Skripsi Bioetanol
Skripsi Bioetanol
Skripsi Bioetanol
SKRIPSI
Oleh
WAHYUDA PRATAMA
17.01.042.024
SKRIPSI
Oleh
WAHYUDA PRATAMA
17.01.042.024
iii
DEHIDRASI BIOETANOL DARI NIRA TEBU (Saccharum officinarum)
DENGAN PROSES ADSORPSI MENGGUNAKAN BENTONITE CLAY
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Teknologi Sumbawa
Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan
Program Sarjana Strata Satu (S1)
Oleh
WAHYUDA PRATAMA
17.01.042.024
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
KATA PENGANTAR
x
10. Kepada Geng JONES (Rizky Amalia’PGRI 2018) dan (Madon’ Unsyiah
2017) kalian banyak memotivasi walaupun kita sekarang LDR Palembang-
Aceh-Sumbawa.
11. Seluruh civitas akademika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Teknologi Sumbawa terutama para Dosen Fakultas Teknologi Pertanian
yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan.
12. Teman-teman KKN-TMMD Jotang-Jotang Beru yang minus akhlak namun
penuh prestasi, pembahasan kalian di grup sungguh menghibur dikala mood
sedang hancur.
13. Teman-temanku yang tidak terlihat (Lisa Bekasam’ UNY 2017), (Sheila’
STIFI 2017), (Sheli ‘UNSRI 2017), (Lia’ Owner Olshop), (Abid’ IGMP
2017) dan (Kamu’ UNSRI 2017) terima kasih atas semua kebaikan kalian.
14. Teman-teman yang telah bekerjasama dalam satu kepanitiaan maupun
organisasi selama berada di Universitas Teknologi Sumbawa, begitu banyak
pengalaman berharga yang didapatkan.
15. Orang-orang yang selalu mendoakan dan memberi kebaikan tanpa berharap
balasan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar
karya penulis semakin sempurna dan lebih baik lagi.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i
LEMBAR LOGO ................................................................................................. ii
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBNG SKRIPSI ..................................... vi
PERNYATAAN KEALIAN TULISAN ........................................................... vii
ABSTRAK .........................................................................................................viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
xii
3.2.2 Bahan........................................................................................... 9
3.3 Prosedur Penelitian............................................................................... 9
3.3.1 Pengambilan Nira Tebu............................................................... 9
3.3.2 Pemberian Perlakuan Nira Tebu ................................................. 9
3.3.3 Pemberian Perlakuan Nira Tebu Fermentasi............................. 10
3.3.4 Analisis Kadar Bioetanol .......................................................... 10
3.4 Rancangan Penelitian ......................................................................... 12
3.5 Analisis dan Pengamatan ................................................................... 12
3.5.1 Alkohol Meter ........................................................................... 12
3.5.2 Uji Kadar pH ............................................................................. 12
3.5.3 Brix Bioetanol ........................................................................... 13
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 20
5.2 Saran................................................................................................... 20
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan energi fosil seperti solar, bensin, dan batubara semakin
meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut diikuti dengan pertumbuhan ekonomi,
industri, pertambahan jumlah penduduk serta perkembangan ilmu pengetahuan.
Kebutuhan energi fosil yang semakin meningkat tidak sebanding dengan
ketersediaan jumlah energi fosil di alam. Energi fosil bersifat tidak terbarukan dan
dapat menimbulkan polusi yang dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan global.
Peningkatan laju konsumsi energi di Indonesia adalah sekitar 8% per- tahun,
sedangkan di dunia hanya 2%. Konsumsi energi meningkat pesat seiring dengan
pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Akan tetapi, sumber energi Indonesia sangat
tergantung pada bahan bakar fosil (Gozan, 2014). Di sisi lain, data cadangan energi
fosil pada tahun 2014 menunjukkan bahwa cadangan minyak bumi sebesar 3,6
miliar barel, gas bumi sebesar 100,3 Trillion Cubic Feet (TCF) dan cadangan
batubara sebesar 32,27 miliar ton. Bila diasumsikan tidak ada penemuan cadangan
baru, berdasarkan rasio R/P (Reserve/Production) tahun 2014, maka minyak bumi
akan habis dalam 12 tahun, gas bumi 37 tahun, dan batubara 70 tahun (Sugiyono,
2016). Oleh karena itu, diperlukan alternatif energi terbarukan yang ramah
lingkungan. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan krisis sumber energi
adalah dengan menggunakan bioetanol.
Bioetanol merupakan energi renewable dan ramah lingkungan yang dapat
digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil. Penggunaan etanol sebagai bahan
bakar mempunyai beberapa keunggulan yaitu, kandungan oksigen etanol tinggi
(35%) sehingga dapat menghasilkan bahan bakar yang bersih. Hasil bahan bakar
ramah bagi lingkungan karena emisi gas karbonmonoksida lebih rendah 19-25%
dibanding BBM (Bahan Bakar Minyak). Energi terbarukan ini tidak memberikan
kontribusi pada akumulasi karbon dioksida di atmosfer, hasil etanol lebih stabil.
Angka oktan etanol tergolong tinggi sekitar 129 sehingga menghasilkan proses
pembakaran yang stabil. Proses pembakaran dengan daya yang lebih baik dapat
mengurangi emisi gas karbonmonoksida menjadi hanya 1,3% (Edward dan Riardi,
2015) .
Bioetanol sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar bermotor jika
mempunyai kadar kemurnian 99,5%. Maka dari itu perlu dilakukan pemurnian.
Beberapa metode telah dikembangkan untuk menghasilkan bioetanol yang lebih
1
murni seperti distilasi-azeotrop, distilasi ekstraksi, dan distilasi membran.
Namun proses distilasi mempunyai kelemahan karena adanya azeotrop pada
kemurnian 96%. Untuk mengatasi hal tersebut maka pemurnian etanol di atas 96%
biasanya dilakukan dengan proses adsorpsi karena handal dan murah. Bahan yang
dapat digunakan sebagai media adsorpsi adalah bentonite (Nurhayati, 2010).
Bentonite adalah istilah untuk lempung (clay) yang mengandung
monmorilonit di dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktahedral.
Bentonite termasuk mineral lempung clay golongan smektit dioktahedral yang
mengandung sekitar 80% monmorilonit dan sisanya antara lain kaolit, illit, feldspar,
gypsum, abu vulkanik, kalsium karbonat, pasir kuarsa dan mineral lainya (Atikah,
2017).
Selain dijadikan sebagai bahan alteratif yang terbarukan, etanol dari
bioetanol juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam produk dan kebutuhan
yang lainnya. Bioetanol dapat dibuat dari bahan yang mengandung gula sederhana,
pati, maupun bahan berserat melalui proses fermentasi (Azizah dkk., 2012).
Fermentasi alkohol adalah proses penguraian karbohidrat menjadi etanol dan CO 2
yang dihasilkan oleh aktivitas suatu jenis mikroba yang disebut khamir dalam
keadaan anaerob (Jhonprimen dkk., 2012). Biasanya dalam proses fermentasi
alkohol digunakan khamir murni dari strain Saccharomyces cerevisiae (Umam,
2018). Berkaitan dengan bahan baku dalam pembuatan bioetanol, ada beberapa
sumber yang dapat digunakan antara lain: nira bergula (nira tebu, nira nipah, nira
sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan), bahan berpati (antara lain sagu,
singkong/gaplek, ubi jalar, ganyong dan garut), lignoselulosa (kayu, jerami, dan
batang pisang) (Komaryati dkk., 2014). Salah satu tanaman yang bisa dijadikan
sebagai bahan baku bioetanol adalah nira tebu.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka pada penelitian ini akan dilakukan
purifikasi bioetanol dengan menggunakan adsorbent bentonite dengan metode
adsorpsi. Penggunaan metode Adsorpsi dilakukan karena pada metode ini bioetanol
dapat kontak secara langsung dengan adsorbent yang digunakan. Hal ini
memungkinkan untuk tidak terjadinya kehilangan bioetanol pada jumlah yang
besar. Sehingga akan lebih efektif dan efisien dari segi penggunaan energi untuk
memisahkan bioetanol yang dihasilkan dari senyawa-senyawa yang tidak di
inginkan.
2
1.3 Tujuan Penelitan
Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh variasi jumlah adsorbent bentonite terhadap kadar bioetanol.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
berkurangnya oksigen dalam tanah. ( Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Perkebunan, 2012.)
Dilihat dari jenis tanah, tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai jenis
tanah seperti tanah alluvial, grumosol, latosol dan regusol dengan ketingian antara
0 – 1400 m diatas permukaan laut (dpl.). Akan tetapi lahan yang paling sesuai
adalah kurang dari 500 mdpl. Sedangkan pada ketinggian lebih dari 1200 mdpl
pertumbuhan tanaman relative lambat. Kemiringan lahan sebaiknya kurang dari
8%, meskipun pada kemiingan sampai 10% dapat juga digunakan pada areal yang
terbatas. Kondisi lahan terbaik untuk tebu adalah berlereng panjang, rata dan
melaindai sampai kemiringan 2% apabila tanahnya ringan dan sampai 5% apabila
tanahnya berat (Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan, 2012.)
5
2.2 Komposisi Nira Tebu
Sukrosa dalam nira tebu serta selulosa dalam serat merupakan dua
komponen utama penyusun tanaman tebu, masing-masing komponen tersebut
tersusun atas bahan-bahan gula sederhana. Sukrosa atau yang biasa dikenal sebagai
gula pasir merupakan gabungan dari glukosa dan fruktosa. Selulosa yang
merupakan serat-serat penyusun ampas adalah suatu polimer dari glukosa. Secara
bebas tanpa berikatan, glukosa, dan fruktosa ditemukan pada tebu dalam jumlah
yang lebih sedikit dibanding dengan sukrosa (Lahay, 2009). Komponen yang
terkandung di dalam nira tebu dapat dilihat pada Tabel 2.1 :
6
energy karena dapat menurunkan produksi karbondioksida hingga 18 % (Edward
dan Riardi, 2015).
Tidak ada perbedaan antara etanol biasa dengan bioetanol yang
membedakan hanyalah bahan baku pembuatan dan proses pembuatan. Etanol
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwama dan
merupakan alkohol yang sering digunakan dalam kehidupan sehari hari. Senyawa
ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman yang beralkohol.
Etanol termasuk kedalam alkohol rantai tunggal dengan rumus kimiaC 2H5OH dan
rumus empiris C3H6O ia merupakan isomer konstitusional dan dimetil eter.
(Hartono 2011).
2.4 Fermentasi
Fermentasi berasal dari bahasa latin “ferfere” yang berarti mendidihkan.
Awalnya istilah fermentasi digunakan untuk menunjukkan proses pengubahan
glukosa menjadi etanol yang berlangsung secara anaerob. Namun, kemudian istilah
fermentasi berkembang lagi menjadi seluruh perombakan senyawa organik yang
dilakukan mikroorganisme (Jannah,2010). Menurutmikrobiologi industri
fermentasi diartikan lebih luas yaitu sebagai suatu proses untuk mengubah bahan
baku untuk menjadi suatu produk oleh massa sel mikroba(Hargono, 2015). lebih
7
luas yaitu sebagai suatu proses untuk mengubah bahan baku untuk menjadi suatu
produk oleh massa sel mikroba(Hargono, 2015).
Fermentasi alkohol adalah proses penguraian karbohidrat menjadi etanol
dan CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas suatu jenis mikroba yang disebut khamir
dalam keadaan anaerob.Perubahan dapat terjadi jika mikroba tersebut bersentuhan
dengan makanan yang sesuai bagi pertumbuhannya. Pada proses fermentasi
biasanya menghasilkan gas karbondioksida. Hasil fermentasi dipengaruhi banyak
faktor, seperti bahan pangan atau substrat, jenis mikroba dan kondisi sekitar
(Sadimo, 2016).
2.5 Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses pengikatan molekul dalam suatu fluida baik cair
maupun gas ke permukaan pori benda padat. Proses adsorpsi biasanya dilakukan
dengan mengkontakan larutan atau gas dengan padatan, sehingga sebagian
komponen larutan atau gas diserap pada pennukaan pori padatan, akibatnya akan
mengubah komposisi larutan tersebut. Bahan yang dipakai untuk melakukan proses
adsorpsi dinamakan adsorben, sedangkan bahan yang disebut adsorbat.Adsorben
yang baik harus memiliki kapasitas dan selektifitas adsorpsi terhadap molekul
adsorbat (Saputra, 2015).
2.6 Bentonite
Bentonit adalah jenis batuan hasil alterasi dari material-material, gelas stuff
dari abu vulkanis. Komposisi utamanya adalah mineral montmorilonit. Rumus
kimia bentonit adalah (Mg,Ca,Fe,Na)xAl2O3.ySiO2nH2O dengan nilai n sekitar 8
dan x,y adalah nilai perbandingan antara Al 2O3 dan SiO2. Setiap struktur kristal
bentonit mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan oktahedral dari alumunium dan
oksigen yang terletak antara dua lapisan tetrahedral dari silikon dan oksigen.
Penyusun terbesar bentonit adalah silikat dengan oksida utama SiO 2 (silika) dan
Al2O3 (aluminat) yang terikat pada molekul air.
Bentonit merupakan adsorben yang mempunyai sifat dapat mengadsorpsi
karena ukuran partikel sangat kecil dan memiliki kapasitas permukaan ion yang
tinggi. Bentonit terdiri dari lapisan- lapisan yang berjarak antara beberapa
angstrom. Diantara lapisan-lapisan tersebut berbentuk pori, pori inilah yang akan
dimasuki oleh partikel gas pada proses adsorpsi. Bentonit bersifat hidrofilik
sehingga pada proses adsorpsi akan menjerap air yang terikat oleh etanol (Walidah,
dkk, 2015).
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.2 Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah nira tebu
(Saccharum offacinarum) yang diperoleh dari Desa Boak Luar, kecamatan Unter
Iwes, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Bahan lainnya adalah Bentonite
Clay dan ragi roti.
9
3.3.3 Pemberian perlakuan nira tebu fermentasi
Sampel nira tebu yang telah difermentasi, selanjutnya ditambahkan
adsorben berupa bentonite clay dengan variasi berat 40 gram sebanyak 3 sampel,
50 gram sebanyak 3 sampel, dan 60 gram sebanyak 3 sampel ke dalam nira tebu
yang telah difermentasi, pencampuran bentonite clay dilakukan dengan cara
mencampurkan secara langsung karena bentuk dari bentonite clay berupa padatan
serbuk. Aduk hingga tercampur rata, kemudian tutup rapat semua nira tebu
fermentasi yang telah ditambahkan bentonite clay, kemudian tunggu selama 2 jam
dan pisahkan juga 1 sample sebanyak 300 ml tanpa diberikan perlakuan
penambahan bentonite clay sebagai kontrol. Setelah 2 jam semua sampel dihitung
parameter ujinya berupa, uji kadar pH, Brix, dan Densitas (Ricko,S, 2015).
10
Mulai
11
3.4 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) Univariate dengan satu perlakuan yaitu variasi berat bentonite clay. Pada
penelitian ini, variabel dependennya adalah volume bioetanol cair dari nira tebu
yaitu 300 ml, variabel independennya adalah variasi berat bentonite clay yaitu 40
gram, 50 gram, dan 60 gram.
Data dan hasil percobaan akan dianalisis menggunakan software SPSS 16.0
yaitu Analysis of Variance (ANOVA) dengan taraf 5%. Jika terdapat beda nyata
maka akan dilanjutkan dengan Uji Duncan. Model umum rancangan percobaan
adalah sebagai berikut:
Yij= µ + τi + εij
Keterangan:
Yij : data pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
µ : nilai rataan umum
τi : pengaruh perlakuan ke-i
εij : galat percobaan
i : perlakuan
j : ulangan
12
asam dan larutan dengan pH lebih dari 7 dasar atau alkali. Asam dan basa adalah
besaran yang sering digunakan untuk pengolahan suatu zat, baik di industri maupun
kehidupan sehari-hari (Karangan, dkk, 2019).
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
10 9,3 bc
9 8,6 abc
8 7,6 ab
7
Alkohol (%)
6
5
5
4
3
2
1
0
0 gram 40 gram 50 gram 60 gram
Variasi Berat Bentonite Clay
Keterangan: Angka yang diikuti notasi berbeda menunjukkan berbeda nyata pada
taraf 5%.
Gambar 4.1 Grafik Kadar Alkohol Bioetanol dari Nira Tebu
Pada gambar 4.1 disajikan rerata hasil pengujian kadar alkohol dari nira tebu
dengan penambahan variasi bentonite clay berturut-turut yaitu 40 gram (7,6%), 50
gram (8,6%), dan 60 gram (9,3%). Dari data tersebut terlihat bahwa bioetanol dari
14
nira tebu dengan penambahan 60 gram bentonite clay memiliki nilai rerata
kadar alkohol paling tinggi yaitu sebesar 9,3% sedangkan bioetanol dari nira tebu
dengan penambahan variasi bentonite clay 40 gram memiliki nilai rerata paling
rendah yaitu sebesar 7,6%. Kadar alkohol bioetanol dari nira tebu mengalami
peningkatan seiring dengan bertambahnya variasi bentonite clay yang ditambahkan.
Hal ini disebabkan karena semakin banyak bentonite clay yang ditambahkan makan
semakin besar besar juga daya serap yang dilakukan oleh adsorben (Saputra, 2016).
Proses adsorpsi bioetanol dengan adsorbent bentonite merupakan peristiwa
pengikatan air secara fisika sehingga semakin lama waktu dan semakin banyak
adsorbent yang ditambahkan maka semakin besar kesempatan terikatnya air oleh
bentonite (Atikah, 2017).
Berdasarkan Hasil analisis sidik ragam dengan level of significant 0.05
menunjukkan bahwa penambahan variasi berat bentonite clay berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap kadar alkohol bioetanol dari nira tebu. Karena terdapat pengaruh
penambahan variasi berat bentonite clay terhadap kadar alkohol bioetanol dari nira
tebu, maka dilakukan uji Duncan. Dari hasil uji Duncan menunjukan bahwa
penambahan variasi berat bentonite clay 40 dan 50 gram tidak berbeda nyata
terhadap kadar etano yang dihasilkan, begitu juga dengan penambahan variasi berat
bentonite clay 50 dan 60 gram tidak berbeda nyata terhadap kadar etanol yang
dihasilkan, namun penambahan variasi berat bentonite clay 40 dan 60 gram berbeda
nyata terhadap kadar etanol yang dihasilkan. Berdasarkan uji lanjut Duncan
diketahui bahwa penambahan variasi berat bentonite clay untuk hasil etanol yang
baik adalah penambahan dengan variasi 60 gram. Hal tersebut dikarenakan semakin
banyak bentonite clay yang ditambahkan maka semakin besar juga kemampuan
adsorben menyerap air (Saputra, 2015). Hasil uji Duncan dapat dilihat pada
lampiran 1. Hasil uji ANOVA penambahan variasi berat bentonite clay pada
bioetanol dari nira tebu dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Uji ANOVA persen kadar bioetanol dari nira tebu
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 4.222a 2 2.111 6.333 .033
Intercept 658.778 1 658.778 1.976E3 .000
Variasi Berat Bentonite
4.222 2 2.111 6.333 .033
Clay
Error 2.000 6 .333
Total 665.000 9
Corrected Total 6.222 8
Pada penelitian ini jenis bentonite clay yang digunakan adalah jenis swelling
(sodium bentonite) bentonite yang bias mengembang. Bentonit jenis ini disebut
15
juga bentonite tipe Wyoming (Na-bentonit – Swelling bentonite) atau drilling
bentonite mengandung ion Na+ relative lebih banyak jika dibandingkan dengan ion
Ca2+ dan in Mg2+. Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali
apabila dicelupkan ke dalam air dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air.
Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena
sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi,
suspensi koloidal mempunyai pH 8,5-9,8 (bersifat basa), tidak dapat diaktifkan,
posisi pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+) (Atikah, 2017).
Mekanisme adsorpsi pada bentonite clay, Partikel bentonite bermuatan
negatif yang diimbangi dengan kation dapat dipertukarkan dan terikat lemah (Na,
Ca, Mg, atau K). Adanya kation yang dapat dipertukarkan ini memungkinkan
bentonite memisahkan logam berat dari air, dan juga memisahkan senyawa organik
kationik melalui mekanisme pertukaran ion. Adanya gaya elektostatis yang
mengikat kristal pada jarak 4,5 A0 dari permukaan cukup kuat untuk
mempertahankan unit-unitnya, akan tetap terjaga unit itu untuk tidak saling
merapat. Pada pencampuran dengan air, adanya pengembangan membuat jarak
antara setiap unit makin melebar dan lapisannya menjadi bentuk serpihan, serta
mempunyai permukaan luas jika dalam zat pengsuspensi (Atikah, 2017).
Pada penelitian ini hanya didapatkan kadar bioetanol tertinggi dengan rerata
hasil 9,33% pada variasi bentonite clay 60 gram, hal ini terjadi karena pada pada
penelitian ini tidak dilakukan proses distilasi, sehngga kadar bioetanol yang
dihasilkan tidak relatif tinggi.
4.2 Uji Kadar pH
Keasaman (pH) sangat mempengaruhi mikroorganisme yang dapat tumbuh,
selain itu juga pH berpengaruh pada pertumbuhan sel mikroba dan pembentukan
produk selama fermentasi. Analisis pH dimaksudkan untuk mengetahui adanya
peningkatan senyawa-senyawa asam selama fermentasi. Perubahan nilai pH pada
produksi bioetanol dari nira tebu dengan penambahan variasi bentonite clay dapat
dilihat pada gambar 4.2.
16
6
5.5 5,13 c
4,9 a 5b
5 4.8
4.5
Tingkat Keasaman
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0 gram 40 gram 50 gram 60 gram
Variasi Berat Bentonite Clay
Pada gambar 4.2 disajikan rerata hasil pengujian pH alkohol dari nira tebu
dengan penambahan variasi bentonite clay mulai dari yang tertinggi keterendah
berturut-turut yaitu 60 gram (5,13), 50 gram (5), dan 40 gram (4,9) . Dari data
tersebut terlihat bahwa terdapat perubahan bertambahnya nilai pH disetiap
penambahan bentonite clay. Penambahan nilai pH ini disebabkan karena bentonite
clay merupakan bentonit tipe Wyoming (Na-bentonit – Swelling bentonite) atau
drilling bentonite yang memiliki pH yang cendrung tinggi (pH=8,5-9,8). Sehingga
semakin banyak bentonite clay yang ditambahkan maka akan semakin meningkat
juga kadar pHnya (Atikah, 2017).
Pada dasarnya perubahan pH dalam fermentasi disebabkan karena dalam
aktivitasnya sel khamir selain menghasilkan etanol sebagai metabolit primer juga
menghasilkan asam-asam organik seperti asam malat, asam tartarat, asam sitrat,
asam laktat, asam asetat, asam butirat dan asam propionat sebagai hasil sampingan,
asam ini menurunkan pH medium (Nasrul,dkk, 2015).
Hasil analisis sidik ragam dengan level of significant 0.05 menunjukkan
bahwa penambahan variasi berat bentonite clay berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap kadar pH bioetanol dari nira tebu. Karena terdapat pengaruh penambahan
variasi berat bentonite clay terhadap kadar pH bioetanol dari nira tebu, maka
dilakukan uji Duncan. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan menunjukan bahwa
penambahan variasi berat bentonite clay 40, 50, dan 60 gram berbeda nyata
terhadap nilai pH yang dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan bentonite yang
digunakan bersifat basah, sehingga semakin banyak bentonite yang ditambahkan
maka akan semakin meningkat juga kadar pHnya (Atikah, 2017). Untuk hasil uji
17
Duncan dapat dilihat pada lampiran 2. Hasil uji ANOVA penambahan variasi berat
bentonite clay pada bioetanol dari nira tebu dapat dilihat pada tabel 4.2.
18
7 6.67
6.33 6.33 6.33
6
Kadar Brix (%)
5
1
0 gram 40 gram 50 gram 60 gram
Variasi Berat Bentonite Clay
Pada gambar 4.3 disajikan rerata hasil pengujian kadar brix alkohol dari nira
tebu dengan penambahan variasi bentonite clay, berdasarkan grafik tersebut terlihat
bahwa kadar brix pada semua perlakuan tidak memiliki perbedaan nyata, hal ini
disebabkan karena yang berperan dalam perombakan gula merupakan enzim, pada
penelitian ini menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Purwati, 2016) menyatakan bahwa penurunan kadar gula yang
dihasilkan pada akhir fermentasi karena gula digunakan oleh mikroba sebagai
sumber energi. Hasil analisis sidik ragam dengan level of significant 0.05
menunjukkan bahwa penambahan variasi berat bentonite clay tidak berpengaruh
(P>0,05) terhadap kadar brix bioetanol dari nira tebu. Hasil uji ANOVA
penambahan variasi berat bentonite clay pada bioetanol dari nira tebu dapat dilihat
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Uji ANOVA kadar brix bioetanol dari nira tebu
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .222a 2 .111 .333 .729
Intercept 373.778 1 373.778 1.121E3 .000
VariasiBeratBentoniteC
.222 2 .111 .333 .729
lay
Error 2.000 6 .333
Total 376.000 9
Corrected Total 2.222 8
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa penambahan variasi berat bentonite clay berpengaruh terhadap kadar etanol,
kadar etanol terbaik didapatkan pada penambahan variasi berat bentonite clay 60
gram dengan rerata nilai sebesar 9,3%. Penambahan variasi berat bentonite clay
berpengaruh terhadap derajat keasaman (pH), pH terbaik diperoleh pada
penambahan variasi berat bentonite clay 60 gram dengan rerata nilai sebesar 5,13.
Sedangkan penambahan variasi berat bentonite clay tidak berpengaruh terhadap
kadar gula (brix). Dapat disimpulkan bahwa penambahan variasi berat bentonite
clay terbaik yaitu pada penambahan variasi berat bentonite clay 60 gram dengan
perolehan kadar etanol sebesar 9,3%, derajat keasaman (pH) 5,13 dan kadar gula
(brix) 6,33%.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian selanjutnya
disarankan untuk:
1. Memastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan selama penelitian
terjaga kebersihannya, sehingga bisa mengurangi resiko kontaminasi pada
produk.
2. Menggunakan variasi lainnya, misalkan menggunakan variasi waktu
penggunaan bentonite clay.
3. Melakukan distilasi sebelum dimurnikan dengan bentonite clay agar kadar
bioetanol yang dihasilkan lebih tinggi.
4. Menambahkan variasi ragi yang digunakan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Bahroni dan Istiai. 2018. Pemanfaatan Buah Berenuk (Crescent cujete Linn)
Sebagai Bahan Baku Pembuatan Etanol. DOI. 10.17605/OSF.IO/2KXCV.
https://www.researchgate.net/publication/325533548.
Hartono dan H. Paggara. 2011. Analisis Kadar Etanol Hasil Fermentasi Ragi Roti
pada Tepung Umbi Gadung. Bionature. Volume. 12 , No. 2, hal 23-29.
Hidayanto, E., Rofik, A. Dan Sugito, H. 2010. Aplikasi Portable Brik Meter Untuk
Pengukuran Indeks Bias. Jurnal Berkala Fisika, Vol. 3, No. 4, hal 113-118.
Johnprimen, H.S., A. Turnip, dan M. H. Dahlan. 2012. Pengaruh Massa Ragi, Jenis
Ragi, dan Waktu Fermentasi pada Bioetanol dari Biji Durian. Jurnal Teknik
Kimia. Vol 18, No 2, hal 43-51.
21
Karangan, J., Sugeng, B. dan Sulardi. 2019. Uji Keasaman Air Dengan Alat Sensor
pH di STT MIGAS Balikpapan. Jurnal Keilmuan Teknik Sipil, Vol.2, No.
1, hal 65-72.
Komaryati, Sri, Djarwanto, dan I. Winarni. 2014. Teknologi Produksi Ragi untuk
Pembuatan Bio-Etanol. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan.
Kurniawan, T.B, Bintari, S.H, dan Susanti, R. 2014. Efek Interaksi Ragi Tape dan
Ragi Roti terhadap Kadar Bioetanol Ketela Pohon (Manihot utilissima,
Pohl) Varietas Mukibat. Journal of Biology & Bilogy Education, Vol. 6, No.
2, hal 153-160.
Lahay, R.R.. 2009. Pemulian Tanaman Tebu. Skripsi. Medan. Universitas Sumatera
Utara.
Loto, C.A., Olofinjana,A. Dan Popoola, A.P.I. 2012. Technical Report. Effect of
Saccharum officinarum Juice Extract Additive on the Electrodepostion of
Zinc on Mild Steel in Acid Chloride Solution. International Journal of
Electrochemical Science, Vol.1, No.2, hal 9795-9811.
Nasrun, Jalaludin, dan Mafuddhah. 2015. Pengaruh Jumlah Ragi dan Waktu
Fermentasi Terhadap Kadar Bioetanol yang Dihasilkan dari Fermentasi
Kulit Pepaya. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, Vol.4, No.2, hal 1-10.
Osvaldo, Z.S., Panca, P.S., dan Aisal, M. 2012. Pengaruh Konsentrasi Asam dan
Waktu pada Proses Hidrolisis dan Fermentasi Pembuatan Bioetanol dari
Alang-Alang. Jurnal Teknk Kimia. Vol. 2, No. 18, Hal. 52-62.
Purwati, L.S. 2016. Efektivitas Penggunaan Bioetanol Dari Limbah PULP Kakao
(Theoroma cacao L.) Terhadap Lama Pembakaran Kompor Bioetanol.
Skripsi. Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan. 2012. Budidaya & Pasca Panen
Tebu. IAARD Press. Jakarta
22
Sadimo, M. M. 2016. Pembuatan Bioetanol Dari Pati Umbi Talas (Colocasia
esculenta Schott) Melalui Hidrolisis Asam Dan Fermentasi. Vol.5 No.2
Hal.79-84.
Walidah, T., Chairul., dan Amri, A. 2015. Pemurnian Bioetanol Hasil Fermentasi
Nira Nipah dengan Proses Distilasi Adsorpsi Menggunakan Bentonite
Teraktivasi. JOM FTTEKNIK. Vol. 2. No. 1, hal 20-35.
23
LAMPIRAN
Kadar Bioetanol
Duncan
Subset
Variasi Berat
Bentonite Clay N 1 2
a
40 3 7.67
50 3 8.67ab 8.67bc
60 3 9.33c
Sig. .078 .207
Kadar pH
Duncan
Subset
Variasi Berat
Bentonite Clay N 1 2 3
40
3 4.900a
50 3 5.000b
60 3 5.133c
Sig.
1.000 1.000 1.000
24
Lampiran 3. Hasil Uji Kadar Bioetanol
Perlakuan U1 U2 U3 Rerata
Adsorben 40 gram 8 7 8 7,66
Perlakuan U1 U2 U3 Rerata
Adsorben 40 gram 4,9 4,9 4,9 4,9
Perlakuan U1 U2 U3 Rerata
Adsorben 40 gram 6 6 7 6,33
25
Sampel Bentonite Clay
Alat pH meter
26
Alat brix refractometer
27
Proses Penimbangan Bentonite Clay
28
RIWAYAT HIDUP
29