Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

PPGG

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 38

MODUL

PERENCANAAN PROGRAM GIZI


(PPG)

DOSEN MATA KULIAH :

MOHAMMAD FURQAN, SKM., MKM.

Program Studi S1 Ilmu Gizi


Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Jakarta
2013
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur disampaikan kepada Allah SWT, yang telah mengizinkan terbitnya
modul “Perencanaan Program Gizi” untuk Program Studi S1 Ilmu Gizi fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta. Buku ini dimaksudkan untuk
menuntun proses perkuliahan mahasiswa di kelas maupun di lahan praktikum sehingga
diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami, mengkaji dan mempraktekkannya di bangku
perkuliahan maupun di lahan praktikum.
Materi Modul Perencanaan Program gizi ini mencakup 4 modul antara lain ; Konsep dasar
perencanaan gizi, Pengumpulan data dasar gizi, Hasil pengumpulan data dasar gizi dan Program
intervensi gizi yang semuanya telah tercakup di dalam garis-garis Besar Program Pengajaran
dengan bobot 3 SKS.
Sebagai hasil kerja manusia, tentu modul ini tidak sunyi dari cacad, kekurangan atau
kekliruan. Untuk itu, komentar, saran dan kritikan sangat kami harapkan . Harapan kami bagi para
pengguna modul ini terutama para mahasiswa jangan pernah merasa puas dengan mempelajari
hanya dari modul ini tetapi kembangkan dan juga banyak membaca dari berbagai referensi demi
untuk meningkatkan pengetahuan saudara.
Akhir kata, para penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu pembuatan modul ini.

Jakarta, Desember 2013

Penyusun
1. KONSEP DASAR PERENCANAAN PROGRAM GIZI

A. Pendekatan Dalam Perencanaan Program

Di dalam melakukan kegiatan sehari-hari seseorang maupun masyarakat umumnya selalu

melakukan suatu perencanaan. Perencanaan dibuat dengan tujuan agar seluruh kegiatan dapat

dilaksanakan sesuai dengan rencana, terarah dan hasil memuaskan. Bagaimana dan apa suatu

tindakan perencanaan yang baik itu? Adalah merupakan suatu gambaran seni dalam berencana,

yang lebih banyak dititik beratkan dalam bidang kesehatan yang berkait dengan program gizi.

Dalam bidang manajemen, salah satu fungsi awal manajemen adalah suatu perencanaan.

Untuk melakukan suatu perencanaan program diperlukan data dari berbagai sektor yang terlibat

atau ada hubungan dengan program yang akan dijalankan. Oleh karena itu, diperlukan pencarian

data dan informasi serta analisis yang lebih tepat agar mendapatkan prioritas masalah dan program

yang tepat.

Di bidang kesehatan perencanaan adalah sebagai suatu proses untuk merumuskan masalah-

masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,

menentukan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Diharapkan dengan dibuatnya suatu perencanaan kita dapat

mengetahui tujuan dan cara mencapainya, sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seberapa besar

personil yang dibutuhkan, serta bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.

Sebagai suatu proses, perencanaan mempunyai beberapa langkah penting. Ada lima

langkah penting dalam suatu perencanan yang perlu dilakukan dalam setiap menjalankan fungsi

perencanaan, yaitu:

1. Analisis situasi

2. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah


3. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai

4. Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanan program.

5. Menyusun rencana program kegiatan dalam salah satu bentuk POA (Plan Of

Action)

Perencanan adalah bagian dari suatu proses yang dapat diformulasikan dalam suatu siklus

seperti terlihat di bawah ini.

Analisis situasi

Evaluasi Perencanaan

Pelaksanan

Gambar 1. Siklus Pemikiran Perencanaan

Siklus memperlihatkan bahwa penelitian dari situasi sekarang dilaksanankan dengan sasaran

utama dari identifikasi masalah. Dari identifikasi masalah, rencana dikembangkan untuk

memecahkan masalah dengan melaksanakan rencana. Setelah beberapa waktu tertentu

pelaksanaan, evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana sasaran dan target dari rencana sudah

terlaksanan dan tercapai. Kemudian siklus dilengkapi dengan penilaian kembali dari situasi

sekarang ini. Secara teori, proses berlangsung terus sampai masalah dapat terpecahkan.

Berbicara perencanaan tidak terlepas dengan manajemen, yaitu kumpulan dari beberapa

sasaran kegunaan dan pengontrolan waktu, tenaga, uang dan sumberdaya lain. Dari beberapa pakar

manajemen, mereka membedakan beberapa fungsi manajemen seperti contoh George Tery yang

menteorikan fungsi manajemen terediri dari ; Planning, Organizing, Actuating, Controling.

Perencanaan utama dalam gizi masyarakat adalah penyususnan rencana program yang merupakan

tugas utama ahli gizi masyarakat.


Perencanaan program

Suatu program adalah koordinasi antara personil, fasilitas, uang,, alat, penyediaan barang

dan jasa. Perencanaan program berupa menyusun permasalahan dan sumber-sumber ke dalam

kerangka kerja, untuk mepermudah penggunaan dalam memecahkan masalah. Prosesnya meliputi

langkah-langkah :

1. Determinasi masalah

2. Koordinasi dan organisasi

3. Pelaksanaan rencana

4. Pengawasan rencana

5. Evaluasi

Rencana proses perencanaan bertujuan agar didapat suatu pedoman atau petunjuk untuk

membuat rencana yang akan dilaksanakan kemudian yang berbentuk TOR (Term Of Reference).

Langkah – langkah yang harus dilakukan dalam merencanakan proses perencanaan , meliputi :

1. Menentukan pemilihan kelembagaan

2. Penentuan metode perencanaan

3. Penentuan tingkat perencanaan

4. Pembuatan TOR

B. Pendekatan Perencanaan Program Gizi Skala Mikro

Perencanaan adalah metode dan prosedur yang teratur untuk merumuskan keputusan yang

mantap pada berbagai tingkat. Perencanan merupakan alat yang efisien, dengan langkah-langkah

yang logis dapat menjamin kemantapan dalam menanggapi berbagai macam perkembangan

dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang pangan dan gizi. Namun

bagaimanapun baiknya tehnik perencanan, kualitas suatu keputusan yang diambil, tetap

bergantung dari unsure manusia, dukungan finansial dan sumber daya yang terorganisir serta

didukung oleh kemampuan politik.


Program-program gizi di samping memberikan manfaat produktivitas secara langsung,

memberikan pula keuntungan-keuntungan sebagai berikut :

1. Menurunkan angka kesakitan penduduk

2. Meningkatkan pendapatan penduduk

3. Meningkatkan kesehatan dan kemampuan ibu-ibu dalam memelihara anak-anak

4. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia pada umumnya

Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gizi (sumber: Call dan

Levinson,1871)

Zat gizi dalam makanan

Ada tidaknya program


Pemberian makanan
Di luar keluarga

Konsumsi makanan
Daya beli keluarga
Status Gizi

Kebiasaan makan

Kesehatan

Pemeliharaan kesehatan

Lingkungan fisik dan


sosial

Gambar 2. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gizi.

Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan gizi kurang (Persagi,1999)

a. Penyebab Langsung

1. Asupan makanan

2. Penyakit infeksi

b. Penyebab tidak langsung

1. Persediaan makanan di rumah

2. Perawatan anak dan ibu hamil


3. Pelayanan kesehatan

4. Kemiskinan

5. Kurang pendidikan dan pengetahuan serta keterampilan

6. Serta yang menjadi akar permasalahan adalah ekonomi (krisis ekonimi).

Menurut Soekirman tahun 2002 menyatakan bahwa beberapa dampak dari gizi kurang pada

akhirnya akan menimbulkan penurunan kualitas SDM (sumber daya manusia);

a. Ibu hamil ; kesakitan dan kematian meningkat, perkembangan otak janin dan pertumbuhan

terhambat, BBLR.

b. Ibu menyusui ; kesakitan dan kematian meningkat, produksi ASI menurun, keadaan gizi

dan kesehatan bayi menurun

c. Balita ; perkembangan otak dan fisik terhambat, perkembangan motorik dan mental serta

kecerdasan terhambat, kesakitan dan kematian anak meningtkat.

d. Usia sekolah dan Remaja ; kesakitan meningkat dan absensi meningkat, pertumbuhan dan

daya tangkap belajar menurun, kesegaran fisik menurun dan prestasi olah raga buruk,

interaksi sosial kurang dan kriminalitas meningkat.

e. Dewasa dan usia lanjut ; kesakitan meningkat dan umur harapan hidup rendah, kesegaran

fisik dan produktivitas kerja menurun, kesempatan bekerja dan pendapatan menurun.

Masalah gizi adalah suatu yang tidak dikehendki oleh siapa pun juga. Oleh karena itu,

perlu dicari cara untuk menanggulanginya melalui berbagai tindakan. Perencanaan gizi

memberikan perhatian dalam hal identifikasi dan disain penanganan untuk mengurangi maslah

gizi kurang dan membantu dalam pembuatan keputusan memilih tindakan-tindakan yang akan

diambil. Perencanaan program pangan dan gizi dapat dilakukan dengan mengidentifikasi maslah

gizi dengan upaya survei data dasar gizi, melakukan intervensi gizi dengan berbagai tindakan

seperti ;

1. Peningkatan produksi pertanian dengan tujuan meningkatkan produksi pangan

dengan cara yang dapat meningkatkan ketersediaan makanan atau pendapatan .


2. Fortifikasi ; pada tahap prosesing seseorang dapat memperbaiki defisiensi gizi yang

khusus dalam konsumsi, seperti yodium, Fe, Vitamin A dengan cara menambahkan

zat gizi tersebut ke dalam bahan makanan yang umum dimakan.

3. Makanan formulasi ; yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas defisiensi,

makanan yang biasa diformulasikan umumnya makanan bagi anak usia 6-36 bulan

dan harus padat gizi dan dapat diberikan melalui program PMT (pemberian

makanan tambahan)

4. Infrastruktur pemasaran ; memantau harga pasar, penanganan penyimpanan dan

transportasi untuk ketersediaan pangan.

5. Subsidi harga pangan ; bertujuan mengatasi hambatan utama dari daya beli yang

kurang dengan mengontrol harga dan atu pengadaan took ransum maknanan.

6. Dosis tinggi ; merupakan intervensi alternatif terhadap fortifikasi

7. Pemberian makanan tambahan ; dengan menyediakan pangan gratis atau dengan

harga rendah untuk mencukupi konsumsi bagi golongan rawan. Makanan ini dapat

didistribusikan secara periodic dengan cara diantar ke rumah dikonsumsi di pusat

kegiatan PMT.

8. Pendidikan dan pengetahuan gizi ; bertujuan meningkatkan penggunaan sumber

daya makanan yang tersedia, mengubah kebiasaan makan yang buruk dilihat dari

segi gizi.

9. Program terpadu ; melibatkan kegiata intervensi gizi dengan intervensi utama yang

lain seperti perawatan kesehatan dan sanitasi untu mencegah penyakit infeksi dan

variabel demografi.

Pendekatan sistem perencanan gizi

Era baru di bidang gizi diperlukan pengelolaan berpikir menggunakan sistem. Gizi tidak

lagi dianggap hanya sebagai komponen kesehatan, tetapi sudah mulai diakui sebagai sub-sistem

dari super sistem Pembangunan Nasional.


Sistem adalah suatu rangkaian dari unsur-unsur atau komponen yang saling kait mengkait

dan saling berpengaruh untuk menuju ke suatu tujuan yang sama. Adapun cirri- cirri dari

pendekatan sistem adala;

1. Organisatoris ; bertujuan membantu memecahkan masalah yang luas dan rumit, sehingga

diperlukan pengorganisasian berbagai daya dan sarana dari banyak pihak.

2. Kreatuf ; menciptakan tujuan dan metode dalam penanganan masalah.

3. Teoritis ; pendekatan sistem harus didasarkan dengan ilmu pengethuan (ilmiah)

4. Empiris ; pengumpulan data dengan percobaan, penelitian dan lain-lain. Dapat

memberikan keterangan yang realistis dalam dunia nyata (praktek) seperti fungsi dan

hubungan berbagai sistem, sikap dan lain-lain.

5. Pragmatis ; setelah dapat terbukti secar empiris maka dengan pragmatis dapat dilakukan

atau dilaksanakan dengan (feasible, producible, operable, dan legal)

Perencanaan yang layak membutuhkan informasi kuantitatif dan kualitatif. Untuk

mengukur hasil dari program-program yang berorientasi gizi, dengan pendekatan sistem yang

baik dan terencana maka akan didapatkan suatu identifikasi masalah gizi sehingga permasalahan-

permasalahan tersebut dapat diatasi dengan berbagai program intervensi gizi.

Model perencanaan di Indonesia ada 4 yaitu ; Top-Down Planning, Botton-Up Planning,

gabungan Top-Down dan Botton-Up Planning, serta Rencana Terpadu (Lintas Sektor).

1. Top-Down Planning

a. Didasrkan pada pengamatan yang urgensinya ditetapkan oleh tingkat pusat

b. Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang dianggap oleh pemerintah bahwa

program tersebut akan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat

c. Tanpa memperhitungkan dan melalui proses, agar felt need berubah dengan sendirinya menjadi

real need.

d. Bersifat instruktif partisipasi masyarakat sulit ditambahkan (bila masyarakat belum dapat

merasakan manfaatnya)

2. Botton-Up Planning

a. Bercermin dari kelemahan top-down planning


b. Gagasan dan usulan dari masyarakat karena kebutuhan masyarakat sendiri

c. Peran serta masyarakat sangat menonjol masyarakat bertanggung jawab atas keberhasilan

program

3. Gabungan Botton-Up dan Top-Down Planning

Diperoleh kesepakatan dan perencanaan konsep, serta penyesuaian program yang direncanakan

4. Perencanaan Terpadu

Berbagai pihak (sector) harus bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Langkah-langkah perencanaan gizi

1. Diagnosa permasalahan dan analisis situasi

2. Formulasi tujuan spesifik

3. seleksi model intervensi

4. Implementasi

5. Evaluasi

Konsepsi Perencanaan Gizi

1. Arti dan tujuan

a. Tujuan dari perencanaan gizi

b. Perlunya ukuran gizi dalam perencanaan

c. Startegi dasar

d. Tipe program

e. Pertimbangan dan komponen gizi

f. Pengenalan perencanan dan pertimbangan gizi

g. Dampak gizi utama

h. 5 metode dalam perencanaan ;

• identifikasi masalah

• identifikasi golongan sasaran

• penetapan dampak gizi dengan telaahan

• identifikasi pelaksanaan

• formulasi cara pemantauan dan evaluasi


2. Langkah dalam prosedur perencanaan

a. telaahan meja

b. telaahan gizi dan tinju lapang

c. studi masalah gizi yang mendalam

d. susun model monitor dan evaluasi

Berikut ini merupakan langkah-langkah melaksanakan perencanaan pengumpulan data dasar gizi

yang akan dilakukan :

1. Menentukan masalah gizi yang menjadi prioritas di daerah tersebut dan menentukan

tujuan pelaksanaan pengumpulan data dasar gizi secara jelas dan rinci.

2. Menentukan besar dan metode sampel

3. Mengembangkan alat pengumpul data

4. Pengorganisasian dan pelaksanaan pengambilan data dasar gizi

5. Analisa, interpretasi dan laporan

6. Pengembangan kegiatan program lanjutan (intervensi gizi)

2. PENGUMPULAN DATA DASAR GIZI

A. Penyusunan Proposal

Sebelum para mahasiswa melaksanakan pengumpilan data dasar gizi di suatu wilayah yang

ditentukan, mereka dituntut untuk mempersiapkan dan membuat sebuah proposal pengumpulan

data. Pembuatan proposal dilakukan di Kampus sebelum turun/terjun kelapangan dengan berbagai
proses atau tahapan pembuatan baik secara individu atau kelompok yang dibantu oleh para

dosen/instruktur sebagai pembimbing.

Di dalam pembuatan proposal pada prinsipnya bertujuan sebagai bahan acuan/panduan

mahasiswa dalam pengumpulan data dasar gizi di lapangan. Pembuatan proposal tersebut

dilakukan dengan memasukkan berbagai disiplin ilmu, seperti : Penilaian Status Gizi, Metodologi

Penelitian, Statistika, Ilmu Gizi, dll yang terkait. Sehingga diharapkan mahasiswa nantinya

mampu melakukan pengumpulan data dengan baik dan benar serta sebagai latihan dalam

menghadapi Karya Tulis Ilmiah (KTI).

Berberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan proposal, antara lain :

1. Dosen/instruktur sebagai pengarah atau pembimbing pembuatan proposal

2. Kesiapan dan kesungguhan para mahasiswa sebagai pelaksana pembuatan proposal.

3. Penentuan format/ sistematika penyusunan proposal

4. Referensi / literature dari beberapa buku untuk menunjang pembuatan proposal

5. Kerangka acuan kegiatan pengumpulan data dasar gizi dari dosen mata kuliah

6. Penetapan tujuan kegiatan

7. Perizinan lokasi tempat diadakannya pengumpulan data

8. Perkiraan waktu pelaksanaan kegiatan pengumpulan data dasar sebagai bahan penyusunan

jadwal kegiatan

9. Penetapan target/ sasaran sebagai sampel

10. Penetapan metodologi dan definisi operasional

11. Persiapan instrumen/ daftar pertanyaan sebagai perangkat pengumpilan data

12. Persiapan sumber daya (man, money, material, methode dan mechine)

Tujuan dari pembuatan proposal pengumpulan data, sebagai berikut :

1. Sebagai bahan panduan mahasiswa dalam pengumpulan data dasar gizi di lapangan

2. Sebagai bahan panduan mahasiswa dalam mengolah, menganalisa, dan menginterpretasi

data yang dihasilkan.

3. Didapatkannya hasil instrumen yang nantinya digunakan sebagai alat bantu dalam

pengumpulan data dasar gizi


4. Sebagai bahan panduan untuk mendapatkan hasil dari pengumpulan data dasar gizi

sehingga dapat melakukan kegiatan intervensi gizi

Format pembutan proposal pengumpulan data dasar gizi antara lain berisi :

Proposal :
Cover
Lembar persetujuan
Kata pengantar
Daftar tabel
Daftar lampiran
Daftar isi
Bab I. Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Perumusan masalah
C. Ruang lingkup masalah
D. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
E. Hipotesis
F. Manfaat hasil
G. Keterbatasan penelitian
Bab II. Tinjauan pustaka
Bab III.Kerangka konsep dan definisi
operasional
A. Kerangka konsep
B. Definisi operasional
Bab IV.Metodologi penelitian
A. Ruang lingkup
B. Rancangan penelitian
C. Populasi dan sampel
1.Populasi
2.Cara pengambilan sampel
3.Besar sampel
D. Jenis data yang dikumpulkan
E. Cara pengumpulan data
F. Cara pengolahan data
G. Cara analisa data
Daftar pustaka
Lampiran

Penetapan tujuan

Salah satu hal penting dalam penyusunan proposal adalah penentuan tujuan, harapan dari

pengumpulan data dasar gizi tersebut adalah tercapainnya seluruh tujuan yang direncanakan sesuai

harapan. Tujuan adalah gambaran suatu keadaan dimasa yang akan dating yang akan diwujudkan

melalui berbagai kegiatan yang direncanakan. Tujuan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus

sehingga dalam pembuatan proposal ini harus tercantum kedua tujuan tersebut.
a. Tujuan umum (goal)

Adalah suatu pernyataan tentang keadaan masyarakat yang lebih tinggiu yang diharapkan akan

dicapai dimasa yang akan dating; sifatnya, abstrak, jangka panjang, ukuran-ukuranya tidak

jelas, bukan diwujudkan oleh satu factor/sector saja, tetapi kontribusi berbagai factor atau

sector.

b. Tujuan khusus

Adalah tujuan yang dinyatakan secara spesifik yang artinya; jelas ukurannya (kuantitatif), jelas

waktunya (kapan akan dicapai), jelas loksinya (dimana), jelas sasaran (adalah jumlah output

yang akan dihasilkan atau diproduksi dari suatu kegiatan.

Bila sifat spesifik dari tujuan tersebut dipenuhi, sangat bermanfaat untuk :

1. Menentukan berapa banyak sumber daya yang diperlukan

2. Menentukan strategi untuk mencapai tujuan tersebut

3. Menentukan jenis-jenis kegiatan yang perlu dilakukan

4. Menentukan jadwal kegiatan tersebut

5. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan tersebut.

Penetapan populasi dan sampel

Populasi adalah kumpulan elemen/individu yang ingin kita ketahui karakteristiknya, atau

keluarga yang memiliki balita dan atau bumil dan atau busui dan atau lansia (sasaran/target) yang

terdapat di daerah pengambilan data. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang dapat

dihitung berdasarkan rumus :

p.q
n = Zc 2 x -------
E2

Keterangan ;

n = minimal besar sampel yang akan diperoleh

Zc = tingkat kepercayaan yaitu 95%

E = tingkat kesalahan yang dapat ditolerir yaitu 5-10 %

p = prevalensi gizi kurang dan buruk pada anak balita


q = 1-p

Sampel dapat diambil dengan cara :

1. Systematik random sampling (acak sistematik)

2. Accidental sampling (sampel yang pada saat itu dapat ditemui.

B. Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data

Agar diperoleh hasil yang akurat , data yang dikumpulkan juga harus akurat. Akurasi data

ini sangat bergantung pada kualitas alat ukur (instrumen) yang digunakan dan orang yang

melaksanakan pengambilan data. Untuk menjaga kualitas ini, diperlukan standar dan prosedur

tentang cara pengambilan data menggunakan instrumen.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pembuatan alat pengumpul data :

1. Tipe instrumen

a. Kuesioner

b. Register

c. Lain-lain

2. Tipe pertanyaan

a. Ya/tidak

b. Pilihan ganda

c. Pertanyaan terbuka

3. Kelompok sasaran

a. Anak-anak

b. Ibu/wanita

c. Lainnya

4. Pengkodean

a. Tanpa kode

b. Pre koding

c. Numerik/angka

d. Huruf
5. Penskoran, penjumlahan atau penilaian hasil instrumen sehingga memudahkan dalam

memasukkan ke dalam pengkategorian data.

6. Melakukan uji coba kuesioner sebelum pengumpulan data dilakukan di lahan sebenarnya.

Merancang kuesioner :

Tampilan fisik kuesioner sangat mempengaruhi pewawancara dan petugas koding,. Oleh

karena itu dalam membuat kuesioner harus diperhatikan hal-hal berikut :

1. Setiap pertanyaan harus jelas terpisah satu sama lain

2. Jawaban setiap pertanyaan harus berada dibawah atau disamping pertanyaan tersebut

sehingga mudah dilihat

3. Kategori tiap jawaban harus jelas, letaknya terpisah dan berbeda satu sama lain

4. Petunjuk bagi pewawancara harus terpisah dari dari pertanyaan, sehingga jelas bagi

pewawancara bagian mana yang harus dibacakan pada responden dan bagian mana yang

harus tidak dibacakan.

5. Bila ada pertanyan yang harus dilompati/dilewati, maka petunjuk untuk ke pertanyaan

berikutnya harus jelas ada di jawaban pertanyaan sebelumnya.

6. Ukuran huruf kuesioner harus jelas dan mudah dibaca.

7. Setiap pertanyaan dan halaman kuesioner harus diberi nomor, sehingga tidak ada

pertanyaan yang terlewati.

Bentuk pertanyaan; pertanyaan yang pada kuesioner dapat dijawab secara bebas oleh

responden (sehingga ada berbagai jenis jawaban), atau telah dijuruskan pada beberapa alternatif

jawaban yang sudah diberikan. Dalam hubungannya dengan leluasa atau tidaknya responden

untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, pertanyaan dapat

dibagi dalam 2 jenis, yaitu pertanyaan tertutup atau terstruktur dan pertanyaan terbuka.

C. Strategi Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian/survei.

Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam suatu penelitian. Data yang

dikumpulkan dapat digunakan untuk tujuan eksplorasi atau untuk menguji hipotesis.

Pengumpulan data tidak bisa dilepaskan dari masalah dan tujuan penelitian/survei.

Masalah dan tujuan survei ini memberikan arah dan juga mempengaruhi pemilihan metode

pengumpulan data. Banyak masalah yang tidak bisa terjawab pada satu penelitian/survei karena

metode yang digunakan untuk mengumpulkan data tidak sesuai. Secara umum metode

pengumpulan data dapat dibagi atas :

1. Metode pengamatan (observasi)

2. Metode wawancara

Beberapa data yang dikumpulkan berkaitan dengan pengumpulan data dasar gizi :

Data primer :

1. Status gizi sampel

2. Asupan zat gizi sampel

3. Kesehatan diri sampel

4. Kesehatan lingkungan keluarga sampel

5. Sosial ekonomi keluarga sampel

6. Sosial budaya sampel

Data sekunder :

Meliputi data umum kecamatan, puskesmas, desa, posyandu serta kader.

Dalam pengumpulan data dasar gizi, proses pengumpulan data tersebut menggunakan

beberapa perlengkapan dan peralatan yang menunjang demi keakuratan pengumpulan data, antara

lain:

1. Instrumen berupa kuesioner : digunakan untuk pengumpulan data antropometri, sosial

budaya, sosial ekonomi, kesehatan diri, kesehatan lingkungan, asupan zat gizi.
2. Peralatan yang menunjang untuk pengumpulan data antropometri sebagai data penentu

status gizi antara lain berupa : timbangan injak, dacin, mikrotoise, pita LILA, panjang

badan.

Dalam satu metode pengumpulan data ialah dengan jalan wawancara yaitu mendapatkan

informasi dengan cara bertanya lengsung kepada responden. Pedoman untuk mencapai tujuan

wawancara dengan baik adalah :

1. Berpakaian sederhana dan rapi, tanpa perhiasan serta dilengkapi identitas petugas

2. Sikap rendah hati

3. Sikap hormat kepada responden

4. Ramah dalam sikap dan ucapan

5. Sikap yang penuh perhatian, pengertian dan netral

6. Bersikap seolah-olah tiap responden yang kita hadapi selalu ramah dan menarik

7. Sanggup menjadi pendengar yang baik

Bias dalam suatu proses pengumpuln data (pada saat wawancara/ interview) dapat terjadi, antara

lain :

1. Interviewer terhadap responden

2. Responden terhadap interviewer

3. Interaksi antara responden dan interviewer

Selama wawancara dipengaruhi oleh ketangkasan dan responden untuk mengingat atau

kepandaian pewawancara untuk merekam tiap-tiap bahan makanan yang dikonsumsi; Menurut

Becker, jawaban responden dapat bias oleh beberapa alasan :

1. Arti bahan makanan bagi responden

2. Kekurang senangan untuk menjawab

3. Punya konsep yang keliru tentang pertanyaan yang disampaikan interviewer

4. Punya pendidkan yang bermacam-macam untuk memberikan ukuran-ukuran gambar yang

tepat dan menjaga catatan dan menjumlahkan makanan yang disiapkan dan dikonsumsi

5. Tidak ada reaksi atau tidak ada kerjasama

6. Latar belakang (sosial, suku, dsb) yang berbeda dengan pewawancara.


Kesalahan (sumber bias) dari pewawancara :

1. Attitudinal effect; kesalahan dalam mengajukan pertanyaan, menginterpretasikan jawaban

yang diberikan responden, mencatat jawaban yang diberikan responden, sengaja

menghilangkan/ melupakan pertanyaan-pertanyaan tertentu.

2. Situational effect (pengaruh situasi); kesalahan tertentu pada waktu memulai wawancara

(contoh ; lupa mengucapkan salam hingga menimbulkan kesan yang tidak baik, kondisi

dapat mempengaruhi hasil (anak menangis merepotkan responden juga

3. Relational effect ; pengruh hubungan timbal balik antara interviewer dengan responden

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan di dalam proses pengumpulan data dasar gizi di

lapangan antara lain :

1. Kesiapan instrumen yang dapat berupa kuesioner sejumlah sampel dan sisakan untuk

cadangan.

2. Memahami seluruh questioner dengan baik

3. Pengaturan jadwal kegiatan pengumpulan data dengan memperhatikan jumlah sampel,

jumlah instrumen, waktu dan jarak lokasi pengambilan data

4. Persiapkan alat bantu yang akan digunakan untuk menunjang pengumpulan data beserta

tenaga/orang yang membantu mengoperasikannya

5. Saat pengambilan data lengkapi atribut/ identitas anda secara resmi sebagai petugas

pengumpulan data dan juga menjelaskan maksud serta tujuan anda secara singkat agar

terhindar dari kesalahpahaman/kecurigaan.

6. Selalu melakukan pengecakan instrumen yang telah dimbil datanya (editing data)

7. Bila anda mendapatkan sampel yang berhalangan pada saat berlangsung, segera anda

mengganti sampel tersebut pada cadangan yang telah anda siapkan.

8. Utamakan kunjungan kepada responden yang bertempat tinggal berdekatan

9. Pilihlah waktu yang tepat untuk berkunjug

10. Bila tidak bertemu responden, usahakan untuk memperoleh informasi kapan kiranya

kunjungan kunjungan ulang dapat dilakukan. Informasi ini dapat dicari kepada seorang

anggota keluarga atau tetangganya.


11. Lakukan hati-hati terhadap setiap instrumen yang anda gunakan untuk pengumpulan data

sehingga didapatkan data yang akurat.

12. Data yang sudah didapat disimpan dengan baik, hindari tercecernya data atau hilang.

Proses pengumpulan data dapat dilakukan bila perangkat atau panduan untuk

mengumpulkan data telah dipersiapkan. Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat

penting dalam metode ilmiah yang menyangkut pengadaan data primer yang dilakukan secara

sistematik agar didapatkan data yang valid. Metode pengumpulan data terdiri dari :

1. Metode pengamatan langsung (berstruktur/ tidak)

2. Metode dengan menggunakan pertanyaan (berstruktur/terbuka)

3. Metode khusus (pengukuran, Fokus Grup Diskusi, wawancara mendalam)

Sumber-sumber kesalahan dalam pengumpulan data :

1. Petugas pengumpul data; yaitu kesalahan dalam menterjemahkan jawaban responden,

memberikan pertanyaan kepada responden, mencata jawaban yang diberikan responden

2. Daftar pertanyaan; yaitu kesalahan dalam tiap interview kemungkinan mempunyai

persepsi sendiri mengenai questionere

Pengumpulan data yang baik membutuhkan keahlian yang memadai dalam :

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Interpretasi data

Dalam proses pengumpulan data perlu juga memperhatikan jawaban apa yang kita butuhkan

dalam survei ini, sehingga perlu memperhatikan metode :

1. Valid ; haruslah benar-benar mengukur apa yang kita inginkan

2. Reliable ; instrumen (peralatan untuk mengukur) harus memberikan hasil yang sama bila

digunakan berulang-ulang

3. Objektif ; metode yang digunakan sudah distandarisasi/ dibakukan , hasilnya dapat

dibandingkan dengan hasil orang lain.


3. HASIL PENGUMPULAN DATA DASAR GIZI

A. Pengolahan Data

Setelah proses pengumpulan data selesai, perlu dilakukan pembersihan data – data yang

tidak digunakan dan juga editing data sebelum dilakukan pengolahan data. Diharapkan pada

proses pengolahan data nantinya adalah data yang benar-benar sesuai dengan tujuan, terhindar dari

kesalahan-kesalahan sehingga didapatkan keakuratan data dengan hasil yang baik.


Pengolahan data dapat dilakukan dengan tangan (manual) dan dapat pula dilakukan dengan

menggunakan mesin (komputer), dengan tahapan pengolahan :

1. Editing

Data yang masuk (raw data) perlu diperiksa apakah terdapat kekeliruan-kekeliruan dalam

pengisiannya atau barangkali ada yang tidak lengkap, palsu atau tidak sesuai dan

sebagainya, sehingga sebaiknya dilakukan pengecekan di lapangan sehingga diharapkan

akan diperoleh data yang valid dan reliable dan dapat dipertanggungjawabkan.

Hal-hal yang perlu dicek adalah :

a. Dipenuhi atau tidak instruksi sampling

b. Dapat dibaca atau tidaknya raw data

c. Kelengkapan pengisian

d. Keserasian

e. Apakah isi jawaban dapat dipahami.

2. Koding

Yaitu proses pemberian tanda/symbol/kode bagi tiap-tiap data yang termasuk dalam

kategori yang sama.

3. Tabulating

Yaitu kegiatan mengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa dengan cara yang teliti

dan teratur, kemudian dihitung, dan dijumlahkan berapa banyak peristiwa/gejala/items

yang termasuk dalam satu kategori.Selanjutnya dapat membuat dummy table dan general

table serta tabulasi silang dengan berbagai pengaturan berdasrkan variabel-variabel yang

ada pada data yang dikumpulkan.

B. Analisa Data

Sebenarnya coding dan tabulating merupakan titik awal pekerjaan analisa. Tujuan analisa

adalah menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi suatu data yang

teratur, serta tersusun dan lebih berarti. Proses analisa merupakan usaha untuk menemukan
jawaban atas pertanyaan perihal rumusan-rumusan atau hal-hal yang kita peroleh dalam

pengumpulan data.

Analisa dapat dilakukan secara non statistik dan secara ststistik. Analisa non statistik

dilakukan dengan membaca table-tabel, grafik-grafik atauangka-angka yang tersedia;kemudian

melakukan uraian dan penafsiran (statistik deskriptif). Sedangkan analisa statistik berarti

menganalisis data menurut dasar-dasar statistik (statistik inferens)

C. Interpretasi Data

Setelah menyusun tabel (univariate dan bivariate) dan apabila menggunakan statistik

inferens maka perlu dilakukan intepretasi. Interpretasi dilakukan agar kesimpulan-kesimpulan

penting ditangkap oleh pembaca atau yang berkepentingan. Ada 2 kecendrungan penyajian

intepretasi:

1. Penulis menyerahkan interppretasi tabel seluruhnya kepada pembaca dengan kalimat

pendek, tanpa penjelasan apapun.

2. Menerangkan semua isi tabel dalam teks.

Beberapa prinsip yang perlu diingat dan diperhatikan agar isi suatu tabel dapat diuraikan dengan

baik :

1. Amati data yang tercantum dalam kolom total (marginal)


2. Hubungan pokok yang ingin diuji dengantabel tersebut diuraikan (dengan menyebut
beberapa angka) secara singkat. Perlu disoroti eretnya hubungan itu dan juga bentuknya.
3. Penulis perlu mencari angka-angka yang menyimpang dari pola umum atau dari hipotesa
semula dan berusaha menerangkan mengapa hal itu terjadi.
4. Penjelasan mengenai hasil tabel baru merupakan langkah pertama dalam analisa tabel.
Peneliti harus berusaha mencari inferensi yang lebih luas dan biasanya dibuat inferensi
untuk seluruh populasi. Hasil setiap tabel sedapat mungkin dihubungkan dengan hasil
penelitian lain..

D. Laporan
Tingkat terakhir dari suatu kegiatan pengumpulan data dasar gizi adalah penyusunan

laporan. Dalam penyusunan laporan perlu memperhatikan sistematika serta format


penyusunannya. Adapun format laporan yang digunakan dalam hasil pengumpulan data dasar gizi

adalah :

Format pembutan laporan hasil pengumpulan data dasar gizi antara lain berisi :

Laporan Hasil :
Cover
Lembar persetujuan
Kata pengantar
Daftar tabel
Daftar lampiran
Daftar gambar
Daftar isi
Bab I. Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Perumusan masalah
C. Ruang lingkup masalah
D. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
E. Hipotesis
F. Manfaat hasil
G. Keterbatasan penelitian
Bab II. Tinjauan pustaka
Bab III.Kerangka konsep dan definisi
operasional
A. Kerangka konsep
B. Definisi operasional
Bab IV.Metodologi penelitian
A. Ruang lingkup
B. Rancangan penelitian
C. Populasi dan sampel
1.Populasi
2.Cara pengambilan sampel
3.Besar sampel
D. Jenis data yang dikumpulkan
E. Cara pengumpulan data
F. Cara pengolahan data
G. Cara analisa data
Bab V. Hasil dan pembahasan

Bab VI. Usulan program intervensi gizi


A. Analisa situasi
B. Usulan program intervensi
C. Plan of action
D. Jadwal kegiatan (dibuat matriks)
Bab VII.Kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
Lampiran

Laporan yang telah dihasilkan oleh para mahasiswa pada mata kuliah Perencanaan

Program Gizi tersebut tidak lepas dari bimbingan dari para dosen/instruktur agar didapatkan hasil
yang maksimal dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Laporan tersebut nantinya berguna

untuk bahan kajian dan pertimbangan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan intervensi

gizi dalam upaya memecahkan permasalahan – permasalahan gizi yang ditemukan.

Dalam hal ini rincian proses sebelum melakukan kegiatan intervensi gizi, laporan berguna untuk

kepentingan:

1. Pembuatan analisis situasi

2. Penentuan prioritas masalah gizi

3. Penentuan alternatif kegiatan/ program intervensi

4. Pembuatan Plan of Action (POA)

4. PROGRAM INTERVENSI GIZI

A. Intervensi Gizi

Berbicara tentang gizi tidak dapat terlepas dari soal pangan. Masalah gizi sendiri biasanya

berkaitan dengan masalah pangan dan kesehatan. Maka untuk menanggulangi masalah gizi

diperlukan suatu perencanaan yang tepat yang mampu menghasilkan kegiatan yang relevan

dengan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan sumber daya yang ada.
Intervensi gizi yaitu suatu kegiatan yang terencana dengan tujuan memperbaiki gizi dari

suatu grup populasi yang spesifik. Dalam melakukan perencanaan intervensi gizi yang berkaitan

dengan pangan dan kesehatan perlu suatu panduan yang berupa prinsip/konsep sebagai acuan

dalam melakukan identifikasi masalah,menetapkan tujuan serta mencari alternatif pemecahan

masalah. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Masalah gizi bukanlah semata-mata masalah kesehatan, namun lebih merupakan

masalah pembangunan yang terkait dengan kemiskinan, kesenjangan sosial-ekonomi,

rendahnya tingkat pendidikan, serta masalah-masalah lingkungan.

2. Sebagai masalah pembangunan, pemecahan masalah gizi memerlukan program

pembangunan yang berorientasi pangan dan gizi yang perencanaan dana pelaksanaannya

memerlukan partisipasi aktif masyarakat.

3. Pertimbangan gizi haruslah diintegrasikan ke dalam perencanaan pembangunan dimana

perbaikan gizi hendaknya dijadikan sebagai bahan tujuan, alat, komponen dan indicator

keberhasilan pembangunan.

4. Banyak factor mempengaruhi keadaan status gizi, sehingga perlu pendifinisian yang

jelas dan tepat mengenai permasalahan pangan dan gizi yang dihadapi oleh suatu

masyarakat.

5. Berbagai factor penyebab masalah gizi umumnya saling terait dan mempengaruhi

langkah-langkah perbaikan di bidang sosial-ekonomi memberikan pemecahan masalah

dan terintegrasi diantara berbagai pihak terkait.

6. Pemecahan masalah gizi dapat dilakukan secara optimum apabila upaya-upaya

dilakukan secara terkoordinasi dan terintegrasi diantara berbagai pihak terkait.

7. Agar mampu memecahkan akar permasalahan, penanggulangan masalah gizi hendaknya

mengacu pada penggunaan sumberdaya yang tersedia serta memperhatikan hambatan-

hambatan (factor pendukung dan penghambat) yang ada pada masyarakat setempat.

8. Semua pihak yang terlibat di dalam perencanaan pembangunan berorientasi gizi harus

mempunyai persepsi/pengertian yang sama mengenai hakekat permasalahan yang

dihadapi dan dampaknya apabila tidak dilakukan upaya penanggulangan


Sebagai suatu proses,perencanaan pangan-gizi-kesehatan terdiri atas berbagai

tahapan/langkah-langkah yang membentuk siklus, meliputi :

1. Analisa situasi atau identifikasi masalah

2. Perumusan atau penetapan tujuan dan sasaran

3. Identifikasi dan seleksi alternatif program intervensi untuk pemecahan masalah

4. Formulasi rencana kegiatan dalam POA

5. Implementasi program/kegiatan

6. Monitoring dan evaluasi

7. Revisi (replanning)

Di dalam merencanakan program intervensi gizi harus diketahui lebih dulu maslah yang

terjadi, kemudian dicari komponen gizi yang berperan serta pemecahan masalahnya. Pada

pelaksanaan, ada beberapa tipe intervensi gizi diberikan sekaligus. Sebagai contohprogram

meningkatkan status gizi anak balita dengan pemberian makanan tambahan. Program ini harus

diikuti dengan pendidikan gizi ibu sehingga pangan yang diberi tidak dikonsumsi oleh anggota

keluarga lain. Di samping itu juga membina kesadaran si ibu untuk memberi pangan yang

bergizi bagi anak balitanya. Dengan demikian, walaupun pemberian makanan tambahan

nantinya dihentikan namun diharapkan agar si ibu terus memberi pangan yang bergizi bagi

anaknya.

Adapun tipe intervensi gizi sebagai contoh, yaitu :

1. Makanan tambahan

2. Pendidikan gizi

3. Fortifikasi

4. Pangan yang diformulasi

5. Subsidi bagi konsumen

6. Subsidi produksi pertanian

7. Program integrasi
B. Analisis Situasi

Analisis situasi dilakukan dengan tujuan untuk menentukan prioritas masalah. Analisa

situasi adalah pengumpulan informasi yang diperlukan dalam perencanaan yang meliputi :

1. Apa masalahnya (Kurang gizi Apa) ?

2. Siapa yang menderita ?

3. Dimana penderita tersebut?

4. Bagaimana tingkat keparahannya?

5. Perkiraan penyebab timbulnya masalah tersebut

6. Bagaimana tradisi, antara lain cara hidup masyarakat yang berkaitan dengan gizi dan

kesehatan, seperti kebiasaan makan, taboo, pantangan, dll.

