LP GASTRITIS Sultan Islam
LP GASTRITIS Sultan Islam
LP GASTRITIS Sultan Islam
GASTRITIS
Disusun Oleh :
NIM: 202020729048
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
T.A 2020-2021
A. Konsep Gastritis
1. Definisi Gastritis
Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang bersifat akut, dengan kerusakan Erosive karena
permukaan hanya pada mukosa. Gastritis adalah peradangan
pada lapisan lambung. Gastritis adalah proses inflamasi pada
lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Mendefinisikan
Gastritis sebagai inflamasi mukosa Gaster akut atau kronik.
Gastritis yaitu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa
lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa
dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Jadi Gastritis
adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik, diffus atau lokal. Sebagian besar Gastritis
disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis.
Selain itu beberapa bahan yang sering dimakan dapat
menyebabkan rusaknya sawar mukosa pelindung lambung
(Andra dan Yessie, 2013, p. 127).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau
perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis,
diffus, atau lokal. Dua jenis Gastritis yang sering terjadi adalah
Gastritis superficial akut dan Gastritis atrofik kronis (Amin dan
Hardhi, 2013, p. 177).
2. Klasifikasi Gastritis
a. Gastritis Superfiscial Akut
Adalah suatu peradangan permukaan lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosi.
b. Gastritis Atropik Kronik
1) Suatu peradangan bagian permukaan lambung yang menahun.
Gastritis ini ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai
kehilangan sel parietal
2) Terjadi akibat produksi HCL, pepsis dan factor intrinsik menurun,
sehingga dinding lambung menjadi tipis, dan mukosa tidak rata
3) Gastritis ini sering dihubungkan dengan anemia pernisiosa, tukak
lambung dan kanker
(Andra dan Yessie, 2013, p. 128 - 130)
3. Etiologi Gastritis
Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan terhadap
asam yang kuat. Tetapi lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan
peradangan karena beberapa penyebab :
a. Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh
Helicobacter Pylori (bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil
lendir di lapisan lambung). Tidak ada bakteri lainnya yang dalam
keadaan normal tubuh di dalam lambung yang bersifat asam, tetapi
jika lambung tidak mengasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di
lambung. Bakteri ini bisa menyebabkan Gastritis menetap atau
Gastritis sementara.
b. Gastritis karena stres akut, merupakan jenis Gastritis yang paling
berat, yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang
terjadi secara tiba – tiba. Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai
lambung seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas atau cedera
yang menyebabkan perdarahan hebat.
c. Gastritis erosif kronik bisa merupakan akibat dari : bahan – bahan
seperti obat – obatan, terutama aspirin dan obat anti peradangan non-
steroid lainnya, penyakit kronik, infeksi virus dan bakteri. Gastritis ini
terjadi secara perlahan pada orang – orang yang sehat, bisa disertai
dengan perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka terbuka),
paling sering terjadi pada alkoholik.
d. Gastritis karena virus atau jamur bisa terjadi pada penderita penyakit
menahun atau penderita yang mengalami gangguan sistem kekebalan.
e. Gastritis Eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi
terhadap infestasi cacing gelang. Eosinofil (sel darah putih) terkumpul
di dinding lambung.
f. Gastritis arofik terjadi jika antibodi menyerang lapisan lambung,
sehingga lapisan lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan
sebagian atau seluruh selnya yang menghasilkan asam dan enzim.
Keadaan ini biasanya terjadi pada usia lanjut Gastritis ini juga
cenderung terjadi pada orang – orang yang sebagian lambungnya telah
diangkat (menjalani pembedahan gastrektomi parsial). Gastritis
atrofik bisa menyebabkan anemia pernisiosa karena mempengaruhi
penyerapan vitamin B12 dari makanan.
g. Penyakit Meniere merupakan jenis Gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Dinding lambung menjadi tebal, lipatanya menebal,
kelenjarnya membesar dan memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar
10% penderita penyakit ini menderita kanker lambung.
h. Gastritis sel plasma merupakan Gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Sel plasma (salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di
dalam dinding lambung dan organ lainnya. Gastritis bisa terjadi jika
seseorang menelan bahan korosif atau menerima terapi penyinaran
dengan dosis yang berlebihan. (Andra dan Yessie, 2013, p. 127-128)
Pola gejala yang khas hanya terlihat pada sekitar 50% pasien.
