Kelompok 6 Mendongeng
Kelompok 6 Mendongeng
Kelompok 6 Mendongeng
MAKALAH
Oleh:
Kelompok 6
Maltufatul Fitriyah Rahmawati (22381062024)
Annisa Dwi Yanti (22381062027)
Mabruroh Ainun N (22381062038)
Hilyatun Nisak (22381062042)
Yuriska haryanti (22381062033)
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Pembelajaran Mendongeng tentang “Media dongeng sebagai alternatif untuk
mengatasi Post Traumatik Stress Disorder pada Anak-anak”. Uraian dalam
makalah ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagi para pembacanya dan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Mendongeng.
Namun tidak lepas dari itu semua, kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan,
ataupun penulisannya. Oleh karena itu, dengan lapang dada, kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen pengampu mata
kuliah Pembelajaran Mendongeng, Ibu Nisa’el Amala, guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
PENUTUP.............................................................................................................13
A. Kesimpulan..........................................................................................................13
B. Saran....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak-anak adalah individu yang rentan terhadap pengalaman
traumatis, baik karena bencana alam, konflik keluarga, kekerasan, atau
peristiwa traumatik lainnya. Pengalaman tersebut dapat meninggalkan
dampak psikologis yang mendalam, salah satunya adalah Post-Traumatic
Stress Disorder (PTSD). PTSD pada anak-anak ditandai oleh gangguan
emosi, perilaku, dan kognitif yang terjadi akibat ketidakmampuan mereka
untuk memproses pengalaman traumatis dengan baik. Pemahaman tentang
PTSD pada anak, termasuk penyebab dan gejalanya, menjadi langkah awal
yang penting untuk memberikan intervensi yang tepat.
PTSD pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
kehilangan orang terkasih, bencana alam, kekerasan fisik atau emosional, dan
pengalaman traumatik lainnya. Anak-anak yang mengalami PTSD sering
menunjukkan gejala seperti mimpi buruk, kecemasan berlebih, kesulitan
berkonsentrasi, serta kecenderungan menarik diri dari lingkungan sosial. Jika
tidak ditangani dengan baik, kondisi ini dapat menghambat perkembangan
emosional dan sosial anak di masa depan.
Salah satu pendekatan yang inovatif dan ramah anak untuk membantu
mengatasi PTSD adalah melalui media dongeng. Dongeng, dengan karakter
dan cerita yang menarik, mampu menciptakan rasa aman dan memberikan
pesan-pesan moral yang relevan untuk membantu anak menghadapi dan
memproses traumanya. Melalui media dongeng, anak dapat merasa terhubung
dengan tokoh dalam cerita, yang pada akhirnya membantu mereka
membangun kembali kepercayaan diri dan harapan.
Manfaat media dongeng tidak hanya sebatas hiburan, tetapi juga dapat
memberikan dampak terapeutik yang signifikan. Dongeng dapat digunakan
untuk menyampaikan nilai-nilai positif, mengurangi kecemasan, serta
mendorong anak untuk mengungkapkan perasaan yang sulit diutarakan.
Dengan pendekatan yang kreatif, media dongeng menjadi alat yang efektif
1
untuk membantu anak-anak pulih dari pengalaman traumatik tanpa
menambah tekanan psikologis.
Oleh karena itu, penting untuk mengkaji lebih lanjut peran media
dongeng sebagai alternatif terapi untuk mengatasi PTSD pada anak-anak.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam definisi,
penyebab, gejala PTSD, serta bagaimana media dongeng dapat dimanfaatkan
untuk mendukung pemulihan anak dari trauma. Selain itu, manfaat dari
penggunaan media dongeng sebagai pendekatan yang aman dan
menyenangkan juga akan diulas untuk memberikan solusi yang relevan bagi
anak-anak yang membutuhkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian PTSD pada Anak.
2. Apa Penyebab PTSD pada anak.
3. Apa Gejala PTSD pada anak.
4. Bagaimana Media Dongeng sebagai Alternatif untuk mengatasi PTSD
pada anak.
