Askep Pada Anak
Askep Pada Anak
Askep Pada Anak
Kelas VII A
BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan asuhan
keperawatan tentang disaster nursing pada anak tanah longsor ini berjalan dengan
lancar.
Dalam penulisan askep ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan askep ini, khususnya
kepada :
1. Dosen yang sudah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
2. Teman-teman yang sudah membantu.
Penulisan askep ini sebagai tugas mata kuliah Disaster Nursing. Di dalam
askep ini akan diuraikan tentang Pengertian, jenis-jenis,gejala – gejala, penyebab
dan dampaknya. Penulisan askep ini bertujuan melatih mahasiswa dalam
penulisan karya ilmiah yang benar.
Penulis berharap dengan membaca askep ini, dapat memberikan manfaat
bagi penulis maupun pembacanya, serta menambah wawasan mengenai asuhan
keperawatan disaster nursing pada anak tanah longsor. Penulis juga menyadari
bahwa penulisan askep ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan untuk askep yang
selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Trauma................................................................................................4
B. Jenis Trauma.......................................................................................4
C. PTSD..................................................................................................5
D. Fase-fase PTSD..................................................................................5
E. Tiga Kategori PTSD...........................................................................6
F. Dampak PTSD....................................................................................6
G. Pandangan Hukum Dengan PTSD.....................................................7
H. Peran Pemerintah................................................................................8
I. Dampak Spiritual Pada Korban Bencana...........................................8
J. Dampak Psikososial............................................................................9
K. WOC.................................................................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.........................................................................................12
B. Diagnosa keperawatan......................................................................13
C. Analisa Data.....................................................................................14
D. Rencana Asuhan Keperawatan.........................................................14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................16
B. Saran..................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Ancaman kerusakan lahan dan rumah, kehilangan mata pencaharian,
serta dapat menimbulkan rasa tidak aman dan kecemasan pada korban, karena
mereka harus keluar dari kehidupan sehari-hari. Lalu, mereka harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Ironinya, anak-anak
mengalami kondisi yang sama seperti pengungsi dewasa lainnya.
Keadaan cemas dan tidak aman tersebut, jika dibiarkan berlarut-larut
akan menggangu perkembangan psikis anak tersebut. Oleh karena itu, rasa
cemas dan tidak aman tersebut kalau dibiarkan berlarut-larut maka dapat
mengganggu perkembangan psikis anak-anak. Jadi, penanganan secara tepat
perlu dilakukan agar mereka dapat melupakan dan menghilangkan pengaruh
negatif yang ada, akibat bencana alam (longsor) maupun karena kondisi barak
pengungsian dan tempat tinggal yang saat ini ini kurang memadai bagi anak
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Menurut relawan Rumah Zakat Cirebon (2017) yang terjun ke daerah
yang terkena bencana longsor, menyatakan bahwa korban bencana
kebanyakan mengalami gangguan stress secara psikologis pasca bencana.
Dalam dunia kesehatan disebut post traumatic stress disorder (PTSD).
PTSD secara umum dapat diatasi apabila mendapatakan penanganan
yang tepat. Apabila telah diketahui bahwa seseorang mengalami PTSD dan
tidak segera ditangani, maka akan mengakibatkan komplikasi secara medis
dan psikologis yang bersifat permanen. Hingga pada akhirnya akan
mengganggu kehidupan sosial maupun pekerjaan si penderita (Flannery,
1999). National Institute for Health and Care Excellence (2005) (dalam
Mashar, 2011) mendukung bahwa PTSD dapat disembuhkan apabila korban
mendapat pendampingan dalam mengembalikan kondisi seperti sediakala.
Berdasarkan penjelasan tersebut, anak-anak yang menjadi korban
bencana rentan untuk mengalami PTSD, serta perlu mendapat penanganan
yang serius agar tidak mengalami dampak berkepanjangan dan mengahambat
perkembangan. Bagi mereka, korban bencana, terdapat karakteristik yang
khas, sehingga memerlukan bentuk-bentuk intervensi yang sesuai dengan
2
karakteristik dan tahap perkembangannya. Hal tersebut untuk menurunkan
stress pasca trauma yang dialami oleh anak.
Profesi keperawatan bersifat luwes dan mencakup segala kondisi,
dimana perawat tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit
saja melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap
bencana. Situasi penanganan antara keadaan siaga dan keadaan normal
memang sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu secara skill dan
teknik dalam menghadapi kondisi seperti ini (Anggi, 2010).
Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga
bencana dapat dilakukan oleh profesi keperawatan untuk membantu
mengilangkan rasa taruma . Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki seorang perawat bisa melakukan pertolongan siaga bencana dalam
berbagai bentuk (Anggi, 2010).
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada anaktrauma psikis/kejiwaan pada
korban bencana tanah longsor.
b. Tujuan khusus
1. Mengetahui masalah psikososial dan spiritual pada anak saat di
pengungsian akibat tanah longsor
2. Mengetahui intervensi pada fase kedaruratan akut (intervensi sosial,
psikososial, spiritual).
3. Mengetahui intervensi pada fase konsolidasi (intervensi sosial,
psikologis, spiritual).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Trauma psikosis merupakan suatu gangguan yang bersumber dari
kondisi atau problema fisik individu, seperti cacat tubuh, amputasi
salah satu anggota tubuh, yang menimbulkan shock dan gangguan
emosi. Pada saat-saat tertentu gangguan kejiwaan ini biasanya
terjadi akibat bayang-bayang pikiran terhadap pengalaman atau
peristiwa yang pernah dialaminya, yang memicu timbulnya histeris
atau fobia.
4. Trauma Diseases
Gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu jiwa dan medis
dianggap sebagai suatu penyakit yang bersumber dari stimulus-
stimulus luar yang dialami individu secara spontan atau berulang-
ulang, seperti keracunan, terjadi pemukulan, teror, ancaman.
D. Fase-fase PTSD
Fase-fase keadaan mental pasca bencana:
1. Fase Kritis
Fase dimana terjadi gangguan stres pasca akut (dini/cepat) yangmana
terjadi selama kira-kira kurang dari sebulan setelah menghadap
bencana. Pada fase ini kebanyakan orang akan mengalami gejala-gejala
5
depresi seperti keinginan bunuh diri, perasaan sedih mendalam, susah
tidur,dan dapat juga menimbulkan berbagai gejala psikotik.
2. Fase setelah kritis
Fase dimana telah terjadi penerimaan akan keadaan yang dialami dan
penstabilan kejiwaan, umumnya terjadi setelah 1 bulan hingga tahunan
setelah bencana, pada fase ini telah tertanam suatu mindset yang
menjadi suatu phobia/trauma akan suatu bencana tersebut (PTSD)
sehingga bila bencana tersebut terulang lagi, orang akan memasuki fase
ini dengan cepat dibandingkan pengalaman terdahulunya.
3. Fase stressor
Fase dimana terjadi perubahan kepribadian yang berkepanjangan (dapat
berlangsung seumur hidup) akibat dari suatu bencana dimana terdapat
dogma “semua telah berubah”.
F. Dampak PTSD
Gangguan stress pascatraumatik ternyata dapat mengakibatkan
sejumlah gangguan fisik, kognitif,emosi,behavior (perilaku),dan sosial.
6
1. Gejala gangguan fisik:
a) pusing,
b) sesak napas,
c) tidak bisa tidur,
d) kehilangan selera makan,
2. Gangguan kognitif:
a) gangguan pikiran seperti disorientasi,
b) mengingkari kenyataan,
c) linglung,
d) melamun berkepanjangan,
3. Gangguan emosi :
a) halusinasi dan depresi
b) marah,
c) kesedihan yang berlarut-larut,
d) kecemasan dan ketakutan.
4. Gangguan perilaku :
menurunnya aktivitas fisik, seperti gerakan tubuh yang minimal.
Contoh, duduk berjam-jam dan perilaku repetitif (berulang-ulang).
5. Gangguan sosial:
a) memisahkan diri dari lingkungan,
b) menyepi,
c) agresif,
7
b. Mendapat pendidikan, pelatihan, ketrampilan dalam penyelenggaraan
penaggulangan bencana.