Gejala – gejala Gastritis umumnya tergantung pada lokasi tukak dan usia
pasien. Banyak penderita (terutama lansia) tidak mengalami gejala (atau
hanya sedikit gejala). Nyeri adalah gejala yang paling lazim dan biasanya
terlokalisir pada Epigastrium atau Gastrium tengah. Nyeri ini
digambarkan sebagai rasa panas yang menggangu dan konstan, dan
kadang-kadang disertai rasa lapar. Sifatnya cenderung kronik dan
berulang. Nyeri yang timbul dapat dikurangi dengan makan atau antasida.
Meskipun kadang tidak terlihat, Gastritis kemungkinan ditandai oleh
regurgitasi asam atau muntah. Meskipun jarang terjadi, muntah darah
dapat terjadi dan dikenal sebagai Gastritis hemoragik (Syamsudin, 2016,
p. 36).
5. Patofisiologi Gastritis
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang
masuk kedalam lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya
sehingga lambung kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi
peningkatan difusi balik ion hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan
peningkatan sekresi asam lambung yang meningkat. Asam lambung dan
enzim-enzim pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan
terjadilah reaksi peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena bakteri HP
(Helicobacteri Pylori) langsung melekat pada sel-sel dinding lambung
oleh bakteri dan terinfeksi. Dan kemudian menghancurkan lapisan
mukosa lambung. Peradangan ini termanifestasi seperti perasaan perih di
epigastrium, rasa panas atau terbakar dan nyeri tekan.
Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan
pada spinkter esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila
iritasi / erosi pada mukosa lambung sampai pada jaringan lambung dan
mengenai pembuluh darah. Sehingga kontinuitasnya terputus dapat
menimbulkan hematemesis maupun melena (Amin dan Hardhi, 2013, p.
179).
6. Pathway Gastritis
Menghancurkan lapisan
mukosa sel lambung
Menurunnya
kemampuan protektif
terhadap asam
Inflamasi
Nyeri epigastrium
Nyeri akut
8. Penatalaksananan Gastritis
Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa lambung maka
perlu dilakukan tranfusi darah untuk mengganti cairan yang keluar dari
tubuh dan dilakukan lavage (bilas) lambung. Pembedahan yang dapat
dilakukan pada klien dengan Gastritis adalah Gastrektomi Parsial,
Vagotomi Pyloraplasti. Injeksi Intravena Cobalamin dilakukan bila
terdapat Anemia Pernisiosa. Fokus intervensi keperawatan adalah
bagaimana mengevaluasi dan mengeliminasi faktor penyebab gastritis
antara lain anjurkan klien untuk tidak menkonsumsi alkohol, kafein, teh
panas, atau zat iritan bagi lambung serta merubah gaya hidup dengan pola
hidup sehat dan meminimalisasi stress (Suratun dan Lusianah, 2010, p.
62).
9. Komplikasi Gastritis
a. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat timbul pada gastritis akut adalah
hematemesis atau melena.
b. Gastritis Kronis
Pendarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan
anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia pernisiosa).
(Suratun dan Lusianah, 2010, p. 63)
Fokus pengkajian:
1) Identitas
Identitas klien nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, suku atau bangsa, status, diagnosa medik, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian dan alamat
2) Keluhan utama
Adalah keluhan klien yang bersifat subjektif pada saat dikaji.
Apakah menangis, mual-mual, muntah.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Menguraikan keluhan utama yang muncul secara kronologis
meliputi faktor yang mencetuskan memperingati gejala, kualitas, lokasi
atau penyebaran, upaya yang dilakukan serta waktu dirasakannya
keluhan, durasi.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji mengenai latar belakang kehidupan klien sebelum masuk
rumah sakit yang menjadi faktor predisposisi seperi kegiatan sebelum
sakit atau aktivitas sehari-hari klien.
5) Riwayat keluarga
Dikaji tentang riwayat kesehatan keluarga adalah dalam
keluarga yang mengalami penyakit dengan klien saat ini dan riwayat
penyakit keturunan.
6) Adapun data-data yang menjadi data fokus adalah sebagai berikut:
a) Aktivitas / Istirahat
(1) Gejala : kelemahan, kelelahan
(2) Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap
aktivitas)
b) Sirkulasi
(1) Gejala : hipotensi (termasuk postural)
(2) Tanda :
(a) takikardia, disritmia (hipoksemia)
(b) kelemahan / nadi perifer lemah
(c) pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
(d) warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah)
(e) kelemahan kulit dan membrane mukosa : berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
c) Integritas ego
(1) Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan
kerja), perasaan tak berdaya.
