Gizi Bencana
Gizi Bencana
Gizi Bencana
Disusun Oleh:
PRODI GIZI
KENDARI
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan dan kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan tepat waktu yang berjudul “Kegiatan Penanganan Gizi pada Pra Bencana”.
Makalah ini kami susun berdasarkan pemahaman dari berbagai sumber. Makalah ini
disajikan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah “Gizi Bencana Pesisir Dan
Kepulauan”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dosen mata kuliah “Gizi
Bencana Pesisir Dan Kepulauan” yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.........................................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
beberapa daerah yang sulit terjangkau dampak sarana dan prasarana yang rusak
sebagai akibatnya jenis dan jumlah bantuan tidak merata.
Masalah gizi yang bisa muncul merupakan kurang gizi pada bayi dan balita,
bayi tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) lantaran terpisah dari ibunya dan
semakin memburuknya status gizi kelompok masyarakat. Bantuan makanan yang
sering terlambat, tidak berkesinambungan dan terbatasnya ketersediaan pangan
lokal bisa memperburuk kondisi yang ada. Pengelolaan penyelenggaraan
makanan di dapur umum yang meliputi:
Tempat pengolahan
Sumber bahan makanan
Petugas pelaksana
Penyimpanan bahan makanan basah
Penyimpanan bahan makanan kering
Cara mengolah dan distribusi makanan
Peralatan makan dan pengolahan
Tempat pembuangan sampah sementara
Pengawasan penyelenggaraan makanan
Mendistribusikan makanan siap saji
Pengawasan bantuan bahan makanan untuk melindungi korban bencana dari
dampak buruk akibat bantuan tersebut misalnya diare, infeksi, keracunan dan
lain-lain, yang meliputi:
Tempat penyimpanan bantuan bahan makanan harus dipisah antara bahan
makanan umum dan bahan makanan khusus untuk bayi dan anak
Jenis-jenis bahan makanan yang diwaspadai termasuk makanan pada
kemasan, susu formula serta makanan suplemen
Untuk bantuan bahan makanan produk dalam negeri wajib diteliti nomor
registrasi (MD), tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal, aturan cara
penyiapan dan sasaran konsumen
2
Untuk bantuan bahan makanan produk luar negeri harus diteliti nomor
registrasi (ML), bahasa, tanggal kadaluarsa, aturan cara penyiapan dan
target konsumen. Apabila masih ada bantuan makanan yang tidak
memenuhi syarat-syarat tersebut di atas, petugas harus segera
melaporkan pada Koordinator Pelaksana.
Penanggulangan masalah gizi di pengungsian pasca bencana diantaranya
merupakan pelaksanaan profesionalisme tenaga lapangan dalam penanganan
gizi pengungsi melalui orientasi dan pelatihan, melakukan surveilans gizi untuk
memantau perkembangan jumlah pengungsi, status gizi dan Kesehatan. Perlu
disusun pedoman dan anggaran khusus untuk penanganan gizi balita pada
kondisi kedaruratan. Juga adanya Kerjasama lintas sektoral dan lintas program
yang wajib di maksimalkan supaya penanganan gizi balita saat kondisi bencana
bisa dioptimalkan.
1.3 Tujuan
a. Untuk Mengetahui Sosialisasi dan Pelatihan Petugas dalam Kegiatan
Penanganan Gizi pada Pra Bencana
b. Untuk Mengetahui Pembinaan Teknis dalam Kegiatan Penanganan Gizi pada
Pra Bencana
3
c. Untuk Mengetahui Rencana Kontinjensi Kegiatan Penanganan Gizi pada Pra
Bencana
d. Untuk Mengetahui Pengumpulan Data dalam Kegiatan Penanganan Gizi pada
Pra Bencana
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
dipisahkannya tenda khusus untuk ibu-ibu terutama yang memiliki bayi dan balita
agar lebih leluasa dalam mengasuh bayi dan balita terutama saat menyusui bayi
mereka. Selain itu, dengan berada dalam satu tenda khusus para ibu dapat berbagi
informasi mengenai cara perawatan maupun pengasuhan bayi dan balita. Dilain
pihak, dengan dipisahkannya tenda khusus untuk ibu-ibu maka kegiatan
penyuluhan dapat lebih efektif dan efisien.
6
antara ibu balita yang dapat pengetahuan tentang MPASI dan mengetahui
contoh-contoh pengelolaan menu MAPSI dengan yang tidak.
Bimtek ini memberikan materi berupa penting kiranya pemberian
makanan pada bayi dan anak dengan memperhatikan menu sesuai gizi
seimbang. Persoalan yang selama ini salah kaprah di masyarakat adalah menu
dengan gizi seimbang identik dengan sulit, ribet, serta mahal. Melalui Bimtek
ini diperkenalkan bahwa menu dengan gizi seimbang dapat diperoleh dengan
menu keluarga sehari-hari. Selain itu, pada Bimtek ini juga disampaikan
bahwa dalam keadaan bencana atau di pengungsian sekalipun, dengan menu
sederhana sebetulnya MPASI dengan gizi seimbang tetap dapat terpenuhi.
Kemudian Bimtek ini juga memperkenalkan mengenai tekstur makanan bayi
yang berbeda-beda sesuai dengan kategori umur bayi, dimana para peserta
yang dalam hal ini adalah apra kader Posyandu melakukan praktek
pembuatan MPASI secara langsung.
