Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan Praktikum Kimia Organik Uji Fitokimia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

UJI FITOKIMIA

A. Tujuan
Setelah menyelesaikan eksperimen ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Melakukan uji fitokimia pada tumbuh-tumbuhan
2. Terampil dalam identifikasi senyawa alkaloid, steroid, flavonoid,
fenolik, safonin dan terpenoid pada sampel kulit jeruk siam / pontianak
basah dan kering.
3. Melakukan uji fitokimia ipada tumbuh-tumbuhan.
B. Dasar Teori
Jeruk merupakan salah satu dari sepuluh komoditas hortikultura
terpilih untuk dikembangkan. Jeruk siam (Citrus suhuiensis Tan)
merupakan salah satu jenis jeruk keprok yang sangat digemari dan
disenangi hampir semua orang (Balitbu 1996), dan secara ekonomi
menguntungkan untuk diusahakan (Sunarmani dan Soedibyo 1992). Jenis
jeruk ini paling banyak dibudidayakan di lahan rawa dibandingkan jenis-
jenis jeruk lainnya, dan budidaya tanaman ini sudah dikenal dengan baik
oleh petani (Balittra 2006)
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa
metabolit sekunder yang terkandung dalam infusa kulit buah jeruk siam
(Citrus nobilis). Uji fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid,
flavonoid, fenol, tannin, saponin, Steroid dan Triterpenoid dengan cara
perlakuan sebagai berikut (Lailatul et al., 2010)
Fitokimia merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan aspek
kimia suatu tanaman. Kajian fitokimia meliputi uraian yang mencangkup
aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh
organisme, yaitu struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta
metabolismenya, penyebarannya secara alamiah dan fungsi biologisnya,
isolasi dan perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-macam
jenis tanaman (Harborne, 1987).
Flavonoid merupakan golongan fenol terbesar yang senyawa yang
terdiri dari C6-C3-C6 dan sering ditemukan diberbagai macam tumbuhan
dalam bentuk glikosida atau gugusan gula bersenyawa pada satu atau lebih
grup hidroksil fenolik. Flavonoid merupakan golongan metabolit sekunder
y ang disintesis dari asam piruvat melalui metabolisme asam amino.
Flavonoid adalah seny awa fenol, sehingga warnanya berubah bila
ditambah basa atau amoniak. Terdapat sekitar 10 jenis flavonoid yaitu
antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon, Pemeriksaan golongan
flavonoid dapat dilakukan dengan uji warna yaitu fitokimia untuk
menentukan keberadaan senyawa golongan flavonoid dan uji adanya
senyawa polifenol. Uji keberadaan senyawa flavonoid dari dalam sampel
digunakan uji Wilstatter, uji Bate-Smith, dan uji dengan NaOH 10%.
Sedangkan uji adanya senyawa polifenol dilakukan dengan larutan
penambahan FeCl3 adapun uji tersebut secara lengkap sebagai berikut
(Achmad, 1986)
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi
dalam lebih dari 90 genus pada tumbuhan. Glikosida adalah suatu
kompleks antara gula pereduksi (glikon) dan bukan gula (aglikon). Banyak
saponin yang mempunyai satuan gula sampai 5 dan komponen yang umum
ialah asam glukuronat. Adanya saponin dalam tumbuhan ditunjukkan
dengan pembentukan busa yang sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau
memekatkan ekstrak (Harborne, 1987).
Terpenoid merupakan komponen-komponen tumbuhan yang
mempunyai bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan
yang disebut minyak atsiri. Minyak atsiri yang berasal dari bunga pada
awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan
perbandingan atom hidrogen dan atom karbon dari senyawa terpenoid
yaitu 8:5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa
senyawa tersebut adalah golongan terpenoid. Terpen adalah suatu senyawa
yang tersusun atas isoprene CH2=C(CH3CH=CH2 dan kerangka
karbonnya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih satuan C5 ini.
Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa seperti monoterpen dan
seskuiterpen yang mudah menguap, diterpen yang sukar menguap, dan
triterpen dan sterol yang tidak menguap. Secara umum senyawa ini larut
dalam lemak dan terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya
senyawa ini diekstraksi dengan menggunakan petroleum eter, eter, atau
kloroform. Steroid merupakan senyawa triterpen yang terdapat dalam
bentuk glikosida (Harborne, 1987).
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir
pada semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit
satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan membentuk cincin
heterosiklik (Harborne, 1984). Alkaloid dapat ditemukan pada biji, daun,
ranting dan kulit kayu dari tumbuh-tumbuhan. Kadar alkaloid dari
tumbuhan dapat mencapai 10-15%. Alkaloid kebanyakan bersifat racun,
tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid
merupakan senyawa tanpa warna, sering kali bersifat optik aktif,
kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan
(misalnya nikotin) pada suhu kamar (Sabirin, et al.,1994).

