorbsi usus yang tinggi (Yeyah, 2009).
i. Perubahan sistem integument
Akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron, kadar
MSH pun meningkat. Pada terjadi perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh MSH dan pengaruh kelenjar
suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae-gravidarum livide
atau alba, areola mammae, papila mammae, linea nigra, pipih
16
(chloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan
menghilang.
j. Perubahan Sistem pernafasan
Adaptasi ventilasi dan struktural selama hamil bertujuan
menyediakan kebutuhan ibu dan janin. Kebutuhan oksigen ibu
meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju metabolik dan
peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara.
Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligament pada
kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat.
Karena rahim membesar, panjang paru-paru berkurang. Tinggi
diafragma bergeser 4 cm selama hamil. Dengan semakin tuanya
kehamilan dan seiring pembesaran uterus ke rongga abdomen,
pernapasan dada menggantikan pernapasan perut.Wanita hamil
bernapas lebih dalam yaitu sekitar 20% keluar traktus respiratorius
pada setiap tarikan napas). Karena volume tidal meningkat, sendiri.
Banyak ibu yang mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai
seseorang diluar dirinya sendiri. Banyak ibu yag merasa terlepas dari
kecemasan dan tidak nyaman seperti byang dirasakannya pada
trimester I dan merasa meningkatnya libido.
2.1.4 Perkembangan janin pada trimester II
a. minggu ke 14
1). Sistem otot semakin kuat
2). Sistem saraf mulai berfungsi
3). Pembulu darah mulai berkembang
b. minggu ke 15
1). Tangan bisa mulai mengepal
2). Berat janin mencapai 200 gr
3). Kaki sudah mulai mengembang
c. minggu ke 16
1). Seluruh organ dan struktur tubuh mulai terbentuk
17
2). Panjang janin 16 cm
3). Kepala dominan, wajah terlihat seperti manusia
d. minggu ke 18
1) Adanya lapisan lemak yang melindungi janin
2) Rambut rambut halus yang menutupi tubuh dan memelihara
kelembapan kulit.
e. minggu ke 19 : tumbuh alis, bulu mata, dan rambut.
f. minggu ke 20
1) Janin mulai memiliki pola tidur teratur
2) Janin mulai menendang, menghisap dan menggelitat
g. minggu ke 22 : kerangka berkembang dengan pesat
h. minggu ke 23 : kelopak mata mulai membuka dan menutup
i. minggu ke 24
1) Berat janin berkisar 700-800 gr
2) Kulit kemerahan dan keriput
3) Terbentuk kelenjar keringat
18
dengan sempurna, atau tidak dapat berlangsungnya kehidupan janin
tersebut. Pertumbuhan cepat terjadi terutama pada trimester terakhir
kehamilan ibu. Maka kekurangan makanan dalam periode tersebut
dapat menghambat pertumbuhannya, hingga bayi dilahirkan dengan
berat dan panjang yang kurang daripada seharusnya.
2.1.6 Tanda-tanda kehamilan
Tanda presumtif ( perubahan yang dirasakan wanita ) menurut
Prawirohardjo ( 2008 ), yaitu :
a. Amenore ( terhentinya menstruasi )
Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus ( endometrium )
tidak dilepaskan sehingga amenore atau tidak datangnya haid. Hal ini
dianggap sebagai tanda kehamilan. Hal ini tidak dianggap sebagai
tanda pasti kehamilan, karena aminore dapat juga terjadi pada
beberapa penyakit kronik, tumor hipofise, perubahan faktor-faktor
lingkungan, malnutrisi, dan ( yang paling sering ) gangguan emosional
b. Fatique ( keletihan )
Selama periode kehamilan minggu ke lima sampai minggu ke-
empat belas, di priode ini ibu akan merasakan keletihan yang tidak
biasa dan membutuhkan tidur lebih banyak karena adanya tuntutan
baru terhadap pasokan energi pada ibu, dan karena terjadinya
pergeseran pada kecepatan metabolisme tubuh ibu
c. Perubahan payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah
ukurannya dan vena- vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting
payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan
pertama satu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum
dapat keluar. Kolostrum ini berasal ini berasal dari kelenjar-kelenjar
asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu
19
belum dapat di produksi karena hormon prolaktin ditekan oleh
prolactin inhibiting hormone
d. Morning sicknes ( mual dan muntah di pagi hari )
Kehamilan sering ditandai oleh gangguan sistem pencernaan, yang
terutama bermanifestasi sebagai mual dan muntah. Apa yang disebut
dengan morning sickness pada kehamilan, biasanya timbul pada pagi
hari tetap hilang pada beberapa jam, walaupun kadang-kadang keluhan
ini menetap lebih lama dan dapat timbul pada waktu yang berbeda.
Gejala yang mengganggu ini biasanya
Dimulai biasanya dimulai sekitar 6 minggu setelah hari pertama
menstruasi terakhir, dan biasanya menghilang spontan 6 sampai 12
minggu kemudian. Penyebab kelainan ini tidak diketahui tetapi
tampaknya berkaitan dengan tingginya kadar bentuk-bentuk tertentu
HCG ( yang mengalami variasi-variasi dalam glikosilasi ) dengan
kapasitas perangsangan tiroid terbesar
e. Mengidam ( ingin makanan khusus )
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi
menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
f. Pingsan
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat.
Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
g. Anoreksia ( tidak ada selera makan )
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi setelah
itu nafsu makan timbul lagi.
h. Quickening ( persepsi gerakan janin )
Pada usia kehamilan antara 16 dan 20 minggu ( sejak hari pertama
menstruasi berakhir ), wanita hamil mulai menyadari adanya gerakan
berdenyut ringan di perutnya, dan intensitas gerakan ini semakin
meningkat secara bertahap. Sensasi ini disebabkan oleh gerakan janin,
dan hari ketika gerakan tersebut disadari oleh wanita hamil disebut
20
quickening atau munculnya persepsi kehidupan. Namun, hanya
merupakan bukti penunjang kehamilan, dan apabila berdiri kurang
kurang bernilai diagnostik
Tanda kemungkinan hamil ( yang dapat diobservasi pemeriksa )
menurut Cuningham ( 2005 ), yaitu :
a. Tanda hegar
Pada minggu-minggu pertama kehamilan, meningkatnya
ukuran uterus terutama terbatas pada diameter anteroposterior,
tetapi pada masa gestasi selanjutnya, korpus uterus hampir
membulat garis tengah uterus rata-rata 8 cm dicapai pada minggu
ke-12. Hal ini disebabkan karena pembuluh darah dalam serviks
bertambah dan karena terjadinya odema dari serviks dan
hyperplasia kelenjar-kelenjar serviks sehingga serviks menjadi
lunak. Pada pemeriksaan bimanual, korpus uterus selama
kehamilan teraba liat atau elastis dan kadang- kadang sangat lunak.
Pada sekitar 6 sampai 8 minggu setelah hari pertama menstruasi
terakhir, tanda hegar mulai tampak. Tanda hegar dengan
melakukan satu tangan pemeriksa diatas abdomen dan dua jari
tangan yang lain dimasukkan kedalam vagina, dapat diraba serviks
yang keras, dengan korpus uterus yang elastis di atas ismus yang
lunak bila di tekan, yang terletak diantara dua bagian tersebut.
1). Ballottement ( baloteman )
Sekitar pertengahan kehamilan, volume janin lebih kecil
dibanding volume cairan amnion. Karena itu, tekanan
mendadak pada uterus dapat menyebabkan janin tenggelam
dalam cairan amnion dan kemudian memantul kesisinya
semula, benturan yang ditimbulkan ballottement dapat
dirasakan oleh jari-jari tangan pemeriksa.
2). Test kehamilan
21
Terdapat sejumlah perangkat uji kehamilan yang beredar di
pasaran dengan harga terjangkau. Uji kehamilan ini dapat
dibaca dalam 3 sampai 5 menit, dengan tingkat akurasi yang
tinggi, dan tingkat kecermatan yang tinggi pada tahap tertentu.
Sistem yang digunakan dalam berbagai perangkat berbeda-
beda namun, masing-masing berpegang pada prinsip yang
sama ( pengenalan HCG dan subunitnya ) oleh suatu antibodi
molekul HCG atau epitop subunit β. Hormon ini di ekskresikan
ke dalam sirkulasi wanita hamil dan diekskresikan melalui
urin.
b. Tanda goodel ( serviks melunak )
Pada minggu ke-6 sampai 8, konsistensi jaringan serviks yang
mengelilingi os eksternus lebih mirip dengan mulut bibir daripada
tulang rawan hidung, yang khas untuk serviks pada wanita tidak
hamil. Namun, keadaan-keadaan lain dapat menyebabkan serviks
melunak, misalnya kontrasepsi yang mengandung estrogen-
progestin. Seiring dengan perkembangan kehamilan, kanalis
servikalis dapat menjadi sedemikian melebar sehingga jari tangan
dapat dimasukkan. Pada proses peradangan tertentu, serta
karsinoma, serviks akan tetap keras selama kehamilan dan, bilapun
mungkin, hanya membuka saat persalinan.
1). Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar
dan mulai pembesaran perut.
2). Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari
rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus
membesar dan bentuknya makin lama makin bundar.
c. Tanda braxton-hicks
22
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk
uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar
tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda
braxton-hicks tidak ditemukan.
Tanda Pasti hamil menurut Rukiyah Ai Yeyeh,dkk (2009).
“Asuhan Kebidanan II (Persalinan”. Jakarta, Trans Info Media),
yaitu :
1). Sonografi
Pemakaian sonografi transvaginal telah menimbulkan
revolusi dalam pencitraan kehamilan tahap awal dan
perkembangannya. Dengan sonografi abdomen, kantung
gestasi dapat dilihat hanya setelah usia 4 sampai 5 minggu
sejak menstruasi terakhir. Pada hari ke-35, semua kantung
gestasi normal seyogyanya sudah terlihat, dan setelah 6
minggu, denyut jantung seharusnya sudah terdeteksi. Pada
minggu ke-8, usia gestasi dapat dapat diperkirakan secara
cukup akurat. Sampai minggu ke-12, tiap millimeter panjang
puncak kepala- bokong merefleksikan pertambahan usia
gestasi 4 hari.
2). Bunyi jantung janin
Mendengar atau mengamati denyut jantung janin dapat
memastikan diagnosis kehamilan. Kontraksi jantung janin
dapat diidentifikasi dengan auskultasi menggunakan fetoskop
khusus, ultrasonografi, dengan prinsip doppler dan sonografi.
Denyut jantung janin dapat dideteksi dengan auskultasi dengan
menggunakan stetoskop rata-rata pada usia kehamilan 17
minggu, pada usia kehamilan 19 minggu, denyut jantung janin
dapat dideteksi pada hampir semua wanita hamil yang tidak
kegemukan. Frekuensi denyut jantung janin pada tahap ini dan
sesudahnya berkisar antara 120 sampai 160 dpm dan terdengar
23
sebagai bunyi ganda mirip detak jam dibawah bantal. Tidak
cukup apabila kita hanya mendengar jantung janin. Denyut
jantung janin harus berbeda dengan ibunya
3). Pemeriksa melihat dan merasakan gerakan janin
Gerakan janin dapat terdeteksi oleh pemeriksa setelah usia
kehamilan sekitar 20 minggu. Gerakan janin memperlihatkan
intensitas yang bervariasi dari getaran halus pada awal
kehamilan sampai gerakan nyata pada periode selanjutnya,
dapat dilihat selain itu dapat diraba. Sensasi yang agak mirip
dapat ditimbulkan oleh kontraksi otot abdomen atau peristaltik
usus.
2.1.7 Fisologi Siklus Menstruasi
Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal,
merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara
berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur
mulai dari menarchesampai menopause, kecuali pada masa hamil dan
laktasi. Lama perdarahan pada menstruasi bervariasi, pada umumnya
4-6 hari, tapi 2-9 hari masih dianggap fisiologis.
Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan
progesteron secara tiba-tiba, terutama progesteron pada akhir siklus
ovarium bulanan. Dengan mekanisme yang ditimbulkan oleh kedua
hormon di atas terhadap sel endometrium, maka lapisan endometrium
yang nekrotik dapat dikeluarkan disertai dengan perdarahan yang
normal.
Selama siklus menstruasi, jumlah hormon estrogen dan
progesterone yang dihasilkan oleh ovarium berubah. Bagian pertama
siklus menstruasi yang dihasilkan oleh ovarium adalah sebagian
estrogen. Estrogen ini yang akan menyebabkan tumbuhnya lapisan
darah dan jaringan yang tebal diseputar endometrium. Di pertengahan
siklus, ovarium melepas sebuah sel telur yang dinamakan ovulasi.
24
Bagian kedua siklus menstruasi, yaitu antara pertengahan
sampai datang menstruasi berikutnya, tubuh wanita menghasilkan
hormon progesteron yang menyiapkan uterus untuk kehamilan.
11Siklus menstruasi dibagi menjadi siklus ovarium dan siklus
endometrium. Di ovarium terdapat tiga fase, yaitu fase folikuler, fase
ovulasi dan fase luteal. Di endometrium juga dibagi menjadi tiga fase
yang terdiri dari fase menstruasi, fase proliferasi dan fase ekskresi.
1) Hormon yang mengontrol siklus menstruasi
25
2) Menstruasi dan Ovulasi
26
Sel-sel lutein korpus luteum menghasilkan progesterone dan estrogen.
Sekresi progesterone mencapai puncak datar (plateau) sekitar empat
hari setelah ovulasi, kemudian meningkat secara progresif apabila
ovum yang dibuahi mengadakan implantasi ke dalam endometrium.
Sel-sel trofoblastik embrio yang telah tertanam segera menghasilkan
human chorionic gonadotropin (HCG) yang memelihara korpus
luteum sehingga sekresi estradiol dan progesterone terus berlanjut.
Sebaliknya, jika tidak terjadi kehamilan, sel lutein teka berdegenerasi
sehingga menghasilkan estradiol dan progesteron yang lebih sedikit,
sehingga mengurangi umpan balik negatif pada gonadotrof yang
disertai dengan meningkatnya sekresi FSH. Penurunan kadar estradiol
dan progesteron dalam sirkulasi darah menyebabkan perubahan di
dalam endometrium yang menyebabkan terjadinya menstruasi
3) Siklus Endometrium
Menstruasi adalah pengeluaran darah secara periodik, cairan
jaringan, dan debris sel-sel endometrium dari uterus dalam jumlah
yang bervariasi. Biasanya menstruasi terjadi selang waktu 22-35 hari
dan pengeluaran darah menstruasi berlangsung 1-8 hari.
a. Fase Proliferatif
Pada fase proliferatif terjadi proses perbaikan
regeneratif, setelah endometrium mengelupas sewaktu menstruasi.
Permukaan endometrium dibentuk kembali dengan metaplasia
sel-sel stroma dan pertumbuhan keluar sel-sel epitel kelenjar
endometrium dan dalam tiga hari setelah menstruasi berhenti,
perbaikan seluruh endometrium sudah selesai. Pada fase
proliferatif dini, endomentrium tipis, kelenjarnya sedikit, sempit,
lurus, dan dilapisi sel kuboid, dan stromanya padat. Fase
regeneratif dini berlangsung dari hari ke tiga siklus menstruasi
hingga hari ke tujuh, ketika proliferasi semakin cepat. Kelenjar-
27
kelenjar epitel bertambah besar dan tumbuh ke bawah tegak lurus
terhadap permukaan. Sel-selnya menjadi kolumner dengan
nukleus di basal sel-sel stroma berploriferasi, tetap padat dan
berbentuk kumparan. Pembelahan sel terjadi pada kelenjar dan
stroma. Pada saat menembus endometrium basal, masing-masing
arteri berjalan lurus, tetapi pada lapisan superfisial dan media
arteri berubah menjadi spiral.
b. Fase Luteal
Pada fase luteal, jika terjadi ovulasi maka endometrium akan
mengalami perubahan yang nyata, kecuali pada awal dan akhir
masa reproduksi.Perubahan ini mulai pada 2 hari terakhir fase
proliferatif, tetapi meningkat secara signifikan setelah ovulasi.
Vakuol-vakuol sekretorik yang kaya glikogen tampak di dalam
sel-sel yang melapisi kelenjar endometrium. Pada mulanya
vakuol-vakuol tersebut terdapat di bagian basal dan menggeser
inti sel ke arah superfisial. Jumlahnya cepat meningkat dan
kelenjar menjadi berkelok-kelok. Pada hari ke enam setelah
ovulasi, fase sekresi mencapai puncak. Vakuol-vakuol telah
melewati nukleus. Beberapa di antaranya telah mengeluarkan
mukus ke dalam rongga kelenjar. Arteri spiral bertambah panjang
dengan meluruskan gulungan. Apabila tidak ada kehamilan,
sekresi estrogen dan progesteron menurun karena korpus luteum
menjadi tua. Penuaan ini menyebabkan peningkatan asam
arakidonat dan endoperoksidase bebas di dalam endometrium.