5. Bagaimana Manfaat Media Dongeng sebagai alternatif untuk mengatasi
PTSD pada anak.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian PTSD pada Anak.
2. Untuk mengetahui Penyebab PTSD pada anak.
3. Untuk mengetahui Gejala PTSD pada anak.
4. Untuk Mengetahui Media Dongeng sebagai Alternatif untuk mengatasi
PTSD pada anak.
5. Untuk Mengetahui Manfaat Media Dongeng sebagai alternatif untuk
mengatasi PTSD pada anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
seseorang baik ancaman kematian, cidera fisik yang mengakibatkan
Ketakutan ekstrem, horror, rasa tidak berdaya hingga berdampak
mengganggu kualitas hidup individu dan apabila tidak ditangani dengan
Benar dapat berlangsung kronis dan berkembang menjadi gangguan stress
pasca trauma yang kompleks dan gangguan kepribadian.
1. Penyebab PTSD pada anak
PTSD dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia, dan dapat
dipicu oleh berbagai peristiwa traumatis. Hal ini dapat terjadi pada
veteran perang, korban kekerasan fisik atau seksual, korban
kecelakaan, bencana, serangan teror, atau peristiwa serius lainnya.
Orang dengan PTSD mungkin merasa stres atau takut, bahkan ketika
mereka tidak lagi dalam bahaya fisik. PTSD dapat memengaruhi siapa
saja, tanpa memandang apakah seseorang telah mengalami peristiwa
berbahaya secara langsung. Bahkan, mengetahui bahwa seorang
kerabat atau sahabat dekat mengalami trauma dapat menjadi pemicu
PTSD. Hal ini menunjukkan bahwa dampak traumatis dapat meluas
kepada mereka yang bersamaan dengan individu yang langsung
terlibat dalam peristiwa tersebut. (Tedeschi, 2004).
a) Faktor Risiko
Banyak faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan
seseorang mengembangkan PTSD setelah mengalami
peristiwa traumatis. Ada yang muncul sebelum trauma,
sementara yang lain berperan selama dan setelah peristiwa
traumatis. Faktor risiko melibatkan:
Paparan pada trauma sebelumnya, terutama saat masa
kanak-kanak, dapat meningkatkan rentan seseorang
terhadap PTSD di kemudian hari.
Orang yang mengalami cedera sendiri atau
menyaksikan orang lain mengalami cedera atau
kematian memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
PTSD.
4
Perasaan ngeri, tidak berdaya, atau ketakutan yang
ekstrem selama peristiwa traumatis.
Tidak memiliki atau memiliki sedikit dukungan sosial
setelah peristiwa traumatis.
Menghadapi stresor (penyebab stres) tambahan setelah
peristiwa, seperti kehilangan orang yang dicintai, rasa
sakit dan cedera, atau kehilangan pekerjaan atau tempat
tinggal.
Riwayat penyakit mental atau penyalahgunaan zat, baik
pada diri sendiri atau dalam keluarga.
b) Faktor Ketahanan
Meskipun banyak faktor risiko, ada juga faktor ketahanan
yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang mengalami
PTSD atau membantu dalam proses penyembuhan. Faktor
ketahanan melibatkan:
Mencari dan menerima dukungan sosial dapat
membantu mengurangi dampak traumatis dan
mendukung proses pemulihan.
Mengembangkan pemahaman dan penerimaan terhadap
tindakan yang diambil sebagai respons terhadap
peristiwa traumatis dapat membantu dalam mengatasi
rasa bersalah atau malu.
Mengembangkan strategi penanganan yang efektif dan
kemampuan untuk belajar dari peristiwa traumatis dapat
memperkuat ketahanan.
Kesiapan dan kemampuan untuk merespons kejadian
yang mengejutkan meskipun merasa takut dapat
membantu mengurangi dampak traumatis.
5
Seseorang dapat masuk kriteria PTSD jika ia mengalami gejala
selama lebih dari 1 bulan, dan gejalanya cukup parah hingga dapat
mengganggu aspek-aspek kehidupan sehari-hari, seperti hubungan
atau pekerjaan. Gejalan tersebut juga harus tidak terkait dengan
penggunaan obat, penyalahgunaan zat, atau penyakit lain.
Gejala PTSD mencakup berbagai reaksi fisik, psikologis, dan
sosial yang mencerminkan dampak traumatis yang dialami seseorang.
Beberapa gejala umum melibatkan:
a) Re-experiencing (Mengulang Kembali Peristiwa)
Pengalaman mengulang peristiwa traumatis secara
berulang-ulang.
Mimpi buruk yang berkaitan dengan peristiwa
traumatis.
Ingatan yang menyakitkan atau mengganggu tentang
peristiwa traumatis.
b) Avoidance (Menghindar)
Menghindari situasi atau orang yang dapat memicu
kenangan traumatis.
Kehilangan rasa emosi atau ketertarikan pada aktivitas
yang sebelumnya dinikmati.
Merasa terputus dari diri sendiri atau realitas sekitar.
c) Arousal and Reactivity (Kewaspadaan dan Reaktivitas)
Mudah tersinggung atau marah tanpa alasan yang jelas.
Kesulitan berkonsentrasi atau fokus.
Kewaspadaan yang tinggi, seperti kesulitan tidur atau
reaksi yang sangat cepat terhadap stimulus.
d) Cognition and Mood (Kognisi dan Mood)
Perubahan negatif dalam pola pikir dan perasaan yang
dapat mencakup perasaan bersalah, rasa bersalah, atau
pikiran negatif tentang diri sendiri dan orang lain.
Gangguan yang dialami setiap orang dapat bervariasi.
Meskipun beberapa orang pulih dalam waktu 6 bulan, tetapi
6
yang lain mungkin mengalami gejala selama 1 tahun atau
lebih. Orang dengan PTSD juga sering mengalami kondisi lain
secara bersamaan, seperti depresi, penyalahgunaan obat-
obatan, atau gangguan kecemasan. Snyder, C.R. (1994).
7
melakukan penyembuhan atau pemulihan kesehatan kepada orang yang sakit,
penyakit dalam bidang kesehatan
Dalam kamus psikologi lengkap terapi adalah tehnik pengobatan yang
ditujukan kepada penyembuhan suatu penyakit atau seseorang yang
mempunyai penyakit. Mendongeng memiliki beberapa keuntungan tersendiri
dibandingkan dengan terapi yang lainnya karena mendongeng dapat
memberikan kesenangan kepada anak, secara naluri anak usia pra sekolah
memiliki kesenangan dalam mendengarkan cerita. Selain itu terapi
mendongeng sangat efektif diberikan kepada anak yang memiliki
keterbatasan energi untuk bermain.
Mendongeng dapat menciptakan suasana akrab antara anak dengan
pendongeng sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan anak dan dapat
menjadi penyaluran emosi yang terbendung. Selain itu, mendongeng dapat
menyediakan suatu kerangka konseptual untuk berpikir yang menyebabkan
anak dapat membentuk pengalaman menjadi keseluruhan yang dapat mereka
pahami sehingga pesan-pesan dan instruksi yang disampaikan pendongeng
kepada anak akan dapat diterima secara efektif. Mendongeng dapat
meningkatkan rasa percaya (trust), menjalin hubungan, dan menyampaikan
pengetahuan.
8
3. Memberikan Solusi Simbolik: Cerita sering kali memberikan pesan
moral atau solusi untuk mengatasi masalah. Anak-anak yang
mendengarkan atau membaca dongeng bisa belajar cara mengatasi
ketakutan dan kecemasan dengan solusi yang lebih mudah dipahami.