H. Peran pemerintah
Dalam mengatasi trauma psikologis pada anak dan perempuan
telah dan akan dilanjutkan pelayanan trauma konseling melalui women
trauma center dan children center, sekaligus untuk mencegah terjadinya
tindak kekerasan dan perdagangan anak, dengan dibentuknya Gugus
Tugas Anti-trafficking dan Pencegahan Tindak Kekerasan. Di samping
itu, juga perlu terus dilakukan upaya untuk mempertemukan kembali anak-
anak dengan keluarganya dilakukan melalui kegiatan ”reunifikasi
keluarga”, sejalan dengan terus mengupayakan pemulihan spiritual
(spiritual healing), pemulihan emosional (emotional healing) terhadap
kejadian traumatik yang dihadapi dengan memberikan semangat hidup dan
bangkit kembali menjadi sangat penting, penyembuhan fisik (physical
healing);dan penyembuhan terhadap kemampuan otak manusia
(intelligential healing).
8
pencipta yang tidak mampu di tandingi oleh siapapun. Mereka mendekat
dengan cara mendekatkan spiritualitasnya supaya mendapatkan kekuatan
dan pertolongan dalam menghadapi bencana atau musibah yang
dialaminya. Sedangkan bagi yang menjauh umumnya karena dasar
keimanan atau keyakinan terhadap sang pencipta rendah atau kaarena
putus asa
9
e) Keluarga : Pengalaman bencana akan mempengaruhi stabilitas
keluarga seperti tingkat stress dalam perkawinan, posisi sebagai
orang tua terutama orang tua perempuan.
f) Tingkat kekuatan Mental dan kepribadian : Hampir semua hasil
penelitian menyimpulkan bahwa kondisi kesehatan mental pra
bencana dapat dijadikan dasar untuk memprediksi dampak
patologis pasca bencana. Individu dengan maslah kesehatan jiwa
akan mengalami stress yang lebih berat dibandingkan dengan
individu dengan kondisi psikologis yang stabil.
2. Faktor bencana : pada faktor ini, dampak psikologis dapat ditinjau dari
beberapa hal dibawah ini ;
a) Tingkat keterpaparan : Keterpaparan seseorang akan masalah yang
dihadapi merupakan variabel penting untuk memprediksi dampak
psikologis korban bencana.
b) Ditinggal mati oleh sanak keluarga atau sahabat.
c) Diri sendiri atau keluarga terluka.
d) Merasakan ancaman keselamatan jiwa atau mengalami kekuatan
yang luar biasa.
e) Mengalami situasi panik pada saat bencana
f) Pengalaman berpisah dengan keluarga terutama pada korban usia
muda
g) Kehilangan harta benda dalam jumlah besar
h) Pindah tempat tinggal akibat bencana
i) Bencana yang menimpa seluruh komunitas. Hal ini mengakibatkan
rasa kehilangan pada individu dan memperkuat perasaan negatif
dan memperlemah perasaan positif.
3. Faktor pasca bencana : dampak psikologis pasca bencana dapat
diakibatkan oleh kegiatan tertentu dalam siklus kehidupan stress kronik
pasca bencana yang terkait dengan kondisi psykitrik korban bencana.
Hal ini perlu adanya pemantuan dalam jangka panjang oleh tenaga
spesialis.Gejala dan dampak psikologis pasca bencana juga dapat dilihat
10
dari daftar gejala Hopkins untuk mengetahui adanya depresi dan
kecemasan. Gejala-gejala Hopkins tersebut meliputi perasaan depresi,
minat atau rasa senang yang kurang. Gejala perasaan depresi meliputi
menangis, merasa tidak ada harapan untuk masa depan, merasa galau
dan merasa kesepian.
K. WOC
PTSD
Insomnia
MK : Berduka
MK : Sindrom
Pasca Trauma
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Contoh Kasus
An.A usia 8 tahun. Alamat Desa Rebo mengalami stress secara pisikologis
(PTSD) yang berlebih yang dikarenakan peristiwa traumatis luar biasa (tanah
longsor). Saat perawat tiba dilokasi dan memeriksa korban TTV yang didapatkan
adalah N 75 x/m, S 36,7°, pernapasan 30 x/m dan korbanpun selalu memandang
kearah rumahnya dan selalu berteriak saat perawat asuhan keperawatan, korban
kerap menangis karena ayahnya menjadi korban tanah longsor dan ia merasa
kehilangan. Ibu An.A juga berkata bahwa anaknya terkadang suka bermimpi
buruk dan tidak bisa tidur.