C. Alat dan Bahan


Alat:
1. Tabung Reaksi 6. Kaki tiga
2. Lumping dan penggerus 7. Kasa
3. Plat tetes 8. Kertas saring
4. Pipet 9. Beakerglass
5. Pemanas spirtus 10. Erlenmeyer

Bahan:

1. Sampel serbuk kering : kulit jeruk siam / jeruk Pontianak


2. Sampel serbuk basah: kulit jeruk siam / Pontianak yang telah
dikeringkan.
3. Klorofoam (CHCl3)
4. H2SO4 2N
5. Reagen Mayer
6. Reagen Dragendorf
7. CHCl3 – Amoniak 0,05 N
8. Etanol
9. Aquades
10. Anhidrida asam asetat
11. H2SO4 pekat
12. HCl pekat
13. FeCl3
14. Serbuk Magnesium (Mg)
15. Pasir bersih

D. Cara Kerja
a. Identifikasi Alkaloid (Metode Culvenor Fitzgerald)

Siapkan 2 gram sampel kering dan sampel fresh yang telah dibuat serbuk.

lkal#i s
Dimasukkan sampel ke dalam lumpang, kemudian ditambahkan 10 ml
kloroform.

Dilakukan penggerusan dengan hati-hati hingga halus.

Ditambahkan 5 ml kloroform-amoniak 0,05 M ke dalam lumpang dan


dilakukan penggerusan kembali.

Disaring hasil penggerusan ke dalam tabung reaksi besar.

Di dalam tabung reaksi yang berisi hasil penyaringan, ditambahkan 10-20


tetes H2SO4 2 N lalu dikocok perlahan selama 2-3 menit.

Dibiarkan campuran hingga terjadi pemisahan di dalam tabung reaksi.


Dipisahkan lapisan asam sulfat (lapisan atas) yang terbentuk untuk dianalisis.

Disiapkan 2 tabung reaksi bersih (tabung A dan tabung B), masing-masing


diisi dengan sedikit fraksi asam sulfat yang diperoleh pada langkah 8.

Dilakukan pengujian pada tabung A dengan menambahkan reagen Mayer,


amati endapan / kabut putih yang terbentuk.

Pada tabung B ditambahkan reagen Dragendorf, diamati terbentuknya


endapan jingga-merah.

b. Identifikasi Steroid dan Terpenoid (LimbermanBuchard Test)

2 gram sampel basah bentuk serbuk, dimasukkan


dalam tabung reaksi

Sampel didihkan dengan etanol 25 ml selama 25


menit

Larutan disaring dalam keadaan panas, dan diuapkan


sampai pelarut kering

Ekstrak kering dimasukkan dalam lumping, dan


ditambahkan klorofoam , digerus

Larutan disaring dalam tabung reaksi besar, ditambahkan


aquades, dikocok 2-3 menit
Campuran dibiarkan sampai terbentuk dua lapisan
yang terpisah, kemudian fraksi klorofoam di ambil.

Serbuk norit ditambahkan, dibiarkan


sampai mengendap.

Fraksi klorofoam di ambil, diteteskan


kedalam plat tetes, dan dibiarkan menguap

Didalam plat tetes, ditambahkan


anhisrida asam asetat dan H2SO4 pekat

Sebagai pembanding, hanya


ditambahkan H2SO4 pekat.

