Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
965 tayangan22 halaman

E1.4 Vial Diazepam

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 22

PROPOSAL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL


Formulasi Injeksi Sedatif Dalam Wadah Vial

Disusun oleh :
Kelompok IV
Kelas E1
Anggota Kelompok : Gusti Tassya Aleyda (2017210095)
Ika Permata Sari (2017210100)
Indah Amalia (2017210102)
Ira Kartika (2017210109)
Istadini (2017210111)
Laelia Azhar (2017210124)
Liya Ameiliya (2017210128)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2019
I. JUDUL PRAKTIKUM
Formulasi Injeksi Sedatif Dalam Wadah Vial

II. PENDAHULUAN
Sedatifa mengadakan potensiasi dengan obat analgesik dan obat penekan sistem
saraf pusat lain. Secara umum golongan sedatifa bekerja dengan mempengaruhi fungsi
pengaktifan retikula, rangsangan pusat tidur dan menghambat fungsi aurosal. Sedatifa-
hipnotika yang banyak digunakan secara luas, seperti turunan barbiturat (fenobarbital,
tiopental, amobarbital) dan benzodiazepin (diazepam, klobazam dan alprazolam)
merupakan senyawa yang berstruktur khas dan kerjanya dipengaruhi oleh ikatannya
dengan reseptor khas. Penggunaan terus-menerus dan tidak rasional obat sedatif-
hipnotik dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan gejala putus obat. (Kimia
Medisinal Edisi 2 hal.230)
Diazepam merupakan obat golongan benzodiazepinyang digunakan sebagai
sedatif dan hipnotik untuk mengontrol kecemasan dan ketegangan,antikejang untuk
mengontrol epilepsi dan antispastik untuk mengontrol spasma otot misalnya pada
tetanus. Dizepam memiliki masa kerja yang panjang(long-acting) dan memberikan efek
mengantuk setelah pemberian dengan pemakaian secra I.V atau I.M 5-10 mg.

Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan
pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Vial dapat berupa
takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau
suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila diperdagangan, botol ini
ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi
untuk menghisap cairan injeksi. (R. Voight hal 464).

Digunakan Diazepam sebagai sedatif karena diazepam merupakan obat dengan


masa kerja panjang (long-acting) dengan metabolit yang aktif, dan dapat menimbulkan
rasa mengantuk kedua (Second period of drowsiness) beberapa jam setelah pemberian.
Diazepam dibuat dalam bentuk sediaan injeksi IV yang ditujukan dalam keadaan
darurat katrena dapat mencapai efek yang cepat dan juga untuk mengurangi efek iritasi
dan insiden trombosis vena yang biasa muncul pada injeksi IM. ( PIONAS, Ansiolitik
dan Neuroleptik )
Syarat sediaan
Persyaratan untuk sediaan injeksi adalah :
1. Sesuainya kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang
ada di dalam sediaan, tidak terjadi perubahan efek selama penyimpanan
akibat perusakan obat secara kimia dan sebagainya.
2. Penggunaan wadah yang cocok tidak hanya memungkinkan sediaan tetap
steril juga mencegah terjadinya reaksi antara bahan obat & dinding wadah.
3. Larutan tercampur sempurna tanpa terjadinya reaksi, untuk itu beberapa factor
yang paling menentukan adalah bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut
yang secara fisiologis, isotonis, isohidris, bebas bahan melayang.
4. Sediaan harus jernih, berkilauan dan bebas dari semua zat-zat khusus yaitu
semua yang bergerak, semua yang tidak larut yang tanpa disengaja yang
masuk ke dalam produk selama proses pembuatan, penyimpanan dan
pemberian (Ansel, C. Howard., 2000, “Teori dan Praktik Farmasi Industri”).