A. Pengkajian
1. Identitas:
a) Nama : An. A
b) tempat tangga lahir : Desa Rebo, 8 agustus 2011
c) alamat : Desa Rebo
d) agama : Islam
e) pekerjaan : pelajar
f) status perkawinan : Belum kawin
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama : mengalami ketakutan
b) pengkajian fisik
1. Aktivitas atau istirahat
- Gangguan tidur : ya
- Mimpi buruk :ya
- Hipersomnia : ya
- Mudah letih : ya
- Keletihan kronis : ya
2. Sirkulasi
- denyut jantung meningkat: ya
12
- palpitasi : ya
- tekanan darah meningkat : tidak
- terasa panas : tidak
3. Integritas ego
- gangguan stres akut terjadi 2 hari – 4 minggu dalam 4 minggu
peristiwa traumatic
- perasaan tentang masa depan yang suram atau memendek
4. Neurosensori
- gangguan kognitif sulit berkonsentrasi
- ketakutan berlebihan
- ingatan persisten atau berbicara terus tentang suatu kejadian
5. Pernapasan
- frekuensi pernapasan meningkat
6. Keamanan
- marah yang meledak-ledak karena merasa kehilangan
- perilaku kekerasan terhadap lingkungan atau individu lain
7. Seksualitas
- tidak
8. Interaksi social
- menghindari orang/tempat/kegiatan yang menimbulakan ingatan
tentang trauma, pemisahan emosi/mengasingkan diri dari orang
lain
B. Diagnosa Keperawatan
13
C. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Data subjektif : Berduka Kematian keluarga atau
1. An.A menatakan orang yang berarti
sulit tidur
2. Ibu An.A
mengatakan
anaknya terkadang
mimpi buruk
Data objektif :
1. Nadi 75 x/menit
2. Suhu 36,7°
3. Pernafasan 30
x/menit
Data subjektif : Sindrom pasca trauma Bencana
1. An.A mengatakan
sulit tidur
Data objektif :
1. An.A sering
memandang daerah
rumahnya
2. An.A sering
menangis
14
3. Verbalisasi perasaan 1. Tunjukan
sedih menurun sikapmenerima dan
4. Verbalisasi mimpi buruk empati
menurun 2. Diskusikan strategi
5. Menangis menurun koping yang dapat
digunakan
Edukasi :
1. Anjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan
2. Ajarkan melewati
proses berduka secara
bertahan
2 Sindrom pasca trouma Status Kenyaman Dukungan keyakinan
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi Tindakan
bencana dibuktikan dengan selama 2 x 24 jam Obsevasi :
ketakutan, cemas, dan pola diharapkan Status 1. Identifikasi kayakinan,
tidur terganggu Kenyamanan Meningkat masalah, dan tujuan
dengan kriteria hasil : perawatan
1. Kesejahteraan fisik 2. Monitor kesehatan
meningkat jangka panjang sesuai
2. Kesejahteraan psikologi kondisi pasien
meningkat Terapeutik :
3. Gelisah meningkat 1. Fasilitasi pertemuan
4. Keluhan sulit tidur antara keluarga dan tim
meningkat kesehatan untuk
membuat keputusan
2. Fasilitasi memberikan
makna terhadap kondisi
kesehatan
15
Edukasi :
1. Jelaskan bahay atau
resiko yang terjadi
akibat keyakinan negatif
2. Berikan penjelasan yang
relevan dan mudah
dipahami
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana merupakan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non- alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana menimbulkan trauma psikologis bagi semua orang yang
mengalaminya.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat
berguna untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar
keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien dengan Post Traumatic
Stress Disorder (PTSD) pasca bencana alam.
Dan diharapkan kepada pembaca dan penulis bisa lebih memahami
materi mengenai penyakit dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
pasca bencana alamdilihat dari perbandingan data di lahan dan konsep teori
yang sesungguhnya.
B. Saran
Dengan mempelajari Asuhan keperawatan dengan Post Traumatic
Stress Disorder (PTSD) diharapkan mahasiswa/I mampu melakukan asuhan
keperawatan meliputi pengkajian, diagnose, intervensi, dan implementasi
sesuai dengan kebutuhan pasien dalam keadaan bencana alam.
17
DAFTAR PUSTAKA
Koentara.(2006).MenanganiKasusBencana(online)
(http://www.dispsiad.mil.id/index.php/en/publikasi/artikel/221-post-
traumatic-stress-disorder-ptsddiakses09 Mar 2016)
Mccloskey, Joanne. 2004. Nursing intervention classification. St. Louis, Missouri
18