(2) Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
d) Eliminasi
(1) Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena
perdarahan Gastro Interitis (GI) atau masalah yang
berhubungan dengan GI, misal: gaster, gastritis, bedah gaster.
Perubahan pola defekasi dan karakteristik feses.
(2) Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
(3) Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif
setelah perdarahan.
(4) Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau
kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk. Konstipasi
dapat terjadi (perubahan diet).
(5) Pengeluaran urine : menurun, pekat.
e) Makanan / Cairan
(1) Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang
diduga obstruk sipilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal).
(2) Masalah menelan : cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam,
mual, muntah
(3) Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan
atau tanpa bekuan darah.
(4) Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor
kulit buruk (perdarahan kronis).
f) Neurosensi
(1) Gejala : rasa berdenyut, pusing atau sakit kepala karena sinar,
kelemahan.
(2) Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari
agak cenderung tidur, bingung, sampai pingsan dan koma
(tergantung pada volume sirkulasi dan oksigenasi).
g) Nyeri dan Kenyamanan
(1) Gejala :
(a) nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,
perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidak nyamanan samar-samar setelah makan banyak dan
hilang dengan makan (Gastritis Akut).
(b) Nyeri epigastrum kiri sampai tengah atau menyebar ke
punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan
antasida (Ulkus Gaster).
(c) Nyeri epigastrum kiri sampai atau menyebar ke punggung
terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung
kosong dan hilang dengan makanan (ulkus duodenal).
(d) Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan
obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik,
ibuprofen).
(2) Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit,
pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
h) Keamanan
(1) Gejala :alergi terhadap obat / sensitife
(2) Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar
(menunjukkan sirosis / hipertensi portal)
i) Penyuluhan dan Pembelajaran
(1) Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang
mengandung alkohol, steroid. NSAID (Nonsteroid Anti-
Inflammation Drungs) menyebabkan perdarahan lambung.
Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau
diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu
usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama
misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan
(Doengoes, 2000, p. 455)
2. Diagnosa Keperawatan
a) Definisi Nyeri Akut
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensi atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International
Association For The Study Of Pain) : awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan.
b) Batasan Karakteristik
1) Perubahan selera makan
2) Perubahan tekanan darah
3) Perubahan frekwensi jantung
4) Perubahan frekwensi pernafasan laporan isyarat
5) Perilaku distraksi (contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan
atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
6) Mengekspresikan wajah (contoh : gelisah, merintih, menangis,
waspada, nafas panjang atau berkeluh kesah)
7) Sikap melindungi area nyeri
8) Fokus menyempit (misalnya : gangguan persepsi nyeri, hambatan
proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
9) Indikasi nyeri yang dapat di amati
10) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
11) Sikap tubuh melindungi
12) Dilatasi pupil
13) Melaporkan nyeri secara verbal
14) Gangguan tidur
c) Faktor yang berhubungan
Agen-agen penyebab cedera ; biologis, kimia, fisik dan psikologis
(Amin dan Hardhi, 2013, p. 314)
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada klien dengan Nyeri yang sesuai
dengan diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan mukosa lambung
teriritasi menurut (Amin & Hardhi, 2013, p. 314) adalah:
Tujuan : Nyeri teratasi, Nyeri terkontrol sampai hilang
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen
nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Rencana Intervensi
1) Kaji tingkat nyeri, lokasi, frekuensi, karakteristik nyeri dengan
menggunakan skala rentang nyeri (0-10)
Rasional: membantu mengkaji kebutuhan untuk intervensi
2) Observasi reaksi non verbal terhadap ketidaknyamanan
Rasional: respon non verbal membantu mengevaluasi derajat nyeri dan
perubahannya
3) Pantau tanda-tanda vital
Rasional: peningkatan nyeri atau ketidaknyamanan atau terjadi respon
terhadap demam
4) Ajarkan melakukan teknik distraksi dan relaksasi
Rasional: memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan
ketegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan.
5) Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang
penting
Rasional: menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
6) Bantu melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dini
Rasional: menurunkan kekuatan sendi dan otot
7) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
Rasional: lingkungan bisa menjadi pemicu meningkatnya derajat nyeri
8) Kurangi faktor presipitasi nyeri
Rasional: dengan mengurangi faktor pemicu nyeri diharapkan terjadi
kenyamanan pasien
9) Kolaborasi dengan tim medik dalam pemberian analgetik sesuai
kebutuhan
Rasional: afek analgetik dapat mengurangi nyeri
4. Tindakan Keperawatan
Menurut Doengoes, 2000 implementasi adalah tindakan pemberian
keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu
cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta
penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien.