4. Mendorong Imajinasi dan Kreativitas: Dongeng membangkitkan
imajinasi, yang dapat membantu anak melatih kemampuan mengubah
emosi negatif menjadi hal positif, melalui proses kreatif dan
menyenangkan.
5. Meningkatkan Rasa Kontrol dan Optimisme: Banyak cerita dongeng
yang menekankan bahwa karakter baik akhirnya akan menang. Ini bisa
meningkatkan harapan dan memberi anak keyakinan bahwa mereka
juga bisa menghadapi dan mengatasi tantangan dalam hidup.
6. Mengurangi Gejala PTSD secara Bertahap: Melalui pengulangan cerita
yang menenangkan, anak bisa merasakan proses penyembuhan secara
bertahap. Narasi dongeng yang konsisten dapat memberi rasa aman
yang berperan penting dalam membantu pemulihan anak dari trauma.
7. Dongeng sebagai media terapi sering kali disertai dengan narasi yang
mudah dipahami, ilustrasi yang menarik, dan tema yang sesuai dengan
usia anak, sehingga membantu anak untuk merasa nyaman dan lebih
terbuka untuk menghadapi trauma mereka.
Menggunakan media dongeng sebagai terapi bagi anak-anak yang
mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD) dapat memberikan beberapa
manfaat. Berikut adalah manfaat utama dari dongeng sebagai alat terapi bagi
anak-anak dengan PTSD beserta referensi yang relevan:
1. Membangun Koneksi Emosional
Dongeng memungkinkan anak-anak untuk melihat karakter dalam
cerita yang mungkin mengalami emosi atau situasi serupa dengan yang
mereka alami. Ini dapat membantu mereka merasa lebih dipahami dan
mengurangi perasaan terisolasi yang sering muncul setelah trauma.
Karakter dalam cerita dongeng sering kali menghadapi tantangan yang
berat, dan ketika mereka bisa mengatasinya, anak-anak mungkin akan
9
mendapatkan inspirasi untuk menghadapi trauma mereka sendiri.
( Isbell, 2004).
2. Mengajarkan Coping Mechanism (Mekanisme Penghadapi)
Melalui cerita, anak-anak bisa belajar tentang strategi coping
(penanganan) yang positif dan cara mengatasi masalah yang muncul
akibat trauma. Misalnya, cerita yang menunjukkan cara tokoh utama
mengatasi ketakutan atau kesedihan dapat memberikan contoh konkret
bagi anak untuk menghadapi emosinya. (Holmes, 1997).
3. Mengurangi Kecemasan dan Meningkatkan Rasa Aman
Dalam proses bercerita, anak-anak sering kali merasa lebih nyaman
dan aman. Dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami,
dongeng menciptakan suasana yang menenangkan dan aman bagi
anak-anak. Proses mendengarkan dongeng juga membantu
menurunkan tingkat kecemasan mereka dan memberikan rasa
kedekatan, baik dengan orang tua, guru, atau terapis yang membacakan
cerita tersebut.(Murray, 2001).
4. Mendorong Pemulihan Psikologis Melalui Imajinasi
Dongeng melibatkan unsur imajinatif yang membantu anak
mengalihkan fokus dari trauma yang mereka alami. Imajinasi ini
memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk meresapi pengalaman
yang menyenangkan dan penuh harapan, yang bisa membangun
kepercayaan diri dan pandangan positif terhadap masa depan.
(Bettelheim, 1977).
5. Memfasilitasi Ekspresi Diri
Dongeng dapat mendorong anak-anak untuk mengekspresikan
perasaan mereka, baik melalui cerita yang mereka dengar atau ketika
mereka diminta untuk membuat cerita sendiri. Ini menjadi bentuk
terapi ekspresif di mana anak bisa mengungkapkan trauma mereka
secara tidak langsung, membantu mereka mengenali dan mengolah
emosi yang sulit.(Wright, 1996).
Terapi menggunakan dongeng dapat menjadi metode yang menyenangkan
sekaligus efektif untuk membantu anak-anak yang mengalami PTSD. Dongeng
10
membantu mereka merasakan kembali harapan, menguatkan rasa aman, dan
memberikan alat untuk menghadapi emosi yang sulit.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada anak merupakan
gangguan psikologis yang muncul akibat pengalaman traumatis yang
membekas dalam ingatan dan emosi mereka. PTSD pada anak dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kekerasan fisik atau emosional,
bencana alam, kehilangan orang terdekat, atau situasi konflik. Anak-anak
dengan PTSD sering menunjukkan gejala seperti kecemasan berlebihan,
mimpi buruk, ketakutan yang tidak wajar, kesulitan berkonsentrasi, dan
perubahan perilaku.
Media dongeng terbukti menjadi alternatif yang efektif dan ramah
anak untuk mengatasi PTSD. Dongeng berfungsi sebagai media terapi yang
mendukung anak dalam memproses trauma secara aman dan perlahan.
Melalui cerita, anak dapat merefleksikan pengalaman mereka,
mengidentifikasi emosi, dan belajar menghadapi ketakutan. Dongeng juga
membantu menciptakan rasa nyaman, memperbaiki pola pikir, dan
memberikan harapan pada anak-anak yang mengalami trauma.
Manfaat penggunaan media dongeng sebagai alat terapi meliputi
peningkatan kemampuan komunikasi, pengurangan kecemasan, penguatan
hubungan emosional, dan peningkatan daya tahan mental. Media dongeng
yang dikemas dengan elemen visual, interaksi, atau seni juga memperkaya
pengalaman anak dan mempercepat proses pemulihan mereka.
Dengan demikian, media dongeng dapat menjadi salah satu metode
yang inovatif, murah, dan efektif dalam membantu anak-anak yang
mengalami PTSD. Namun, keberhasilan metode ini memerlukan
pendampingan yang tepat dari pendidik, terapis, atau orang tua yang terlatih
agar manfaatnya dapat dioptimalkan.
B. Saran
Makalah yang masih jauh dari kesempurnaan ini belum dapat memberikan
penjelasan maupun pemaparan yang sangat mendetail. Untuk itu kami
12
menyarankan kepada pembaca agar tidak terpaku pada makalah ini saja. Para
pembaca dapat mencari literatur-literatur lain yang dapat memberikan
pengetahuan tentang “Media Dongeng sebagai alternatif untuk mengatasi
Post Traumatik Stress Disorder pada Anak-anak”. Kami juga memohon
kepada para pembaca agar dapat memberikan saran, kritikan, atau komentar
sehingga makalah ini dapat lebih baik lagi di masa yang akan datang.
13
DAFTAR PUSTAKA
Imam Firmansyah. Mendongeng Bisa Pulihkan Anak Anak Dari Trauma dan
Kecanduan Gawai. Diakses dari
https://lifestyle.sindonews.com/berita/1465440/166/mendongeng-bisa-
pulihkan-anak-anak-dari-trauma-dan-kecanduan-gawai diakses pada
tanggal 14, November 2024.
Isbell, R., Sobol, J., Lindauer, L., & Lowrance, A. (2004). The effects of
storytelling and story reading on the oral language complexity and story
comprehension of young children. Early Childhood Education Journal.
Sadock, B.J., & Sadock, V.A. (2007). Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry:
Ilmu Perilaku/Psikiatri Klinis. Lippincott Williams & Wilkins.
Sadock, B.J., & Sadock, V.A. (2010). Kaplan & Sadock’s Comprehensive
Textbook of Psychiatry. Lippincott Williams & Wilkins.
Scott, M.J., & Palmer, S. (2000). Trauma dan Gangguan Stres Pasca-Trauma.
British Psychological Society.
Snyder, C.R. (1994). The psychology of hope: you can get from there from
here.New York: The Free Press .
14
Wright, P. (1996). The art of storytelling and therapy: Using stories in the
therapeutic process. Journal of Family Therapy.
15