III. DATA PREFORMULASI


a. Zat Aktif

Nama Zat Sifat Fisika-Kimia Cara Sterilisasi Dosis dan Cara


Aktif Khasiat Penggunaan
Diazepam Pemerian : serbuk hablur; Filtrasi ( Martindale Dosis : untuk Diinjeksikan
hampir putih sampai edisi 29, halaman efek hipnotik melalui
kuning; berbau atau hampir 728) sedatif dosis intravena
berbau, serbuk kristal ( diazepam 5-10 (Pionas)
Martindale edisi 28, mg. (Martindale
halaman 1519 ) edisi 29,
halaman 240)
Kelarutan : praktis tidak
larut dalam air; larut dalam
Khasiat
etanol dan mudah larut
:hipnotik
dalam chloroform. (
sedatif.
Martindale edisi 29,
( Martindale
halaman 728)
edisi 36,
halaman 986)
pH sediaan : 6,2- 7
(Handbook of injectable
edisi 11 hal 402)

OTT : Kompatibilitas obat


dipengaruhi banyak faktor
(pH, suhu, konsentrasi)
(Drug Information 88 hal
239)

Stabilitas sedian: disimpan


dalam temperatur yang
terjaga dan terlindungi dari
cahaya. (Martindale ed.28
hal 1519 – 1526)

Stabilitas larutan :
Kelarutan, stabilitas
diazepam meningkat jika
berada dalam sistem
campuran pelarut air yang
terdiri dari propilen glikol
atau polietilen glikol dan
etanol, benzil alkohol dan
air. (Martindale ed.28 hal
1519 – 1526)
Wadah : Simpan pada
wadah dosis tunggal di suhu
25° C hingga 30° C dan
lindungi dari cahaya.
(Martindale ed.28 hal 1519
– 1526)

b. Zat Tambahan
Nama
Fungsi Zat Sifat Fisika Kimia Konsentrasi Cara Sterilisasi
Zat
Propilen Pelarut Pemerian : Cairan kental, 10-60%(pelarut Autoklaf
glikol campur tidak berwarna,jernihl, atau kosolven (HandBook of
(HandBook praktis tidak berbau. parenteral). pharmaceutical
of (Farmakope Indonesia (Hand Book of excipients 6th
excipients edisi V hal 1070) pharmaceutical edition hal 592)
6th edition excipients 6th
hal 592) Kelarutan : Dapat edition hal
bercampur dengan etanol 592)
(95%), air dan gliserin;
larut dalam beberapa
minyak esensial; tetapi
tidak dapat bercampur
dengan minyak mineral.
(Farmakope Indonesia
edisi V hal 1070)

Stabilitas :Pada suhu


dingin, propilen glikol
stabil dalam wadah yang
tertutup, tetapi pada suhu
tinggi mengalami oksidasi
jika terbuka. Propilen
glikol stabil bila dicampur
dengan etanol
(95%),gliserin atau air. Dan
bersifat higroskopis.
(HandBook of excipients
6th edition hal 592)

OTT :Zat pengoksidasi


seperti Kalium
Permanganat. (HandBook
of excipients 6th edition
hal 592)

Wadah dan Penyimpanan


: dalam wadah tertutup
rapat,kering, dan terlindung
dari cahaya. (Farmakope
Indonesia edisi V hal 1070)
Benzil Pelarut Pemerian : Cairan tidak 2,0% Autoklaf
alkohol campur berwarna, bau aromatic (Hand book of (Hand book of
(Hand lemah; rasa membakar Pharmaceutica Pharmaceutical
book of tajam. l excipients excipients hal
Pharmaceu (Hand book of hal 64) 64)
tical Pharmaceutical excipients
excipients hal 64)
hal 64)
Kelarutan:Dapat
bercampur dengan etanol
dan minyak mudah
menguap; dalam etanol
(50%) larut 1 dalam 2,5
bagian; dalam air larut 1
dalam 25 bagian. (Hand
book of Pharmaceutical
excipients hal 64)

Stabilitas : Mengalami
oksidasi di udara menjadi
benzaldehid dan asam
benzoat(Hand book of
Pharmaceutical excipients
hal 64)

OTT:Zat pengoksidasi dan


asam kuat, metil selulosa.
(Hand book of
Pharmaceutical excipients
hal 64)

Wadah dan Penyimpanan


: dalam wadah tertutup
rapat,kering, dan terlindung
dari cahaya. (Farmakope
Indonesia edisi V hal 214)

Etil Pelarut Pemerian :Cairan mudah 10% (Hand Autoklaf atau


Alkohol Campur menguap, jernih, tidak Book Filtrasi
(Hand berwarna, bau khas dan Pharmaceutica (Hand Book
Book menyebabkan rasa terbakar l of Excipients Pharmaceutical
Pharmaceu pada lidah. Mudah hal 17) of Excipients hal
tical of menguap walaupun pada 17)
Excipients suhu rendah dan mendidih
hal 17) pada suhu 78oC. Mudah
terbakar. (Hand Book
Pharmaceutical of
Excipients hal 17)
Kelarutan : bercampur
dengan air dan praktis
bercampur dengan pelarut
organik. (Hand Book
Pharmaceutical of
Excipients hal 17)

OTT : Dengan wadah


alumunium dan dapat
berinteraksi dengan
beberapa obat(Hand Book
Pharmaceutical of
Excipients hal 17)

Wadah dan Penyimpanan


: dalam wadah tertutup
rapat,kering, dan terlindung
dari cahaya. (Hand Book
Pharmaceutical of
Excipients hal 17)
Natrium Pengawet Pemerian: Granul atau 0,5% (Hand Autoklaf. (Hand
Benzoat serbuk hablur, putih, tidak Book Book
berbau atau praktis tidak Pharmaceutica Pharmaceutical
berbau, stabil diudara. . l of Excipients of Excipients hal
(Farmakope Indonesia hal 627) 627)
edisi V hal 891)

Stabilitas: Stabil dalam


larutan berair. (Hand Book
Pharmaceutical of
Excipients hal 627)

Kelarutan: mudah larut


dalam air, agak sukar larut
dalam etanol dan lebih
mudah larut dalam etanol
90%. (Farmakope
Indonesia edisi V hal 891)

OTT: Gelatin, garam Fe,


garam Ca, dan garam
bentuk logam lainnya.
(Hand Book
Pharmaceutical of
Excipients hal 627)

Wadah dan
penyimpanan: Dalam
wadah tertutup baik.
(Farmakope Indonesia
edisi V hal 891)
Aqua p.i Pelarut Pemerian : Cairan jernih, Autoklaf,
tidak berwarna; tidak (Martindale 28,
berbau.(Farmakope Hal 1670)
Indonesia V hal 67)

Stabilitas:Stabil dalam
segala suasana. (Handbook
of Pharmaceutical
Excipients hal 766)

OTT : Dengan obat atau


eksipien yang mudah
mengalami hidrolisis.
Bereaksi keras dengan
logam alkali dan sangat
cepat dengan logam basa
serta oksidanya, seperti
kalsium oksida dan
magnesium oksida. Air
juga bereaksi dengan
garam anhidrat membentuk
hidrat dengan beragam
komposisi. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients
6th edition hal 768)

Wadah & Penyimpanan:


Dalam wadah dosis
tunggal, dari kaca atau
plastik, tidak lebih besar
dari 1 liter. Wadah kaca
sebaiknya dari kaca Tipe I
dan Tipe II.
(Farmakope Indonesia V
hal 65)

c. Teknologi Farmasi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau di suspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan kedalam kulitatau melalui kulit atau melalui
selaput lendir. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk steril yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunaka. Injeksi diracik
dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam
sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal
atau dosis ganda. (Ilmu Meracik Obat, hal 191)
Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan injeksi dalam wadah vial (takaran
ganda) :
1. Perlu pengawet karena digunakan berulang kali sehingga kemungkinan
adanya kontak dengan lingkungan luar yang ada mikroorganismenya
2. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung
isotonis (0,2%-0,6%) (FI edisi IV, hal. 13)
3. Perlu dapar sesuai pH stabilitasnya
4. Zat pengawet (FI edisi IV,hal. 17) kecuali dinyatakan lain, adalah zat
pengawet yang cocok yang dapat ditambahkan ke dalam injeksi yang
diisikan dalam wadah ganda/ injeksi yang dibuat secara aseptik, dan untuk
zat yang mempunyai bakterisida tidak perlu ditambahkan pengawet.

Wadah dan volume yang digunakan pada obat parenteral berupa vial karna
diperlukan wadah dosis ganda. Dosis ganda adalah wadah kedap udara yang
memungkinkan pengambilan isinya perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan
kekuatan, kualitas, atau kemurnian bagian yang tertinggal. Pada umumnya wadah
mempunyai bentuk vial atau flakon berukuran 2ml-20ml, bentuk botol atau kolf
berukuran 50ml-1000ml dengan sediaan larutan, suspensi, emulsi, dan padatan. ( Lukas
2006 )
Tabel Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah ( Kelebihan Volume yang
Dianjurkan )
Volume Tertera dalam Untuk Cairan Untuk Cairan
Penandaan ( mL ) Encer ( mL ) Kental ( mL )
0,5 0,10 0,12
1,0 0,10 0,15
2,0 0,15 0,25
5,0 0,30 0,50
10,0 0,50 0,70
20,0 0,60 0,90
30,0 0,80 1,20
50,0 atau lebih 2% 3%

Sterilisasi dengan penyaringan atau filtrasi merupakan perangkat penyaring


umumnya terdiri dari suatu matriks berpori tertutup kedap atau dirangkaikan pada
wadah yang tidak permeabel. Pemakai harus menetapkan parameter penyaringan yang
digunakan dalam pembuatan yang mempengaruhi efisiensi retensi mikroba secar
bermakna. Beberapa hal penting lain yang perlu diperhatikan pada proses validasi
proses penyaringan meliputi kemampuan kompatibilitas produk, penyerapan obat,
pengawet dan/atau zat tambahan lainnya, dan pengeluaran awal kandungan endoksin.
Penyaringan untuk tujuan stabilisasi umumya dilaksanakan menggunakan rakitan yang
memiliki membran dengan porositas nominal. Ukuran minimal pori-pori sebesar 0,2
µm atau kurang berdasarkan perbandingan yang telah divalidasi tidak kurang dari 10 7
suspensi Pseudomonas diminutaper cm2 dari luas permukaan penyaring. Media
membran penyaring yang tersedia saat ini selulosa asetat, selulosa nitrat, poliester,
polivinil klorida, dll. ( Farmakope Indonesia Edisi V, hal 1666 )

d. Farmakologi, Farmakodinamik, Farmakokinetik, Indikasi, Kontra Indikasi, dan


Efek Samping
1. Farmakologi
Diazepam merupakan benzodiazepin yang digunakan sebagai anxiolytic, sedatif,
relaksan otot, antikonvulsan, dan efek amnestik. Sebagian besar efek ini dianggap
sebagai hasil dari aksi reseptor GABA, sebuah penghambat neurotransmiter di susunan
sistem saraf pusat. ( Farmakologi dan Terapi Edisi V, hal 141 )
2. Farmakodinamik
Hampir semua efek benzodiazepin merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP
dengan efek utama : sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas,
relaksasi otot,dan anti konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja dari
diazepam pada jaringan perifer: vasodilatasi koroner setelah pemberian dosis terapi
benzodiazepin tertentu secara IV, dan blokade neuromuskular yang hanya terjadi pada
pemberian dosis tinggi. ( Farmakologi dan Terapi Edisi V, hal 141 )
3. Farmakokinetik
Semua golongan benzodiazepin termasuk diazepam diabsorpsi secara sempurna
disaluran cerna. Setelah pemberian secara IV ambilan kedalam otak dan organ dengan
perfusi lainnya terjadi sangat cepat, diikuti dengan redistribusi ke jaringan yang kurang
baik perfusinya. Kinetika redistribusi diazepam yang lipofilik menjadi rumit oleh
adanya sirkulasi enterohepatik. Volume distribusi diazepam adalah besar dan
meningkat pada usia lanjut. Diazepam dapat melewati sawar uri dan disekresi kedalam
asi. Diazepam dimetabolisme secara ekstensif oleh kelompok enzim sitokrom P 450
dihati, terutama CYP3A4 dan CYP2C19. Diazepam dieliminasi melalui urin. (
Farmakologi dan Terapi Edisi V, hal 143-144 )
4. Indikasi
Sebagai hipnotik, untuk menimbulkan sedasi, menghilangkan rasa cemas, dan keadaan
psikosomatik yang ada hubungan dengan rasa cemas. ( Farmakologi dan Terapi Edisi
V, hal 170 )
5. Kontra Indikasi
Pasien hipersensitif terhadap diazepam dan penderita glaucoma. Pasien dengan
gangguan pernapasan dapat memperberat gejala sesak napas. Sebaiknya jangan
diberikan bersama alkohol, barbiturat atau fenotiazin. Kombinasi tersebut dapat
menimbulkan efek depresi yang berlebihan. (Farmakologi dan Terapi Edisi V, hal
170 )
6. Efek Samping
Dosis hipnotik pada kadar puncak dapat menimbulkan kepala ringan,malas/tak
termotivasi, lamban, koordinasi motorik, ataksia,ganguan fungsi mental dan
psikomotorik, gangguan koordinasi berpikir, bingung, disartia, dan amnesia anterograd.
( Farmakologi dan Terapi Edisi V, hal 144 )

IV. FORMULASI
A. Formula rujukan
(Handbook of Injectable hal 508)
Diazepam 5mg
Propylene glycol 40%
Ethyl alcohol 10%
Sodium benzoat 5%
Asam benzoat 5%
Benzyl alcohol 1,5%

(Handbook of Injectable hal 402)


Tiap ml mengandung :

Diazepam 5 mg/ml

Propilen glikol 40%

Etil alkohol 10%

Benzil alkohol 1,5%

Natrium benzoat 0,5%

(Martindale edisi 28 hal 1283)


Diazepam 10mg

Etanol 26mg

B. Formula Jadi
Tiap mL mengandung
Diazepam 5mg
Propylene glycol 40%
Ethyl alcohol 10%
Benzyl alcohol 1,5%
Natrium benzoat 0,5%

Alasan Pemilihan Bahan


1) Digunakan diazepam sebagai zat aktif untuk efek sedatif karena memilki
efek mendepresi susunan saraf pusat dan merupakan obat esensial
golongan benzodiazepin yang tercantum dalamWHO Essential List of
Medicine Edisi 19 serta memiliki waktu paruh yang panjang.
2) Propilen glikol, benzil alkohol, dan etil alkohol merupakan suatu pelarut
campur. Tujuannya ialah untuk memperbesar kelarutan dari diazepam di
air. Sebab diazepam praktis tidak larut dalam air, namun dapat laurut pada
pelarut campur.
3) Natrium benzoat dan asam benzoat digunakan sebagai pengawet pada
sediaan injeksi dalam vial karena injeksi dalam vial memiliki dosis ganda.
Dimana jika dalam dosis ganda harus diberi pengawet.
4) Aqua pro injeksi digunakan sebgai pelarut dan merupakan cairan jernih
bebas pirogen.
5) Pada sediaan ini menggunakan vial 5 mL untuk menghindari terjadinya
kontaminasi yang berlebihan pada sediaan.
.

V. ALAT DAN BAHAN


Alat
1. Beaker glass
2. Corong glass
3. Erlenmeyer
4. Pipet tetes
5. Vial
6. Kertas Saring
7. Gelas Ukur
8. Batang Pengaduk
9. Spatula
10. Pinset
11. Kaca Arloji
12. Kompor
13. Aluminium foil
14. Autoklaf
15. Oven

Bahan
1. Diazepam
2. Propilen Glikol
3. Etil Alkohol
4. Benzil Alkohol
5. Natrium Benzoat
6. Aqua Pro Injeksi
Cara sterilisasi

Indo ALAT METODE STERILISASI


nesi
a.
Beaker glass,Erlenmeyer, - Oven 150oC selama 1 jam (Farmakope
Indonesia ed. III hal 18)
a. Corong glass,Vial injeksi,
Pipettetes.

b. Gelas ukur, - Autoklaf 121oC selama 15


menit(Farmakope Indonesia ed. III hal
Kertas saring. 18)
- Autoklaf 115-116°C, 30
menit(Farmakope Indonesia ed. III hal.
18)
Batang pengaduk, Spatula, Direndam alkohol selama 30
c. Pinset bergerigi, menit(Watt I/45)
Kaca arloji,
Penjepit besi.
d. Karettutup pipet tetes Direbusdalam air suling 30
menit(Watt I/45)

e. Diazepam Filtrasi ( Martindale edisi 29,


halaman 728)
f. Propylen glikol Autoklaf suhu 121°C selama 15 menit
(HandBook of pharmaceutical
excipients 6th edition hal 592
g. Etil alkohol Autoklaf suhu 121°C selama 15 menit
(Hand Book Pharmaceutical of
Excipients hal 17)
h. Aqua p.i. Didihkan 30 menit(Farmakope
Indonesia ed. III hal 14)
i. Benzil alkohol Autoklaf suhu 121°C selama 15 menit
(Hand book of Pharmaceutical
excipients hal 64)
j. Natrium Benzoat Autoklaf suhu 121°C selama 15 menit
(Hand Book Pharmaceutical of
Excipients hal 627)

VI. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


Perhitungan :

Rumus= {(n×v) + ((10% - 30%)× v)}ml

Keterangan :
n = jumlah vial yang akan dibuat
v = vol. Injeksi tiap vial (ml)
Volume per vial = Volume vial + (kelebihan volume)
= 5 mL + 0,3 mL
= 5,3 mL
Volume total = (5 x 5,3 ml) + 30 % (5 x 5,3 ml)
= 26,5 mL + 7,95 mL
= 34,45 mL ~ 35 mL
Penimbangan :
Diazepam = 5 mg/mL × 35 mL = 175 mg = 0,175 g
Propylene glycol = 40% × 35 mL =14 mL
Ethyl alcohol = 10% × 35 mL = 3,5 mL
Benzyl alcohol = 1,5% × 35 mL = 0,525 mL
Natrium Benzoat = 0,5% × 35 mL = 0,175 mL
Aqua pro injeksi = 35 – ( 0,175 + 14 + 3,5 + 0,525 + 0,175 )
= 16,625 mL
KD propilenglikol 33,0
KD etil alkohol 25,7
Perhitungan KD total :
({Konsentrasi etil alkohol x KD etil alkohol} + {Konsentrasi propilenglikol x KD
propilenglikol})
(10% x 25,7) + (40% x 33)= 15,77
VII. CARA PEMBUATAN
Prinsip : Teknik aseptik

1. Disiapkan alat dan bahan-bahan.


2. Kalibrasi vial ad 5,3ml dan beaker
3. Disterilkan alat-alat dan kemudian dilarutkan bahan-bahan yang sudah disiapkan
4. Aqua pro injeksi disiapkan dengan cara aquadest dipanasakan sampai mendidih,
setelah mendidih dipanaskan kembali selama 30 menit, lalu didinginkan
5. Timbang bahan dan disiapkan bahan lainnya lalu pengerjaannya dilakukan di LAF
dibuat pelarut campur yang terdiri dari Propilen glikol, Etil alkohol, dan Benzil
alkohol, Natrium Benzoat lalu disterilkan menggunakan autoklaf 121°C selama 15
menit.
6. Dilarutkan diazepam ke dalam pelarut campur yang telah dibuat.
7. Dilakukan uji pH sampai didapatkan rentang hasil 6,2 - 7
8. Ditambahkan sisa aqua p.i hingga tanda kalibrasi
9. Saring dengan kertas saring steril, kemudian saring dengan filter membran 0,22
μm (dispensasi menggunakan kertas saring biasa
10. Larutan obat dimasukkan ke dalam vial hingga tanda kalibrasi 5,30 ml.
11. Vial yang telah diisi laluditutup dengan kap karet-aluminium
12. Dilakukan uji In Process Control (IPC) meliputi uji kejernihan dan uji
keseragaman volume.
13. Dilakukan Quality Control yang meliputi uji sterilitas, uji kejernihan, uji
keseragaman volume, uji penetapan kadar dan uji sterilitas.
14. Dimasukkan kedalam dus, lengkapi dengan brosur, lalu diserahkan diberi etiket,
brosur kemudian dimasukan kedalam dus.
VIII. EVALUASI
a. In Process Control
1. Uji kejernihan (Teori dan Praktek Farmasi Industri hal. 1356)
Pemeriksaan kejernihan dilakukan secara visual terhadap suatu wadah
dengan memeriksa wadah bersih dari luar dibawah cahaya dengan penerangan
baik dan berlatar belakang hitam putih, Partikel yang bergerak lebih mudah
dilihat daripada partikel yang diam tetapi harus berhati hati untuk mencegah
masuknya gelembung udara yang sulit dibedakan dari partikel debu ,sehingga
jika ada partikel > 5μm akan terlihat.
Syarat:Semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat
dibuang dari wadah, batas 50 partikel 10ųm dan lebih besar 5 partikel ≥25
ųm/ml

2. Uji pH (FI edisiIV,1995 : 1039)


Menggunakan pH universal , teteskan sampel pada pita indikator pH
kemudian diamkan sesaat dan lihat warna yang dihasilkan kemuadian tentukan
pH berdasarkan warna.
Syarat : 6,2 - 7
3. Uji keseragaman volume (FI IV hal 1044)

a. Pilih 1 atau lebih wadah, baik volume 10 mL atau lebih, 3 wadah atau
lebih bila volume lebih dari 3 mL dan kurang dari 10 mL, atau 5 wadah
atau lebih bila volume 3 mL atau kurang.
b. Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodemik kering berukuran tidak
lebih dari 3 kali volume, yang diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik
no.21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm.
c. Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum suntik dan alat suntik,
pindahkan isi dalam alat suntik tanpa mengosongkan bagian jarum
kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga
volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari
kapasitas tertera/ garis-garis petunjuk volume yang ditampung, bukan yang
dituang.
Syarat: Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji
satu persatu atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari
jumlah volume wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung.

b. Quality Control (QC)


1. Uji Sterilitas (FI IV hal 855)
Menggunakan teknik penyaringan membran :

Bersihkan permukaan luar botol, tutup botol dengan bahan


dekontaminasi yang sesuai, ambil isi secara aseptik.

Pindahkan secara aseptik seluruh isi tidak kurang dari 10 wadah


melalui tiap penyaring dari 2 rakitan penyaring. Lewatkan segera tiap
spesimen melalui penyaring dengan bantuan pompa vakum/tekanan.

Secara aseptik, pindahkan membran dari alat pemegang, potong


menjadi setengah bagian (jika hanya menggunakan satu). Celupkan membran
atausetengah bagian membran ke dalam 100 ml media inkubasi selama tidak
kurang dari 14 hari. Lakukan penafsiran hasil uji sterilitas.

Syarat: Pengujian digunakan untuk bahan, sediaan, alat sesuai dengan


farmakope yang dipersyaratkan harus steril. Hasil yang diterima menunjukan
bahwa tidak ada kontaminasi mikroba ditemukan dalam sampel di bawah
kondisi pengujian.

1. Uji Kejernihan (Lachman, 1994 : 1356)


Pemeriksaan visual terhadap suatu wadah produk biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya
yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang
hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
Syarat:Semua wadah diperiksa secara visual dan bahan tiap partikel yang
terlihat dibuat. Batas 50 partikel 10 μm dan lebih besar, serta lima partikel lebih
besar atau sama dengan 20 μm/ml.

2. Uji keseragaman volume (FI edisiIV, 1995 : 1044)


Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah atau
lebih bila volume lebih dari 3 ml dan kurang dari 10 ml, atau 5 wadah atau
lebih bila volume 3 ml atau kurang. Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik
hipodermik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur
dan dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5
cm. Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan
pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa mengosongkan bagian jarum, ke dalam
gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang
diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera
(garis-garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume yang ditampung,
bukan yang dituang).
Syarat : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji
satu persatu atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah
volume wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung.

3. Penetapan Kadar (FI edisiV, 2014 : 962-963)


Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji,
larutkan dalam Pengencer hingga diperoleh larutan
dengan kadar lebih kurang 10 unit Oksitosin FI per ml.Pengujian dapat
dilakukan secara volumentric, spektrofotometer, HPLC atau alat lain yang
cocok secara kuantitatif dengan standard farmakope.
Syarat : Injeksi Diazepam mengandung Diazepam tidak kurangdari 95.0%
dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
IX. DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1969. Farmakope Indonesia. Edisi III.
Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. ed IV. 1995.
Jakarta. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia ed V. 2014.
Jakarta. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
4. Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Edisi ketiga. Jakarta: UI-Press..
5. Lawrence, A.T. 2003. Handbook on Injectable Drugs. Edisi ke 12. Bethesda:
American Society of Health System Pharmacist.
6. Reynolds JEF.1998. Martindale The Extra Pharmacopoeia. 28th edition. London:
The Pharmaceutical Press
7. Rowe, Raymond C., dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients sixth ed.VI
London: PhP..
8. Voigt, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM
Press.
9. American Hospital Formulary Service, Drug Information 88, American Society of
Hospital Pharmacist.
10. Reynolds JEF.1998. Martindale The Extra Pharmacopoeia. 29th edition. London:
The Pharmaceutical Press

Anda mungkin juga menyukai