7. Ketersediaan sarana yang potensial seperti air bersih, bahan pangan, dan tanah pertanian

8. Ketersediaan sumber daya manusia yang potensial seperti :

a. Tokoh masyarakat formal maupun non formal

b. Lembaga organisasi dan karang taruna

c. Organisasi sosial yang ada

9. Ketersediaan sumber-sumber lain seperti program atau kegiatan pelayanan kesehatan dan

gizi yang telah ada, saluran komunikasi, transportasi, sarana pendidikan, dll.

Langkah-langkah dalam melakukan analisis situasi :

1. Pengumpulan data dasar

2. Analisa data

3. Menguraikan factor-faktor yang berkaitan secara langsung dan tidak langsung dengan

masalah serta dampak masalah

4. Menguraikan factor-faktor sosial budaya, dan politik yang berkaitan dengan masalah (yang

mendukung dan menghambat pemecahan masalah)

5. Menguraikan aspek-aspek ekonomi yang berkaitan dengan maslah (sumber daya maupun

kerugiannya)
6. Menguraikan aspek manajemen

7. Hal-hal lain yang dianggap relevan

C. Penentuan Prioritas Masalah

Dengan telah dibuatnya suatu analisis situasi maka kita dapat mengetahui secara rinci

masalah-masalah gizi dan kesehatan yang terjadi di daerah tempat saudara melakukan

pengambilan data. Dari sejumlah masalah yang ada kita lakukan langkah memprioritaskan

masalah tersebut yang dipertimbangkan dari berbagai criteria.

Langkah-langkah dalam menentukan prioritas masalah :

1. Menetapkan criteria

Kriteria adalah factor-faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya nilai permasalahan

sehingga maslah yang satu dengan yang lain dapat dibedakan.

Contoh criteria :

1). Mengenai daerah yang luas (besar maslah)

2). Mengenai golongan penduduk tertentu

3). Kemampuan menyebar tinggi

4). Kecendrungan meningkat

5). Menimbulkan kegelisahan masyarakat

6). Timbul di daerah prioritas/IDT, dll.

7). Kemudahan penanggulangan masalah

Teknik pendekatan dengan metode Hanion dengan tahapan :

1). Ukuran dari maslah

2). Keseriusan masalah

3). Kemudahan pelaksanaan intervensi

4). Dapat tidaknya program dilaksanakan

2. Menetapkan pembobotan
Pembobotan adalah suatu proses pemberian nilai terhadap criteria yang dipilih. Hal ini

dimaksudkan agar dapat membandingkan antara satu criteria denngan criteria lainnya,

dengan melihat nilai bobotnya.

Contoh bobot :

a. Sangat penting diberi bobot 5

b. Cukup penting diberi bobot 3

c. Kurang penting diberi bobot 1

3. Menetapkan skor

Skor dilakukan setelah menetapkan pembobotan. Penentuan skorpermasalahan yang

dihadapi atas dasar criteria yang telah ditentukan.

Selain dengan teknik scoring, terdapat teknik lain dalam pemilihan prioritas masalah non-

skoring yang disebut dengan kualitatif, yaitu penentuan prioritas masalah melalui diskusi

kelompok atau Nominal Group Tecknique (NGT). Terdapat 2 NGT yaitu Delphin Tecknique dan

Delbeq tecknique. Delphin Tecknique adalah diskusi dengan sekelompok orang yang mempunyai

keahlian sama untuk mendapatkan prioritas masalah. Sedangkan Delbeq Tecknique adalah

diskusi dengan sekelompok orang yang mempunyai latar belakang keahlian berbeda agar

menghasilkan persepsi yang sama untuk menentukan prioritas masalah.

Contoh Pembobotan :

Kriteria Nama Anggota Group Total Rata-Rata


Bobot Bobot
Wahyu Nur Asih

1. Besar masalah 5 4 3 12 4

2. Golongan yang terkena 4 3 2 9 3

2 2 4 8 2.6
3. Kemampuan menyebar yang

tinggi

Catatan :

* Bobot yang telah ditentukan oleh masing-masing anggota terhadap masing-masing criteria

dijumlahkan untuk mendapatkan nilai rata-rata (bobot sesungguhnya menurut anggota grup

diskusi)

* Kriteria yang diprioritaskan adalah criteria yang mempunyai bobot tinggi

Urutan/prioritas masalah dapat pula ditetapkan dengan melihat skor total setelah masing-asing

skor untuk suatu criteria dikalikan dulu dengan bobot kriteria yang dimaksud.

1 2 3 4 5

No Kriteria Rata-Rata Skor Masalah Skor Total

Ke- Bobot A B C A B C

1 1 4 5 3 2 20 12 6

2 2 3

3 3 2.6

Jumlah ? ? ?

D. Penentuan Alternatif Kegiatan Intervensi

Prioritas masalah yang telah diketahui, sehingga benar-benar menjadi beberapa pilihan

masalah yang perlu diatasi dan dmenjadi prioritas maka selanjutnya akan dibuat suatu pemecahan

masalah dengan beberapa alternatif kegiatan intervensi. Dalam sebuah masalah gizi yang terjadi

memungkinkan terdapatnya beberapa pilihan atau alternatif kegiatan/intervensi gizi. Sehingga,


dari beberapa alternatif kegiatan tersebut yang nantinya digunakan untuk mengatasi sebuah

permasalahan gizi dilakukan sebuah seleksi kegiatan ager kegiatan tersebut dinyatakan benar-

benar lebih relevan, layak, dan cepat dalam mengatasinya.

Adapun langkah-langkah seleksi alternatif kegiaatan intervensi gizi sebagai berikut :

1. Menetapkan kriteria

Kriteria tersebut adalah :

1). Relevansi ; kemampuan untuk mengatasi maslah

2). Fisibilitas ; kelayakan

3). Kemudahan untuk penentuan target

4). Integrasi dengan program lain

5). Kesinambungan

6). Cost – Effectiveness ; sejauh mana tujuan dan sasaran yang ditetapkan dapat tercapai

dengan dana yang ada.

2. Menetapkan pembobotan

Contoh pembobotan :

1). Sangat memenuhi criteria

2). Memenuhi criteria

3). Cukup memenuhi criteria

4). Kurang memenuhi criteria

5). Sama sekali tidak memenuhi kriteria

3. Menetapkan skor

Contoh skor :

Sangat memenuhi criteria, diberi skor 5

Memenuhi criteria, diberi skor 4

Cukup memenuhi criteria, diberi skor 3

Kurang memenuhi criteria, diberi skor 1


Sama sekali tidak memenuhi criteria, diberi skor 1

Contoh : Pemilihan alternatif kegiatan dengan menggunakan scoring .

Kriteria Alternatif Kegiatan/Intervensi

A B C D E

1. Relevansi 5 4 5 3 4

2. Fisibilitas 4 3 4 2 4

3. Kemudahan untuk penentuan target 4 3 5 3 3

4. Integrasi dengan program lain 3 3 4 3 3

5. Kesinambungan 2 2 4 3 3

6. Cost-Effectiveness 4 3 4 3 3

Total Skor 22 18 26 17 20

E. Pembuatan Plan of Action (POA)

Yang dimaksud dengan POA atau Rencana Operasional adalah suatu dokumen

penyusunan rencana pelaksanaan program kesehatan yang disusun berdasarkan kegiatan-kegiatan

dengan memperhitungkan hal-hal yang telah ditetapkan dalam proses sebelumnya serta semua

potensi serta sumber daya yang ada.

Pendekatan umum untuk mempersiapkan POA suatu program adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi dan perumusan yang jelas dari semua kegiatan.

2. Menetapkan pendekatan-pendekatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan setiap

kegiatan.

3. Mendefinisikan tanggung jawab fungsional menurut setiap kegiatan bagi setiap staf pada

setiap pelaksanan

4. Memperkirakan waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan

5. Mengadakan hubungan timbal balik

Secara lebih spesifik, suatu POA antara lain mencoba menjawab :

1. Apakah objektif dan target yang akan dicapai oleh pelaksanaan tersebut ?
2. Kegiatan-kegiatan apakah yang akan dilaksanakan dan kapan?

3. Kelomppk masyarakat dan daerah manakah yang akan dicakup?

4. Jenis tenaga macam apakah yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan tertentu?

5. Jenis fasilitas yang dibangun, bagaimana teknik dan rencana arsitekturnya dan dimana

lokasinya?

6. Sistem logistik bagaimana yang akan dibuat?

7. Barang-barang apa yang akan dipakai?

8. Sistem transportsi apa yang akan dipakai?

9. Perubhan-perubahan apa yang akan dilakukan dalam sistem informasi?

10. Cara-cara manajerial apa yang akan dilakukan untuk melakukan motivasi dan supervisi

petugas?

11. Bagaimana cara mengerahkan peran serta masyarakat (pekarya, buruh) secara efektif?

Ruang lingkup untuk membuat sebuah formulir POA :

1. Nama proyek dan deskripsi

2. Tujuan (umum dan khusus)

3. Target

4. Rincian kegiatan

5. Instansi/personil langsung

6. Instansi/personil pendukung

7. Sasaran langsung

8. Tempat kegiatan

9. Waktu

10. Sumber daya yang ada (macam)

11. Asal sumber

F. Evaluasi Intervensi Gizi

Dalam evaluasi program gizi, ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan sebelum

mulai dengan perencanaan gizi yang sempurna, antara lain :


1. Pengumpulan data program yang telah dilaksanakan

2. Membuat rencana pembiayaan.

3. Inventarisasi dan evaluasi semua kegiatan yang telah dapat memberi peluang analisis untuk

pembanding antar program

Dari inventarisasi di atas, maka akan dapat diperkirakan perbaikan-perbaikan program gizi

dalam suatu sistem. Untuk melaksanakan evaluasi itu diperlukan tenaga, biaya dan sarana-sarana

lainnya. Cara penilaian disesuaikan dengan rancangan tiap-tiap proyek. Sebelum penilaian perlu

dilakukan antara lain :

1. Penentuan indicator penilaian

2. Penetuan dampak program pada status gizi

Hal ini memakan waktu dan biaya yang mahal. Selain itu perlu dipertimbangkan dalam

penilaian atas variabel-variabel lain yang dapat berpengaruh. Penilaian dilakukan dengan

memperhatikan :

1. Tujuan dari proyek yang diajukan

2. Sumber biaya, tenaga dan lain-lain, pemanfaatan serta pengelolaannya.

3. Bagaimana pelaksanaan program, factor-faktor yang mendukung, menghambat dan

sebagainya.

Indikator adalah suatu variabel yang bisa membantu mengukur adanya perubahan. Indikator

merupakan penjelasan yang lebih terperinci dari criteria yang dapat menunjukkan sampai

seberapa jauh perubahan itu telah terjadi.

Ciri- cirri indikatoryang baik :

1. Sederhana

2. Spesifik

3. dapat diukur

4. sahih

5. Tidak duplikasi

Contoh Indikator :

Pelatihan Kader Gizi


1. Frekuensi pelatihan selama PKL

2. Materi yang diberikan dalam pelatihan

3. Jumlah pelatih dan asal instansi

4. % kehadiran peserta selama pelatihan

5. % kader yang aktif bertanya selama pelatihan

6. Jumlah (%) kader yang dilatih

7. Peningkatan pengetahuan (%)

8. Peningkatan keterampilan (%)

Penerapan pertimbangan gizi pada tahap implementasi diserminkan di dalam pola evaluasi

proyek dan sistem pemantauan. Status gizi telah dipilih sebagai salah satu indicator yang lebih

akurat dalam menduga dan mengevaluasi pengaruh. Dalam mempertautkan gizi pada sistem

monitor dan evaluasi , indicator spesifik berikut dapat diusulkan ; misalnya;

1. Jumlah pangan yang diterima terhadap kecukupan pangan yang dianjurkan.

2. Keadaan umum karena gizi, memakai pengukuran antropometri, berat berdasarkan umur,

berat berdasarkan tinggi badan, tinggi badan berdasarkan umur, berat lahir dan lingkar

lengan atas menurut umur.

Agar evaluasi dapat berjalan dengan baik, maka harus pula dilakukan perencanaan

evaluasi secara matang dan menyeluruh. Harus diperhitungkan metode evaluasi yang akan

dipakai, kesulitan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan selama di lapangan dan perhitungan

hasil evaluasi yang tepat dan mengena pada sasaran program. Sehingga hasil evaluasi dapat

dipergunakan untuk memperbaiki program yang dijalankan.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Trina dan Furqan, Mohammad. 2004. Proposal Pengumpulan Data Dasar Gizi.

Akzi Uhamka, Jakarta

Astuti, Trina. 2002. Hand Out PPG. Akzi Depkes RI, Jakarta.

Astuti, Trina. 2003. Kerangka Acuan Survei Pengambilan Data Dasar Gizi.
Akzi Uhamka, Jakarta

Gross, Rainer. Dkk. 2001. Pedoman Untuk Survei Dasar Gizi.SEAMEO TROPMED UI, Jakarta

Marzuki. 1989. Metodologi Riset. PT. Hanindita, Yogyakarta.

Muninjaya, Gde. 1999. Manajemen Kesehatan. EGC, Jakarta

Roedjito, Djiteng. 1987. Perencanaan Gizi. Media Sarana Press, Jakarta.

RTP-FNP. 2004. Gizi Investasi Dalam Membangun Bangsa.POLTEKES Gizi, Jakarta.

Singarimbun dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.

Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan Dan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta.

Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.

Sabri, Luknis. Dkk. 1998. Modul Metode Survei Cepat. PUSDAKES DEPKES RI, Jakarta.

Latihan soal

1. Jelaskan yang dimaksud dengan Konsep perencanaan pengumpulan data dasar status

gizi.

2. Jelaskan yang dimaksud dengan konsep perencanaan intervensi gizi.

3. Apa yang dimaksud dengan program intervensi gizi.


4. Apa yang dimaksud dengan program sensitif dan spesifik dalam mengatasi permasalah

gizi.

5. Jelaskan tujuan dan manfaat pembuatan POA dalam Perencanaan Intervensi Gizi.

Anda mungkin juga menyukai