5. Evaluasi
Menurut Doengoes, 2000 evaluasi adalah tingkatan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi
adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum
teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus
dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk
membantu keefektifitasan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil
adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara
keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan. Adapun evaluasi
dari diagnosa keperawatan gastritis secara teoritis adalah apakah rasa nyeri
klien berkurang, apakah klien dapat mengkonsumsi makanan dengan baik,
apakah terdapat tanda-tanda infeksi, apakah klien dapat melakukan
aktivitasnya secara mandiri, apakah klien mampu mengungkapkan
pemahaman tentang penyakit gastritis.
DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardhi (2013). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC Jilid 1 dan 2. Yogyakata : Mediaction Publishing.
Andra & Yessie (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta : Muha
Medika.
Carpenito, L. J., & Moyet. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10.
Jakarta : EGC.
Dinkes Provinsi Jateng, (2009), Data Penyakit Gastritis Tahun 2008-2009 Di
Jawa Tengah, Semarang : UKR Dinkes Propinsi Jawa Tengah. (online)
(http://lib.unnes.ac.id/2702/1/3470.pdf diakses 1/6/2011)
Dongoes, Marilyn E. Moorhouse Mary Frances & Geiisler, Alice C. (2000).
Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Terjemahan oleh Made
Kariasa. 2000. Jakarta : EGC
Hancok Cristine, (1999). Kamus Keperawatan (Dictionary of Nursing) Edisi 17.
Terjemahan oleh Yasmin Asih. Jakarta : EGC
Harison, (2000), dalam, Hastuti:2007. Poltekkes 2010. KTI Tentang Gastritis Bab
I Pendahuluan (online), (http://perawat-2010.blogspot.co.id/, diakses
Rabu, 10 April 2013
Hidayat, A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta Selatan: Salemba Medika
http://pionas.pom.go.id/monografi/deksketoprofen-trometamol
Http://pionas.pom.go.id/monografi/sukralfat
http://puputpadyb.blogspot.co.id/2015/06/standar-opersional-prosedur-sop-
kompres.html
Judha, M., Sudarti., & Fauziah, A., ( 2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri
Persalinan. Nuha Medika : Yogyakarta (online) (01-gdl-novitawidy-296-
1-ktinovi-i.pdf, diakses 24 / 9 / 2013)
Maulidiyah U (2006). Hubungan Antara Stres dan Kebiasaan Makan dengan
Terjadinya Kekambuhan Penyakit Gastritis. Tersedia di (online)
(http://adln.lib.unair.ac.id/) [21 Juli 2014].
Morgan. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik .Terjemahan oleh
Julianus dan Renata komalasari. Edisi 3. Jakarta : EGC
Potter, P. A, Perry, A. G (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata
Komalasari, dkk. Jakarta : EGC (online) (01-gdl-novitawidy-296-1-
ktinovi-i.pdf, diakses 24 / 9 / 2013)
Price Sylvia A. & Wilson Lorraine M., (2006). Patofisiologi : konsep klinis proses
- proses penyakit. Edisi 6 Vol 2. Jakarta : EGC.
Ratnawati, D. (2014). Keperawatan Holistik II Terapi Komplementer dan
Alternatif “Hipnosis (Hipnoterapi)” (online) (http://www.academia.edu
/8659531/Keperawatan_Holistik_II_Terapi_Komplementer_Dan_Alterna
tif_Hipnosis_Hipnoterapi_Dosen_Ns diakses tanggal 29 Januari 2016)
Saydam. (2011). Memahami Berbagai Penyakit (Penyakit Pernapasan dan
Gangguan Pencernaan). Bandung : Alfabeta, (online), (http://repository.
unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5489/JURNAL%20MKMI.pdf
diakses 23 / 7 / 2013)
Smeltzer S. C., & Bare B. G., (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal -
Bedah Brunner & Suddarth. 8th Ed. Jakarta : EGC.
Sudoyo A. W. & Setyohadi B. (Eds). (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : EGC
Suratun & Lusianah (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta : CV Trans Info Media
Syamsudin (2016). Farmakoterapi Gangguan Saluran Pencernaan. Jakarta : EGC
Terjemahan Paramita, (2010). Kamus Kedokteran Webster’s New World Edisi 3.
Jakarta : Indeks
Wahit & Nurul (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC