Revisi Ke 2 Laporan PKPA Japara
Revisi Ke 2 Laporan PKPA Japara
Revisi Ke 2 Laporan PKPA Japara
Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Apoteker Pada
Program Pendidikan Profesi Apoteker Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon
Disusun Oleh:
1. Desiana Wulan Ndari, S.Farm 02021005
2. Kurniyah, S.Farm 02021017
3. Panji Kurniawan, S.Farm 02021024
Disetujui Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Profesi Apoteker di Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan, UPTD Farmasi serta
UPTD Puskesmas Japara dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan laporan ini banyak mendapatkan doa, bantuan, bimbingan,
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak apt. H. Ahmad Azrul Zulianto, M.Farm., selaku ketua STF YPIB
Cirebon.
2. Ibu apt. Retno Sundari, M.Farm. selaku ketua Program Studi Profesi
Apoteker STF YPIB Cirebon dan selaku Dosen Pembimbing.
3. Ibu dr. Hj. Susi Lusiyanti, MM. Selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan.
4. Ibu apt. Beta Puspitasari, S.Farm., selaku pembimbing PKPA Dinas
Kesehatan Kabupaten Kuningan.
5. Bapak H. Dadang Abdurahman, S.Farm. selaku Kepala UPTD Farmasi
Kabupaten Kuningan.
6. Bapak Dadang Sukmana, SKM, selaku Kepala UPTD Puskesmas Japara.
7. Bapak apt. Mamat Rahmat, S.Farm., selaku pembimbing di UPTD
Puskesmas Japara.
8. Seluruh dosen pengajar Studi Profesi Apoteker STF YPIB Cirebon.
9. Orang tua tercinta atas kasih sayang, nasehat, dukungan moral dan material
serta doa yang senantiasa diberikan.
10. Teman-teman Mahasiswa Pendidikan Profesi Apoteker angkatan II (dua)
STF YPIB Cirebon.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dalam bentuk penyusunan maupun materinya. Semoga laporan ini bermanfaat dan
menambah wawasan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vi
iii
2.2.3Visi dan Misi.. ............................................................................ 17
2.2.4 Tugas Pokok dan Fungsi.............................................................17
2.2.5 Sarana dan Prasarana ................................................................ 18
2.2.6 Manajemen Sumber Daya Manusia dan UPTD Farmasi ......... 20
2.2.7 Menegement keuangan ..............................................................21
2.2.8Peraturan Perundang-Undangan Berkaitan dengan
Peran UPTD Farmasi.................................................................21
2.3 UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat.................................................... 22
2.3.1 Definisi Pusat Kesehatan Masyarakat ...................................... 22
2.3.2 Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Japara...................................24
2.3.3 Struktur Organisasi ................................................................... 25
2.3.4 Visi dan Misi UPTD Puskesmas Japara .................................... 26
2.3.5 Tugas ........................................................................................ 26
2.3.6 Sumber Daya Manusia di Pusat Kesehatan Masyarakat .......... 28
2.3.7 Peraturan Perundang-Undangan yang Berkaitan dengan
Peran Apoteker di UPTD Puskesmas ...................................... 29
2.3.8 Sarana dan Prasarana Pelayanan Kefarmasian ......................... 29
2.3.9 Peran Farmasi Klinik di UPTD Puskesmas Japara di
Kabupaten Kuningan .............................................................. 31
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................71
BAB V PENUTUP...................................................................................77
5.1 Kesimpulan...................................................................................76
5.2 Saran.............................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
DAFTAR BAGAN
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1
yaitu Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan
Pengaturan Pemerintahan Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian. Salah satu ruang lingkup kerja Apoteker adalah dinas kesehatan.
Berdasarkan Peraturan Bupati Kuningan No 93 Tahun 2019 Dinas
Kesehatan Kabupaten adalah suatu organisasi di lingkungan pemerintahan
kabupaten sebagai unsur pelaksanaan pemerintahan daerah dalam bidang
kesehatan, kegiatan kefarmasian yang dilakukan oleh Apoteker di Dinas
Kesehatan lebih banyak pada kegiatan manajerial seperti proses perizinan,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian sarana kesehatan dan tenaga
kesehatan. Untuk dapat menjalankan kegiatan tersebut, Dinas Kesehatan
Kabupaten memiliki Unit Pelayan Teknis Daerah (UPTD) yang berada di
setiap Kecamatan yang dinamakan UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas).
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN UMUM
Kepala Dinas
SEKERTARIAT
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SEKSI PELAYANAN SEKSI
SEKSI KESEHATAN SEKSI KEFARMASIAN DAN
KESEHATAN PRIMER
KELUARGA DAN SURVEILLANS DAN ALAT KESEHATAN
DAN TRADISIONAL
GIZI IMUNISASI
UPTD
3
bahwa Dinas kesehatan Kabupaten Kuningan merupakan unsur pelaksana
urusan pemerintahan wajib dibidang kesehatan dan dipimpin langsung
oleh seorang Kepala Dinas. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan
berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah Kabupaten Kuningan. Peran Dinas Kesehatan
diantaranya pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap
penyelenggaraan kesehatan.
Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas
pembantuan dibidang kesehatan. Tugas Kepala Dinas Kabupaten
Kuningan diantaranya adalah merumuskan, melaksanakan, mengevaluasi
dan melaporkan serta melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang
diberikan oleh Bupati. Sekretariat Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, pelaksanaan dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Dinas Kesehatan.
Sekretariat Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan membawahkan:
1. Sub Bagian Perencanaan dan pelaporan
2. Sub Bagian Keuangan
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas pokok
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional di
bidang kesehatan masyarakat. Bidang Kesehatan Masyarakat
membawahkan:
1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
2. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
3. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan olahraga
Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas
pokok melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional
dibidang surveillans dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit
4
menular, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular serta
kesehatan jiwa. Bidang pencegahan dan pengendalian penyakit
membawahkan:
1. Seksi Surveilans dan Imunisasi
2. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
3. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular serta
Kesehatan Jiwa.
Bidang pelayanan kesehatan mempunyai tugas mempunyai tugas
pokok melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional di
bidang pelayanan kesehatan primer dan kesehatan tradisional, pelayanan
kesehatan rujukan, dan mutu pelayanan.
Bidang Pelayanan Kesehatan membawahkan :
1. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional
2. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
3. Seksi Mutu Pelayanan Kesehatan
5
2.1.2 Visi dan Misi
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan memiliki visi yaitu
"Masyarakat Sehat, Mandiri dan sejahtera Tahun 2023". untuk
mewujudkan visi tersebut Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan
memiliki misi:
1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
2. Melindungi kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan yang
bermutu dan berkeadilan.
3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
6
e. Pengelolaan urusan ketatausahaan Dinas.
Sedangkan seksi Kefarnasian dan Alat Kesehatan juga memiliki
tugas dan fungsi sebagai berikut:
1) Tugas seksi kefarmasian dan alat kesehatan :
Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional,
bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi
dan pelaporan di bidang pelayanan kefarmasian dan alat
kesehatan.
2) Fungsi seksi kefarmasian dan alat kesehatan :
a) Pelaksanaan penyusunan perencanaan kegiatan Seksi
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
b) Pelaksanaan petunjuk teknis kegiatan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
c) Pelaksanaan pembinaan dan peningkatan mutu kegiatan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
d) Pelaksanaan monitoring dan Evaluasi pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
3) Untuk menyelengarakan fungsi sebagaiman Seksi Kefarmasian
dan Alat Kesehatan mempunyai uraian tugas :
a) Menyusun rencana kegiatan Seksi Farmasi dan Alat
Kesehatan;
b) Melaksanakan pengelolaan data kefarmasian dan sarana
pelayanan kesehatan;
c) Melaksanakan pembinaan teknis sarana pelayanan
kesehatan dan pengelolaan kefarmasian;
d) Melaksanakan kegiatan penyuluhan keamanan pangan dan
melakukan monitoring dan evaluasi kelayakan pengolahan
pangan pada industri rumah tangga pangan (IRTP);
e) Melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan obat-obatan
dan bahan medis pakai habis, alat kesehatan;
7
f) Melaksanakan rencana distribusi obat-obatan dan bahan
medis pakai habis, alat kesehatan;
g) Melaksanakan pembinaan, pengendalian dan pengawasan
terhadap peredaran obat-obatan, alat kesehatan dan
kosmetika serta Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP);
h) Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap
penyalahgunaan obat, narkoba, psikotoprika, zat adiktif
dan bahan berbahaya;
i) Melaksanakan sertifikasi produk industri rumah tangga
pangan;
j) Melaksanakan kegiatan lintas program dan lintas sektoral;
k) Membuat laporan data hasil pelaksanaan tugas;
l) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan.
8
11. Laboratorium klinik swasta : 1 buah
9
15 Puskesmas Ciawigebang 34 Puskesmas Maleber
39 UPTD Farmasi
10
perizinan sarana kefarmasian, terdapat pula perizinan yang menyangkut
tenaga kesehatan seperti penerbitan SIPA, SIPTTK, SIPP, SIPB.
Fungsi Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan, antara lain
sertifikasi tenaga kesehatan meliputi Surat Izin Praktek (SIP), selain
mengurusi perizinan juga memiliki tugas dalam bidang pembinaan dan
pengawasan.
Sistem Perizinan Dinas Kesehatan
1. Perizinan SDM
Mengisi Formulir Surat Rekomendasi Surat rekomendasi
Permohonan dari Organisasi dari dinas kesehatan
Pembuatan izin Profesi
IDI, IAI, IBI,PPNI, PAFI, PDGI, IPK, IAKMI, HAKLI, PERSAGI, PARI dan
lain-lain.
2. Perizinan PIRT
Pemohon
Pemohon
11
3. Perizinan Sarana
Pemohon
Berkas
Permohonan
Verifikasi berkas
Izin Penundaan /
pembatalan
12
a. Pegawai Lingkup Dinas Kesehatan
1) Pejabat Struktural : 20 orang
a) Esselon II.b : 1 orang
b) Esselon III.a : 1 orang
c) Esselon III.b : 11 orang
d) Esselon IV.a : 15 orang
2) Fungsional Tertentu : 15 orang
3) Fungsional Umum : 48 orang
a) Jumlah Pegawai PNS Lingkup Dinkes : 60 orang
b) Jumlah Pegawai THL Lingkup Dinkes : 23 orang
c) Jumlah Total Pegawai Lingkup Dinkes : 34 orang
b. Pegawai Lingkup UPTD
1) Pejabat Struktural : 37 orang
a) Esselon IV.a : 2 orang
b) Esselon IV.b : 37 orang
2) Fungsional Tertentu : 788 orang
3) Calon Fungsional Tertentu : 44 orang
4) Fungsional Umum : 27 orang
a) Jumlah Pegawai PNS Lingkup UPTD : 966 orang
b) Jumlah Pegawai THL Lingkup UPTD : 646 orang
c) Jumlah Pegawai PTT Provinsi Lingkup UPTD : 73 orang
d) Jumlah Total Pegawai Lingkup UPTD : 1565 orang
e) Jumlah Total Pegawai PNS : 1565 orang
f) Jumlah Total Pegawai THL : 586 orang
g) Jumlah Total pegawai PTT Provinsi : 76 orang
h) Jumlah Total Pegawai : 1667 orang
*Proses Perpindahan Masuk dari Luar Kabupaten : 1 orang
13
2. Status Pendidikan
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan menghimpun pegawai
dari berbagai latar belakang pendidikan dengan rincian sebagai
berikut:
a. S2 : 41 orang
b. S1 : 527 orang
c. Profesi : 109 orang
d. D4 : 103 orang
e. D3 : 969 orang
f. D1 : 10 orang
g. SLTA : 182 orang
h. SLTP : 15 orang
3. Sistem Karir dan Pengembangan
Jabatan pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan terbagi
menjadi 2, yaitu jabatan fungsional dan jabatan struktural. Jabatan
fungsional juga terbagi menjadi dua, yaitu jabatan fungsional umum
dan jabatan fungsional tertentu. Sistem karir jabatan fungsional
umum bersifat reguler dimana kenaikan pangkatnya setiap 4 tahun,
sedangkan sistem karir jabatan fungsional tertentu kenaikan
pangkatnya berdasarkan sistem angka kredit. Kenaikan pangkat
jabatan struktural setiap 4 tahun, sedangkan untuk PTT tidak ada
sistem pengembangan karir melainkan perpanjangan kontrak apabila
masih dibutuhkan.
Sistem pengembangan SDM pegawai Dinas Kesehatan
Kabupaten Kuningan dilakukan dengan berbagai cara seperti
pelatihan-pelatihan, pendidikan dan latihan (diklat), izin belajar, dan
tugas belajar. Pegawai yang diperkenankan izin belajar yaitu PNS
dengan golongan minimal 2C, dan telah menjadi PNS sekurang-
kurangnya selama 1 tahun dan harus memiliki surat rekomendasi dari
BKPSDM (Badan Kepegawaian Sumber Daya Manusia). Pegawai
14
yang izin belajar tidak dibatasi usia namun diatur berdasarkan
kebutuhan keilmuan di Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan,
tempat pendidikan terakreditasi minimal B.
15
2.2 UPTD Farmasi Kabupaten Kuningan
2.2.1 Struktur Organisasi
Pengadministrasian Umum
TUGAS TAMBAHAN :
Pengadministrasian Umum
- Pengelola system operator E-Logistik
Syafri Ramadaniansyah
apt.. Rifa Dhianida Nafilah, S. Farm
16
2.2.3 Visi dan Misi
Visi UPTD Farmasi “Menjadi Pusat Penyimpanan dan Distribusi
Obat dan Perbekalan Kesehatan yang Optimal dan Akuntable Untuk
Menunjang Pelayanan yang Bermutu di Kabupaten Kuningan”.
Untuk mencapai visi yang ditetapkan, dirumuskan beberapa misi
UPTD Farmasi sebagai berikut :
1. Menjaga mutu obat terjamin, memenuhi kriteria khasiat dan
keamanan obat.
2. Obat yang tersedia sesuai kebutuhan nyata baik dalam jumlah dan
jenis obat serta kontinyu.
3. Meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan.
4. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan obat dan perbekalan
kesehatan dengan pemanfaatan teknologi informasi.
17
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya;
2. Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, UPTD
Farmasi mempunyai uraian tugas :
a. Membantu Dokumen perencanaan kegiatan tahunan UPTD;
b. Melaksanakan pemberihan arahan tentang pembagian tugas
kepada bawahan;
c. Membuat usulan seleksi dan perhitungan kebutuhan obat
public dan perbekalan kesehatan;
d. Melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang meliputi;
penerimaan, penyimpanan pemeliharaan mutu, dan
pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan;
e. Melaksanakan pencatatan serta pelaporan obat dan perbekalan
kesehatan ;
f. Merumuskan permasalahan dan upaya pemecahannya;
g. Melakukan hubungan kerjasama dengan unit kerja terkait;
h. Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala Dinas
Kesehatan dalam bidang tugasnya untuk bahan penetapan
kebijakan lebih lanjut;
i. Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas;
j. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh
Kepala Dinas.
18
Ruang penyimpanan obat dibagi berdasarkan jenis dan bentuk sediaan,
seperti ruang penyimpanan obat sediaan tablet,sediaan cairan, sediaan
semisolid, psikotropika/prekursor obat-obatan tertentu, antibiotik dan
vaksin. Selain itu juga terdapat ruang transito in untuk barang yang
masuk dan transito out untuk barang yang keluar. Fasilitas keamanan di
UPTD Farmasi dilengkapi dengan pos jaga satpam, CCTV, alarm,
smoke detector (alat pendeteksi kebakaran), APAR, dan genset listrik.
Pengaturan tata ruang di gudang berdasarkan kemudahan bergerak,
sirkulasi udara yang baik, kondisi penyimpanan khusus, pencegahan
kebakaran, rak dan pallet. Penyusunan obat di UPTD Farmasi
Kabupaten Kuningan berdasarkan prinsip FEFO (First Expired First
Out) dan FIFO (First ln FirstOut) dengan sistem alfabetis. Obat disusun
dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi dan teratur. Obat
disimpan dalam rak dan diberikan tanda untuk memudahkan pencarian.
Penyimpanan obat psikotropika digunakan lemari khusus dengan sistem
kunci ganda (double lock).
Sarana penyimpanan sediaan farmasi yang terdapat di UPTD
Farmasi Kabupaten Kuningan terdiri dari:
1. Rak : 175 unit
19
f. Lemari Kulkas (IRT) : 2 unit
5. Apar : 8 unit
a. Ruang vaksin
b. Ruang Generator
UPTD Farmasi.
1 THL, 1 orang TTK dan 1 THL, 9 orang bagian umum yaitu 4 PNS
dan 5 THL.
yang PNS total 7 orang dari bagian APT, TTK dan Pekerja Umum, dan
20
Tenaga Pekerja Harian Lepas 7 orang dari bagian APT, TTK, dan
Pekerja Umum.
obat dan alkes, berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan
2. Program
Farmasi
Kefarmasian.
21
5. Peraturan Presiden No.16 tahun 2018 tentang Pengadaan
barang/jasa Pemerintah.
Kuningan.
22
Kuningan. UPTD Puskesmas Japara memiliki beberapa ruangan yang
sebagai berikut :
1. Gedung Puskesmas :
c. Ruang MTBS.
d. Ruang KIA.
e. Ruang HIV/IMS/TB.
f. Ruang Apotek.
h. Ruang Tindakan.
i. Ruang Sterilisasi
j. Ruang Program.
l. Ruang Dapur.
m. Ruang Laboratorium.
n. Ruang Arsip.
q. Ruang Aula.
r. Mushola.
2. Gedung PONED.
a. Ruang Persalinan
b. Ruang Nifas.
d. Ruang Sterilisasi.
e. Ruang USG
1. Japara.
2. Dukuhdalem.
3. Singkup.
4. Garatengah.
5. Cikeleng.
6. Cengal.
7. Kalimati.
8. Rajadanu.
9. Wano.
10. Citapen
24
2.3.3 Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Japara
Tarsih, S. Ap
Jabatan Fungsional
Tarsih, S. AP Hunaenah Eha Juleha., SKM Nunung, N., S. Kep Mamat R., S. Farm. Apt
Kepegawaian Bendahara
penerimaan
Hunaenah
Hunaenah
dr. Agung F
dr. Agung F
Pj UKP Pj kefarmasian
Pj laboratorium
25
2. Tenaga keperawatan 10 orang
3. Tenaga kebidanan 14 orang
4. Tenaga kesehatan lingkungan 1 orang
5. Tenaga Kesehatan Masyarakat 1 orang
6. Tenaga kefarmasian :
a. Apoteker 1 orang
b. Tenaga teknis kefarmasian 1 orang
7. Tenaga gizi 1 orang
8. Ahli tenaga laboratorium medik 1 orang
2.3.5 Tugas
Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas Japara merupakan
puskesmas non perawatan, jenis pelayanan yang dimiliki antara lain:
1. Poli Klinik (BP umum, lansia, KIA, MTBS, TB paru).
2. Laboratorium.
3. Apotek farmasi.
4. USG.
26
5. Ruang Tindakan.
6. PONED.
Puskesmas Japara juga memiki beberapa prasarana diantaranya :
a. Puskesmas keliling
b. Seluruh peralatan dalam pelayanan medis
I PEMERIKSAAN
Poli Umum
-Pemeriksaan
kesehatan umum Senin s/d Sabtu 07.30 WIB s/d Selesai
usia >5 Tahun
dan Lansia
- Rujukan
Poli KIA & KB
II LABORATORIUM
27
Selasa dan 07.30 WIB s/d Selesai
- Pemeriksaan sputum kamis
V PONED 24 Jam
28
2.3.7 Peraturan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Peran
Apoteker di UPTD Puskesmas
UPTD Puskesmas dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tidak
lepas dari peraturan perundang-undangan yang ada. Beberapa peraturan
yang terkait dengan peran Apoteker di UPTD puskesmas antara lain :
1. Undang - Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 168 Tahun 2005 tentang Obat
Prekursor.
3. Undang - Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
4. Undang - Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
5. Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
6. Peraturan presiden No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010
tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah.
8. Peraturan Presiden No. 16 tahun 2018 tentang Pengadaan
barang/jasa Pemerintah.
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/813/2019
tentang Formularium Nasional.
10. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Republik Tahun 2019 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di UPTD Puskesmas.
11. Peraturan Bupati Kuningan Nomor 93 tahun 2019 tentang
Pembentukan, Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis Daerah
pada Dinas dan Badan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Kuningan.
29
1. Ruang Penerimaan Resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1
(satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika
memungkinkan. Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian
paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan
secara terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja
peracikan. Di ruang peracikan disediakan peralatan peracikan,
timbangan obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok
obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan,
blanko salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan pelayanan
resep, buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis
secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi
udara yang cukup. Jika memungkinkan disediakan pendingin
ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.
3. Ruang penyerahan obat
Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku
pencatatan penyerahan dan pengeluaran obat. Ruang penyerahan
obat dapat digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
4. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling,
lemari buku, buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster,
alat bantu konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal
konsumsi obat (lampiran), formulir catatan pengobatan pasien
(lampiran), dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set
komputer, jika memungkinkan.
5. Ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu
30
produk dan keamanan petugas. Selain itu juga memungkinkan
masuknya cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu
dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan (AC),
lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan
psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu, dan
kartu suhu.
6. Tempat arsip
Tempat arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang
berkaitan dengan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan
pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Tempat arsip
memerlukan tempat khusus yang memadai dan aman untuk
memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka untuk
menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan
teknik manajemen yang baik.
32
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
33
kompeten masih sangat terbatas. Oleh karena itu, pelaksanaan dan
pengelolaan terkadang agak terhambat.
3.1.4 Oprasional
Fasilitas dstribusi harus menggunakan semua perangkat dan cara
yang tersedia untuk memastikan bahwa sumber obat dan/atau bahan
obat yang diterima berasal dari industri farmasi dan/atau fasilitas
distribusi lain yang mempunyai izin sesuai peraturan perundnag-
undangan untuk meminimalkan risiko obat dan/atau bahan obat palsu
memasuki rantai distribusi resmi.
Di UPTD Farmasi Kabupaten Kuningan, kegiatan operasional
dari mulai penerimaan barang sampai dengan distribusi sudah sesuai
dengan standar CDOB, yaitu :
1. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan menerima obat yang
bermutu dan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan
persyaratan lainnya seperti nomor registrasi, izin edar, batas
kadaluwarsa, sertifikat analisis dan lain-lain. Alur penerimaan
34
obat antara lain:
a. Suplier menghubungi UPTD Farmasi jika akan mengirim
barang.
b. UPTD Farmasi menyiapkan tempat.
c. Barang datang, dicek oleh panitia penerima dan pemeriksa.
1) Dokumen harus sesuai dengan kontrak.
2) Disesuaikan jumlah fisik obat dengan data yang ada pada
dokumen.
3) Cek organoleptic obat.
d. Dokumen ditandatangani oleh pihak supplier dan panitia
pemeriksa.
e. Menyimpan barang sesuai dengan sistem penyimpanan.
f. Mencatat barang masuk di kartu barang, computer dan BBM.
g. Dokumen diarsipkan.
2. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara obat-obatan pada tempat yang dinilai aman.
Tujuan penyimpanan obat-obatan antara lain untuk :
a. Memelihara mutu obat
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
c. Menjaga kelangsungan persediaan.
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan.
Dalam UPTD Farmasi Ruang penyimpanan terbagi menjadi
beberapa kategori :
1) Suhu Kamar (250 C)
seperti sediaan padat atau oral dan alkes.
2) Suhu sejuk (150 - 250 C)
Untuk kondisi penyimpanan ini sebaiknya menggunakan
sarana AC (Air Conditioner) yang disertai dengan
35
thermometer sebagai pemantau suhu dan kelembapan. Pada
ruang AC seperti beberapa sediaan injeksi, tetes mata, tetes
telinga, dan salep mata.
3) Suhu dingin (20 - 80 C)
Untuk kondisi penyimpanan ini, digunakan medical
refrigator dengan suhu 20 - 80 C yang sebaiknya disertai
dengan thermometer seperti sediaan suppostoria, dan
serum.
4) Tempat penyimpanan khusus :
a. Kelompok narkotika dan psikotropika.
b. Kelompok infus, desinfektan dan alat perawatan.
c. Kelompok bahan berbahaya yang mudah terbakar. (B3
mudah terbakar).
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang
gudang adalah sebagai berikut :
a. Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu di tata
sebagai berikut:
1) Gudang menggunakan sistem 1 lantai menghasilkan tata
letak obat sehingga lokasi obat digudang menjadi jelas
dan dapat menghindari terdapatnya obat yang
kadarluwarsa yang disebabkan kesulitan mencari obat
digudang, dan jangan menggunakan sekat-sekat karena
akan membatasi pengaturan ruangan.
2) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat,
ruang gudang dapat di tata berdasarkan sistem Arus
Lurus (L) agar proses pengambilan dan penyimpanan
barang relative cepat. Sediaan yang lama keluar akan
disimpan berjauhan dengan pintu keluar, sedangkan
barang yang cepat keluar/sering dibutuhkan akan
36
diletakan didekat pintu keluar agar mudah
pengambilannya.
b. Sirkulasi udara yang baik
Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan umur hidup dari
obat sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang dan
memperbaiki kondisi kerja dan UPTD Farmasi Kabupaten
Kuningan sebaiknya menggunakan AC (Air Conditioner).
c. Rak dan pallet
UPTD Farmasi Kabupaten Kuningan memiliki Rak sebanyak
210 unit dan Pallet sebanyak 321unit. Penempatan rak yang
tepat dan penggunaan pallet dapat meningkatkan sirkulasi
udara dan gerakan stok obat. Serta penyimpanan dilakukan
menggunakan rak dan pallet agar tidak bersentuhan langsung
dengan lantai. Produk disusun tiap karton dan ditumpuk
sesuai dengan jumlah kapasitas tumpukan tiap produk.
Penggunaan pallet memberikan keuntungan :
1) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap
banjir.
2) Peningkatan efisiensi penanganan stok.
3) Dapat menampung obat lebih banyak.
d. Ruang penyimpanan khusus
1) Vaksin memerlukan “cold chain” khusus dan UPTD
Farmasi Kabupaten Kuningan sudah memiliki ”cold
chain“ sebanyak 13 unitdan telah mempunyai 1 unit
genset apabila putusnya aliran listrik. Suhu pada lemari es
(+2-80 C) dan suhu frezzer antara (-150 C) (-250 C).
Bagian dalam lemari es dipantau dengan 1 buah alat
pengukur suhu yang terpasang di luar lemari es 80 C 50 C
110 C. Dan pencatatan suhu vaksin dilakukan 2kali sehari
saat datang pagi dan menjelang pulang.
37
2) Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpandalam
lemari khusus yaitu di lemari yang mempunyai kunci
ganda (dauble door dan dauble lock), ada 3 unit Lemari
Narkotik di UPTD Farmasi Kabupaten serta lemari
Narkotika dan Psikotropika, kunci lemari dipegang oleh
Apoteker yang bertanggung jawab.
e. Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus
disimpan dalam ruangan khusus.
f. Pencegahan kebakaran.
Sudah tersedia alat pemadam kebakaran ringan (APAR) di
Instalasi Farmasi sebanyak 4 unit, untuk mencegah kebakaran dan
Alat pemadam kebakaran tersebut mudah dijangkau.
1. Penyusunan stok obat
Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis. Untuk
memudahkan pengendalian stok, maka dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Gunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dalam
penyusunan obat yaitu obat yang masa kadaluarsanya
lebih awal atau yang diterima awal harus digunakan lebih
awal sebab umumnya obat yang datang lebih awal
biasanya juga diproduksi lebih awal dan umumnya relative
lebih tua dan masa kadaluarsanya mungkin lebih awal.
b. Susun obat dalam kemasan besar di atas pallet secara rapih
dan teratur.
c. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan obat-obat
narkotika.
d. Simpan obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur,
udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang
sesuai.
e. Simpan obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan
38
obat dalam dengan obat-obatan untuk pemakaian luar.
f. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi.
g. Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat
tetap dalam box masing-masing, ambil seperlunya.
h. Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian
perlu dilakukan rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu
berada dibelakang sehingga obat dapat dimanfaatkan
sebelum masa kadaluarsa habis.
Fungsi pencatatan dan kartu stok di gudang adalah sebagai
berikut :
a. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat
(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluarsa).
b. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data
mutasi 1 (satu) jenis obat yang berasal dari 1 (satu) sumber
anggaran.
c. Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu)
kejadian mutasi obat.
d. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan.
Perencanaan pengadaan distribusi dan sebagai
pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat
penyimpanan.
Bagian judul pada kartu stok diisi dengan :
a) Nama obat.
b) Kemasan.
c) Isi kemasan.
d) Nama sumber dana atau darimana asalnya obat.
Kolom-kolom pada kartu stok diisi sebagai berikut :
a) Tanggal penerimaan atau pengeluaran.
b) Nomor dokumen penerimaan atau pengeluaran.
c) Sumber asal obat atau kepada siapa obat dikirim.
39
d) Nomor batch/nomor Lot.
e) Tanggal kadaluarsa.
f) Jumlah penerimaan.
g) Jumlah pengeluaran.
h) Sisa stok.
i) Paraf petugas yang mengerjakan.
Alur Penyimpanan :
a) Obat diterima.
b) Obat disimpan berdasarkan FEFO dan FIFO.
c) Obat psikotropik disimpan, terpisah, dan terkunci.
d) Obat disimpan berdasarkan petunjuk dalam kemasan
(vaksin, serum dan supp).
e) Obat disimpan diatas pallet, maksimal 8 tumpuk, tidak
menepel ke dinding.
f) Jarak antara tumpukan atas dengan langit-langit 1 m.
g) Beri jarak sehingga memudahkan pergerakan.
Kegiatan distribusi UPTD Farmasi Kabupaten Kuningan
meliputi kegiatan distribusi rutin yang dilakukan dengan frekuensi
satu bulan sekali disetiap awal bulan, yang didistribusikan dengan
mengacu permintaan pada formulir LPLPO yang berasal dari 37
puskesmas yang berada di Kabupaten Kuningan.
Pendistribusian ke puskesmas melalui distribusi rutin
dilakukan satu kali dalam 1 bulan, waktunya disesuaikan dengan
jadwal distribusi. Pendistribusian tambahan dilakukan pada waktu
kapanpun tetapi obat dan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan di
ambil langsung oleh pihak puskesmas ke UPTD Farmasi. Hal
tersebut dikarenakan kendaraan logistic UPTD farmasi yang
terbatas.
A. Tujuan distribusi:
1. Terlaksananya pengiriman obat secara merata dan teratur
40
sehingga dapat diperoleh pada saat dibutuhkan.
2. Terjaminnya mutu obat dan perbekalan kesehatan pada
saat pendistribusian.
3. Terjaminnya kecukupan dan terpeliharanya penggunaan
obat di unit pelayanan kesehatan.
4. Terlaksananya pemerataan kecukupan obat sesuai
kebutuhan pelayanan dan program kesehatan.
Kegiatan distribusi obat di UPTD Farmasi terdiri atas :
1) Kegiatan distribusi rutin yang mencakup distribusi untuk
kebutuhan pelayanan umum di unit pelayanan
kesehatan.UPTD Farmasi yang melaksanakan
pendistribusian obat-obatan ke unit- unit pelayanan
kesehatan di wilayah kerjanya.
UPTD Farmasi melakukan distribusi aktif dan
distribusi pasif sesuai jadwal.
a. Distribusi aktif yaitu UPTD Farmasi mendistribusikan
langsung ke UPTD Puskesmas.
b. Distribusi pasif yaitu UPTD Puskesmas mengambil
langsung ke UPTD Farmasi.
2) Kegiatan distribusi khusus yang mencakup distribusi obat
program. Kegiatan distribusi khusus di UPTD Farmasi
dilakukan sebagai berikut:
a. UPTD Farmasi menyusun rencana distribusi obat untuk
masing- masing UPTD Puskesmas sesuai dengan
rencana pelaksanaan kegiatan program Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. UPTD Farmasi
bekerjasama dengan penanggung jawab program
mengusahakan pendistribusian obat sebelum
pelaksanaan kegiatan masing-masing program.
b. Distribusi obat program kepada UPTD Puskesmas
41
dilakukan atas permintaan penanggung jawab program
yang diketahui oleh Kepala UPTD Puskesmas dan
disetujui oleh Dinas kesehatan dan seksi kefarmasian
dan Alkes.
c. Untuk KLB dan bencana alam, distribusi dapat
dilakukan melalui permintaan melalui Daftar Pesanan
(DP).
B. Tata cara pendistribusian obat adalah sebagai berikut :
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat-obatan yang
bermutu, terjamin keabsahan serta tepat jenis dan jumlah dari
instalasi farmasi secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan setiap unit pelayanan kesehatan.
1. UPTD Farmasi melaksanakan distribusi obat ke UPTD
Puskesmas dan Rumah Sakit di wilayah kerjanya sesuai
dengan kebutuhan.
2. Puskesmas Induk mendistribusikan kebutuhan obat-obatan
untuk Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan
Unit-unit Pelayanan Kesehatan lainnya yang ada di
wilayah binaannya.
3. Tata cara pengiriman obat ke UPTD Puskesmas dilakukan
dengan cara diantar langsung oleh UPTD Farmasi ke
UPTD Puskesmas (aktif) dan atau UPTD Puskesmas yang
melakukan pengambilan ke UPTD Farmasi (pasif).
4. Obat-obatan yang akan dikirim ke UPTD
Puskesmas/Rumah Sakit harus disertai dengan dokumen
penyerahan/pengiriman obat.
5. Sebelum dilakukan pengepakan atas obat-obatan yang
akan diserahkan, maka perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap :
42
a. Jenis dan jumlah obat.
b. Kualitas/kondisi obat.
c. Isi kemasan dan kekuatan sediaan.
d. Kelengkapan dan kebenaran dokumen pengiriman obat.
e. Nomor batch.
6. Tiap pengeluaran obat dari UPTD Farmasi harus segera
dicatat pada kartu stok obat dan kartu stok induk obat.
C. Alur Distribusi
1. UPTD Puskesmas mengirimkan LPLPO ke Dinas
Kesehatan.
2. LPLPO diverifikasi oleh Dinas Kesehatan.
3. LPLPO diterima UPTD Farmasi dan dilakukan pemberian
sesuai sumber obat.
4. Pengetikan Surat Barang Bukti Keluar (SBBK). dan Berita
Acara rangkap 3 (asli UPTD Farmasi, ke 2 Dinas
Kesehatan, ke 3 UPTD Puskesmas).
5. Pencatatan Kartu stok.
6. Menyiapkan obat sesuai pada Surat Barang Bukti Keluar
(SBBK).
7. Pemeriksaan obat oleh petugas UPTD Farmasi dan petugas
UPTD Puskesmas.
8. Penyerahan obat dari UPTD Farmasi ke UPTD Puskesmas.
9. Penandatanganan surat barang bukti keluar (SBBK) dan
Berita Acara (BA) penerimaan obat oleh UPTD Puskesmas
dan UPTD Farmasi.
10. Surat barang bukti keluar (SBBK) dan Berita Acara (BA)
diarsipkan.
LPLPO adalah Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan obat
yang berfungsi sebagai :
1. Sebagai bukti penerimaan dan pemakaian obat di
43
UPTD Puskesmas.
2. Sebagai bukti pengeluaran obat di UPTD Farmasi.
3. Sebagai surat permintaan obat dari UPTDPuskesmas
ke Dinas Kesehatan.
3.1.7 Transportasi
Selama proses transportasi, harus diterapkan metode
transportasi yang memadai. Obat dan/atau bahan obat harus diangkut
44
dengan kondisi penyimpanan sesuai dengan informasi pada kemasan.
UPTD Farmasi Kabupaten Kuningan memiliki 2 buah
kendaraan roda dua dan 1 buah kendaraan roda empat yang
digunakan sebagai alat transportasi. Mungkin, jumlah transportasi
yang dimiliki oleh UPTD Farmasi Kabupaten Kuningan terbilang
masih kurang. Mengingat luasnya daerah yang harus dicapai pada
saat pendistribusian obat. Hal ini dikhawatirkan dapat terhambatnya
proses distribusi terutama di daerah-daerah yang agak susah akses
jalan dan kendaraannya. Itu sebabnya, pendistribusian obat kepada
fasilitas kesehatan terutama Puskesmas di Kabupaten Kuningan
dijadwalkan sesuai dengan daerah Puskesmasnya masing-masing.
45
3.1.9 Dokumentasi
Dokumentasi yang baik merupakan bagian penting dari sistem
manajemen mutu. Dokumentasi tertulis baik secara manual maupun
elektronik harus jelas untuk mencegah kesalahan dari komunikasi
lisan dan memenuhi prinsip ketertelusuran, keamanan, aksesibilitas,
integritas dan validitas.
Tujuan dari sistem pendokumentasian adalah untuk pemeriksaan
dan penelusuran saat audit oleh Tim Pemeriksaan. Dokumen yang
biasa dipantau adalah Kartu Stok, laporan pemakaian obat dan
lembar permintaan obat (LPLPO), surat barang bukti keluar (SBBK)
dan dokumen lainnya.
1. Pencatatan dan Pelaporan
Kegiatan pencatatan dan pelaporan obat yang dilakukan
oleh UPTD Farmasi :
a. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan
a) Kegiatan pencatatan dan pelaporan meliputi : Pencatatan
dan Pengelolaan Data untuk mendukung Perencanaan
Pengadaan Obat.
b) Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa
rencana distribusi akan dapat didukung sepenuhnya oleh
sisa stok obat dalam gudang penyimpanan Unit Pengelola
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
c) Perhitungan dilakukan langsung pada kartu Rencana
Distribusi Obat.
d) Tingkat kecukupan dihitung dari sisa stok obat di UPTD
Farmasi dibagi dengan total kebutuhan stok optimum
obat Unit Pelayanan Kesehatan.
b. Laporan Pengelolaan Obat
Sebagai unit kerja yang secara fungsional berada di
bawah dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
46
Kesehatan Kabupaten Kuningan, maka UPTD Farmasi
memiliki kewajiban untuk melaporkan kegiatan pengelolaan
obat yang dilaksanakan.
2. Laporan yang disusun UPTD Farmasi Terdiri Dari :
a. Laporan ketersediaan 150 item obat dibuat tiap bulan dan
dikirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dengan sistem online.
b. Laporan Rutin terdiri dari laporan bulanan, laporan tiga
bulanan, laporan semester dan laporan tahunan dan dikirimkan
ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan.
c. Laporan tiga bulanan dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Kuningan.
d. Laporan tahunan/profil pengelolaan obat Kab/Kota dikirim
kepada Dinas Kesehatan Provinsi.
e. Laporan obat kadaluwarsa untuk intern agar mengetahui obat
yang akan dikeluarkan terlebih dahulu.
f. Laporan dinamika logistik untuk intern untuk mengetahui
tingkat kecukupan obat.
3. Kompetensi Apoteker dalam bidang pemerintahan sebagai berikut :
a. Mampu melaksanakan fungsi administrasi dari obat dan alat
kesehatan.
b. Mampu merencanakan dan mengelola sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
c. Mampu melaksanakan pengawasan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
d. Mampu melaksanakan tugas dan fungsi perijinan.
4. Pemastian Mutu ( Quality Assurance, QA)
Pemastian mutu obat dan perbekalan kesehatan Dinas
Kesehatan Kabupaten Kuningan dilakukan pada setiap tahap mulai
dari pengadaan,penerimaan, penyimpanan, distribusi serta
pencatatan dan pelaporan. Adapun pemastian mutu yang dilakukan
47
tercantum pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Kegiatan Pemastian Mutu.
Tahap Kegiatan Pemastian Mutu
Pengadaan Pemeriksaan indentitas barang, sesuai pesanan
atau tidak.
Penerimaan Pemeriksaan organoleptik, ED dan nomor
bets.
Penyimpanan Penyimpanan sesuai dengan petunjuk.
Distribusi Pemeriksaan ulang barang yang akan
49
Permintaan dilakukan dengan menggunakan
LPLPO.Permintaan untuk obat yang berasal dari sumber dana
DAK dilakukan dengan menggunakan formulir LPLPO,sedangkan
untuk dana JKN pemesan merupakan nama puskesmas sendiri.
Dalam penyusunan LPLPO, data yang diperlukan antara
lain :
1. Stok Awal. Stok awal didapat dari stok akhir periode bulan
sebelumnya.
2. Penerimaan. Data penerimaan diambil dari jumlah obat yang
diterima pada bulan tersebut sesuai yang tertulis dalam SBBK.
3. Persediaan. Data persediaan merupakan penjumlahan antara stok
awal dengan penerimaan.
4. Pemakaian. Merupakan penjumlahan total pemakaian obat
dalam bulan tersebut, baik pengeluaran resep maupun
pengeluaran ke sub unit layanan.
5. Stok Akhir. Data stok akhir didapat dengan mengurangi total
persediaan dengan pemakain.
6. Stok Optimum. Didapat dengan dari total pemakaian satu bulan
dikalikan 2.
7. Permintaan. Kolom permintaan diisi dengan cara mengurangi
stok optimun dengan sisa stok.
50
Gambar 3.1 Contoh Dokumen LPLPO Puskesmas Japara
2. Penerimaan
Obat yang diterima Puskesmas Japara akan dilakukan
pengecekan oleh Apoteker dengan dibantu oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian yang di damping oleh Apoteker berkenaan dengan
jumlah kemasan/box obat, nomor batch, expire date, jenis dan
jumlah obat, bentuk sediaan , keadaan fisik dan kualitas barang
apakah sesuai dengan LPLPO atau untuk obat BPJS yang
ditandatangani oleh petugas penerima dan diketahui oleh Apoteker
Penanggung Jawab apakah sesuai dengan Pemesanan.
Tujuan penerimaan adalah agar sediaan farmasi yang
diterima di Puskesmas sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Tanggung jawab dari tim
penerimaan di puskesmas yaitu menjamin ketertiban penyimpanan,
51
pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat dan bahan medis
habis pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
Tenaga kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang diserahkan dari
UPTD Farmasi, yang mencakup:
a. Jumlah kemasan
b. Jenis dan jumlah sediaan farmasi
c. Bentuk sediaan farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO
d. Tanggal kadaluwarsa
Apabila hal-hal diatas sudah lengkap, maka didokumen
penerimaan ditandatangani oleh apoteker UPTD Puskesmas Japara,
Apoteker UPTD Farmasi dan Kepala UPTD Farmasi. Dokumen
penerimaan diantaranya adalah SBBK dan Berita acara. SBBK
adalah surat bukti barang keluar yang berisi nama obat, satuan,
jumlah, no batch, expired date, harga satuan dan total harga. SBBK
dan berita acara ditanda tangani apoteker pengelola puskesmas,
pihak dari gudang yang mengeluarkan, serta kepala UPTD Farmasi.
52
Gambar 3.2. Dokumen Penerimaan
3. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di
Puskesmas Japara dilakukan sebagai berikut:
a. Bentuk dan jenis sediaan
b. Berdasarkan FEFO/FIFO
c. Penyusunan secara alfabetis untuk memudahkan pencarian
obat,alkes dan BMHP
d. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan
sediaanfarmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan
kelembaban.
e. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
f. Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak dipergunakan
untukpenyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
53
kontaminasi.
Tujuan dilakukan penyimpanan seperti yang dijabarkan diatas
adalah agar mutu sediaan farmasi yang tersedian di puskesmas
Japara dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.Terdapat rak-rak yang dipisahkan antara bentuk sediaan
tablet, salep, dan injeksi, serta alkes. Penyusunan berdasarkan
alfabetis dan FEFO/FIFO.
Terdapat pula palet untuk penyimpanan kemasan obat yang
digunakan untuk menjaga obat agar tidak langsung menyentuh
lantai untuk melindungi dari kelembapan dan kerusakan. Tidak
terdapat obat narkotika yang disimpan dipuskesmas, sementara
obat-obat psikotropika disimpan dalam lemari khusus psikotropika
yang dilengkapi dengan kunci ganda double lock.
Penyimpanan obat-obat high alert disimpan pada lemari yang
tertempel di dinding,pada bagian samping lemari terdapat
penandaan high alert berupa double cek, dandaftar obat ini
diantaranya adalah :
a. Epinefrin 0. 1 % injeksi
b. Digoksin 0. 25 mg tablet
c. MgSo4 20% injeksi
d. MgSo4 40 % injeksi
e. Oksitosin 10 m/mL inj
(sumber : https;//www. Ismp. org/recommendations/high-alert-
medications-acute-list)
Penyimpanan obat yang termolabil ditempatkan pada
kulkas.Kulkas yang ada terdapat thernometer untuk memonitoring
suhu.Suhu kulkas harus senantiasa dijaga pada suhu 2 - 8°C.Selain rak
di Gudang, terdapat pula rak obat di tempat peracikan dan
penyediaanobat. Obat fast moving ditempatkan di tempat yang mudah
dijangkau oleh petugas untuk mempercepat pelayanan.
54
Gambar 3.3. Penyimpanan di Gudang Puskesmas
55
3.2.2 Distribusi
Sistem distribusi obat yang diterapkan oleh masing-masing
Puskesmas di setiap daerah berbeda-beda tergantung kebijakan dari
masing-masing Puskesmas, dapat berupa system distribusi. Floor
stock, UDD (Unite Dose Dispensing), atau kombinasi. Puskesmas
mendistribusikan obat ke subunit pelayanan kesehatan didalam
gedung Puskesmas (ruang tindakan, Poned, ruang imunisasi, ruang
KIA/KB) dan luar gedung (Pustu, Poskesdes, Posyandu).
UPTD Puskesmas Japara mencakup 10 Desa, yang terpenting
dalam sistem ini adalah harus tepat jenis, mutu, jumlah dan waktu
dalam melakukan distribusi obat.
Puskesmas Japara menggunakan sistem Floor Stock dengan
mendistribusikan obat-obat ke Poned dan Ruang Tindakan. Dengan
system Floor stock, permintaan setiap minggu serta kadang ada
tambahan obat yang kosong langsung membuat permintaan ke gudang
farmasi di puskesmas.Pendistribusian kepada pasien di ruang tindakan
dan poned dilakukan dengan UDD (UnitDose Dispensing) oleh
perawat.
Pada Ruang Tindakan, dan Poned juga dilengkapi dengan kit
emergency. Berikut isi obat dan BMHP Kit Emergency :
a. Epineprine 0,1% injeksi
b. Aminophifilin injeksi
c. Atropin Sulfat 0,25 mg/ml injeksi
d. Furosemid 20mg/ 2 ml injeksi
e. Dexamethasone 5 mg/ ml injeksi
f. Dipenhidramine HCL 10 mg/ injeksi
g. Ondansentron injeksi 4 mg/ 2 mg
h. Dextrose 5 % 500 mg infus
i. Dextrose 10 % 500 mg infus
j. Nacl 0,9 % 500 mg infus
56
k. Ringer Lactate 500 mg infus
l. Spuit 1 cc
m. Spuit 3 cc
n. Spuit 5 cc
o. Spuit 10 cc
p. Infusion set dewasa
q. Infusion set anak
r. IV kateter nomor 18, 20, 22, dan 24
s. Sarung tangan steril nomor 7
t. Sarung tangan steril nomor 7,5
Kit ini ditujukan untuk menangani kejadian gawat darurat yang
mungkin terjadi.Setiap ruang memiliki kit yang berbeda-beda jenis obat
di dalamnya. Monitoring dilakukan oleh penanggung jawab perawat
setiap akhir bulan dengan mencatat:
a. Sisa barang
b. Tanggal kadaluwarsa
c. Kondisi fisik
1 2 4 5 6
1. 02 Januari 2021 22 - - 10
2. 04 Januari 2021 82 - - 10
3. 05 Januari 2021 52 - - 10
4. 06 Januri 2021 52 - - 10
5. 07 Januari 2021 55 - - 10
58
6. 08 Januari 2021 33 - - 10
7. 09 Januari 2021 24 - - 10
8. 11 Januari 2021 42 - - 10
9. 12 Januari 2021 56 - 10
59
sebanyak 695, jumlah total item obat adalah 2.137, jumlah resep
obat generic sebanyak 2.075 obat, dan jumlah persentase resep
generic terhadap total resep adalah 97,10%.
5. Form pemantauan Ketersediaan Obat dan Vaksin Indikator
Form Pemantauan Ketersediaan Obat Esensial di Puskesmas Japara
Januari 2021 adalah sebagai berikut :
Tabel. 3.4 Tabel Pemantauan Ketersediaan Obat dan Vaksin Indikator
2. Allupurinol Tablet 1
8. Asiklovir Tablet 1
60
14. Difenhidramin Inj. 10 Mg / Ampul 1
Ml
Kombinasi Tablet /
Kotrimoksazol Suspensi
61
32. Retinol 100.000 / 200.000 IU Kapsul 1
Sediaan
62
Rubella
64
Gambar 3.6. Contoh Resep Puskesmas Japara
65
6. Petugas memberi label/ etiket.
7. Petugas meriksa kembali obat yang akan diserahkan kepada
pasien.
8. Petugas memanggil pasien dan melakukan identifikasi
kembali dengan mencocokan nama, alamat dan gejala yang
diderita.
9. Petugas menyerahkan obat kepada pasien disertai
pemberian informasi obat.
10. Petugas mempersilahkan pasien pulang
11. Petugas menyimpan arsip resep.
Di puskesmas Japara pelayanan informasi obat diberikan
kepada seluruh pasien yang menerima obat dari puskesmas.
Dalam melakukan pelayanan informasi obat beberapa hal yang
harus disampaikan adalah:
69
3.2.7 Monitoring Efek Samping Obat (MESO) di Puskesmas Japara
Dalam kegiatan Monitoring Efek samping obat (MESO),
Puskesmas Japara memiliki Standar Operasional Prosedure sebagai
berikut yaitu :
1. Petugas farmasi melakukan pemeriksaan ulang terhadap resep
untuk melihat ada tidaknya item obat yang berpotensi
menimbulkan efek samping obat.
2. Petugas menjelaskan kepada pasien tentang obat tersebut dan
eefk samping yang biasa di timbulkan selama mengkonsumsi
obat tersebut.
3. Petugas memberi saran kepada pasien untuk meminimalisir
kejadian yang tidak diharapkan akibat dan efek samping obat
tersebut.
4. Petugas memberikan penjelasan jika terjadi efek samping obat
yang tidak diharapkan, segera menghentikan konsumsi obat
terrsebut dan segera kembali ke Puskesmas untuk mendapatkan
penanganan lebih lenjut.
70
BAB IV
PEMBAHASAN
71
Kabupaten diolah menjadi rencana kebutuhan obat publik dan perbekalan
kesehatan dengan menggunakan menggunakan metode konsumsi. Seksi
Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan kompilasi dan analisa
kebutuhan obat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1999
tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, yang
diperkenankan untuk melakukan penyediaan obat adalah Apoteker.
Proses pengadaan dilakukan menggunakan e-catalog oleh Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK). Pada e-catalog dipilih obat dan perbekalan
kesehatan yang dibutuhkan beserta jumlah yang akan dipesan. Kemudian
dilakukan kontrak secara manual dengan distributor yang ditunjuk oleh
Industri Farmasi. Selanjutnya, barang datang ke UPTD Farmasi dan
diterima serta diperiksa oleh panitia penerima.
Secara umum, Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan melakukan
pengadaan sendiri. Pengadaan dengan permintaan ke Dinas Kesehatan
provinsi terbatas untuk obat-obatan program (seperti obat TB, Gizi, HIV,
Filariasis KIA dan Vaksin) atau ketika mengalami kekurangan atau
kekosongan obat tertentu. Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat
yang aman efektif dan sesuai peraturan yang berlaku (legalitas) dan
diperoleh dari distributor resmi.
Katalog elektronik atau E-Catalogue adalah system informasi
elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang
tertentu dariberbagai Penyedia Barang/Jasa Pemerintah. Apabila ada obat-
obatan dan perbekalan farmasi lainnya yang dbutuhkan oleh puskesmas
tidak terdapat dalam e-catalogue didapatkan dengan metode lelang
terbuka.
b. UPTD Farmasi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian apoteker pada UPTD Farmasi berperan
pada penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat serta
pengelolaan obat. Proses perencanaan yang dilakukan oleh Dinas
72
Kesehatan Kabupaten Kuningan. Selanjutnya dilakukan proses
penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian di UPTD Farmasi.
Apoteker bertugas untuk mengelola obat dengan
mendistribusikannya ke UPTD Puskesmas. Pendistribusian dilakukan
berdasarkan pada Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) yang diserahkan dan telah diverifikasi oleh Dinas
Kesehatan.
Selanjutnya UPTD farmasi melakukan pertanggungjawaban
distribusi obat dengan membuat laporan tertulis mengenai distribusi
obat yang diserahkan ke Dinas Kesehatan
c. UPTD Puskesmas
Tugas Apoteker di puskesmas harus sesuai dengan Permenkes
74 tahun 2016, meliputi Pengelolaan Sediaan Farmasi Dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP), Pelayanan Farmasi Klinik, dan
Pemberdayaan Kemasyarakatan. Pengadaan obat-obatan di UPTD
puskemas dilakukan dengan menggunakan LPLPO (Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) yang diajukan kepada
Dinas Kesehatan setiap bulan. Data pemakaian obat bulan sebelumnya
dijadikan dasar untuk pengadaan obat bulan selanjutnya.
Pada pelayanan atas resep dokter apoteker melakukan skrining
resep dan apoteker berperan nyata dalam pencegahan terjadinya
medication error melalui kolaborasi dengan dokter dan pasien.
Apoteker juga melakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO)
kepada pasien dimana kegiatan ini adalah kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat,
komprehensif, terkini oleh apoteker kepada pasien, tenaga kesehatan,
masyarakat maupun pihak yang memerlukan.
Informasi ini diantaranya:
a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam
sehari (pagi, siang, sore atau malam). Dalam hal ini termasuk
apakahobat diminum sebelum atau sesudah makan.
73
b. Lama penggunaan obat, misal selama keluhan masih ada atau harus
dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh, obat antibiotika harus
dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.
c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan
keberhasilanpengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat
penjelasanmengenai cara penggunaan obat yang benar terutama
untuk sediaanfarmasi tertentu seperti obat oral, obat tetes mata, salep
mata, obattetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga,
suppositoria dankrim/salep rektal dan tablet vagina.
74
4.4 Tugas Khusus Puskesmas
Melakukan skrining resep sebanyak 12 baik dari Dokter, Perawat, dan
Bidan, lampiran 3 contoh skrining resep Dokter.
75
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan, dalam melaksanakan tugasnya di
bidang kefarmasian membawahi bidang Pelayanan Sumber Daya
Kesehatan dan UPTD Farmasi.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan bertugas menjalin koordinasi
dengan UPTD Puskesmas yang berjumlah 37 dalam penyelenggaraan
kesehatan di wilayah Kuningan meliputi pembinaan, pengawasan dan
pengendalian.
3. Perizinan sarana kefarmasian menggunakan sistem satu pintu melalui
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang
berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan.
4. Peranan Apoteker di Bidang Pelayanan Sumber Daya Kesehatan adalah
melakukan pengamanan, perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi.
5. Peranan apoteker di UPTD Farmasi adalah melakukan pengamanan,
pengelolaan obat, meliputi penerimaan, penyimpanan, pendistribusian
atau penyaluran obat dan penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan, pengawasan mutu, pencatatan dan pelaporan.
6. Peranan Apoteker di UPTD Puskesmas adalah melakukan perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian, atau
penyaluran obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, dan pengamanan sediaan farmasi.
7. UPTD Puskesmas Japara menjalankan pelayanan sesuai PMK NO 74
tahun 2016 dan melakukan pelaporan secara rutin kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Kuningan.
76
5.2 Saran
1. Perlu adanya Papan Nama / Plang UPTD Farmasi
2. Sebaiknya perlu menggunakan AC di UPTD Farmasi
3. Perlu dipertimbangkan untuk penambahan ruangan di UPTD Puskesmas
Japara untuk ruang konseling.
77
DAFTAR PUSTAKA
78
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Sistem Perizinan Saran Kesehatan
Pemohon
Formulir
SDMK
Verifikasi
Pemberian keputusan
Dikembalikan
DPMPTSP
79
Lampiran 2. Tugas Khusus Dinas Kesehatan Kuningan
80
Lampiran 3. Tugas Khusus Puskesmas Japara Skrining Resep
1. Pengkajian Resep
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS JAPARA
Jl. H. Yusuf No. 45Desa Japara Telp. (0232)
8611203
Kode Pos 45555
No : 64 Tanggal : 08-12-2020
Diagnosa : Stroke
dr : dr. Agung
Pasien : UMUM
R/ Piracetam 800 mg No V
S 1 dd 1
R/ Simvastatin 20 mg No V
S 1 dd 1
R/ Amlodipin 10 mg No X
S 1 dd 1
R/ Paracetamol 500 mg No X
S 3 dd 1
81
b. Analisa Persyaratan Farmasetik
82
c. Kajian Klinis dari masing-masing obat
Piracetam
▪ Komposisi : Piracetam
▪ Golongan : Nootropik dan neurotonik/neurotropik
▪ Indikasi : Stroke
Simvastatin
▪ Komposisi : Simvastatin
▪ Golongan : Statin
▪ Indikasi : Menurunkan kadar kolesterol dalam darah, serta
mengurangi risiko serangan jantung dan stroke
83
Insomnia.
▪ Interaksi Obat : KI (29 obat) Atazanavir, clarithromycin,
cobicistat, cyclosporine, danazol, darunavir), dan lain-
lain. Serius (77 obat), Abametapir, afatinib, amiodarone,
amlodipine, apalutamide, dan lain-lain. Monitor (88
obat), Amitriptyline, apalutamide, atorvastatin,
azithromycin, dan lain-lain. Minor (14 obat), Aliskiren,
alvimopan, ambrisentan, armodafinil, dan lain-lain.
▪ Kontraindikasi : Hipersensitivitas thd simvastatin, Penyakit hati aktif atau
peningkatan transaminase yang tidak dapat dijelaskan,
Kehamilan, Ibu menyusui. Penghambat CYP3A4 yang
kuat (misalnya, itrakonazol, ketokonazol,eritromisin,
klaritromisin, posaconazole, vorikonazol, HIV protease
inhibitor, cobicistat, nefazodone), gemfibrozil,
siklosporin, dan danazol.
▪ Efek Alergi :-
Amlodipin
▪ Komposisi : Amlodipin
▪ Golongan : Calcium channel Blockers (CCB)
▪ Indikasi : Obat anti hipertensi
▪ Mekanisme kerja : Menghambat masuknya transmembran ion kalsium
ekstraseluler melintasi membran sel miokard dan sel otot
polos pembuluh darah tanpa mengubah konsentrasi
kalsium serum; ini menghambat kontraksi otot polos
jantung dan pembuluh darah, sehingga melebarkan arteri
koroner dan sistemik utama. Meningkatkan pengiriman
oksigen miokard pada pasien dengan angina vasospastic.
▪ Dosis : 5 mg / hari pemberian secara oral,, dapat ditingkatkan
sebesar 2,5 mg/ hari setiap 7-14 hari, tidak melebihi 10mg
/ hari. Untuk pemeliharaan 5 -10 mg/ hari
▪ Efek Samping : Sakit kepala, edema, fatigue, mengantuk, mual, nyeri
perut, kemerahan, palpitation, dan pusing. Efek samping
yang paling sedikit terobservasi secara umum, yaitu
asthenia, dispepsia, dyspnea, gingival hyperplasia,
kejang otot, pruritus, myalgia, ruam, gangguan
penglihatan, dan jarang terjadi eritema multiforme.
▪ Interaksi Obat : KI (2 obat), aliskiren, dantrolene
Minor (45 obat), agrimony, amobarbital, aprepitant,
84
armodafinil, dan lain – lain.
Monitor (228 obat), acebutolol, aldesleukin, alfuzosin,
amifostine, asenapine, atenolol, avanafil, dan lain – lain.
Serius (26 obat), lonafarnib, nifedipine, simvastatin,
voxelotor, dan lain – lain.
▪ Kontraindikasi : Amlodipine merupakan kontraindikasi pada
pasien-pasien yang diketahui sensitif terhadap
dihydropyridine.
▪ Efek Alergi : -
▪ Sumber : Medsecape 2021
Paracetamol
▪ Komposisi : Acetaminopen atau paracetamol
▪ Golongan : Analgesik atau antipiretik
▪ Indikasi : Demam, pusing, nyeri
▪ Mekanisme kerja : Bekerja di hipotalamus untuk menghasilkan antipirresis
Dapat bekerja secara perifer untuk memblokir
pembentukan impuls nyeri; juga dapat menghambat
sintesis prostaglandin di SSP
▪ Dosis : Reguler strenght : 325-650 mg PO / 4 jam; tidak
melebihi 3250 mg / hari; di bawah pengawasan
profesional perawatan kesehatan, dosis harian hingga 4 g
/ hari dapat digunakan
▪ Efek Samping : Demam. Muncul ruam kulit yang terasa gatal, Sakit
Tenggorokan, muncul sariawan, nyeri punggung, tubuh
terasa lemah. Kulit atau mata berwarna kekuningan,
timbul memar pada kulit.
▪ Interaksi Obat : Serius (3 obat ), lonafarnib, pexidartinib,
Pretomanid.Monitor (23 obat), apalutamide, avapritinib,
axitinib, bupivacain implant,busulfan. Minor (50 obat),
acetazolamide, albiglutide, antithrombin alfa.
▪ Kontraindikasi : Hipersensitivitas, Hepatitis atau gangguan hati / ginjal
berat.
▪ Efek Alergi : -
▪ Sumber : Medsecape 2021
85
d. Kesesuaian Dosis
Tabel 1.1. Kesesuaian Dosis
Nama obat Dosis pada Dosis pada Kesimpulan
resep Literatur
sesuai/tidak
sesuai
e. Kesimpulan
Penggunaan obat piracetam untuk diberikan pada pasien stroke. Obat simvastatin
digunakan untuk mengobati kolesterol. Obat amlodipin untuk mengobati tekanan
darah tinggi pasien. Obat paracetamol tablet digunakan untuk menangani gejala
pusing, demam dan nyeri.
Secara keseluruhan obat-obatan yang telah diresepkan terjadi DRP yaitu interaksi
obat, amlodipin + simvastatin yaitu Amlodipin dapat meningkatkan efek
simvastatin.
86
Solusinya bisa dengan membedakan waktu minum kedua obat tersebut. Seperti
amlodipin diminum pada pagi hari dan simvastatin diminum pada malam hari.
Waktu pemberian :
Amlodipin 07 : 00 - -
Piracetam 08 : 00 - -
Simvastatin - - 20:00
2. Pengkajian Resep
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS JAPARA
Jl. H. Yusuf No. 45Desa Japara Telp. (0232)
8611203
Kode Pos 45555
No : 26 Tanggal : 14-12-2020
Diagnosa : DM HT
dr : dr. Agung
Pasien : Askes
R/ Metformin 500 mg No XX
S 2 dd 1
R/ Amlodipin 10 mg No X
S 1 dd 1
R/ Citirizine 4 mg No X
S 1 dd 1
87
a. Analisa Kelengkapan Administrasi Obat
3. Potensi 500 mg 10 mg 4 mg
88
c. Kajian Klinis dari masing-masing obat
Metformin
▪ Komposisi : Metformin 500 mg
▪ Golongan : Biguanida
▪ Indikasi : DM
▪ Mekanisme kerja : Aksi utama adalah dengan menghambat perubahan
laktat menjadi glukosa di hepar. menurunkan absorpsi
glukosa GI, dan meningkatkan sensitivitas insulin sel
target.
▪ Dosis : Dosis initial untuk dewasa dimulai pada :
500mg dan 850MG. (sumber : Medscape)
Dosis = 500mg 2 x 1 sehari atau
Dosis = 850mg 1x sehari. Dosis maksimum adalah 2,55
gram/hari. (Sumber : Medscape)
▪ Efek Samping : Diare, Mual / muntah, Hipoglikemia simtomatik, Sakit
kepala, Infeksi saluran pernapasan atas, anoreksia,
Ketidaknyamanan Perut, Hipoglikemia.
(Sumber : Medscape)
▪ Interaksi Obat : Efek adiktif jika digunakan bersama sulfonil urea.
Penggunaan bersamaan dengan amlodipin, amlodipine
menurunkan efek metformin dengan antagonisme
farmakodinamik.
▪ Kontraindikasi : Gangguan fungsi ginjal, ketoasidosis, hentikan bila
terjadi kondisi seperti hipoksia jaringan (sepsis,
kegagalan pernafasan, baru mengalami infark miokardia,
gangguan hati, wanita hamil dan menyusui.
▪ Efek Alergi : - Mati rasa atau perasaan dingin di tangan dan kaki
- Kesulitan bernapas
- Merasa pusing, kepala berputar, lelah, dan sangat lemah,
Sakit perut, mual disertai muntah
- Detak jantung lambat atau tidak teratur
89
▪ Duplikasi : -
▪ Sumber : Medscape, 2021
(https://reference.medscape.com/drug/prandimet-
metformin-repaglinide-342710)
Amlodipine
▪ Komposisi : Amlodipine 10 mg
▪ Golongan : CCB – Dihidropiridin
▪ Indikasi : Hipertensi, untuk menurunkan tekanan darah
▪ Mekanisme Kerja : Memblokade L-Type kalsium kanal, dan sediket
memblokade T-Type Calcium Channer, sehingga
memberikan efek vasodilatasi ateriol.
90
https://reference.medscape.com/drug/katerzia-norvasc-
amlodipine-342372#4
Citirizine
▪ Komposisi : Citirizine
▪ Golongan : Antihistamin
▪ Indikasi : Rinitis menahun, rinitis alergi seasonal, konjungtivitis,
pruritus, urtikaria idiopati kronis
▪ Mekanisme kerja : Aksi utama adalah dengan menghambat perubahan
laktat menjadi glukosa di hepar. Menghambat reseptor
H1 hanya di parifer.
▪ Dosis : Dosis Dewasa : 5 - 10 mg per oral sekali sehari Dosis
maksimal: 10 mg / hari.
• Efek Samping : Efek samping kantuk, pusing, dan sakit
kepala, gangguan psikomotor, dan efek antimuskarinik
seperti retensi urin, mulut kering, pandangan kabur, dan
gangguan saluran cerna.
• Intraksi Obat : -
• Kontraindikasi : Hipersensitivitas. Pengguna obat ini untuk tidak
mengemudikan kendaraan, atau mengoperasikan mesin
karena risiko efek samping sedasi.
• Efek Alergi : Ruam kulit, hidung berlendir, mata berair, dan bersin.
• Duplikasi : -
• Sumber : PIONAS.
91
d. Kesesuaian Dosis
Tabel 2.1 Kesesuaian Dosis
Nama obat Dosis pada Dosis pada Kesimpulan
resep Literatur
sesuai/tidak
sesuai
e. Kesimpulan
Tabel 2.1.2 Kesesuaian Dosis
Penggunaan obat metformine untuk diberikan pada pasien DM. Obat amlodipine
digunakan untuk mengobati hipertensi. Obat cetirizine untuk mengobati alergi.
Secara keseluruhan obat-obatan yang telah diresepkan terjadi DRP yaitu interaksi
obat, metformin + amlodipin yaitu amlodipine menurunkan efek metformin
dengan antagonisme farmakodinamik. Pasien harus diawasi dengan ketat untuk
kehilangan kontrol glukosa darah; ketika obat ditarik dari pasien yang menerima
metformin, pasien harus diobservasi dengan cermat untuk melihat adanya
hipoglikemia.
Solusinya :
92
• Kurangi berat badan yang berlebihan. Menjaga berat badan ideal
dan berolahraga ringan secara teratur, misalnya dimulai dengan jalan kaki
atau lari pagi selama 30 menit sehari.
• Kontrol kesehatan secara teratur terutama jika terdapat luka atau infeksi yang
tidak sembuh-sembuh.
• Kontrol gula darah atau urin secarfa rutin, periksa tekanan darah secara
berkala dan pertahankan tekanan darah dalam batas normal.
• Bila lupa minum; jika teringat kembali dalam waktu < 2 jam maka langsung
minum obat, tetapi jika sudah hampir waktu minum obat selanjutnya maka
tinggalkan saja obat yang tadi lupa diminum dan jangan men-double.
• Beritahukan gejala hipoglikemia pada pasien dan keluarga tentang tanda-
tanda hipoglikemia dan cara mengatasinya. Selalu sedia asupan glukosa,
misalnya permen atau makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi
atau roti.
• Tanda-tanda hipoglikemia : lemas, berkeringat, pusing, gemetar. Segera atasi
dengan minum segelas teh manis atau minuman yang manis. Hipoglikemia
ini sangat berbahaya karena pasien bisa shock dan meninggal maka harus
segera diatasi.
• Segeralah kedokter jika timbul radang pangkal tenggorok, demam, ruam
kulit, radang mulut, diare, air seni berwarna kehitaman
• Waktu pemberian
Metformine 07 : 00 13.00 -
Amlodipin - - 19 : 00
Citirizine 08 : 30 - -
93
3. Pengkajian Resep
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS JAPARA
Jl. H. Yusuf No. 45Desa Japara Telp. (0232)
8611203
Kode Pos 45555
No : 32
Tanggal : 14 DEC 2020
Diagnosa : DM, HT, ISPA
dr : dr. Agung
Pasien : UMUM
Nama :Dasih
Umur :61 tahun
Alamat :Cikeleng
94
f. Analisa Persyaratan Farmasetik
95
g. Kajian Klinis dari masing-masing obat
Guaifenesin
96
Citirizine
▪ Komposisi : Citirizine
▪ Golongan : Antihistamin
▪ Indikasi : Golongan antihistamin yang berfungsi untuk
meredakan gejala alergi seperti mata dan hidung
berair, gatal pada mata dan hidung, bersin-bersin,
dan gatal pada kulit
▪ Mekanisme Kerja : Cetirizine bekerja dengan cara menghalangi kerja
senyawa histamin yang diproduksi oleh tubuh ketika
terpapar oleh alergen.
▪ Dosis : 5 sampai 10 mg per oral sekali sehari Dosis
maksimal: 10g / hari. Pasien di atas 65 tahun harus
mulai dengan5 mg secara oral sekali sehari.
(https://www.drugs.com/dosage/cetirizine.html)
▪ Efek Samping : Efek samping Mengantuk,Pusing,Lemas dan
lelah,Mual dan muntah,Mulut kering'Sakit
tenggorokan,Sakit perut,diare
▪ Intraksi Obat : Menyebabkan kantuk, pusing, dan sulit fokus jika
digunakan dengan alkohol, duloxetine, alprazolam,
lorazepam, dan zolpidem. Mengurangi efektivitas
cetirizine, jika digunakan bersama obat asma teofilin
▪ Kontraindikasi : Penggunaan obat cetirizine dikontraindikasikan jika
terdapat riwayat alergi terhadap obat ini, atau
komponennya, atau dengan obat yang segolongan,
seperti hydroxyzine.
▪ Efek Alergi :-
• Duplikasi : -
• Sumber : https://www.drugs.com/dosage/cetirizine.html
97
Amlodipine 5 mg
▪ Komposisi : Amlodipine 5 mg
▪ Golongan : Calcium channel blocker
▪ Indikasi : Hipertensi
▪ Mekanisme Kerja : Amlodipine bekerja dengan cara melemaskan
dinding pembuluh darah. Efeknya akan
memperlancar aliran darah menuju jantung dan
mengurangi tekanan darah. Selain untuk mengatasi
hipertensi, amlodipine juga digunakan untuk
meredakan gejala nyeri dada atau angina pektoris
pada penyakit jantung koroner.
▪ Dosis : Hipertensi atau angina, dosis awal 5 mg sekali
sehari; maksimal 10 mg sekali sehari.
(http://pionas.pom.go.id/monografi/amlodipin)
▪ Efek Samping : Nyeri abdomen, mual, palpitasi, wajah memerah,
edema, gangguan tidur, sakit kepala, pusing, letih.
▪ InteraksiObat : Penggunaan amlodipine dengan simvastatin dapat
meningkatkan risiko terjadinya kelainan pada otot
atau miopati.
▪ Kontraindikasi : syok kardiogenik, angina tidak stabil, stenosis aorta
yang signifikan, menyusui
▪ Efek Alergi :-
▪ Sumber : http://pionas.pom.go.id/monografi/amlodipin
98
Glimepiride
99
Kesesuaian Dosis
100
Kesimpulan
Waktu pemberian
cetirizine 08.00 - -
amlodipine - - 18.00
5mg
glimepirid 08.00 - -
101
LAMPIRAN 4
RUANG PENYIMPANAN DI UPTD FARMASI DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KUNINGAN
102
2. Ruang Penyimpanan Sediaan Salep dan Obat Antibiotik
20- 80C
103
4. Ruang Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika
104
7. Ruang Transito In/Out
105
DOKUMEN – DOKUMEN DI UPTD FARMASI DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KUNINGAN
2. Surat LPLPO
106
3. Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
107
6. Kartu Pemesanan
108
LAMPIRAN 5
LAPORAN APOTEK PUSKESMAS JAPARA
1. Etiket Obat
2. Contoh Resep
109
3. Indikator Peresepan
110
5. Lap. Pemantauan Obat Esensial. 6. Lap.Pemantauan Obat Generik
111
7. Laporan LPLPO
112
8. Lap. Bukti Barang Keluar. 9. Lap.Bukti Barang Keluar Vaksin
113
9. Laporan Berita Acara Serah Terima
114
10. Laporan Pencatatan Suhu
115
12. Laporan Pemakaian Narkotik Psikotropik
116
14. Kartu Faktur JKN
117
LAMPIRAN 6
GUDANG OBAT PUSKESMAS JAPARA
2. Rak Obat-Obat
118
3. Lemari Narkotika dan Psikotropika
119
Lampiran Laporan Kegiatan PKPA di Puskesmas Japara
1. PIO
5. Konseling
120
6. Penyuluhan Penyimpanan Obat, Penggolongan Obat, dan Dagasibu
Vaksin Covid-19
121