Enzim-enzim ini menginduksi lisosom sel stroma untuk
mensintesis dan mensekresi prostaglandin (PGF2α dan PGE2)
dan prostasiklin. PGF2α merupakan suatu vasokonstriktor yang
kuat dan menyebabkan kontraksi uterus, PGE2 menyebabkan
kontraksi uterus dan vasodilatasi, sedangkan prostasiklin adalah
28
suatu vasodilator, yang menyebabkan relaksasi otot dan
menghambat agregasi trombosit.
Perbandingan PGF2α dengan kedua prostaglandin meningkat
selama menstruasi. Perubahan ini mengurangi aliran darah
melalui kapiler endometrium dan menyebabkan pergeseran cairan
dari jaringan endometrium ke kapiler, sehingga mengurangi
ketebalan endometrium. Hal ini tersebut menyebabkan
bertambahnya kelokan arteri spiral bersamaan dengan terus
berkurangnya aliran darah. Daerah endometrium yang disuplai
oleh arterispiral menjadi hipoksik, sehingga terjadi nekrosis
iskemik. Daerah nikrotik dari endometrium mengelupas ke dalam
rongga uterus disertai dengan darah dan cairan jaringan, sehingga
menstruasi terjadi.
c. Fase Menstruasi
Pada fase menstruasi lapisan endometrium superifisial dan
media dilepaskan, tetapi lapisan basal profunda endometrium
dipertahankan. Endometrium yang lepas bersama dengan cairan
jaringan dan darah membentuk koagulum di dalam uterus.
Koagulum ini segera dicairkan oleh fibrinolisin dan cairan, yang
tidak berkoagulasi yang dikeluarkan melalui serviks dengan
kontraksi uterus. Jika jumlah darah yang dikeluarkan pada proses
ini sangat banyak mungkin fibrinolisin tidak mencukupi sehingga
wanita in mengeluarkan bekuan darah dari serviks.
2.1.8 Program Perencanaan Persalinan dan pencegahan Komplikasi
(P4K)
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) adalah kegiatan yang di fasilitasi oleh bidan dalam rangka
meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan dalam menghadapi
kemungkinan terjadinya komplikasi pada saat hamil, bersalin dan
29
nifas, termasuk perencanaan menggunakan metode Keluarga
Berencana (KB) pasca persalinan dengan menggunakan stiker P4K
sebagai media pencatatan sasaran dalam rangka meningkatkan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir
(Depkes RI, 2009).
P4K menggunakan stiker adalah terobosan percepatan penurunan
angka kematian ibu. Stiker P4K berisi data tentang nama ibu hamil,
taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan,
pendamping persalinan, transportasi yang digunakan dan calon donor
darah (Depkes RI, 2009).
Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
melalui pemasangan stiker pesalinan pada semua rumah ibu hamil.
Orientasi stiker P4K untuk pengelola program dan stakeholder terkait
di tingkat Provinsi, Kabupaten atau Kota dan puskesmas. Sosialisasi di
tingkat desa kepada kader, dukun, tokoh agama, tokoh masyarakat,
PKK serta lintas sektor di tingkat desa, pertemuan bulanan di tingkat
desa (forum desa siaga, forum KIA, pokja psyandu, dll) yang
melibatkan kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, kader dengan
difasilitas oleh bidan desa, yang dipimpin oleh kades membahas
tentang pendataan ibu hamil di wilayah desa membahas dan
menyepakati calon donor darah, transportasi dan pembiayaan
jamkesmas serta tabulin (Depkes RI,2009).
Pada tahun 2007 menteri kesehatan menerangkan P4K (program
perencanaan dan pencegahan komplikasi) dengan stiker yang
merupakan “upaya terobosan” dalam percepatan penurunan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir melalui kegiatan peningkatan akses
dan kualitas pelayanan, yang sekaligus merupakan kegiatan yang
membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat
untuk persiapan dan tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru
lahir.
30
a. Tujuan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi)
1. Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu
hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga
dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan
bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya Stiker P4K
disetiap rumah ibu hamil yang memuat informasi
tentang lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas ibu hamil,
taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping
persalinan, fasilitas tempat persalinan, calon donor darah,
transportasi yang akan digunakan serta pembiayaan.
b. Adanya perencanaan persalinan, termasuk pemakaian metode
KB passca persalinan yang sesuai dan disepakati ibu hamil,
suami, keluarga dan bidan.
c. Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat
bila terjadi komplikasi selama, hamil, bersalin maupun nifas.
d. Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal
maupun non formal, dukun/pendamping persalinan dan
kelompok masyarakat dalam perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi dengan stiker, dan KB pasca salin
sesuai dengan perannya masing-masing (Depkes RI, 2009).
31
2. Semua komponen bangsa berpartasipasi secara bersama-
sama baik pemerintah dan non pemerintah.
3. Peningkatan kesadaran suami dan masyarakat dalam
penyelamatan ibu hamil.
4. Tenaga dan fasilitas kesehatan memberikan pelayanan yang
berkualitas.
Tujuan Pemasangan Stiker P4K
1. Penempelan stiker P4K disetiap rumah ibu hamil
dimaksudkan agar ibu hamil terdata, tercatat dan terlaporkan
keadaannya oleh bidan dengan melibatkan peran aktif
unsur-unsur masyarakat seperti kader, dukun dan tokoh
masyarakat.
2. Masyarakat sekitar tempat tinggal ibu mengetahui ada ibu
hamil dan apabila sewaktu-waktu membutuhkan
pertolongan masyarakat siap sedia untuk membantu.
Dengan demikian, ibu hamil yang mengalami komplikasi
tidak terlambat untuk mendapatkan penanganan yang tepat
dan cepat.
b. Jenis-jenis kegiatan P4K
1) Mendata seluruh ibu hamil, bidan bekerjasama dengan kader
dalam medata seluruh ibu hamil yang ada diwilayah setempat,
guna diketahuinya adanya ibu hamil yang membutuhkan asuhan
pelayanan antenatal dan perencanaan persalinan.
2) Memasang stiker P4K di setiap rumah ibu hamil, penempelan
Stiker P4K di rumah ibu hamil. Pengisian stiker dilakukan oleh
bidan desa, dengan melakukan diskusi mendalam dengan ibu hamil
dan keluarga, kemudian dipasang/ ditempelkan di dinding bagian
depan rumah yang mudah dilihat orang. Dengan demikian
diharapkan semua kemungkinan yang menghambat kelancaran
proses persalinan dapat diminimalkan. Ibu, Suami, Keluarga
32
sepakat untuk menempelkan stiker P4K sebagai tanda bahwa di
rumah tersebut ada ibu hamil dan memanfaatkan buku KIA untuk
mengingat kapan waktu bersalin serta mengenali tanda bahaya
kehamilan, persalinan dan nifas
3) Membuat perencanaan persalinan melalui penyiapan :
a. Taksiran persalinan sangat penting karena merupakan
penentu usia kehamilan, dengan mengetahui usia Janis
yang akurat dapat membantu asuhan prenatal, kelahiran
dan postnatal. Taksiran persalinan yang diperkirakan,
diagnosis yang benar mengenai persalinan premature dan
postmatur, perbedaan antara kelahiran premature dan
pertumbuhan janin yang terhambat tergantung pada
taksiran usia kehamilan / taksiran persalinan. Prediksi
taksiran persalinan yang akurat secara nyata bermanfaat
bagi ibu dan keluarganya.
b. Penolong persalinan, ibu, suami, keluarga sejak awal
kehamilan sudah menentukan untuk persalinan ditolong
oleh petugas kesehatan. Ibu atau keluarga dapat memilih
tenaga kesehatan terlatih sesuai dengan kepercayaan ibu
tersebut. Misalnya ibu memilih yang akan menolong
persalinannya adalah bidan atau dengan dokter spesialis.
c. Tempat persalinan, ibu, suami, keluarga sejak awal
kehamilan sudah merencanakan tempat persalinan untuk
ibu difasilitas kesehatan. Ibu dapat memilih tempat
persalinannya di Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik bersalin,
Bidan Praktek Swasta atau di rumahnya sendiri asalkan
tempatnya dapat memenuhi syarat.
d. Pendamping persalinan, Keluarga atau kerabat dekat ibu
dapat ikut mendampingi ibu saat bersalin. Hal ini bertujuan
33
agar keluarga dapat memberi dukungan moril pada ibu saat
bersalin.
e. Transportasi/ ambulan desa, Mengupayakan dan
mempersiapkan transportasi jika sewaktu-waktu
diperlukan. Suami, keluarga dan masyarakat bekerjasama
dalam membantu ibu hamail sampai pada tempat pelayanan
kesehatan, serta pada saat adanya rujukan p.Ibu harus
mendapatkan pelayanan tepat,cepat bila terjadi komplikasi
dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
f. Calon pendonor darah, upaya tenaga kesehatan, keluarga
dan masyarakat untuk membantu ibu hamil dalam
mengantisipasi terjadinya komplikasi (perdarahan) pada
saat persalinan. Sehingga ibu hamil sudah mempunyai
calon pendonor darah sesuai dengan golongan daran ibu,
untuk mencegah terjadinya komplikasi pada kehamilan
maupun persalinan.
g. Dana, merupakan upaya menyisihkan uang atau barang
berharga (yang bisa diuangkan sewaktu-waktu) oleh ibu
hamil yang disimpan oleh bidan desa atau pihak yang
ditunjuk oleh masyarakat yang sewaktu-waktu dapat
dipergunakan untuk biaya persalinan. Besar simpanan atau
nominal, tergantung dari perkiraan biaya persalinan normal
atau sesuai dengan kesepakatan.
h. KB pasca persalinan merupakan suatu program yang
dimaksudkan untuk mengatur kehamilan melalui
penggunaan alat / obat kontrasepsi setelah melahirkan.
Konseling tentang KB dimulai saat kunjungan asuhan
antenatal ke fasilitas pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan. (Depkes RI, 2009).
34
Menurut penelitian Rachel A Haws et al. (2009), dengan
judul Screening and Monitoring During Pregnancy and Labor,
mengidentifikasi tentang kehamilan resiko tinggi dan rendah
penyebab kematian ibu dan bayi, serta memantau dan memilih
melakukan perawatan tindak lanjut. skrining dan pemantauan
intervensi selama antenatal dan intrapartum dilakukan untuk
mengetahui kesenjangan yang terjadi serta intervensi apa yang
diperlukan untuk mengatasi masalah mortalitas dan morbiditas.
Hasil penelitian ini menunjukkan effektif dalam mendeteksi
masalah kesehatan pada saat kehamilan dan tindak lanjut setelah
persalinan.
35
Menurut Depkes RI (2009), sasaran P4K adalah seluruh ibu
hamil yang ada di suatu wilayah. Selain itu sasaran yang lain adalah
penanggung jawab dan pengelola program KIA Provinsi dan
Kab/Kota, bidan Koordinator, kepala Puskesmas, dokter, perawat,
bidan, kader, forum peduli KIA (Forum P4K/Pokja/Posyandu, dll).
e. Bagian P4K Yang di Fasilitasi aktif Oleh Bidan
1. Pendataan ibu hamil dengan stiker
Pendataan ibu hamil dengan stiker adalah suatu
pendataan, pencatatan dan pelaporan keadaan ibu hamil dan
bersalin di wilayah kerja bidan melalui penempelan stiker di
setiap rumah ibu hamil dengan melibatkan peran aktif unsur-
unsur masyarakat di wilayahnya (kader, forum peduli
KIA/Pokja posyandu dan dukun
2. Forum Peduli KIA
Adalah suatu forum partisipatif masyarakat yang
melakukan pertemuan rutin bulanan, bertujuan mengorganisir
kegiatan P4K dan menjalin kerjasama dengan bidan dan
difasilitasi oleh bidan di desa dan puskesmas.
3. Kunjungan Rumah
Adalah kegiatan kunjungan bidan ke rumah ibu hamil
dalam rangka untuk membantu ibu, suami dan keluarganya
membuat perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi.
Disamping itu, untuk memfasilitasi ibu nifas dan suaminya
dalam memutuskan penggunaan alat atau obat kontrasepsi
setelah persalinan sesuai rencana yang telah disepakati
bersama oleh pasangan tersebut.
4. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dan Kesiagaan
Persalinan oleh Tenaga Kesehatan adalah persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan terampil sesuai standar.
Sedangkan kesiagaan adalah kesiapan dan kewaspadaan dari
36
suami, keluarga, masyarakat atau organisasi masyarakat,
kader, dukun dan bidan dalam menghadapi persalinan dan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.
5. Tabulin dan Dasolin
Tabulin dalah dana/barang yang disimpan oleh keluarga
atau pengelola Tabulin secara bertahap sesuai dengan
kemampuan yang pengelolaannya sesuai kesepakatan serta
penggunaannya untuk segala bentuk pembiayaan saat ANC,
persalinan dan kegawatdaruratan. Dasolin adalah dana yang
dihimpun dari masyarakat secara sukarela dengan prinsip
gotong royong sesuai dengan kesepakatan bersama dengan
tujuan membantu pembiayaan mulai ANC, persalinan dan
kegawatdaruratan.
6. Ambulan Desa dan Donor Darah
Ambulan desa adalah alat transportasi dari masyarakat
sesuai kesepakatan bersama yang dipergunakan untuk
mengantar calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk
ke tempat rujukan, bisa berupa mobil, ojek, becak, sepeda,
tandu, perahu, dll. Calon Donor Darah adalah orang-orang
yang dipersiapkan oleh ibu, suami, keluarga dan masyarakat
yang sewaktu-waktu bersedia menyumbangkan darahnya
untuk keselamatan ibu melahirkan.
7. Kunjungan Nifas
Kontak ibu dengan Nakes minimal 3 (tiga) kali untuk
mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas,
baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas (termasuk
bidan di desa/Polindes dan kunjungan rumah.
8. Pemberdayaan Masyarakat
upaya aktif bidan untuk melibatkan unsur-unsur
masyarakat secara parsitipatif dalam Perencanaan,
37
Pelaksanaan dan Evaluasi kegiatan kesehatan ibu dan anak
termasuk kegiatan perencanaan persalinan dan pasca
persalinan.
Melalui Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker yang
ditempelkan di rumah ibu hamil, maka setiap ibu hamil akan
tercatat, terdata dan terpantau secara tepat. Dengan data dalam
stiker, suami, keluarga, kader, dukun, bersama bidan di desa
dapat memantau secara intensif keadaan dan perkembangan
kesehatan ibu hamil. Selain itu agar ibu hamil mendapatkan
pelayanan yang sesuai standar pada saat antenatal, persalinan
dan nifas sehingga proses persalinan sampai dengan nifas
termasuk rujukannya dapat berjalan dengan aman dan
selamat.
Menurut penelitian Othman Kakaire et al. (2011)
dengan judul
Male involvement in birth preparedness and complication rea
diness for emergency obstetric referrals in rural Uganda yang
meneliti wanita hamil dalam menghadapi risiko komplikasi
obstetrik yang mengancam kehidupan. Sebuah paket
persiapan melahirkan, mempromosikan persiapan aktif dan
membantu dalam pengambilan keputusan untuk kesehatan dan
komplikasi. Tujuannya adalah untuk menilai faktor yang
terkait dengan persiapan melahirkan dan persiapan komplikasi
serta tingkat partisipasi laki-laki dalam rencana kelahiran
antara rujukan obstetrik darurat di pedesaan Uganda. Hasil
penelitian menunjukkan menjelaskan bahwa keterlibatan
wanita, keluarga dan masyarakat belum dilibatkan dalam
persiapan melahirkan dan persiapan dalam menghadapi
komplikasi dengan berbagai factor penyebab, oleh karena itu,
38
wanita, keluarga dan masyarakat perlu diberdayakan untuk
memberikan kontribusi positif untuk membuat kehamilan
lebih aman dengan membuat rencana kelahiran.
f. Dasar Hukum P4K (Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi)
1. Surat edaran Mentri Kesehatan No. 295 tahun 2008 tentang
percepatan pelaksanaan program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) dengan stiker
2. Surat edaran Mentri dalam Negeri No. 441.7/1935.SJ tahun 2008
tentang percepatan pelaksanaan program persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K).
3. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Undang-undang No. 32 tentang Pemerintah Daerah.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 900 tahun 2002 tentang
registrasi dan Praktek Bidan.
7. Keputusan Menteri No. 741 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
8. Keputusan Menteri Kesehatan No. 284 tahun 2004 tentang Buku
KIA.
9. Keputusan Menteri Kesehatan No. 564 tahun 2006 tentang
Pedoman Pelaksanaaan Pengembangan Desa Siaga.
g. Indikator Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K).
Indikator Program adalah Presentase desa melaksanakan P4K
dengan Stiker, presentase ibu hamil mendapat stiker, presentase ibu
hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar,
presentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan,
presentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami
39
komplikasi tertangani, presentase penggunaan metode KB pasca
persalinan, presentase ibu bersalin di nakes mendapat pelayanan
nifas.
h. Output Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi dengan Stiker.
Output yang diharapkan adalah sebagai berikut 1) Semua ibu
hamil terdata dan rumahnya tertempel stiker P4K; 2) Bidan
memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar; 3) Ibu hamil
dan keluarganya mempunyai rencana persalinan termasuk KB yang
dibuat bersama dengan penolong persalinan; 4) Bidan menolong
persalinan sesuai standar; 5) Bidan memberikan pelayanan nifas
sesuai standar; 6) Keluarga menyiapkan biaya persalinan, kebersihan
dan kesehatan lingkungan (sosial-budaya); 7) Adanya keterlibatan
tokoh masyarakat baik formal maupun non formal dan forum peduli
KIA/ Pokja Posyandu dalam rencana persalinan termasuk KB pasca
persalinan sesuai dengan perannya masing-masing; 8) Ibu mendapat
pelayanan kontrasespsi pasca persalinan; 9)Adanya kerjasama yang
mantap antara Bidan, Petugas Pustu, Forum Peduli KIA/Pokja
Posyandu dan (bila ada) dukun bayi, pendamping persalinan.
i. Peran Bidan dalam P4K, menurut Depkes {2009) yaitu :
1. Masa kehamilan, persalinan dan nifas
a. Masa Kehamilan antara lain : a) Melakukan pemeriksaan ibu
hamil (ANC) sesuai standar (minimal 4 kali selama hamil); b)
Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan
keluarga; c) Melakukan kunjungan rumah; d) Melakukan
rujukan bila diperlukan; e) Melakukan pencatatan; f) Membuat
laporan g) Memberdayakan unsur-unsur masyarakat termasuk
suami, keluarga, dan kader untuk terlibat aktif dalam P4K.
b. Masa Persalinan antara lain: a) Memberikan pertolongan
persalinan sesuai standar; b) Mempersiapkan sarana prasarana
40
persalinan aman termasuk pencegahan infeksi; c) Memantau
kemajuan persalinan sesuai dengan partograf; d) Melakukan
asuhan persalinan normal sesuai standar; e) Melakukan
Manajemen Aktif Kala III (MAK III); f) Melaksanakan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD); g) Melakukan perawatan bayi
baru lahir, termasuk pemberian salep mata, vitamin K1 dan
imunisasi HB0; h) Melakukan tindakan PPGDON apabila
mengalami komplikasi; i) Melakukan rujukan bila diperlukan;
j) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
c. Masa Nifas antara lain : a) Memberikan pelayanan nifas sesuai
standar; b) Melakukan kunjungan nifas (KF1, KF2, KF
lengkap), (KN1, KN2); c) Melakukan penyuluhan dan
konseling pada ibu, keluarga dan masyarakat; d) Melakukan
rujukan bila diperlukan; e) Melakukan pencatatan dan
pelaporan.
2. Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan
keluargamengenaiTanda-tanda persalinan; Tanda bahaya
persalinan dan kehamilan; Kebersihan pribadi dan lingkungan;
Kesehatan & gizi; Perencanaan persalinan (bersalin di bidan,
menyiapkan trasportasi, menyiapkan biaya, menyiapkan talon
donor darah); Perlunya inisiasi menyusu dini dan ASI Eksklusif;
dan KB pasca persalinan
3. Melakukan kunjungan rumah untuk
a. Penyuluhan/konseling pada keluarga tentang perencanaan
persalinan.
b. Memberikan pelayanan ANC bagi ibu hamil yang tidak
datang ke bidan.
c. Motivasi persalinan di bidan pada waktu menjelang taksiran
partus.
41
d. Membangun komunikasi persuasif dan setara, dengan forum
peduli KIA dan dukun untuk peningkatan partisipasi aktif
unsur-unsur masyarakat dalam peningkatan kesehatan ibu dan
anak.
4. Melakukan rujukan apabila diperlukan
a. Memberikan penyuluhan tanda, bahaya pada kehamilan,
persalinan dan nifas.
b. Melibatkan peran serta kader dan tokoh masyarakat.
5. Melakukan pencatatan pada : kartu ibu, Kohort ibu, Buku KIA.
6. Memuat laporan : PWS-KIA
7. Memberdayakan unsur-unsur masyarakat termasuk suami,
keluarga, dan kader untuk terlibat aktif dalam program
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dalam
kegiatan:
a. Pemantauan intensif setiap ibu hamil, mengingatkan ibu
hamil untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar,
menemukan secara dini tanda, bahaya saat hamil dan
melapor segera ke tenaga kesehatan.
b. Pengelolaan donor darah, transportasi/ ambulan desa,
tabulin/ dasolin, amanat persalinan, suami siaga, warga
siaga
c. Membantu mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa.
d. Memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan
kesehatan ibu (tanda bahaya kehamilan, persalinan dan
nifas).
e. Membantu bidan dalam memfasilitasi keluarga untuk
menyepakati isi stiker, termasuk KB pasca persalinan.
f. Bersama dengan kepala desa, toma membahas tentang
masalah calon donor darah, transportasi dan pembiayaan
42
untuk membatu dalam menghadapi kegawatdaruratan pada
waktu hamil, bersalin dan nifas.
g. Membantu memotivasi suami untuk mendampingi pada
saat pemeriksaan kehamilan, bersalin dan nifas.
h. Membantu memotivasi untuk melakukan IMD (Inisiasi
Menyusu Dini) dan pembenan ASI eksklusif pada bayi
sampai 6 bulan.
i. Mendukung upaya partisipan aktif forum peduli KIA dan
dukun untuk melaksanakan komponen-komponen P4K
dengan stiker di wilayahnya melalui pertemuaan rapat
koordinasi tingkat desa.
j. Peran masyarakat dalam pelaksanaan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
1. Masyarakat paham tanda bahaya kehamilan dan menolong ibu
hamil bila menemukan adanya tanda bahaya pada kehamilan
2. Bersama dengan Kepala desa, Tokoh masyarakat membahas
tentang masalah calon donor darah, transportasi dan pembiayaan
untuk membantu dalam menghadapi kegawatdaruratan pada
waktu hamil, bersalin dan sesudah melahirkan.
3. Menganjurkan suami untuk mendampingi pada saat pemeriksaan
kehamilan, persalinan, dan sesudah melahirkan.
4. Menganjurkan Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6
bulan.
5. Adanya dukungan sukarela dari masyarakat dalam perencanaan
persiapan Masyarakat sekitar tempat tinggal ibu persalinan ibu
hamil dalam hal biaya, transportasi, donor darah untuk proses
persalinan termasuk menghadapi kegawatdaruratan ibu hamil,
ibu bersalin dan bayi baru lahir
6. mengetahui ada ibu hamil, dan apabila membutuhkan
pertolongan, masyarakat siap sedia untuk membantu. Dengan
43
demikian, ibu hamil yang mengalami komplikasi tidak terlambat
untuk mendapat penanganan yang tepat dan cepat.
7. Memantapkan kerjasama antara bidan, dukun bayi dan kader
8. Adanya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, kader,
dukun bayi, dll dalam perencanaan persalinan dan KB setelah
melahirkan, sesuai peran masing-masing
k. Peran keluarga dalam pelaksanaan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
1. Suami dan keluarga paham tentang bahaya persalinan
2. Adanya rencana persalinan aman yang disepakati antara ibu
hamil,suami dan keluarga, dengan bidan
3. Mendampingi ibu saat persalinan dan mendukung ibu dalam
kehamilannya.
4. Membantu ibu dalam mempersiapkan persalinannya
5. Adanya rencana alat kontrasepsi setelah melahirkan yang
disepakati antara ibu hamil, suami dan keluarga, dengan bidan.
l. Peran kader dalam pelaksanaan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
1. Membantu bidan dalam mendata jumlah ibu hamil di wilayah
desa binaan.
2. Membantu bidan memberikan penyuluhan yang berhubungan
dengan kesehatan ibu (Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan
dan sesudah melahirkan)
3. Membantu Bidan dalam memfasilitasi keluarga untuk
menyepakati isi Stiker.
4. Bersama dengan Kades, Toma membahas tentang masalah
calon donor darah, transportasi dan pembiayaan untuk
membantu dalam menghadapi kegawatdaruratan pada waktu
hamil, bersalin dan sesudah melahirkan.
44
5. Menganjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi pada
saat pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan sesudah
melahirkan.
6. Adanya dukungan dari kader, dukun bayi, dll dalam
kehamilan, perencanaan persalinan dan setelah melahirkan.
7. Bekerjasama dengan bidan mengetahui ada ibu hamil, dan
apabila ibu hamil membutuhkan pertolongan, masyarakat siap
sedia untuk membantu ibu hamil yang mengalami komplikasi
tidak terlambat untuk mendapat penanganan yang tepat dan
cepat.
m. Rencana Pengambilan Keputusan Bila Dirujuk
1. Siapa orang I
Hal ini penting untuk menangani kasus gawat darurat
dan orang pertama yang seharusnya mengambil keputusan
adalah pasien itu sendiri. Akan tetapi jika keadaan ibu tidak
memungkinkan maka keluarga atau suami dapat
menggantikan untuk mengambil keputusan kepada tenaga
kesehatan dalam melakukan tindakan medis dalam
penanganan kasus gawat darurat yang dialami ibu.
2. Siapa orang II
Jika ibu terjadi komplikasi dan kalau pengambil
keputusan utama dalam keluarga tidak ada ditempat. Maka
perlu dibicarakan oleh bidan dengan ibu hamil, suami dan
keluarga tentang siapa yang boleh mengganti pengambil
keputusan tersebut.
3. Tempat rujukan
Tempat rujukan yang dituju harus berkompeten
sehingga komplikasi yang dialami oleh ibu dapat teratasi
dengan baik. Selain itu, jarak antara tempat persalinan dengan
tempat rujukan harus dapat dijangkau dengan dalam waktu
45
yang singkat sehingga kasus yang dialami ibu belum terlalu
parah.
4. Transportasi
Sistem transportasi digunakan jika terjadi kasus gawat
darurat. Karena banyak ibu yang meninggal ketika mengalami
komplikasi berat selama kehamilan, persalinan, pasca
persalinan. Pada umumnya hal ini terjadi akibat ibu atau
keluarganya tidak mampu menjangkau alat transportasi yang
dapat mengantarkan mereka ke tempat pelayanan kesehatan
yang memadai.
5. Waktu tempuh
Waktu tempuh yang digunakan untuk menuju ke
tempat rujukan harus singkat sehingga komplikasi yang terjadi
tidak terlalu parah.
6. Biaya
Membentuk rencana atau rancangan tabungan.
Pengalaman menunjukkan bahwa banyak ibu-ibu yang tidak
mau mencari perawatan lebih lanjut karena tidak memiliki
dana yang cukup.
7. Donor darah
Sebenarnya pembentukan kelompok donor darah tidak
dimaksudkan secara spesifik bagi ibu hamil dan melahirkan.
Salah satu dibentuknya bank darah ini adalah terdapatnya
sekelompok pendonor darah yang terdiri dari warga setempat
atau keluarga pasien itu sendiri. Mereka menyumbangkan
darahnya melalui PMI dan dapat dipakai untuk semua jenis
kebutuhan kegawat-daruratan termasuk kecelakaan, operasi,
demam berdarah, dan sebagainya. Warga yang bersedia
menjadi pendonor darah diperiksa untuk diketahui jenis
46
golongan darahnya dan bersedia kapan saja untuk
menyumbangkan darahnya jika perlukan.
n. Hambatan Dalam Pelaksannaan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
Dalam pelaksanaan P4K banyak kendala yang dihadapi oleh
petugas kesehatan khususnya bidan, karena dalam pelaksanaannya
tidak lepas dari partisipasi dan kerjasama dari masyarakat dan ibu
hamil, namun pada kenyataannya masih ada beberapa ibu hamil dan
masyarakat menunjukkan perilaku yang kurang mendukung program
ini. Selain itu tata kelola puskesmas yang kurang mendukung serta
mobilitas penduduk yang tinggi menyebabkan kesulitan dari tenaga
kesehatan dalam menemukan dan memantau ibu harnil. Hal ini
menunjukkan pentingnya meningkatkan, penyebarluasan informasi,
dukungan sarana, monitoring dan evaluasi, dan peran berbagai sektor
terkait serta membangun kerjasama yang baik antara bidan dan
masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program. (Mariani Putri,
2013).
Penelitian Solnes Milternburg et al. (2013) menjelaskan bahwa
tenaga kesehatan yang terampil akan membantu mengatasi hambatan
yang biasa ditemukan dalam pelaksanaan dalam mempersiapkan
persalinan dan mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi pada
ibu hamil, upaya persiapan persalinan dan pencegahan komplikasi ini
dinilai efektif dalam penurunkan angka kematian pada ibu. Selain itu
ibu hami, keluarga dan masyarakan secara tidak langsung
mendapatkan pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan yang
trampil, dan membentuk kesadaran masyarakat dalam membantu ibu
hamil pada perawatan obstetrik darurat dan layanan masyarakat yang
ada untuk keadaan darurat (dana dan transportasi).
Penelitian Weigers, T.A et al. (2010) menjelaskan bahwa
pelayanan antenatal dan persipapan persalinan pada ibu hamil di
47
Tajikistan masih belum sesuai target tenaga kesehatan, tujuan dari
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk menilai tingkat
dasar pengetahuan penduduk dalam pelayanan persalianan dan
penyedia perawatan di daerah pedesaan di Kyrgyzstan dan Tajikistan
(Asia Tengah). Hasil dari penelitian menunjukkan laki-laki dan
wanita di desa tersebut masih rendah dalam pengetahuan tentang
komplikasi pada masa kehamilan, persalina dan nifas, oleh karena itu
perlu adanya kerjasama baik dari petugas kesehatan dan masyarakat
dalam berupaya meningkatkan pengetahuan masyarakat dan
menyediakan sarana dan prasarana untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam mempersiapkan persalina dan mencegah
komplikasi pada ibu hamil.
Penelitian August, F et al. (2016) menjelaskan bahwa penelitian ini
melihat keefektifan pelatiahn tenaga kelompok pekerja dalam bidang
kesehatan pada pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya, persiapan
persalinan, pencegahan komplikasi dan pengiriman fasilitas pada
perempuan di pedesaan Tnzania. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan dengan adanya pelatihan, baik
dari pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya, persiapan persalinan,
pencegahan komplikasi maupun pengiriman fasilitas pada
perempuan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa intervensi
pelatihan pada keompok pekerja dalam bidang kesehatan ini sebagai
guru dalam memberikan peningkatan Program Keterampilan Hidup
Berbasis untuk wanita hamil dan keluarga mereka dapat
meningkatkan pengetahuan tentang.
2.1.9 Indek Masa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) didapatkan dengan cara membagi
berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Berat badan yang dihitung
menggunakan satuan kilogram (kg), sedangkan tinggi badan dalam
satuan meter (m). Gambar berikut adalah rumus untuk mendapatkan
48
indeks massa tubuh berikut dengan tabel makna nilai masing-masing
hasilnya.
49
Contoh Perhitungan Berat Badan Ideal dengan IMT
IMT = 24,6
50
pada artikel sebelumnya. Sebaliknya, jika berat badan seseorang jauh
di bawah normal juga dapat mengakibatkan masalah kesehatan.
Mereka memiliki resiko infertilitas dan juga osteoporosis yang tinggi.
Kunci utama untuk menjaga berat badan agar selalui berada di batas
normal adalah dengan mengkonsumsi makanan sehat dan olahraga
yang teratur.
51
Yang menggambarkan pendokunentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium test diagnostic lain yang dirumuskan dalam
data fokus. Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik yang sesui dgn
kebutuhan & pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus
(inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), Pemeriksaan penunjang
(laboratorium, cacatan baru dan sebelumnya).
52
c. Langkah III: Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose
potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosa potesial tidak terjadi.
d. Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan
kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi,
penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan
terus-menerus. Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam
melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang
dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu
dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah
sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency/ segera
untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini
termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi
atau yang bersifat rujukan.
Apabila diagnosa/masalah potensial: tidak ada, maka dalam menetapkan
kebutuhan terhadap tindakan segera, seperti:
Mandiri
Kolaborasi
Rujukan
e. Langkah V: Merencanakan Asuhan Secara Menyeluruh
53
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi
atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang
berkaitan tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau
masalah psikologi. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua
belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan
efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional
dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
f. Melaksanakan perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan manyeluruh dilakukan dengan efisien
dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan.
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap bertanggung
jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh tersebut.
g. Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi
dalam diagnosa dan masalah.
54
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala /tingkatnya, dan hanya orang tersebutlah yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang di alaminy.
Berikut pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri.
Beberapa keadaan yang meningkatkan nyeri pinggang pada
kehamilan adalah
1. Pekerjaan fisik yang berlebihan
2. Mengangkut barang
3. Membungkuk / menggendong anak
2.3.2 Nyeri pinggang bawah pada kehamilan mempunyai 2 type :
1) Type nyeri lumbal (pinggang bawah)
Nyeri lumbal selama hamil pada umumnya berlokasi diatas
pinggang digaris tengah tulang punggung.
Nyeri ini bias / tanpa penjalaran ketungkai/ kaki. Biasanya
nyeri ini timbul bila Ibu – Ibu hamil tersebut bekerja dengan posisi
duduk/berdiri lama/ melakukan pekerjaan mengangkat barang.
2) Type nyeri panggul belakang
Adapun nyeri belakang panggul empat kaki lebih sering terjadi
di bandingkan dengan nyeri lumbal pada kehamilan Ibu hamil
tersebut akan merasakan nyeri dibawah dan sampai garis pinggang
atau diatas tulang ekor.
Tulang belakang merupakan bagian sentral tubuh manusia
yang mempunyai hubungan denganstruktur jaringan lainnya
seperti jaringan pengikat sendi dan otot. Fungsi tulang belakang
disamping sebagai penyangga juga memberikan perlindungan dan
merupakan sendi gerak yang memungkinkan tulang belakang
bergerak.
Pada kehamilan timbul rasa nyeri di pinggang bawah akibat
pengaruh hormon yang menimbulkan gangguan pada substansi
55
dasar bagian penyangga dan jaringan penghubungan sehingga
mengakibatkan menurunnya elastisitas dan fleskibilitas otot. Selain
itu juga disebabkan oleh faktor mekanika yang mempengaruhi
kelengkungan tulang belakang oleh perubahan sikap statis dan
penambahan beban pada saat Ibu hamil.
2.3.3 Cara mengatasi Nyeri pinggang bawah saat kehamilan
Untuk mengatasi nyeri pinggang bawah yang timbul pada Ibu
hamil, perlu dilakukan beberapa teknik latihan. Sebgai berikut :
1) Persiapan latihan
a. Pakaian pasien sebaiknya menggunakan pakaian latihan
b. Posisi pasien di atur sedemikian rupa dengan rileks
2) Sebelum melakukan latihan perlu dilakukan gerakan – gerakan
kecil pemanasanpada pinggang dan tungkai secara pelan dan
lembut.
3) Pelaksanaan
Latihan ini dilakukan 5 sampai dengan 7 detik dan diulang 10
kali setiap session latihan. Apabila pasien merasa lelah maka harus
diistirahatkan.
4) Tujuan latihan ini adalah
a. Untuk mengurangi rasa nyeri pada pinggang bawah
b. Merileksasikan otot – otot belakang pinggang
c. Memelihara janji gerak Pelvic dan lungosacrai
d. Memperkuat otot – otot perut dan dasar panggul dalam
membantu proses pendorongan bayi keluar.
1) Latihan 1
Duduklah bersila pada lantai. Punggung dilemaskan lakukan setiap
duduk seperti ini, sebanyak mungkin. Posisi ini akan membantu
memperkuat otot-otot paha, bila merasa lelah setelah duduk seperti ini,
rentangkan kedua tungkai sebentar lalu goyang-goyangkan dan kembali
ke sikap bersila itu.
56
2) Latihan 2
Duduklah dilantai dan rapatkan 2 telapak kaki Ibu 1 sama lain,
kemudian tariklah kaki / tumit sedikit mungkin dengan badan anda.
Letakkan tangan pada masing-masing paha dan lakukan penekanan.
3) Latihan 3
Berbaring terlentang kedua lengan berada disisi tubuh lakukan
pernafasan bersih dalam dalam. Angkat tungkai tangan perlahan-lahan
rapatkan jari kaki dan perlahan lewat hidung.
Berbaring terlentang, rentangkan kedua lengan tegak lurus terhadap
badan. Lakukanlah pernapasan bersih dalam-dalam kemudian angkat
tungkai kanan, rapatkan jari-jari kaki dan trikan nafas lewat hidung.
Gambar 2 Leopold I
57
Untuk menentukan tinggi fundus uteri, menentukan usia
kehamilan, menentukan bagian janin yang ada pada fundus uteri.
Cara : Petugas menghadap kemuka ibu, uterus dibawa ketengah,
tentukan tinggi fundus uteri dan bagian apa yang terdapat didalam
fundus
Hasil : jika kepala teraba benda bulat dan keras, jika Bokong teraba
tidak bulat dan lunak.
Gambar 3 Leopold II
58
Gambar 4 Leopold III
Gambar 5 Leopold IV :
59
Cara : tangan menelusuri dari atas fundus sampai bagian terbawa
janin.
a. Cara menghitung berat badan janin dalam
kandungan :
Menghitung perkiraan berat badan janin (PBBJ) menurut cara Jonson
:
1) Bila bagian terendah janin masuk pintu atas panggul:
2) PBBJ = ( TFU –11 ) x 155
3) Bila bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul :
4) PBBJ = ( TFU – 12 ) x 155
b. Cara menentukan umur kehamilan :
Tinggi fundus dalam cm (dengan cara Mc. Donald) atau
menggunakan jari – jari tangan sesuai dengan usia kehamilan
(menurut Leopold) :
60
Umur kehamilan TFU Keterangan
32 minggu ½ pusat – Px -
36 minggu 1 jr di bwh Px Kepala masih berada
di atas pintu panggul.
40 minggu 3 jr bwh Px Fundus uteri turun
kembali, karena
kepala janin masuk
ke rongga panggul.
61
oleh kepala janin yang pada primigravida turun dan masuk ke
dalam rongga panggul. (Wiknjosastro, 2012)
2. Tatalaksana asuhan antenatal trisemester III
Menurut kemenkes RI dalam buku saku pelayanan kesehatan ibu di
fasilitas kesehatan dasar dan rujukan (2013) tatalaksana asuhan
antenatal pada kehamilan trimester III terdiri dari :
a) Anamnesis
- Catatan pada kunjungan sebelumnya
- Keluhan yang dialami selama hamil
b) Pemeriksaan fisik umum
- Keadaan umum
- Tekanan darah
- Suhu tubuh
- Berat badan
- Gejala anemia (pucat, nadi cepat)
- Edema
- Tanda bahaya lainnya (sesak, perdarahan, dan lain-lain)
- Pemeriksaan terkait masalah yang ditemukn pada kunjungan
sebelumnya
c) Pemeriksaan fisik obtetric
- Tinggi fundus
- Pemeriksaan obtetri manuver leopold
- Denyut jantung janin
d) Pemeriksaan penunjang
- Kadar Hb
e) Imunisasi, suplementasi, dan KIE
- Zat besi dan asam folat
- KIE. (Kemenkes, 2013)
3. Mengajarkan untuk sujud dan mengepel jongkok dapat melatih otot
dasar panggul dan diafragma : posisi jongkok dapat melatih otot dasar
62
panggul dan diafragma. Hal ini ditunjukkan dengan dinding perut dan
diafragma menekan fundus sehingga memastikan panggul lebar.
Mengurangi rasa sakit dan hambatan persalinan posisi jongkok dapat
mengurangi kendala dan rasa sakit selama proses persalinan. Dengan
demikian, posisi jongkok dapat dikatakan sebagai posisi yang paling
tepat dan alami untuk proses persalinan. Memperkuat otot paha dan
perut otot paha dan perut yang kuat dapat membantu posisi bayi
mendekati jalan lahir dan mendorong bayi untuk keluar secara alami
saat lahir sehingga bermanfaat memperlancar proses persalinan normal.
Meningkatkan elastisitas jalan lahir latihan jongkok bermanfaat
meningkatkan elastisitas jalan lahir terbuka lebih lebar. Dengan begitu,
kemungkinan melahirkan dengan normal tanpa alat bantu akan semakin
besar. (Rukaiyah, 2009)
4. Ultrasonografi (USG)
5. Adalah pemeriksaan dalam bidang penunjang diagnostik yang
memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi yang tinggi
dalam menghasilkan imajing, tanpa menggunakan radiasi, tidak
menimbulkan rasa sakit (non traumatic), tidak menimbulkan efek
samping (non invasif). Selain itu ultrasonografi relatif murah,
pemeriksaannya relatif cepat, dan persiapan pasien serta peralatannya
relatif mudah. Gelombang suara ultrasonik memiliki frekuensi lebih dari
20.000 Hz, tapi yang dimanfaatkan dalam teknik ultrasonografi
(kedokteran) gelombang suara dengan frekuensi 1-10 MHz. Manfaat
USG pada Trimester III :
- Menilai kesejahteraan janin.
- Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
- Melihat posisi janin dan tali pusat.
- Menilai keadaan plasenta.
63
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.”A” DENGAN KEHAMILAN NORMAL
TRIMESTER III DI RSUD PATUT PATUH PATJU KECAMATAN GERUNG
TANGGAL 08 Januari 2018
Ibu mengatakan usia kehamilan 8 bulan tidak ada keluhan ibu dateng ke
rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan USG.
D. Riwayat menstruasi
Menarche :12 tahun disminorhe : tidak ada
Siklus : 28 hari flour albus : Iya
64
Lama : 7 hari HPHT : 01-06-2017
E. Riwayat perkawinan
Berapa kali menikah : 1 kali
Lama : Ibu mengatakan pernikahannya sudah 1 tahun
Umur pertama kali menikah
Suami : 24 Tahun
istri : 19 Tahun
F. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, anak yang lalu
Keh UK Jeni Temp Penolo Penyulit BBL Jenis Usia KB Ket
a s at ng Hamil Bers Nifa Kelami anak
mila Pers Persal alin s n
n no alin inan
an
1. Kehamilan - - - - - - - - - - -
ini
65
Tabel pemeriksaan ANC (buku KIA)
Tgl Keluha TD BB UK TFU Letak DJJ Kaki Hasil Lab Tindakan
n (mmHg) (kg) (cm) janin bengkak
66
Kepercayaan selama hamil : Tidak ada
Perawatan payudara : Tidak pernah
Rencana KB : ibu mengatakan belum ada renca untuk ber- KB
67
malam
d. Personal Hygiene
Mandi 2 kali sehari 2 kali sehari
Ganti pakaian 3 kali sehari 3 kali sehari
Ganti pakaian dalam 2 kali sehari 2 kali sehari
Keramas 2 kali seminggu 2 kali seminggu
DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan fisik
68
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : komposmetis
3. TTV
Suhu : 37 0C
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 22x/menit
TD : 110/70 mmhg
Berat badan saat ini : 46 kg
Berat badan sebelum hamil :36 kg
HPL : 08 maret 2018
Tinggi badan : 145
4. Kepala
a. Rambut
Inspeksi : Pertumbuhan rambut tampak merata, berwarna
hitam, rambut tidak rontok, kulit kepala bersih.
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
b. Wajah
Inspeksi : wajah tidak pucat, Tidak ada odema
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Mata : simetris, konjung tiva tidak anemis. tidak ikterus pada
sklera
d. Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen.
e. Hidung : tidak ada polip, bersih, tidak ada secret, tidak ada nyeri
tekan
f. Mulut dan gigi : bibir tidak pucat, mukosa bibir lembab, tidak ada karies
gigi, gusi tidak berdarah
5. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
Pembesaran vena jugularis : tidak ada
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
69
6. Payudara
Inspeksi : tidak terkaji
Palpasi : tidak terkaji
7. Abdomen
Inspeksi : tidak ada bekas luka operasi, linea nigra
Palpasi :
leopod I : : TFU 3 jari dibawah PX 39 cm teraba bagian besar, lunak pada fundus
bokong.
Leopod II : Teraba lurus dan keras sebelah kanan, dan sebelah kiri teraba bagian-
bagian kecil.
Leopod III : Bagian terendah janin teraba keras, bundar dan melenting, tidak bisa
digoyangkan dan sudah masuk PAP
Leopod IV : Convergen bagian terendah janin belum masuk PAP 5/5 bagian
8. Ekstremitas atas dan bawah : ekstremitas atas dan bawah tidak odema
9. Pemeriksaan penunjang :
USG : Janin tunggal,hidup, intra uteri, letak kepala, UK 31-32 minggu, Air
ketuban cukup, plasenta fundus anterior.
70
3.3 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASAL/AH POTENSIAL
Diagnose/masalah potensial : tidak ada
3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Mandiri : Tidak ada
Kolaboorasi : Tidak ada
Rujukan :Tidak ada
71
4. Memberitahukan kepada ibu tentang apa saja perubahan fisik dan ketidak
nyamananpadaTM III
5. Memberitahukan ibu untuk jadawal kunjungan ulang 1 minggu setelah kunjungan
tersebut/segera bila ada keluhan.
3.7 EVALUASI
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data Dasar
Dari pengumpulan data pada Ny. “A” data objektif dan data subjektif pada
kehamilan trimester III didapatkan hasil
Data subjektif pada Ny.”A” ibu mengatakan hamil pertama usia kehamilan
8 bulan tidak ada keluhan. Sedangkan dari pengkajian data obyektif pada Ny.
“A” di dapatkan hasil bahwa TD : 110/70 MmHg, N : 80 x/mnt, RR : 22 x/mnt,
S:37 °C, BB : 46 Kg, kepala bayi belum masuk PAP pada trimester III. Jadi dari
72
data obyektif dan data subjektif tersebut tidak terdapat kesenjangan antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus
73
Diagnose ini dapat di ketahui dari hasil pengumpulan data dasar ( data
subyektif dan data obyektif ). Pada langkah ini mengidentifikasi terhadap
diagnosis atau maslah berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian di interprestasikan sehingga
dapat di rumuskan diagnosis maupun masalah yang sfesifik. Baik rumusan
diagnosis maupun masalah keduanya harus di tangani ( Helen varney).
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan,
karena pada tinjauan kasus diagnosa di dapatkan dari data subyektif dan
obyektif
74
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial berdasarkan
diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisifasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. ( Helen Varney, 2008)
75
termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi
atau yang bersifat rujukan.
Apabila diagnosa/masalah potensial: tidak ada, maka dalam menetapkan
kebutuhan terhadap tindakan segera, seperti:
Mandiri
Kolaborasi
Rujukan
pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterprestasi sehingga dapat
dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis
maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak
dapat diartikan sebagai diagnosis,tetapi tetap membutuhkan penanganan. (
Helen Varney, 2008)
4.5 Perencanaan
Pada langkah ini dilakukan rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah- langkah sebelumnya langkah ini merupakan kelanjutan dari menejemen
terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada
langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan
yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait ,tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi untuk klien tersebut.
Pada langkah ini dilakukan rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah- langkah sebelumnya langkah ini merupakan kelanjutan dari menejemen
terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada
langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan
yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi untuk klien tersebut. ( Helen Varney, 2008)
76
Perencanaan asuhan kebidanan pada Ny. “A” dilakukan sesuai dengan
diagnose, masalah dan kebutuhan pasien yaitu:
77
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.”A” dilakukan sesuai dengan
rencana asuhan kebidanan yang telah direncanakan dan sesuai dengan diagnose,
masalah dan kebutuhan pasien.
4.7 Evaluasi
Sedangkan dari evaluasi adalah memastikan Ny. “A” mengerti tentang apa
yang di jelaskan oleh bidan sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan asuhan
kebidanan pada Ny.”A”
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi
dalam diagnosa dan masalah. ( Helen Varney, 2008).
Berdasarkan kasus yang didapatkan bahwa tidak terdapat kesenjangan
antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Pada langkah ini dilakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil studi kasus dan pembahasan di dapatkan keseimpulan sebagai
berikut:
78
1. Mahasiswa telah mampu melakukan pengkajian data dengan benar pada
Ny.”A” dengan kehamilan trimester III
2. Mahasiswa telah mampu menginterpretasi data untuk menegakkan diagnosis
pada Ny.”A” Dengan kehamilan trimester III
3. Mahasiswa telah mampu mengidentifikasi masalah potensial dan
mengantisipasi penanganan pada Ny.”A” dengan kehamilan trimester III
4. Mahasiswa telah mampu menentukan kebutuhan untuk tindakan segera pada
Ny.”A” dengan kehamilan trimester III
5. Mahasiswa telah mampu menyusun perencanaan tindakan asuhan kebidanan
pada Ny.”A” dengan kehamilan trimester III
6. Mahasiswa telah mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada
pasien Ny.”A” dengan kehamilan trimester III
7. Mahasiswa telah mampu melaksanakan evaluasi hasil tindakan asuhan
kebidanan pada Ny.”A” dengan kehamilan trimester III
5.1 Saran
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil normal trimester III dengan penerapan teori
manajemen kebidanan yang tepat dan efisien.
2. Untuk pendidikan
Diharapkan pendidikan tetap meningkatkan mutu pembelajaran sehingga
menghasilkan mahasiswa yang kompeten.
Mampu mengkaji kesehatan ibu hamil trimester III dilakukan melalui 7
langkah varney, yaitu pengumpulan data, interpretasi data dasar, antisipasi
masalah potensial, penetapan kebutuhan terhadap tindakan segera, rencana
asuhan menyeluruh, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
3. Untuk lahan praktek
kami berharap kepada tenaga kesehatan hususnya pada bidan di RSUD gerung
terus meningkatkan pelayanan pada masyarakat secara umum dan kesehatan
ibu dan anak pada khususnya.
79
DAFTAR PUSTAKA
80
Rukiyah Ai Yeyeh,dkk (2009). “Asuhan Kebidanan II (Persalinan”. Jakarta, Trans
Info Media
World Health Organization. World alliance for patient safety. Forward programme
2011 [manuscript on internet]. Geneve, Switzerland: World Health Organization;
2004 [cited 2012 Aug 5]. Available from: www.who.int/patientsafety
Indrayani. 2011. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta: CV. Trans Info Media
Manuaba, I.G.B. (2008). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi
Sosial untuk Profesi Bidan Jakarta: EGC.
81