Perubahan warna di amati,

- Terpenoid (+): merah/ merah keunguan


- Steroid (+): warna hijau/hijau biru

Percobaan diulangi pada sampel kulit


jeruk kering
c. Tahapan Persiapan

2 gram sampel basah bentuk serbuk, dimasukkan


dalam tabung reaksi

Sampel didihkan dengan etanol 25 ml selama 25 menit

Larutan disaring dalam keadaan panas, dan diuapkan


sampai pelarut kering

Ekstrak kering dimasukkan dalam lumping, dan


ditambahkan klorofoam , digerus

Larutan disaring dalam tabung reaksi besar, ditambahkan


aquades, dikocok 2-3 menit

Campuran dibiarkan sampai terbentuk dua lapisan


yang terpisah, kemudian fraksi klorofoam di ambil.

Serbuk norit ditambahkan, dibiarkan


sampai mengendap.

Fraksi kair di ambil, untuk dilakukan uji


flavonoid, fenolik dan saponin.
d. Identifikasi Flavonoid

Dimasukkan fraksi air dari tahap persiapan ke dalam


tabung reaksi.

Ditambahkan serbuk logam magnesium (Mg) dan


beberapa tetes HCl pekat.

Diamati terbentuknya warna pink sampai merah (kecuali untuk isoflavon).

e. Identifikasi Fenolik

Dimasukkan fraksi air dari tahap persiapan ke dalam tabung reaksi.

Ditambahkan FeCl3.

Diamati terbentuknya warna biru atau biru ungu yang menunjukkan positif
terhadap fenolik.

f. Identifikasi Safonin

Dimasukkan 1 ml fraksi air ke dalam tabung reaksi.

Dikocok tabung reaksi selama 1-2 menit.


Terbentuknya busa yang cukup permanen (tidak hilang selama 5 menit)
menunjukkan positif terhadap safonin.

E. Data Pengamatan

No Uji Perlakuan Pengamatan


1. Identifikasi  Tabung A: kulit  Tabung A:
Alkaloid jeruk siam /  Reagen Mayer: (-)
(Metode pontianak basah larutan berwarna
Culvenor  Tabung B: Kulit kuning
Fitzgerald) jeruk siam /  Reagen Dragendorf:
Pontianak (-) larutan berwarna
kering kuning.
 Tabung B:
 Reagen Mayer: (+)
terbentuk kabut putih.
 Reagen Dragendorf:
(+) terbentuk endapan
merah bata
2. Identifikasi  Uji Terpenoid:  Uji Terpenoid:
Steroid dan  Tabung A:  Tabung A:
Terpenoid kulit jeruk siam  Tanpa anhidrat: (+)
(Limberman / pontianak larutan berwarna
Buchard Test) basah merah sedikit
 Tabung B: keunguan.
Kulit jeruk  + anhidrat: (-)
siam / larutan tidak
Pontianak berwarna merah.
kering  Tabung B:
 Uji Steroid:  Tanpa anhidrat: (+)
 Tabung C: larutan berwarna
kulit jeruk siam merah sedikit
/ pontianak keunguan.
basah  + anhidrat: (-)
 Tabung D: larutan tidak
Kulit jeruk berwarna merah.
siam /  Uji Steroid:
Pontianak  Tabung C:
kering  Tanpa anhidrat: (-)
larutan berwarna
kuning.
 + anhidrat: (-)
larutan berwarna
kecoklatan.
 Tabung D:
 Tanpa anhidrat: (+)
larutan berwarna
hijau.
 + anhidrat: (-)
larutan berwarna
coklat kemerahan.
3. Identifikasi  Tabung A: kulit  Tabung A: (-)
Flavonid jeruk siam / larutan tidak
pontianak basah berwarna dan
 Tabung B: Kulit terdapat
jeruk siam / gelembung.
Pontianak  Tabung B: (-)
kering larutan berwarna
keorenan.
4. Identifikasi  Tabung A: kulit  Tabung A: (-)
Fenolik jeruk siam / larutan tidak
pontianak basah berwarna dan
 Tabung B: Kulit terdapat
jeruk siam / gelembung.
Pontianak  Tabung B: (-)
kering larutan tidak
berwarna
keorenan.
5. Identifikasi  Tabung A: kulit  Tabung A: (-)
Safonin jeruk siam / larutan tidak
pontianak basah terbentuk busa.
 Tabung B: Kulit  Tabung B: (-)
jeruk siam / larutan tidak
Pontianak terbentuk busa.
kering

F. Pembahasan
Dalam percobaan ini menggunakan kulit jeruk Pontianak, yang
basah dan yang telah dikeringkan. Pada kulit jeruk Pontianak yang kering
mengandung minyak yang lebih tinggi dari pada yang basah, karena pada
kulit jeruk yang kering kandungan airnya telah berkurang banyak.Sampel
kulit jeruk Pontianak kering yang digerus berfungsi untuk mengeluarkan
minyak.

Pada percobaan pertama yaitu identifikasi Alkaloid dengan


menggunakan Metode Culvenor Fitzgerald. Percobaan ini dilakukan untuk
menguji adanya kandungan alkaloid pada kulit jeruk Pontianak. Sampel
kulit jeruk Pontianak yang basah dan yang kering ditambahkan klorofoam
yang berguna untuk melarutkan senyawa yang ada dalam sampel
tersebut.Alkaloid yang memiliki arti mengandung basa.

Setelah ditambah basa yang berfungsi untuk memutuskan ikatan


antara asam tannin dan alkaloid yang terikat secara ionic dimana atom N
dari alkaloid berikatan saling stabil dengan gugus hidroksil genolik dari
asam tannin. Ekstraksi dengan penambahan kloroform bertujuan untuk
memutuskan ikatan antara asam tannin dan alkaloid yang terikat secara
ionic dimana atom N dari alkaloid berikatan saling stabil dengan gugus
hidroksil genolik dari asam tannin. Dengan terputusnya ikatan ini alkaloid
akan bebas, sedangkan asam tannin akan terikat oleh kloroform amoniqk .
Sedangkan pengadukan bertujuan untuk memperbanyak kontak yang
terjadi antara kloroform dengan bubur target semakin banyak. Hal ini
memungkinkan ikatan antara asam tannin dan alkaloid semakin banyak
sehingga alkaloid bebas semakin banyak yang terekstraksi.

Setelah diekstraksi, larutan ini disaring dan larutannya ditambahkan


asam sulfat 2N dan dikocok kuat-kuat. Penambahan asam sulfat 2N ini
berfungsi untuk mengikat kembali alkaloid menjadi garam alkaloid agar
dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi logam berat yaitu spesifik untuk
alkaloid yang menghasilkan kompleks garam anorganik yang tidak larut
sehingga terpisah dengan metabolic sekundernya. Penambahan asam sulfat
2N menyakibatkan larutan terbentuk menjadi dua fase karena adanya
perbedaan tingkat kepolaran antara fase aqueous yang polar dan kloroform
yang relative kurang polar. Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas,
sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan paling bawah karena
memiliki massa jenis yang lebih besar. Sedangkan pengocokan dengan
kuat bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan
secara tepat dan sempurna. Lapisan atas (lapisan atas sulfat) diuji dengan
pereaksi meyer dan pereaksi dragendorf.

Pada uji sampel basah larutan dengan peeaksi meyer larutan


berubah warna menjadi menjadi kuning dan tidak menujukkan adanya
kabut puitih. Sedangkan, pada sampel kulit jeruk Pontianak menghasilkan
endapan putih yang menandakan (+) alkaloid. Pada sampel basah alkaloid
belum banyak terbentuk karena sampel basah hanya mengandung sedikit
minyak. Sehingga senyawa yang terdapat didalamnya tidak bias
diekstraksi. Pereaksi meyer bertujuan untuk mendeteksi alkaloid, dimana
pereaksi ini berikatan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi antara
atom N alkaloid dan Hg pereaksi meyer sehingga menghasilkan senyawa
kompleks merkuri yang nonpolar mengendap berwarna putih.

Sedangkan pada uji Dragendrof pada sampel basah, larutan


menjadi berwarna kuning. Yang artinya tidak mengandung alkaloid.
Sedangkan pada sampel kering terbentuk adanya endapan merah bata.
Yang menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Pada uji Dragendorf
seharusnya tidak menghasilkan endapan merah bata, karena sampel tidak
akan bereaksi jika direaksikan dengan Dragendorf. Kesalahan terjadi
karena sampel yang digunakan sudah didiamkan terlalu lama.

Steroid adalah gugus senyawa yang mengandung sebuah


strukturdengan empat cincin yang dikenal sebagai inti steroid. Kolesterol
yangdisintesis dalam tubuh hewan dan tidak disintesis dalam tumbuhan
adalahsenyawa induk yang merupakan asal dari semua steroid lain.

Kandungan terpenoid atau steroid dalam tumbuhan dapat


diujidengan menggunakan metode Liebermann-Buchard yang nantinya
akanmemberikan warna jingga atau ungu untuk terpenoid dan warna
biruuntuk steroid. Etanol digunakan untuk melarutkan terpenoid,
kemudian digerus agar permukaannya terbuka dan ketika ditambahkan
etanol agar sampel dapat menyatu dengan etanol dan diuapkan agar
etanolnya menguap sehingga hasil yang didapatkan berupa minyaknya. Uji
ini didasarkan pada kemampuan senyawa terpenoid dan steroid
membentuk warna oleh adanya dan H2SO4 pekat dalam pelarut anhidrat
asam asetat sehingga membentuk warna merah atau merah keunguan pada
sampel yang mengandung senyawa terpenoid. Berwarna hijau atau hijau
biru yang menunjukkan adanya Steroid.Pada percobaan ini yang diambil
adalah fase klorofoam. Karena dalam fase klorofoam terdapat adanya
steroid dan terpenoid.
Pada uji terpenoid sampel basah yang tidak ditambah anhidrida
asam asetat dan sampel kering yang tidak ditambah anhidrida asam asetat
larutan menjadi berwarna merah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
kulit jeruk Pontianak terdapat senyawa terpenoid.

Sedangkan pada sampel basah yang ditambah anhidrida asam


asetat dan sampel kering yang ditambah anhidrida asam asetat larutan
tidak berwarna merah. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya anhidrida
asam asetat menghilangkan keberadaan senyawa terpenoid.

Pada uji steroid sampel basah yang tidak ditambah anhidrida asam
asetat larutan berwarna kuning sehingga tidak menunjukkan adanya
steroid. Sedangkan pada sampel kering yang tidak ditambah anhidrida
asam asetat larutan menjadi berwarna hijau. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pada kulit jeruk Pontianak terdapat senyawa Steroid. Pada sampel
basah belum terbentuk senyawa steroid karena kandungan minyaknya
belum keluar. Sehingga menunjukkan hasil (-) jika direaksikan dengan
asam sulfat.

Sedangkan pada sampel basah yang ditambah anhidrida asam


asetat dan sampel kering yang ditambah anhidrida asam asetat larutan
berwarna coklat kemerahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya
anhidrida asam asetat menghilangkan keberadaan senyawa steroid.

Pada uji Flavonoid sampel basah dan sampel kering tidak


menunjukkan adanya warna merah muda, tetapi larutan tidak berwarna
dan terdapat gelembung gas. Seharusnya pada uji flavonoid semua kulit
jeruk menghasilkan warna merah muda karena semua tanaman
mengandung flavonoid. Pada percobaan larutan menjadi tidak
menunjukkan adanya flavonoid karena larutan H2SO4 yang digunakan
kurang pekat sehingga tidak dapat digunakan untuk menunjukkan adanya
senyawa flavonoid pada sampel basah maupun sampel kering.
Pada uji Fenolik sampel basah dan sampel kering tidak
menunjukkan adanya warna biru pada lrutan, tetapi larutan berwana
keorenan. Seharusnya pada uji fenolik semua kulit jeruk menghasilkan
warna biru karena semua tanaman mengandung fenolik. Pada percobaan
larutan menjadi tidak menunjukkan adanya flavonoid karena larutan
H2SO4 yang digunakan kurang pekat, selain itu pemanasan yang
digunakan pada percobaan kurang lama sehingga kandungan minyak pada
sampel belum keluar. Penambahan FeCl3 yang tidak tepat juga
berpengaruh. Sehingga tidak dapat digunakan untuk menunjukkan adanya
senyawa fenolik pada sampel basah maupun sampel kering.

Pada uji Safonin sampel basah dan sampel kering tidak


menunjukkan adanya busa jika dibiarkan 5 menit, tetapi larutan tidak
berwarna dan tidak terdapat busa. Seharusnya pada uji safonin semua kulit
jeruk menghasilkan busa jika didiamkan 5 menit. karena semua tanaman
mengandung safonin. Pada percobaan larutan menjadi tidak menunjukkan
adanya safonin karena larutan H2SO4 yang digunakan kurang pekat. Selain
itu, pengocokan yang dilakukan juga kurang kuat sehingga tidak dapat
digunakan untuk menunjukkan adanya senyawa safonin pada sampel
basah maupun sampel kering.

G. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
1. Sampel kulit jeruk kering menghasilkan lebih banyak minyak dari
pada sampel kulit basah. Sehingga lebih banyak menghasilkan hasil
(+) pada percobaan.
2. Pada kulit jeruk Pontianak terdapat kandungan alkaloid, terpenoid,
steroid, flavonoid, fenolik dan safonin.
3. Reagen Mayer digunakan untuk menunjukkan adanya senyawa
alkaloid pada kulit jeruk Pontianak.
Saran

1. Sebaiknya praktikan mempelajari dan memahami prosedur kerja


percobaan yang akan dilakukan.
2. Sebaiknya praktikan lebih cermat dan teliti dalam melakukan
praktikum.
3. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan pengamatan.
H. Daftar Pustaka
1. Sunarmani dan Soedibyo. 1992. Pembuatan Konsentrat Sari Buah
Jeruk Dengan Evaporator Vakum. Jurnal Hortikultura 2(3): 67-71.
Puslitbang Hortikultura. Jakarta.
2. Balittra. 2006. Jeruk Siam di Lahan Rawa Pasang Surut, Pengelolaan
dan Pengembangannya. Balai Besar Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian.

3. Balai Penelitian Buah. 1996. Peningkatan Efisiensi Teknologi


Usahatani. Monograf Jeruk. Balitbu, Solok-Sumbar.
4. Lailatul, L, Kadarohman, A, & Eko, R, 2010, Efektivitas Biolarvasida
Ekstrak
Etanol Limbah Penyulingan Minyak Akar Wangi (Vetiveria
zizanoidess) terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti, Culex sp.,
Anopheles sundaicus, Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, bandung,
vol.1, no.1, hal.59-65
5. Harborne, J.B., 1984. Phitochemical Method. Chapman and Hall ltd.
London.
6. Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Karnunika
7. Sabirin, M., Hardjono S., dan Respati S., 1994. Pengantar Praktikum
Kimia Organik
I. Pertanyaan
1. Buatlah skema identifikasi pendahuluan alkaloid menggunakan
Metode Culvenor Fitzgerald.

Dimasukkan sampel ke dalam lumpang, kemudian ditambahkan 10 ml


kloroform.

Dilakukan penggerusan dengan hati-hati hingga halus.

Ditambahkan 5 ml kloroform-amoniak 0,05 M ke dalam lumpang dan


dilakukan penggerusan kembali.

Disaring hasil penggerusan ke dalam tabung reaksi besar.

Di dalam tabung reaksi yang berisi hasil penyaringan, ditambahkan 10-20


tetes H2SO4 2 N lalu dikocok perlahan selama 2-3 menit.

Dibiarkan campuran hingga terjadi pemisahan di dalam tabung reaksi.

Dipisahkan lapisan asam sulfat (lapisan atas) yang terbentuk untuk dianalisis.

Dilakukan pengujian pada tabung A dengan menambahkan reagen Mayer,


amati endapan / kabut putih yang terbentuk.

Pada tabung B ditambahkan reagen Dragendorf, diamati terbentuknya


endapan jingga-merah.

2. Gambarkan beberapa struktur alkaloid berikut: pirolidin, piperlidin,


indol, kuinolin, imidasol, indolizidin, kuinolizidin, dan purin.
N N N
Pirolididn Piperidin Kuinolin

N N
N H

Indol Imidazol Kuinolizidin


N
N

N
N

Purin

3. Buatlah skema identifikasi steroid dan terpenoid menggunakan


LibermanBuchard Test.

2 gram sampel basah bentuk serbuk, dimasukkan


dalam tabung reaksi

Sampel didihkan dengan etanol 25 ml selama 25


menit

Larutan disaring dalam keadaan panas, dan diuapkan


sampai pelarut kering

Ekstrak kering dimasukkan dalam lumping, dan


ditambahkan klorofoam , digerus
Larutan disaring dalam tabung reaksi besar, ditambahkan
aquades, dikocok 2-3 menit

Campuran dibiarkan sampai terbentuk dua lapisan


yang terpisah, kemudian fraksi klorofoam di ambil.

Serbuk norit ditambahkan, dibiarkan


sampai mengendap.

Fraksi klorofoam di ambil, diteteskan


kedalam plat tetes, dan dibiarkan menguap

Didalam plat tetes, ditambahkan


anhisrida asam asetat dan H2SO4 pekat

Sebagai pembanding, hanya


ditambahkan H2SO4 pekat.

Perubahan warna di amati,

- Terpenoid (+): merah/ merah keunguan


- Steroid (+): warna hijau/hijau biru
Percobaan diulangi pada sampel kulit
jeruk kering

4. Jelaskan perbedaan struktur antara steroid dan terpenoid. Beri contoh.


Struktur terpenoid mempunyai struktur cincin (siklik) dengan
mempunyai satu atau lebih gugus fungsi, sedangkan steroid memiliki
15 atom karbon dalam empat cincin yang dibatasi atom karbon.
Contoh:
Steroid terpenoid

mentol

OH CH2OH

Terpena

Steroid
OH

OH

HO

OH

Terpenoid

5. Sebutkan penggunaan senyawa alkaloid, steroid, dan terpenoid yang


anda ketahui.
Penggunaaan senyawa alkaloid:
- Nikotin sebagai stimulant terhadap system saraf autonom.
- Morfin sebagai larutan analgesic penghilang nyeri.
Penggunaan senyawa terpenoid:
- Pembuatan minyak atdiri dan sintesis alcohol kolesterol
Penggunaan senyawa steroid:
- Kolesterol diperlukan dalam biosintesis hormone steroid
- Kortison dan kartizol dalam alergi mengubah peradangan

6. Buatlah skema identifikasi flavonoid, fenolik dan safonin.


 Tahapan Persiapan

2 gram sampel basah bentuk serbuk, dimasukkan


dalam tabung reaksi

Sampel didihkan dengan etanol 25 ml selama 25 menit


Larutan disaring dalam keadaan panas, dan diuapkan
sampai pelarut kering

Ekstrak kering dimasukkan dalam lumping, dan


ditambahkan klorofoam , digerus

Larutan disaring dalam tabung reaksi besar, ditambahkan


aquades, dikocok 2-3 menit

Campuran dibiarkan sampai terbentuk dua lapisan


yang terpisah, kemudian fraksi klorofoam di ambil.

Serbuk norit ditambahkan, dibiarkan


sampai mengendap.

Fraksi kair di ambil, untuk dilakukan uji


flavonoid, fenolik dan saponin.

 Identifikasi Flavonoid

Dimasukkan fraksi air dari tahap persiapan ke dalam


tabung reaksi.

Ditambahkan serbuk logam magnesium (Mg) dan


beberapa tetes HCl pekat.
Diamati terbentuknya warna pink sampai merah (kecuali untuk isoflavon).

 Identifikasi Fenolik

Dimasukkan fraksi air dari tahap persiapan ke dalam tabung reaksi.

Ditambahkan FeCl3.

Diamati terbentuknya warna biru atau biru ungu yang menunjukkan positif
terhadap fenolik.

 Identifikasi Safonin

Dimasukkan 1 ml fraksi air ke dalam tabung reaksi.

Dikocok tabung reaksi selama 1-2 menit.

Terbentuknya busa yang cukup permanen (tidak hilang selama 5 menit)


menunjukkan positif terhadap safonin.

7. Buatlah artikel singkat yang membahas kandungan senyawa aktif pada


tunaman kulit jeruk siam / Pontianak.
Praktikum ini memiliki tujuan mengidentifikasi senyawa yang
dihasilkan pada metabolisme sekunder pada kulit jeruk siam /
pontianak Kulit jeruk siam/Pontianak mengandung senyawa alkaloid,
terpenoid, steroid, flavonoid, fenolik dan safonin.
LAMPIRAN
Uji fenolik uji terpenoid dan
steroid

Uji flavonoid proses penumbukan


Uji mayer, dragendrof (kering) Uji mayer, dragendrof
(basah)

Terbentuk 2 lapisan (alkaloid) proses pemanasan

Anda mungkin juga menyukai