06.bab Iii Stratigrafi Fix
06.bab Iii Stratigrafi Fix
06.bab Iii Stratigrafi Fix
STRATIGRAFI
Provinsi Sulawesi Selatan termasuk Peta Geologi Lembar Malili (Sukamto, 1982).
Kompleks Pompangeo.
MTpm Komplek Pompangeo : sekis, genes, pualam, serpentinit dan meta kuarsit,
batusabak, filit dan setempat breksi. Sekis, putih, kuning kecoklatan, kehijauan
Setempat menunjukkan struktur chevron, lajur tekuk (kink banding) dan augen,
dan di beberapa tempat perdaunan terlipat. Batuan terdiri atas sekis mika, sekis
mika yakut (garnet, sekis kloritamfibolit dan sekis klorit-zoisit. amfibolit dan
mineral lepidoblas dan granoblas berbutir halus sampai sedang; kuarsa, muskovit
horenblende, klinozoisit, felspar, yakut (garnet), klorit, serisit; apatit dan titanit
heteroblas, xenomorf sama butiran, terdiri dari mineral granoblas berbutir halus
sampai sedang. Jenis batuan ini terdiri atas genes kuarsa biotit dan genes
biotit tersusun oleh mineral kuarsa, plagioklas dan biotit. Genes pumpelit-
47
yang berupa hancuran felspar, muskovit dan kuarsa. Batuan terutama terdiri atas
sampai merah coklat, dan hitam bergaris putih; sangat padat dengan persekisan,
batuan ini didukung oleh adanya pengarahan kalsit hablur yaag tergabung dengan
mineral lempung dan mineral kedap (opak). Batuan terutama tersusun oleh kalsit,
dolomit dan piroksen; mineral lempung dan mineral bijih dalam bentuk garis.
Wolastonit dan apatit terdapat dalam jumlah sangat kecil. Plagioklas jenis albit
ditemukan dalam lajur sesar dengan ketebalan kurang dari satu meter sampai
beberapa meter, dan dalam lajur sesar besar melebihi ratusan meter. Di beberapa
tempat perdaunan yang telah terlipat (kink banding). Serpentin terdapat di sebelah
utara Masamba, diantara sesar Palu-Koro dan sesar naik Masamba. Kuarsit, putih
sampai coklat muda; pejal dan keras; berbutir (granular), terdiri atas mineral
granoblas, senoblas, dengan butiran dan halus sampai sedang. Batuan sebagian
besar terdini dari kuarsa, jumlahnya sekitar 97%. Oksida besi bercelah diantara
kuarsa, jumlahnya sekitar 3%. Batuan ditemukan sebagai lensa di dalam batuan
malihan; tebal mencapai 10 cm. Batusabak, kelabu sampai coklat; agak padat
sampai padat, setempat tampak struktur perlapisan halus (perarian). Filit, coklat
muda sampai coklat tua; padat, belahan berkembang baik, setempat terdaunkan;
lensa atau pisahan kuarsa (quartz segregation) berwarna putih sampai coklat
setebal beberapa mm sampai 1 cm. Breksi aneka bahan, coklat kemerahan; padat,
masa dasar kalsit. Urat kuarsa dan kalsit memotong breksi ini secara tidak
beraturan. Secara umum, Komplek Pompangeo didominasi oleh sekis dan genes.
Serpentinit umumnya ditemukan dalam lajur sesar. Pualam, kuarsit, batusabak dan
filit terdapat berupa lensa atau perselingan dengan srkis.Umur satuan ini belum
dapat dipastikan, tetapi diduga tidak lebih tua dari Kapur. Sebaran satuan batuan
ini meliputi daerah Pegunungan Pompangeo, Koro-Ue dan Bakase yang terletak
di sebelah utara pebukitan Bone-Bone, serta di utara, barat dan selatan Danau
Poso, di barat desa Mangkutana, dan di utara Masamba. Pualam terdapat cukup
luas di barat Mangkutana yang merupakan lereng timur Pegunungan Bakase, serta
dalam lensa-lensa kecil dengan ketebalan kurang dari satu meter sampai beberapa
meter sering dijumpai dalam sekis dan genes. Setempat ditemukan perselingan
dengan sekis seperti tersingkap di Kodina, selatan D. Poso. Satuan ini tertindih tak
berupa sesar-naik dengan batuan granit di barat dan batuan ofiolit di sebelah
Timurnya.
napal dan lempung tufaan. Konglomerat, kelabu kecoklatan; kurang padat hingga
padat; pilahan dan kemas buruk, komponen terutama didominasi oleh batuan
umumnya berukuran sampai 10 cm, tetapi ada juga yang sampai 30 cm.
lapisan menjadi sangat tebal, mencapai belasan meter. Batupasir, kelabu sampai
kecoklatan; padat dan keras, kadang - kadang gampingan; berbutir halus sampai
imineral mafik, dan kuarsa membentuk perselingan dengan napal dan lempung
kurang padat, berlapis baik dengan ketebalan tiap lapisan antara 1 - 15 cm.
Lempung tufaan, kelabu kecoklatan sampai coklat; kurang padat, berlapis baik;
setempat struktur perarian. Tebal tiap lapisan 1 - 20 cm, tidak jarang sampai 200
mm. Bagian bawah formasi terutama terdiri dari perselingan napal, batupasir dan
laut dangkal dan terbuka (neritik). Tersebar di utara Masamba, BoneBone sampai
Mangkutana. Ketebalannya diduga melebihi 750 m; terletak tak selaras di atas
didasarkan atas litostratigrafi tidak resmi yang bersendikan pada ciri-ciri litologi,
yang satu dengan batuan yang lain dan dapat dipetakan dalam skala 1:25.000
piroklastik dan batuan beku. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan ciri litologi yang
komposisi kimia dan kandungan fosil) dan kontak batuan dimana batas kontak
tersebut dapat ditempatkan pada suatu bidang nyata atau jika terjadi perubahan
1. Satuan Batupasir
2. Satuan Batulempung
3. Satuan Sekis
Pembahasan dan uraian dari urutan satuan stratigrafi daerah penelitian dari
Satuan sekis merupakan satuan batuan yang tertua pada daerah penelitian.
resmi yang bersandikan pada ciri fisik dan penyebaran yang mendominasi pada
satuan batuan ini secara lateral serta dapat terpetakan dalam peta skala 1:25.000.
Penamaan batuan dari penyusun satuan batuan ini terdiri atas dua cara
secara megaskopis ditentukan secara langsung di lapangan terhadap sifat fisik dan
komposisi mineral yang bisa diamati oleh mata, dengan menggunakan klasifikasi
optik mineral serta pemerian komposisi mineral secara spesifik yang kemudian
Blatt, Tracy & Owens (2006) untuk fragmen dan Pettijohn (1975) untuk matriks
batuan.
Berdasarkan data lapangan, satuan ini disusun oleh litologi sekis, sehingga
Satuan ini tersebar di bagian timur daerah penelitian dari barat ke bagian tengah.
Litologi yang menyusun satuan ini yaitu sekis. Sekis secara megaskopis
dijumpai dalam kondisi segar berwarna kehijauan dan dalam keadaan lapuk
Foto 3.1 Singkapan sekis hijau sebagai anggota Satuan Sekis pada daerah Kansituwu
arah foto N 125°E
3.2.1.4 Umur dan Lingkungan Pembentukan
berdasarkan pada ciri-ciri fisik litologi dan posisi stratigrafi yang bersendikan
merupakan anggota dari Formasi Kompleks Pompangeo (dalam hal ini Sukamto
dekat dengan daerah penelitian, yaitu Formasi Bone-bone tidak memiliki anggota
geografis maka satuan sekis pada daerah penelitian memiliki nilai kesebandingan
Pompangeo Malihan) yang berumur Trias dan terbentuk pada lingkungan laut.
mengenai dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan, ciri litologi yang mencakup
resmi yang bersandikan pada ciri fisik dan penyebaran yang mendominasi pada
satuan batuan ini secara lateral serta dapat terpetakan dalam peta skala 1:25.000.
Penamaan batuan dari penyusun satuan batuan ini terdiri atas dua cara
secara megaskopis ditentukan secara langsung di lapangan terhadap sifat fisik dan
ukuran butir yang bisa diamati oleh mata, dengan menggunakan klasifikasi
disusun oleh litologi batulempung dan batupasir dan kesamaan ciri dengan
penelitian. Satuan ini tersebar di bagian timur daerah penelitian dari utara ke
bagian tengah.
Litologi yang menyusun satuan ini terdiri dari batulempung dan batupasir.
berwarna kecoklatan, tekstur klastik, dengan ukuran butir lempung (1/256 mm).
(Wentworth,1922)
memperlihatkan ciri fisik berwarna putih keabu-abuan dan dalam kondisi lapuk
berwarna kecoklatan, tekstur klastik, dengan ukuran butir pasir kasar (1/2-1 mm).
(Wentworth,1922).
berdasarkan pada ciri-ciri fisik litologi dan posisi stratigrafi yang bersendikan
formasi yang dekat dengan daerah penelitan, yaitu Formasi Bone-bone. Menurut
Sukamto (1982), formasi tersebut memiliki anggota yang sama dengan daerah
umur. Sedangkan hubungan satuan ini dengan satuan batuan di bawahnya adalah
ketidakselarasan.
mengenai dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan, ciri litologi yang mencakup
resmi yang bersandikan pada ciri fisik dan penyebaran yang mendominasi pada
satuan batuan ini secara lateral serta dapat terpetakan dalam peta skala 1:25.000.
Penamaan batuan dari penyusun satuan batuan ini terdiri atas dua cara
secara megaskopis ditentukan secara langsung di lapangan terhadap sifat fisik dan
ukuran butir yang bisa diamati oleh mata, dengan menggunakan klasifikasi
disusun oleh litologi batulempung dan batupasir dan kesamaan ciri dengan
Satuan ini menempati sekitar 20% dari keseluruhan luas daerah penelitian.
Satuan ini tersebar pada bagian timur daerah penelitian secara setempat -
setempat.
ciri fisik berwarna putih keabu-abuan dan dalam kondisi lapuk berwarna
kecoklatan, tekstur klastik, dengan ukuran butir pasir kasar-pasir sedang (1-1/4
mm). Berdasarkan sifat fisiknya maka nama batuannya adalah Batupasir
(Wentworth,1922)
Foto 3.4 Singkapan batupasir yang menyusun Satuan batupasir di stasiun 1 Daerah
Kansituwu dengan arah foto N333oE
lapuk memperlihatkan ciri fisik berwarna keabu-abuan dan dalam kondisi lapuk
berwarna kecoklatan, tekstur klastik, dengan ukuran butir lempung (1/256 mm).
(Wentworth,1922)
Foto 3.4 Singkapan batulempung sebagai anggota Satuan batupasir di stasiun 15 Daerah
Kansituwu dengan arah foto N171oE
berdasarkan pada ciri-ciri fisik litologi dan posisi stratigrafi yang bersendikan
formasi yang dekat dengan daerah penelitan, yaitu Formasi Bone-bone. Menurut
Sukamto (1982), formasi tersebut memiliki anggota yang sama dengan daerah
dengan anggota Formasi Bone-bone atau Tmpb (Tersier Miosen Pliosen Bone-
batuan ini dengan satuan batuan di bawahnya yaitu selaras dengan satuan
batulempung