Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Skripsi Bioetanol

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 45

DEHIDRASI BIOETANOL DARI NIRA TEBU (Saccharum officinarum)

DENGAN PROSES ADSORPSI MENGGUNAKAN BENTONITE CLAY

SKRIPSI

Oleh
WAHYUDA PRATAMA
17.01.042.024

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
2021
ii
DEHIDRASI BIOETANOL DARI NIRA TEBU (Saccharum officinarum)
DENGAN PROSES ADSORPSI MENGGUNAKAN BENTONITE CLAY

SKRIPSI

Oleh
WAHYUDA PRATAMA
17.01.042.024

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
2021

iii
DEHIDRASI BIOETANOL DARI NIRA TEBU (Saccharum officinarum)
DENGAN PROSES ADSORPSI MENGGUNAKAN BENTONITE CLAY

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Universitas Teknologi Sumbawa
Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan
Program Sarjana Strata Satu (S1)

Oleh
WAHYUDA PRATAMA
17.01.042.024

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
2021

iv
v
vi
vii
ABSTRAK

Pratama, W. 2020. Dehidrasi Bioetanol dari Nira Tebu (Saccharum officinarum)


Dengan Proses Adsorpsi Menggunakan Bentonite Clay. Skripsi, Program
Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Teknologi Sumbawa. Pembimbing: Shafwan Amrullah, S. T.,
M. Eng.

Bioetanol merupakan energi renewable dan ramah lingkungan yang dapat


digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil. Penggunaan etanol sebagai bahan
bakar mempunyai beberapa keunggulan yaitu, kandungan oksigen etanol tinggi
(35%) sehingga dapat menghasilkan bahan bakar yang bersih. Bioetanol sangat
potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar bermotor jika mempunyai kadar
kemurnian 99,5%. Maka dari itu perlu dilakukan pemurnian. Namun proses distilasi
mempunyai kelemahan karena adanya azeotrop pada kemurnian 96%. Untuk
mengatasi hal tersebut maka pemurnian etanol di atas 96% biasanya dilakukan
dengan proses adsorpsi karena handal dan murah. Bahan yang dapat digunakan
sebagai media adsorpsi adalah bentonite. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penambahan variasi adsorben bentonite clay terhadap kadar pH, Brix, dan
bioetanol dari nira tebu. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental,
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu variasi
berat bentonite clay 40 gram, 50 gram, dan 60 gram dengan 3 kali ulangan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh penambahan variasi berat bentonite
clay terhadap kadar bioetanol dari nira tebu dan ada pengaruh terhadap nilai pH,
namun tidak ada pengaruh pada kadar gula (brix). Peralakuan terbaik pada
penelitian ini adalah bioetanol dari nira tebu dengan penambahan variasi berat
bentonite clay variasi 60 gram dengan kadar alkohol 9,3%, pH 5,13, dan brix 6,33
%.

Kata kunci: Adsorben, Bentonite Clay, Bioetanol

viii
ABSTRACT

Pratama, W. 2020. Dehydration of Bioethanol from Sugarcane Nira (Saccharum


officinarum) with Adsorption Process Using Bentonite Clay. Thesis,
Agricultural Industrial Technology Study Program, Faculty of Agricultural
Technology, Sumbawa University of Technology. Supervisor: Shafwan
Amrullah, S. T., M. Eng.
Bioethanol is a renewable and environmentally friendly energy that can be used as
a substitute for fossil fuels. The use of ethanol as fuel has several advantages,
namely, the high oxygen content of ethanol (35%) so that it can produce clean fuel.
Bioethanol has the potential to be used as a motorized fuel if it has a purity level of
99.5%. Therefore, it is necessary to do purification. However, the distillation
process has a disadvantage because of the azeotrope at 96% purity. To overcome
this problem, ethanol purification above 96% is usually carried out by an
adsorption process because it is reliable and cheap. The material that can be used
as an adsorption medium is bentonite. This study aims to determine the effect of
adding bentonite clay adsorbent variations on the pH, Brix, and bioethanol levels
from sugarcane juice. This research was conducted experimentally, using a
completely randomized design (CRD) with 3 treatments, namely variations in the
weight of bentonite clay 40 grams, 50 grams, and 60 grams with 3 replications. The
results showed that there was an effect of adding variations in the weight of
bentonite clay on the bioethanol content of sugarcane juice and there was an effect
on the pH value, but there was no effect on sugar content (brix). The best treatment
in this study was bioetano from sugarcane juice with the addition of 60 grams of
bentonite clay with an alcohol content of 9.3%, pH 5.13, and brix 6.33%.
Keywords: Adsorbent, Bentonite Clay, Bioethanol

ix
KATA PENGANTAR

Bismillahrrahmanirrahim, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan rahmat serta ridho-Nya yang dikaruniakan kepada penulis.
Shalawat serta salam juga dipanjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, teladan
sepanjang zaman, yang telah memberikan petunjuk kepada umatnya.
Skripsi dengan judul “Dehidrasi Bioetanol dari Nira Tebu (Saccharum
officinarum) Dengan Proses Adsrorpsi Menggunakan Bentonite Clay” ini
merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Fakultas Teknologi
Pertanian (S.T.P.) pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian Universitas
Teknologi Sumbawa.
Dalam proses penyusunannya, banyak hambatan dan rintangan yang penulis
alami. Namun berkat izin Allah SWT, kemudian usaha penulis, serta doa dan
dukungan dari banyak pihak skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik. Maka dari
itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas rahmat dan karunia serta nikmat yang
tiada henti selalu mengalir sehingga semua urusan dapat berjalan lancer.
2. Bapak (Husni Tamrin), Emak (Hajida), Ayuk (Agus Tina), Adek (Rindi
Anifah) dan keluarga besarku tercinta, atas semua doa yang telah
dipanjatkan dan segala dukungan yang diberikan.
3. Bapak Dr. Zulkifliemansyah, Ph.D yang telah memperkenalkan Universitas
Teknologi Sumbawa sekaligus memberikan kesempatan kepada peneliti
untuk berkuliah, cita-cita beliau selalu menginspirasi.
4. Bapak Haryandi, S.T., M.Eng selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Teknologi Sumbawa yang selalu memberi motivasi serta petuah
yang begitu berharga.
5. Bapak Shafwan Amrullah, S.T., M.Eng selaku Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian Universitas Teknologi Sumbawa sekaligus
Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memotivasi peneliti untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Chairul Anam Afgani, S.TP., M.P selaku Ketua Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian Universitas Teknologi Sumbawa.
7. Bapak Nurkholis, S.T., M. Eng selaku dosen pembimbing pertama saya,
yang banyak memberikan masukan dari awal saya membuat skripsi ini.
8. Kepada teman seperjuangan “Rumpi Skripsi” Rinjani (TIP 2017) dan
Khusnul (TIP 2017).
9. Kepada teman baik aku yang sudah menjadi keluarga entah dari mana
asalnya “PEMPEK HITS” (Ayu Desi Septiani’ TIP 2018) dan (Moh.
Kodri’TIP 2017) terima kasih banyak sudah banyak membantu aku.

x
10. Kepada Geng JONES (Rizky Amalia’PGRI 2018) dan (Madon’ Unsyiah
2017) kalian banyak memotivasi walaupun kita sekarang LDR Palembang-
Aceh-Sumbawa.
11. Seluruh civitas akademika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Teknologi Sumbawa terutama para Dosen Fakultas Teknologi Pertanian
yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan.
12. Teman-teman KKN-TMMD Jotang-Jotang Beru yang minus akhlak namun
penuh prestasi, pembahasan kalian di grup sungguh menghibur dikala mood
sedang hancur.
13. Teman-temanku yang tidak terlihat (Lisa Bekasam’ UNY 2017), (Sheila’
STIFI 2017), (Sheli ‘UNSRI 2017), (Lia’ Owner Olshop), (Abid’ IGMP
2017) dan (Kamu’ UNSRI 2017) terima kasih atas semua kebaikan kalian.
14. Teman-teman yang telah bekerjasama dalam satu kepanitiaan maupun
organisasi selama berada di Universitas Teknologi Sumbawa, begitu banyak
pengalaman berharga yang didapatkan.
15. Orang-orang yang selalu mendoakan dan memberi kebaikan tanpa berharap
balasan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar
karya penulis semakin sempurna dan lebih baik lagi.

Sumbawa, 11 Januari 2021

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i
LEMBAR LOGO ................................................................................................. ii
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBNG SKRIPSI ..................................... vi
PERNYATAAN KEALIAN TULISAN ........................................................... vii
ABSTRAK .........................................................................................................viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tanaman Tebu...................................................................................... 4
2.1.1 Klasifikasi ................................................................................... 4
2.1.2 Syarat Tumbuh ............................................................................ 4
2.1.3 Morfologi Tanaman Tebu ........................................................... 5
2.2 Komposisi Nira Tebu ........................................................................... 6
2.3 Definisi Bioetanol ................................................................................ 6
2.4 Fermentasi ............................................................................................ 7
2.5 Adsorpsi ............................................................................................... 8
2.6 Bentonite .............................................................................................. 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 9
3.2 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 9
3.2.1 Alat .............................................................................................. 9

xii
3.2.2 Bahan........................................................................................... 9
3.3 Prosedur Penelitian............................................................................... 9
3.3.1 Pengambilan Nira Tebu............................................................... 9
3.3.2 Pemberian Perlakuan Nira Tebu ................................................. 9
3.3.3 Pemberian Perlakuan Nira Tebu Fermentasi............................. 10
3.3.4 Analisis Kadar Bioetanol .......................................................... 10
3.4 Rancangan Penelitian ......................................................................... 12
3.5 Analisis dan Pengamatan ................................................................... 12
3.5.1 Alkohol Meter ........................................................................... 12
3.5.2 Uji Kadar pH ............................................................................. 12
3.5.3 Brix Bioetanol ........................................................................... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Uji Kadar Etanol ................................................................................ 14
4.2 Uji Kadar pH ...................................................................................... 16
4.3 Uji Kadar Brix .................................................................................... 17

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 20
5.2 Saran................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 21


LAMPIRAN ........................................................................................................ 24
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 29

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Komposisi Nira Tebu ....................................................................................... 6


3.1 Tabel Rancangan Percobaan .......................................................................... 12
4.1 Uji ANOVA Persen Kadar Bioetanol Dari Nira Tebu ................................... 15
4.2 Uji ANOVA Persen Kadar pH Dari Nira Tebu ............................................. 18
4.3 Uji ANOVA Persen Kadar Brix Dari Nira Tebu ........................................... 19

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Tanaman Tebu (Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2012) .......................... 4


2.2 Struktur Molekul Etanol................................................................................... 7
3.1 Diagram Alir Pembuatan Bioetanol ............................................................... 11
4.1 Grafik Kadar Alkohol Bioetanol Dari Nira Tebu .......................................... 14
4.2 Grafik Kadar pH Bioetanol Dari Nira Tebu ................................................... 17
4.3 Grafik Kadar Brix Bioetanol Dari Nira Tebu................................................. 19

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Hasil Uji Duncan Kadar Bioetanol ................................................................... 24


2 Hasil Uji Duncan Kadar pH .............................................................................. 24
3 Hasil Uji Kadar Bioetanol ................................................................................. 25
4 Hasil Uji Kadar pH............................................................................................ 25
5 Hasil Uji Brix .................................................................................................... 25
6 Dokumentasi Penelitian ................................................................................... 25

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan energi fosil seperti solar, bensin, dan batubara semakin
meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut diikuti dengan pertumbuhan ekonomi,
industri, pertambahan jumlah penduduk serta perkembangan ilmu pengetahuan.
Kebutuhan energi fosil yang semakin meningkat tidak sebanding dengan
ketersediaan jumlah energi fosil di alam. Energi fosil bersifat tidak terbarukan dan
dapat menimbulkan polusi yang dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan global.
Peningkatan laju konsumsi energi di Indonesia adalah sekitar 8% per- tahun,
sedangkan di dunia hanya 2%. Konsumsi energi meningkat pesat seiring dengan
pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Akan tetapi, sumber energi Indonesia sangat
tergantung pada bahan bakar fosil (Gozan, 2014). Di sisi lain, data cadangan energi
fosil pada tahun 2014 menunjukkan bahwa cadangan minyak bumi sebesar 3,6
miliar barel, gas bumi sebesar 100,3 Trillion Cubic Feet (TCF) dan cadangan
batubara sebesar 32,27 miliar ton. Bila diasumsikan tidak ada penemuan cadangan
baru, berdasarkan rasio R/P (Reserve/Production) tahun 2014, maka minyak bumi
akan habis dalam 12 tahun, gas bumi 37 tahun, dan batubara 70 tahun (Sugiyono,
2016). Oleh karena itu, diperlukan alternatif energi terbarukan yang ramah
lingkungan. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan krisis sumber energi
adalah dengan menggunakan bioetanol.
Bioetanol merupakan energi renewable dan ramah lingkungan yang dapat
digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil. Penggunaan etanol sebagai bahan
bakar mempunyai beberapa keunggulan yaitu, kandungan oksigen etanol tinggi
(35%) sehingga dapat menghasilkan bahan bakar yang bersih. Hasil bahan bakar
ramah bagi lingkungan karena emisi gas karbonmonoksida lebih rendah 19-25%
dibanding BBM (Bahan Bakar Minyak). Energi terbarukan ini tidak memberikan
kontribusi pada akumulasi karbon dioksida di atmosfer, hasil etanol lebih stabil.
Angka oktan etanol tergolong tinggi sekitar 129 sehingga menghasilkan proses
pembakaran yang stabil. Proses pembakaran dengan daya yang lebih baik dapat
mengurangi emisi gas karbonmonoksida menjadi hanya 1,3% (Edward dan Riardi,
2015) .
Bioetanol sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar bermotor jika
mempunyai kadar kemurnian 99,5%. Maka dari itu perlu dilakukan pemurnian.
Beberapa metode telah dikembangkan untuk menghasilkan bioetanol yang lebih

1
murni seperti distilasi-azeotrop, distilasi ekstraksi, dan distilasi membran.
Namun proses distilasi mempunyai kelemahan karena adanya azeotrop pada
kemurnian 96%. Untuk mengatasi hal tersebut maka pemurnian etanol di atas 96%
biasanya dilakukan dengan proses adsorpsi karena handal dan murah. Bahan yang
dapat digunakan sebagai media adsorpsi adalah bentonite (Nurhayati, 2010).
Bentonite adalah istilah untuk lempung (clay) yang mengandung
monmorilonit di dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktahedral.
Bentonite termasuk mineral lempung clay golongan smektit dioktahedral yang
mengandung sekitar 80% monmorilonit dan sisanya antara lain kaolit, illit, feldspar,
gypsum, abu vulkanik, kalsium karbonat, pasir kuarsa dan mineral lainya (Atikah,
2017).
Selain dijadikan sebagai bahan alteratif yang terbarukan, etanol dari
bioetanol juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam produk dan kebutuhan
yang lainnya. Bioetanol dapat dibuat dari bahan yang mengandung gula sederhana,
pati, maupun bahan berserat melalui proses fermentasi (Azizah dkk., 2012).
Fermentasi alkohol adalah proses penguraian karbohidrat menjadi etanol dan CO 2
yang dihasilkan oleh aktivitas suatu jenis mikroba yang disebut khamir dalam
keadaan anaerob (Jhonprimen dkk., 2012). Biasanya dalam proses fermentasi
alkohol digunakan khamir murni dari strain Saccharomyces cerevisiae (Umam,
2018). Berkaitan dengan bahan baku dalam pembuatan bioetanol, ada beberapa
sumber yang dapat digunakan antara lain: nira bergula (nira tebu, nira nipah, nira
sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan), bahan berpati (antara lain sagu,
singkong/gaplek, ubi jalar, ganyong dan garut), lignoselulosa (kayu, jerami, dan
batang pisang) (Komaryati dkk., 2014). Salah satu tanaman yang bisa dijadikan
sebagai bahan baku bioetanol adalah nira tebu.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka pada penelitian ini akan dilakukan
purifikasi bioetanol dengan menggunakan adsorbent bentonite dengan metode
adsorpsi. Penggunaan metode Adsorpsi dilakukan karena pada metode ini bioetanol
dapat kontak secara langsung dengan adsorbent yang digunakan. Hal ini
memungkinkan untuk tidak terjadinya kehilangan bioetanol pada jumlah yang
besar. Sehingga akan lebih efektif dan efisien dari segi penggunaan energi untuk
memisahkan bioetanol yang dihasilkan dari senyawa-senyawa yang tidak di
inginkan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian tersebut adalah bagaimana pengaruh
variasi jumlah adsorbent bentonite terhadap kadar bioetanol?

2
1.3 Tujuan Penelitan
Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh variasi jumlah adsorbent bentonite terhadap kadar bioetanol.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Masyarakat.
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat
tentang pengaruh variasi jumlah adsorbent bentonite terhadap kadar
bioetanol
2. Pendidikan.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian
selanjutnya mengenai pengaruh variasi jumlah adsorbent bentonite
terhadap kadar bioetanol.
3. Pemerintah.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan pemerintah dalam
pengembangan dan pemanfaatan metode pemurnian bioetanol.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tebu


2.1.1 Klasifikasi
Menurut Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan (2012) Tanaman
tebu tergolong tanaman perdu dengan nama latin Saccaharum officinarum L. Di
daerah Jawa Barat disebut Tiwu, Di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur disebut
Tebu atau Rosan. Sistematika tanaman tebu adalah :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Saccharum
Species : Saccaharum officinarum L.

Gambar 2.1 Tanaman Tebu ( Pusat Penelitian Dan Pengembangan


Perkebunan, 2012.)

2.1.2 Syarat tumbuh


Tanaman tebu tumbuh didaerah tropika dan sub tropika sampai batas garis
isoterm 20˚C, yaitu antara 19˚ LU – 35˚ LS. Kondisi tanah yang baik bagi tanaman
tebu adalah yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah. Akar tanaman tebu
juga sangat sensitif terhadap kekurangan udara dalam tanah. Drainase yang baik
memiliki kedalaman sekitar 1 m, dapat memberikan peluang akar tanaman
menyerap air dan unsur hara pada lapisan yang lebih dalam sehingga pertumbuhan
tanaman pada musim kemarau tidak terganggu. Drainase yang demikian juga dapat
mengalirkan kelebihan air di musim penghujan sehingga dapat menghindari
terjadinya genangan air yang akan menghambat pertumbuhan tanaman karena

4
berkurangnya oksigen dalam tanah. ( Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Perkebunan, 2012.)
Dilihat dari jenis tanah, tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai jenis
tanah seperti tanah alluvial, grumosol, latosol dan regusol dengan ketingian antara
0 – 1400 m diatas permukaan laut (dpl.). Akan tetapi lahan yang paling sesuai
adalah kurang dari 500 mdpl. Sedangkan pada ketinggian lebih dari 1200 mdpl
pertumbuhan tanaman relative lambat. Kemiringan lahan sebaiknya kurang dari
8%, meskipun pada kemiingan sampai 10% dapat juga digunakan pada areal yang
terbatas. Kondisi lahan terbaik untuk tebu adalah berlereng panjang, rata dan
melaindai sampai kemiringan 2% apabila tanahnya ringan dan sampai 5% apabila
tanahnya berat (Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan, 2012.)

2.1.3 Morfologi tanaman tebu


Menurut Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan (2012),
morfologi tanaman tebu secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian,
yaitu :
a. Batang
Batang tanaman tebu berdiri lurus dan beruas-ruas yang dibatasi
dengan buku-buku. Pada setiap buku terdapat mata tunas. Batang tanaman
tebu berasal dari mata tunas yang berada dibawah tanah yang tumbuh keluar
dan berkembang membentuk rumpun. Diameter batang antara 3-5 cm
dengan tinggi batang antara 2-5 meter dan tidak bercabang.
b. Akar
Akar tanaman tebu termasuk akar serabut tidak panjang, yang
tumbuh dari cincin tunas anakan. Pada fase pertumbuhan batang, berbentuk
pula akar di bagian yang lebih atas akibat pemberian tanah sebagai tempat
tumbuh.
c. Daun
Daun tebu berbentuk busur panah seperti pita, berseling kanan dan
kiri, berpelepah seperti daun jagung dan tak bertangkai. Tulang daun sejajar,
di tengah berlekuk. Tepi daun kadang-kadang bergelombang serta berbulu
keras.
d. Bunga
Bunga tebu berupa malai dengan panjang antara 50-80 cm. Cabang
bunga pada tahap pertama berupa karangan bunga dan pada tahap
selanjutnya berupa tandan dengan dua bulir panjang 3-4 mm. Terdapat pula
benangsari, putik dengan dua kelapa putik dan bakal biji.

5
2.2 Komposisi Nira Tebu
Sukrosa dalam nira tebu serta selulosa dalam serat merupakan dua
komponen utama penyusun tanaman tebu, masing-masing komponen tersebut
tersusun atas bahan-bahan gula sederhana. Sukrosa atau yang biasa dikenal sebagai
gula pasir merupakan gabungan dari glukosa dan fruktosa. Selulosa yang
merupakan serat-serat penyusun ampas adalah suatu polimer dari glukosa. Secara
bebas tanpa berikatan, glukosa, dan fruktosa ditemukan pada tebu dalam jumlah
yang lebih sedikit dibanding dengan sukrosa (Lahay, 2009). Komponen yang
terkandung di dalam nira tebu dapat dilihat pada Tabel 2.1 :

Tabel 2.1 Komposisi nira tebu


Komposisi nira tebu Jumlah
Air 70-75%
Sukrosa 11-16%
Gula Reduksi 0,4-2%
Organik non-gula 0,5-1%
Mineral 0,-1%
Serat 10-16%
Sumber: Loto,dkk.,2012

2.3 Definisi Bioetanol


Bioetanol berasal dari dua kata yaitu "bio" dan "etanol" yang berarti sejenis
alkohol yang merupakan bahan kimia yang terbuat dari bahan baku tanaman yang
mengandung pati, misalnya cassava, ubi jalar, jagung dan sagu. Etanol merupakan
senyawa alkohol yang mempunyai dua atom karbon (C 2H5OH). Rumus kimia
umumnya adalah CnH2n+lOH. Karena merupakan senyawa alkohol, etanol
memiliki beberapa sifat yaitu larutan yang tidak berwama (jernih), berfase cair pada
temperatur kamar, mudah menguap, serta mudah terbakar. Etanoi dapat diperoleh
melalui proses fermentasi biomassa. Oleh karena berbahan dasar biomassa, maka
selanjutnya lebih dikenal dengan bioetanol.Bioetanol merupakan energi renewable
dan ramah lingkungan yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Penggunaan etanol sebagai bahan bakar mempunyai beberapa keunggulan yaitu,
kandungan oksigen etanol tinggi (35%) sehingga dapat menghasilkan bahan bakar
yang bersih. Hasil bahan bakar ramah bagi lingkungan karena emisi gas
karbonmonoksida lebih rendah 19-25% dibanding BBM (Bahan Bakar Minyak).
Energi terbarukan ini tidak memberikan kontribusi pada akumulasi karbon dioksida
di atmosfer, hasil etanol lebih stabil. Angka oktan etanol tergolong tinggi sekitar
129 sehingga menghasilkan proses pembakaran yang stabil. Proses pembakaran
dengan daya yang lebih baik dapat mengurangi emisi gas karbonmonoksida
menjadi hanya 1,3% (Edward dan Riardi, 2015) . Bioetanol memiliki predikat clean

6
energy karena dapat menurunkan produksi karbondioksida hingga 18 % (Edward
dan Riardi, 2015).
Tidak ada perbedaan antara etanol biasa dengan bioetanol yang
membedakan hanyalah bahan baku pembuatan dan proses pembuatan. Etanol
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwama dan
merupakan alkohol yang sering digunakan dalam kehidupan sehari hari. Senyawa
ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman yang beralkohol.
Etanol termasuk kedalam alkohol rantai tunggal dengan rumus kimiaC 2H5OH dan
rumus empiris C3H6O ia merupakan isomer konstitusional dan dimetil eter.
(Hartono 2011).

Gambar 2.2 Struktur molekul etanol

Bioetanol adalah etanol yang dibuat dari biomass yang mengandung


komponen pati atau selulosa, seperti cassava dan tetes tebu. Dalam dunia industri,
etanol umumnya dipergunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol,
campuran untuk minuman keras (seperti sake atau gin), serta bahan baku farmasi
dan kosmetika. Bioetanol merupakan bahan yang sangat penting karena merupakan
bahan bakar cair dari sumber yang dapat diperbaharui, dan bahan bakar oksigenat
yang mengandung 35% oksigen yang dapat mereduksi partikulat dan emisi Nox
dari hasil pembakaran yang dapat digunakan sebagai pengganti BBM, bioetanol
dengan bahan baku hayati disamping dapat mengurangi konsumsi minyak mentah
juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan(Hidayati, 2016). Bioetanol dengan
kadar 95-99% dapat dipakai sebagai bahan substitusi premium (bensin), sedangkan
kadar 40% dipakai sebagai bahan substitusi minyak tanah (Sadimo, 2016).

2.4 Fermentasi
Fermentasi berasal dari bahasa latin “ferfere” yang berarti mendidihkan.
Awalnya istilah fermentasi digunakan untuk menunjukkan proses pengubahan
glukosa menjadi etanol yang berlangsung secara anaerob. Namun, kemudian istilah
fermentasi berkembang lagi menjadi seluruh perombakan senyawa organik yang
dilakukan mikroorganisme (Jannah,2010). Menurutmikrobiologi industri
fermentasi diartikan lebih luas yaitu sebagai suatu proses untuk mengubah bahan
baku untuk menjadi suatu produk oleh massa sel mikroba(Hargono, 2015). lebih

7
luas yaitu sebagai suatu proses untuk mengubah bahan baku untuk menjadi suatu
produk oleh massa sel mikroba(Hargono, 2015).
Fermentasi alkohol adalah proses penguraian karbohidrat menjadi etanol
dan CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas suatu jenis mikroba yang disebut khamir
dalam keadaan anaerob.Perubahan dapat terjadi jika mikroba tersebut bersentuhan
dengan makanan yang sesuai bagi pertumbuhannya. Pada proses fermentasi
biasanya menghasilkan gas karbondioksida. Hasil fermentasi dipengaruhi banyak
faktor, seperti bahan pangan atau substrat, jenis mikroba dan kondisi sekitar
(Sadimo, 2016).

2.5 Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses pengikatan molekul dalam suatu fluida baik cair
maupun gas ke permukaan pori benda padat. Proses adsorpsi biasanya dilakukan
dengan mengkontakan larutan atau gas dengan padatan, sehingga sebagian
komponen larutan atau gas diserap pada pennukaan pori padatan, akibatnya akan
mengubah komposisi larutan tersebut. Bahan yang dipakai untuk melakukan proses
adsorpsi dinamakan adsorben, sedangkan bahan yang disebut adsorbat.Adsorben
yang baik harus memiliki kapasitas dan selektifitas adsorpsi terhadap molekul
adsorbat (Saputra, 2015).

2.6 Bentonite
Bentonit adalah jenis batuan hasil alterasi dari material-material, gelas stuff
dari abu vulkanis. Komposisi utamanya adalah mineral montmorilonit. Rumus
kimia bentonit adalah (Mg,Ca,Fe,Na)xAl2O3.ySiO2nH2O dengan nilai n sekitar 8
dan x,y adalah nilai perbandingan antara Al 2O3 dan SiO2. Setiap struktur kristal
bentonit mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan oktahedral dari alumunium dan
oksigen yang terletak antara dua lapisan tetrahedral dari silikon dan oksigen.
Penyusun terbesar bentonit adalah silikat dengan oksida utama SiO 2 (silika) dan
Al2O3 (aluminat) yang terikat pada molekul air.
Bentonit merupakan adsorben yang mempunyai sifat dapat mengadsorpsi
karena ukuran partikel sangat kecil dan memiliki kapasitas permukaan ion yang
tinggi. Bentonit terdiri dari lapisan- lapisan yang berjarak antara beberapa
angstrom. Diantara lapisan-lapisan tersebut berbentuk pori, pori inilah yang akan
dimasuki oleh partikel gas pada proses adsorpsi. Bentonit bersifat hidrofilik
sehingga pada proses adsorpsi akan menjerap air yang terikat oleh etanol (Walidah,
dkk, 2015).

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan mulai dari November sampai Desember 2020, di
Laboratorium Pangan Terpadu Fakultas Teknlogi Pertanian Universitas Teknologi
Sumbawa.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: timbangan analitik,
kompor listrik, panci, gelas beaker, alkohol meter, pH meter, penggilingan tebu,
toples kaca atau plastik, saringan kain, gelas ukur, refraktometer, termometer, tisu
dan stopwatch.

3.2.2 Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah nira tebu
(Saccharum offacinarum) yang diperoleh dari Desa Boak Luar, kecamatan Unter
Iwes, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Bahan lainnya adalah Bentonite
Clay dan ragi roti.

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Pengambilan nira tebu
Sampel nira tebu didapatkan dari petani nira tebu di Desa Boak Luar,
Kecamatan Unter Iwes, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Nira tebu yang
telah diperas dan disaring, selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah tertutup
sebanyak 4.500 ml. Kemudian dibawa ke laboratorium untuk diberikan perlakuan.

3.3.2Pemberian perlakuan nira tebu


Sampel nira tebu yang telah diambil kemudian dipanaskan dengan suhu 78-
100˚C selama 40 menit. Kemudian didinginkan kembali sampai suhu normal.
Selanjutnya nira tebu hasil pemanasan diambil sebanyak 3.000 ml dan dimasukan
ke dalam alat fermentasi berupa rakitan toples, kemudian didiamkan atau
fermentasi selama enam hari dengan menambahkan ragi roti sebanyak 5 gram untuk
300 ml nira tebu untuk 1 sampel, lakukan sampai 10 sampel dan aduk sampai
tercampur rata, penambahan ragi roti dilakukan dengan cara menambahkan
langsung ragi roti ke dalam nira tebu, karena ragi roti berupa padatan serbuk
(Osvaldo,dkk, 2012).

9
3.3.3 Pemberian perlakuan nira tebu fermentasi
Sampel nira tebu yang telah difermentasi, selanjutnya ditambahkan
adsorben berupa bentonite clay dengan variasi berat 40 gram sebanyak 3 sampel,
50 gram sebanyak 3 sampel, dan 60 gram sebanyak 3 sampel ke dalam nira tebu
yang telah difermentasi, pencampuran bentonite clay dilakukan dengan cara
mencampurkan secara langsung karena bentuk dari bentonite clay berupa padatan
serbuk. Aduk hingga tercampur rata, kemudian tutup rapat semua nira tebu
fermentasi yang telah ditambahkan bentonite clay, kemudian tunggu selama 2 jam
dan pisahkan juga 1 sample sebanyak 300 ml tanpa diberikan perlakuan
penambahan bentonite clay sebagai kontrol. Setelah 2 jam semua sampel dihitung
parameter ujinya berupa, uji kadar pH, Brix, dan Densitas (Ricko,S, 2015).

3.3.4 Analisis kadar bioetanol


Alat yang digunakan untuk mengukur kadar alkohol adalah alkoholmeter.
Pengukuran kadar alkohol dilakukan setelah selesai penambahan bentonite clay .
Langkah-langkah pengukuran menggunakan alkoholmeter adalah dengan
memasukkan sampel bioetanol yang telah ditambahkan bentonite clay sebanyak
100 ml ke dalam gelas ukur, kemudian alkoholmeter dicelupkan ke dalam sampel.
Batas yang tercelup pada permukaan sampel menunjukkan kadar alkohol pada
sampel yang diuji (Wijaya, dkk, 2012)

10
Mulai

Nira tebu diambil sebanyak


4.500 ml, kemudian disaring agar
Pengambilan nira tebu
terpisah dari ampasnya, lalu
dibawa ke laboratorium.

4.500 ml nira tebu dipanakan


Penguapan dengan suhu 78-100˚C selama 1
jam.

Ambil nira tebu yang telah


diuapan sebanyak 300 ml untuk
satu wadah, lakukan sampai
sampel ke 10, fermentasi selama 6
Fermentasi
hari dengan menambahkan 5 gram
ragi roti secara langsung untuk 1
sampel, lakukan sampai sampel ke
10.

Dehidrasi Nira tebu yang telah difermentasi


kemudian ditambahkan bentonite
clay 3 sampel 40 gram, 3 sample
50 gram, 3 sampel 60 gram dan 1
sampel sebagai kontrol tanpa
bentonite clay, aduk rata tunggu
Perhitungan Persen selama 2 jam.
alkohol

Gambar 3.1 Diagram alir pembuatan bioetanol

11
3.4 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) Univariate dengan satu perlakuan yaitu variasi berat bentonite clay. Pada
penelitian ini, variabel dependennya adalah volume bioetanol cair dari nira tebu
yaitu 300 ml, variabel independennya adalah variasi berat bentonite clay yaitu 40
gram, 50 gram, dan 60 gram.
Data dan hasil percobaan akan dianalisis menggunakan software SPSS 16.0
yaitu Analysis of Variance (ANOVA) dengan taraf 5%. Jika terdapat beda nyata
maka akan dilanjutkan dengan Uji Duncan. Model umum rancangan percobaan
adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Tabel Rancangan Percobaan


Varisi Berat
Ulangan Bentonite Clay (gram)
40 g 50 g 60 g
1 Y11 Y12 Y13
2 Y21 Y22 Y23
3 Y31 Y32 Y33

Yij= µ + τi + εij

Keterangan:
Yij : data pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
µ : nilai rataan umum
τi : pengaruh perlakuan ke-i
εij : galat percobaan
i : perlakuan
j : ulangan

3.5 Analisis dan Pengamatan


3.5.1 Uji kadar etanol
Kadar bioetanol dapat diketahui dengan alat alkoholmeter. Pengukuran
kadar alkohol dilakukan setelah selesai penambahan bentonite clay . Langkah-
langkah pengukuran menggunakan alkoholmeter adalah dengan memasukkan
sampel bioetanol yang telah ditambahkan bentonite clay sebanyak 100 ml ke dalam
gelas ukur, kemudian alkoholmeter dicelupkan ke dalam sampel. Batas yang
tercelup pada permukaan sampel menunjukkan kadar alkohol pada sampel yang
diuji (Wijaya, dkk, 2012).

3.5.2 Uji kadar pH


pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau tingkat kebasaan yang dimiliki suatu larutan. Total skala pH berkisar
dari 1 sampai 14, dengan 7 dianggap netral. Sebuah pH kurang dari 7 dikatakan

12
asam dan larutan dengan pH lebih dari 7 dasar atau alkali. Asam dan basa adalah
besaran yang sering digunakan untuk pengolahan suatu zat, baik di industri maupun
kehidupan sehari-hari (Karangan, dkk, 2019).

3.5.3 Brix bioetanol


Pengkuran brix atau kadar gula dilakukan sebelum evaporasi dengan alat
brix refractometer. Kemudian dibaca nilai brix yang ditunjukan oleh angka. Brix
adalah zat padat kering yang terlarut dalam suatu larutan yang dihitung sebagai
sukrosa. Brix juga dapat didefinisikan sebagai prosentase massa sukrosa yang
terkandung di dalam massa larutan sukrosa. Sedangkan massa larutan sukrosa
adalah massa sukrosa yang ditambah dengan massa pelarutnya (Hidayanto, dkk,
2010).

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Kadar Etanol


Bioetanol dihasilkan dari gula yang merupakan hasil aktvitas fermentasi sel
khamir. Khamir yang baik digunakan untuk menghasilkan bioetanol adalah dari
genus Saccharumyces, Saccharumyces cerevisiae menghasilkan enzim zimase dan
invertase. Enzim zimase berfungsi sebagai pemecah sukrosa menjadi monosakarida
(glukosa dan fruktosa). Enzim invertase selanjutnya mengubah glukosa menjadi
bioetanol. Bioetanol dapat diketahui kadar etanolnya dengan dengan menggunakan
alkohol meter (Nasrun,dkk, 2015).
Sensitas alkoholmeter lebih rendah dibandingkan dengan kromatografi gas,
tetapi cukup efisien dalam mengukur kadar alkohol. Prinsip kerja alkohol meter
adalah perbedaan berat jenis campuran alkohol dan air (Kurniawan,dkk, 2014).
Rerata nilai kadar alkohol yang diperoleh pada proses dehidrasi bioetanol dari nira
tebu (Saccharum officinarum) dengan proses adsorpsi menggunakan bentonite clay
berbagai variasi berat bentonite clay dapat dilihat pada gambar 4.1.

10 9,3 bc
9 8,6 abc

8 7,6 ab

7
Alkohol (%)

6
5
5
4
3
2
1
0
0 gram 40 gram 50 gram 60 gram
Variasi Berat Bentonite Clay

Keterangan: Angka yang diikuti notasi berbeda menunjukkan berbeda nyata pada
taraf 5%.
Gambar 4.1 Grafik Kadar Alkohol Bioetanol dari Nira Tebu

Pada gambar 4.1 disajikan rerata hasil pengujian kadar alkohol dari nira tebu
dengan penambahan variasi bentonite clay berturut-turut yaitu 40 gram (7,6%), 50
gram (8,6%), dan 60 gram (9,3%). Dari data tersebut terlihat bahwa bioetanol dari

14
nira tebu dengan penambahan 60 gram bentonite clay memiliki nilai rerata
kadar alkohol paling tinggi yaitu sebesar 9,3% sedangkan bioetanol dari nira tebu
dengan penambahan variasi bentonite clay 40 gram memiliki nilai rerata paling
rendah yaitu sebesar 7,6%. Kadar alkohol bioetanol dari nira tebu mengalami
peningkatan seiring dengan bertambahnya variasi bentonite clay yang ditambahkan.
Hal ini disebabkan karena semakin banyak bentonite clay yang ditambahkan makan
semakin besar besar juga daya serap yang dilakukan oleh adsorben (Saputra, 2016).
Proses adsorpsi bioetanol dengan adsorbent bentonite merupakan peristiwa
pengikatan air secara fisika sehingga semakin lama waktu dan semakin banyak
adsorbent yang ditambahkan maka semakin besar kesempatan terikatnya air oleh
bentonite (Atikah, 2017).
Berdasarkan Hasil analisis sidik ragam dengan level of significant 0.05
menunjukkan bahwa penambahan variasi berat bentonite clay berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap kadar alkohol bioetanol dari nira tebu. Karena terdapat pengaruh
penambahan variasi berat bentonite clay terhadap kadar alkohol bioetanol dari nira
tebu, maka dilakukan uji Duncan. Dari hasil uji Duncan menunjukan bahwa
penambahan variasi berat bentonite clay 40 dan 50 gram tidak berbeda nyata
terhadap kadar etano yang dihasilkan, begitu juga dengan penambahan variasi berat
bentonite clay 50 dan 60 gram tidak berbeda nyata terhadap kadar etanol yang
dihasilkan, namun penambahan variasi berat bentonite clay 40 dan 60 gram berbeda
nyata terhadap kadar etanol yang dihasilkan. Berdasarkan uji lanjut Duncan
diketahui bahwa penambahan variasi berat bentonite clay untuk hasil etanol yang
baik adalah penambahan dengan variasi 60 gram. Hal tersebut dikarenakan semakin
banyak bentonite clay yang ditambahkan maka semakin besar juga kemampuan
adsorben menyerap air (Saputra, 2015). Hasil uji Duncan dapat dilihat pada
lampiran 1. Hasil uji ANOVA penambahan variasi berat bentonite clay pada
bioetanol dari nira tebu dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Uji ANOVA persen kadar bioetanol dari nira tebu
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 4.222a 2 2.111 6.333 .033
Intercept 658.778 1 658.778 1.976E3 .000
Variasi Berat Bentonite
4.222 2 2.111 6.333 .033
Clay
Error 2.000 6 .333
Total 665.000 9
Corrected Total 6.222 8
Pada penelitian ini jenis bentonite clay yang digunakan adalah jenis swelling
(sodium bentonite) bentonite yang bias mengembang. Bentonit jenis ini disebut

15
juga bentonite tipe Wyoming (Na-bentonit – Swelling bentonite) atau drilling
bentonite mengandung ion Na+ relative lebih banyak jika dibandingkan dengan ion
Ca2+ dan in Mg2+. Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali
apabila dicelupkan ke dalam air dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air.
Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena
sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi,
suspensi koloidal mempunyai pH 8,5-9,8 (bersifat basa), tidak dapat diaktifkan,
posisi pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+) (Atikah, 2017).
Mekanisme adsorpsi pada bentonite clay, Partikel bentonite bermuatan
negatif yang diimbangi dengan kation dapat dipertukarkan dan terikat lemah (Na,
Ca, Mg, atau K). Adanya kation yang dapat dipertukarkan ini memungkinkan
bentonite memisahkan logam berat dari air, dan juga memisahkan senyawa organik
kationik melalui mekanisme pertukaran ion. Adanya gaya elektostatis yang
mengikat kristal pada jarak 4,5 A0 dari permukaan cukup kuat untuk
mempertahankan unit-unitnya, akan tetap terjaga unit itu untuk tidak saling
merapat. Pada pencampuran dengan air, adanya pengembangan membuat jarak
antara setiap unit makin melebar dan lapisannya menjadi bentuk serpihan, serta
mempunyai permukaan luas jika dalam zat pengsuspensi (Atikah, 2017).
Pada penelitian ini hanya didapatkan kadar bioetanol tertinggi dengan rerata
hasil 9,33% pada variasi bentonite clay 60 gram, hal ini terjadi karena pada pada
penelitian ini tidak dilakukan proses distilasi, sehngga kadar bioetanol yang
dihasilkan tidak relatif tinggi.
4.2 Uji Kadar pH
Keasaman (pH) sangat mempengaruhi mikroorganisme yang dapat tumbuh,
selain itu juga pH berpengaruh pada pertumbuhan sel mikroba dan pembentukan
produk selama fermentasi. Analisis pH dimaksudkan untuk mengetahui adanya
peningkatan senyawa-senyawa asam selama fermentasi. Perubahan nilai pH pada
produksi bioetanol dari nira tebu dengan penambahan variasi bentonite clay dapat
dilihat pada gambar 4.2.

16
6
5.5 5,13 c
4,9 a 5b
5 4.8

4.5
Tingkat Keasaman

4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0 gram 40 gram 50 gram 60 gram
Variasi Berat Bentonite Clay

Keterangan: Angka yang diikuti notasi berbeda menunjukkan berbeda


nyata pada taraf 5%.
Gambar 4.2 Grafik Kadar pH Bioetanol Dari Nira Tebu

Pada gambar 4.2 disajikan rerata hasil pengujian pH alkohol dari nira tebu
dengan penambahan variasi bentonite clay mulai dari yang tertinggi keterendah
berturut-turut yaitu 60 gram (5,13), 50 gram (5), dan 40 gram (4,9) . Dari data
tersebut terlihat bahwa terdapat perubahan bertambahnya nilai pH disetiap
penambahan bentonite clay. Penambahan nilai pH ini disebabkan karena bentonite
clay merupakan bentonit tipe Wyoming (Na-bentonit – Swelling bentonite) atau
drilling bentonite yang memiliki pH yang cendrung tinggi (pH=8,5-9,8). Sehingga
semakin banyak bentonite clay yang ditambahkan maka akan semakin meningkat
juga kadar pHnya (Atikah, 2017).
Pada dasarnya perubahan pH dalam fermentasi disebabkan karena dalam
aktivitasnya sel khamir selain menghasilkan etanol sebagai metabolit primer juga
menghasilkan asam-asam organik seperti asam malat, asam tartarat, asam sitrat,
asam laktat, asam asetat, asam butirat dan asam propionat sebagai hasil sampingan,
asam ini menurunkan pH medium (Nasrul,dkk, 2015).
Hasil analisis sidik ragam dengan level of significant 0.05 menunjukkan
bahwa penambahan variasi berat bentonite clay berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap kadar pH bioetanol dari nira tebu. Karena terdapat pengaruh penambahan
variasi berat bentonite clay terhadap kadar pH bioetanol dari nira tebu, maka
dilakukan uji Duncan. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan menunjukan bahwa
penambahan variasi berat bentonite clay 40, 50, dan 60 gram berbeda nyata
terhadap nilai pH yang dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan bentonite yang
digunakan bersifat basah, sehingga semakin banyak bentonite yang ditambahkan
maka akan semakin meningkat juga kadar pHnya (Atikah, 2017). Untuk hasil uji

17
Duncan dapat dilihat pada lampiran 2. Hasil uji ANOVA penambahan variasi berat
bentonite clay pada bioetanol dari nira tebu dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Uji ANOVA kadar pH bioetanol dari nira tebu


Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .082a 2 .041 37.000 .000
Intercept 226.001 1 226.001 2.034E5 .000
Variasi Berat Bentonite
.082 2 .041 37.000 .000
Clay
Error .007 6 .001
Total 226.090 9
Corrected Total .089 8

4.3 Uji Kadar Brix


Brix adalah zat padat kering yang terlarut dalam suatu larutan yang dihitung
sebagai sukrosa. Brix juga dapat didefinisikan sebagai prosentase massa sukrosa
yang terkandung di dalam massa larutan sukrosa. Sedangkan massa larutan sukrosa
adalah massa sukrosa yang ditambah dengan massa pelarutnya (Hidayanto, dkk,
2010).
Analisa pengurangan kadar glukosa berguna sebagai indikator sudah
terkonversinya etanol. Semakin sedikit sisa kadar glukosa maka semakin besar
glukosa yang sudah terkonversi menjadi etanol. Tujuan dilakuan pengujian ini
adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh atau interaksi bentonite clay
terhadap kadar gula bietanol dari nira tebu. Rerata nilai kadar brix yang diperoleh
pada proses dehidrasi bioetanol dari nira tebu (Saccharum officinarum) dengan
proses adsorpsi menggunakan bentonite clay berbagai variasi berat bentonite clay
dapat dilihat pada gambar 4.3.

18
7 6.67
6.33 6.33 6.33
6
Kadar Brix (%)
5

1
0 gram 40 gram 50 gram 60 gram
Variasi Berat Bentonite Clay

Gambar 4.3. Grafik Kadar Brix Bioetanol Dari Nira Tebu

Pada gambar 4.3 disajikan rerata hasil pengujian kadar brix alkohol dari nira
tebu dengan penambahan variasi bentonite clay, berdasarkan grafik tersebut terlihat
bahwa kadar brix pada semua perlakuan tidak memiliki perbedaan nyata, hal ini
disebabkan karena yang berperan dalam perombakan gula merupakan enzim, pada
penelitian ini menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Purwati, 2016) menyatakan bahwa penurunan kadar gula yang
dihasilkan pada akhir fermentasi karena gula digunakan oleh mikroba sebagai
sumber energi. Hasil analisis sidik ragam dengan level of significant 0.05
menunjukkan bahwa penambahan variasi berat bentonite clay tidak berpengaruh
(P>0,05) terhadap kadar brix bioetanol dari nira tebu. Hasil uji ANOVA
penambahan variasi berat bentonite clay pada bioetanol dari nira tebu dapat dilihat
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Uji ANOVA kadar brix bioetanol dari nira tebu
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .222a 2 .111 .333 .729
Intercept 373.778 1 373.778 1.121E3 .000
VariasiBeratBentoniteC
.222 2 .111 .333 .729
lay
Error 2.000 6 .333
Total 376.000 9
Corrected Total 2.222 8

19
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa penambahan variasi berat bentonite clay berpengaruh terhadap kadar etanol,
kadar etanol terbaik didapatkan pada penambahan variasi berat bentonite clay 60
gram dengan rerata nilai sebesar 9,3%. Penambahan variasi berat bentonite clay
berpengaruh terhadap derajat keasaman (pH), pH terbaik diperoleh pada
penambahan variasi berat bentonite clay 60 gram dengan rerata nilai sebesar 5,13.
Sedangkan penambahan variasi berat bentonite clay tidak berpengaruh terhadap
kadar gula (brix). Dapat disimpulkan bahwa penambahan variasi berat bentonite
clay terbaik yaitu pada penambahan variasi berat bentonite clay 60 gram dengan
perolehan kadar etanol sebesar 9,3%, derajat keasaman (pH) 5,13 dan kadar gula
(brix) 6,33%.

5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian selanjutnya
disarankan untuk:
1. Memastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan selama penelitian
terjaga kebersihannya, sehingga bisa mengurangi resiko kontaminasi pada
produk.
2. Menggunakan variasi lainnya, misalkan menggunakan variasi waktu
penggunaan bentonite clay.
3. Melakukan distilasi sebelum dimurnikan dengan bentonite clay agar kadar
bioetanol yang dihasilkan lebih tinggi.
4. Menambahkan variasi ragi yang digunakan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Atikah. 2017. Efektivitas Bentnite Sebagai Adsorben Pada Proses Peningkatan


Kadar Bioetaol. Jurnal Distilasi, Vol. 2, No.2, hal 23-32.

Azizah, N., A. N. Al-Baari, dan S. Mulyani. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi


terhadap Kadar Alkohol, pH, dan Produksi Gas pada Proses Fermentasi
Bioetanol dari Whey dengan Substitusi Kulit Nanas. Jurnal aplikasi
Teknologi Pangan, Vol. 1, No. 2, hal 72-77.

Bahroni dan Istiai. 2018. Pemanfaatan Buah Berenuk (Crescent cujete Linn)
Sebagai Bahan Baku Pembuatan Etanol. DOI. 10.17605/OSF.IO/2KXCV.
https://www.researchgate.net/publication/325533548.

Edward.J.,Riadi P. 2015. Time Effect And Ph Fermentation Of Bioethanol


Production From Eucheuma Cottonii Using Microba Association. Majalah
Biam, Vol. 11, No. 2, hal 63-75.

Gozan, M. 2014. Teknologi Bioetanol Generasi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Hargono. 2015. Pemanfaatan Umbi Gadung Beracun (Dioscorea hispida ) sebagai


Bahan Baku Pembuatan Bioetanol untuk Bahan Bakar Kompor Rumah
Tangga :Perancangan Distilasi Satu Tahap. Volume. 1, No. 1, hal 2-5.

Hartono dan H. Paggara. 2011. Analisis Kadar Etanol Hasil Fermentasi Ragi Roti
pada Tepung Umbi Gadung. Bionature. Volume. 12 , No. 2, hal 23-29.

Hidayati, R. N. 2016. Hidrolisis Enzimatis Sampah Buah-Buahan Menjadi Glukosa


Sebagai Bahan Baku Bioetanol. Jurnal Teknik Kimia , Vol. 5, No.1, hal 40-
50.

Hidayanto, E., Rofik, A. Dan Sugito, H. 2010. Aplikasi Portable Brik Meter Untuk
Pengukuran Indeks Bias. Jurnal Berkala Fisika, Vol. 3, No. 4, hal 113-118.

Jannah,A.M. 2010.Proses Fermentasi Hidrolisat Jerami Padi Untuk Menghasilkan


Bioetanol. Jurnal Teknik Kimia.Vol.17, No.1, hal 9-20.

Johnprimen, H.S., A. Turnip, dan M. H. Dahlan. 2012. Pengaruh Massa Ragi, Jenis
Ragi, dan Waktu Fermentasi pada Bioetanol dari Biji Durian. Jurnal Teknik
Kimia. Vol 18, No 2, hal 43-51.

21
Karangan, J., Sugeng, B. dan Sulardi. 2019. Uji Keasaman Air Dengan Alat Sensor
pH di STT MIGAS Balikpapan. Jurnal Keilmuan Teknik Sipil, Vol.2, No.
1, hal 65-72.

Komaryati, Sri, Djarwanto, dan I. Winarni. 2014. Teknologi Produksi Ragi untuk
Pembuatan Bio-Etanol. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan.

Kurniawan, T.B, Bintari, S.H, dan Susanti, R. 2014. Efek Interaksi Ragi Tape dan
Ragi Roti terhadap Kadar Bioetanol Ketela Pohon (Manihot utilissima,
Pohl) Varietas Mukibat. Journal of Biology & Bilogy Education, Vol. 6, No.
2, hal 153-160.

Lahay, R.R.. 2009. Pemulian Tanaman Tebu. Skripsi. Medan. Universitas Sumatera
Utara.
Loto, C.A., Olofinjana,A. Dan Popoola, A.P.I. 2012. Technical Report. Effect of
Saccharum officinarum Juice Extract Additive on the Electrodepostion of
Zinc on Mild Steel in Acid Chloride Solution. International Journal of
Electrochemical Science, Vol.1, No.2, hal 9795-9811.

Nasrun, Jalaludin, dan Mafuddhah. 2015. Pengaruh Jumlah Ragi dan Waktu
Fermentasi Terhadap Kadar Bioetanol yang Dihasilkan dari Fermentasi
Kulit Pepaya. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, Vol.4, No.2, hal 1-10.

Nurhayati, H. 2010. Pemanfaatan Bentonite Teraktivasi Dalam Pengolahan


Limbah Cair Tahu. Skripsi. Surakarta. Universitas Sebelas Maret.

Osvaldo, Z.S., Panca, P.S., dan Aisal, M. 2012. Pengaruh Konsentrasi Asam dan
Waktu pada Proses Hidrolisis dan Fermentasi Pembuatan Bioetanol dari
Alang-Alang. Jurnal Teknk Kimia. Vol. 2, No. 18, Hal. 52-62.

Purwati, L.S. 2016. Efektivitas Penggunaan Bioetanol Dari Limbah PULP Kakao
(Theoroma cacao L.) Terhadap Lama Pembakaran Kompor Bioetanol.
Skripsi. Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan. 2012. Budidaya & Pasca Panen
Tebu. IAARD Press. Jakarta

22
Sadimo, M. M. 2016. Pembuatan Bioetanol Dari Pati Umbi Talas (Colocasia
esculenta Schott) Melalui Hidrolisis Asam Dan Fermentasi. Vol.5 No.2
Hal.79-84.

Saputra, R. 2015. Pemurnian Bioetanol Dengan Proses Adsorpsi-Distilasi


Menggunakan Adsorbent Bentonite. Skripsi. Palembang. Univeristas
Muhammaddiah Palembang.

Sugiyono, Agus. 2016. Outlook Energi Indonesia 2016: Pengembangan Energi


untuk Mendukung Industri Hijau. Jakarta: Pusat Teknolgi Sumberdaya
Energi dan Industri Kimia Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Umam. 2018. Pengaruh konsentrasi ragi roti (saccharomyces cerevisiae) dan


waktu fermentasi terhadap kadar bioetanol Nira siwalan (borassus
flabellifer l.). Skripsi. Malang. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.

Walidah, T., Chairul., dan Amri, A. 2015. Pemurnian Bioetanol Hasil Fermentasi
Nira Nipah dengan Proses Distilasi Adsorpsi Menggunakan Bentonite
Teraktivasi. JOM FTTEKNIK. Vol. 2. No. 1, hal 20-35.

23
LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Uji Duncan Kadar Bioetanol

Kadar Bioetanol
Duncan

Subset
Variasi Berat
Bentonite Clay N 1 2
a
40 3 7.67
50 3 8.67ab 8.67bc
60 3 9.33c
Sig. .078 .207

Lampiran 2. Hasil Uji Duncan Kadar pH

Kadar pH
Duncan
Subset
Variasi Berat
Bentonite Clay N 1 2 3
40
3 4.900a

50 3 5.000b
60 3 5.133c
Sig.
1.000 1.000 1.000

24
Lampiran 3. Hasil Uji Kadar Bioetanol

Perlakuan U1 U2 U3 Rerata
Adsorben 40 gram 8 7 8 7,66

Adsorben 50 gram 9 9 8 8,66

Adsorben 60 gram 9 9 10 9,33

Lampiran 4. Hasil Uji Kadar pH

Perlakuan U1 U2 U3 Rerata
Adsorben 40 gram 4,9 4,9 4,9 4,9

Adsorben 50 gram 5,0 5,0 5,0 5,0

Adsorben 60 gram 5,1 5,1 5,2 5,13

Lampiran 5. Hasil Uji Brix

Perlakuan U1 U2 U3 Rerata
Adsorben 40 gram 6 6 7 6,33

Adsorben 50 gram 7 7 6 6,67

Adsorben 60 gram 6 6 7 6,33

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

Sampel Bioetanol dari Nira Tebu

25
Sampel Bentonite Clay

Alat pH meter

26
Alat brix refractometer

Alat Alkohol Meter

27
Proses Penimbangan Bentonite Clay

Sampel Nira Tebu

28
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyuasin pada


tanggal 14 Mei 1999. Penulis merupakan anak
kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak
Husni Tamrin dan Ibu Hajida. Penulis memiliki
dua orang kakak bernama Agus Tina dan Novita
Sari (Almh) serta satu orang adik Rindi Anifah.
Penulis memulai pendidikan formal di SD Negeri
34 Talang Kelapa pada tahun 2005 hingga tahun
2011. Penulis selanjutnya masuk di SMP Negeri 1
Talang Kelapa pada tahun 2011 dan SMK Unggul
Negeri 2 Banyuasin III pada tahun 2014 hingga 2017. Kemudian pada tahun 2017
penulis diterima sebagai mahasiswa (S1) program studi Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Teknologi Sumbawa.
Penulis aktif berorganisasi pada masa perkuliahan yaitu sebagai Ketua
Umum Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (HIMATITAN)
periode 2019/2020, Divisi Keilmuan HIMATITAN periode 2018/2019, Ketua
Divisi Kaderisasi Lembaga Dakwah Fakultas periode 2018/2019, menjadi SEKJEN
Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Teknologi Pertanian periode
2018/2019. Penulis juga merupakan penerima beasiswa Nusantara dan Bidik Misi
Aspirasi tahun 2017-2020. Selain itu, penulis aktif mengikuti beberapa kepanitiaan,
yaitu Pemilihan Umum Raya Universtas Teknologi Sumbawa tahun 2018, Re-
orientasi & pengenalan Fakultas Teknologi Pertanian (Resfak) 2018-2019, dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang diadakan di Fakultas maupun Universitas.
Penulis juga aktif dalam kegiatan akademik sebagai asisten praktikum Mata
Kuliah Fisika Dasar tahun 2019/2020 dan Mata Kuliah Satuan Operasi Industri
tahun 2019/2020 serta mengikuti beberapa perlombaan seperti TOP 10 KDMI UTS
tahun 2018, TOP 10 Lomba Inovasi Teknologi Daerah Sumbawa tahun 2017,
runner up pertama mahasiswa berprestasi Fakultas Teknologi Pertanian tahun 2019
dan Mahasiswa Berprestasi Utama Fakultas Teknologi Pertanian tahun 2020.
Penulis juga pernah melakukan praktek kerja lapang di PT. Sinar Sosro Pabrik
Palembang pada tahun 2019. Penulis terlibat pula dalam kegiatan-kegiatan sosial
seperti Relawan Rumah Zakat (2018) dan Relawan Gempa Lombok bersama Aksi
Cepat Tanggap Nusa Tenggara Barat (ACT NTB) tahun 2018. Penulis dapat
dihubungi melalui email: wahyudapratama2525@gmail.com

29

Anda mungkin juga menyukai