7
perencanaan program gizi, pengadaan dan distribusi makanan darurat,
suplementasi gizi, dan monitoring serta evaluasi gizi.
b. Pengembangan Kapasitas: Mendorong pengembangan kapasitas personel
atau tim melalui pelatihan berkelanjutan, workshop, dan program
pembelajaran lainnya untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang
konsep-konsep gizi, metode intervensi, dan teknik manajemen yang
efektif.
c. Pemahaman Terhadap Kebutuhan Lokal: Memastikan bahwa pembinaan
teknis mempertimbangkan konteks lokal dan kebutuhan khusus
masyarakat yang dilayani. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang
budaya, pola makan, kondisi kesehatan, dan faktor-faktor lingkungan yang
memengaruhi gizi masyarakat setempat.
d. Pengembangan Alat dan Pedoman: Membantu dalam pengembangan alat
dan pedoman praktis untuk membimbing pelaksanaan kegiatan
penanganan gizi pra bencana, termasuk panduan pelaksanaan, format
survei, dan alat evaluasi yang dapat digunakan oleh personel lapangan.
e. Konsultasi dan Dukungan: Menyediakan forum konsultasi dan dukungan
teknis reguler bagi personel atau tim yang terlibat dalam penanganan gizi
pra bencana, baik melalui pertemuan tatap muka, panggilan telepon, atau
komunikasi daring untuk menjawab pertanyaan dan menyelesaikan
masalah yang muncul.
f. Pemantauan dan Umpan Balik: Melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan program dan memberikan umpan balik konstruktif kepada
personel atau tim untuk meningkatkan kinerja mereka. Ini melibatkan
evaluasi rutin terhadap hasil kerja dan pencapaian target, serta identifikasi
area yang memerlukan perbaikan.
g. Pendekatan Kolaboratif: Mendorong kolaborasi dan pertukaran
pengalaman antara personel atau tim yang terlibat dalam penanganan gizi
8
pra bencana, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Ini
memungkinkan adopsi praktik terbaik dan inovasi dalam penanganan gizi.
9
c. Penetapan Tujuan dan Sasaran: Tetapkan tujuan dan sasaran yang jelas
dalam menghadapi setiap potensi ancaman, termasuk dalam hal
kesiapsiagaan, respons, dan pemulihan.
d. Pengembangan Skenario: Buat skenario-skenario yang mungkin terjadi
berdasarkan potensi ancaman yang telah diidentifikasi, termasuk langkah-
langkah yang harus diambil dalam setiap skenario.
e. Penetapan Langkah-langkah Tindakan: Tentukan langkah-langkah
tindakan yang spesifik dan detail untuk setiap skenario yang telah dibuat,
termasuk penugasan tugas, koordinasi tim, dan penggunaan sumber daya.
f. Pengerahan Sumber Daya: Identifikasi dan siapkan sumber daya yang
diperlukan untuk melaksanakan rencana kontinjensi, termasuk personel,
peralatan, dan fasilitas.
g. Pelatihan dan Simulasi: Lakukan pelatihan reguler kepada tim darurat dan
pihak terkait, serta simulasi untuk memastikan bahwa rencana kontinjensi
dapat dilaksanakan dengan baik saat diperlukan.
h. Komunikasi dan Koordinasi: Pastikan terdapat sistem komunikasi yang
efektif dan koordinasi yang baik antara semua pihak terkait dalam
pelaksanaan rencana kontinjensi.
i. Evaluasi dan Pembaruan: Lakukan evaluasi secara berkala terhadap
rencana kontinjensi yang telah disusun, dan lakukan pembaruan jika
diperlukan berdasarkan pengalaman dan pembelajaran dari latihan atau
kejadian sebelumnya.
10
Populasi korban bencana kurang dari10.000 rumah tangga, gunakan
pengambilan sampel acak sistematik dengan jumlah sampel minimal 450
balita
Populasi korban bencana lebih dari 10.000 rumah tangga, gunakan
pengambilan sampel cluster, yaitu minimal 30 gugus yang ditentukan
secara Kemungkinan Proporsi terhadap Ukuran (PPS) dan tiap gugus
minimal 30 balita
Menghitungstatus proporsi gizi balita kurus (BB/TB<-2SD) dan jumlah
ibu hamil dengan risiko KEK (LILA<23,5cm).
Menganalisis adanya faktor penyulit seperti kejadian diare,campak,
demam berdarah dan lain-lain. Informasi tentang proporsi status gizi
balita selanjutnyadigunakan sebagai dasar untuk melakukan
modifikasiatau perbaikan penanganan gizi sesuai dengan
tingkatkedaruratan yang terjadi. Penentuan jenis kegiatanpenanganan
gizi mempertimbangkan pula hasil daripengawasan penyakit. Hasil
analisis data antropometridan faktor penyulit serta tindak lanjut atau
respons yangdirekomendasikan adalah sebagai berikut:
Situasi Serius ( Situasi Serius), jika lazim
balita kurus ≥15% tanpa faktor penyulit atau 10-14,9% dengan
faktor penyulit. Pada situasi ini semuakorban bencana mendapat
tebusan dan seluruhnyakelompok rentan terutama balita dan ibu
hamildiberikan makanan tambahan (selimut tambahanmakanan).
Situasi Berisiko (Situasi Berisiko), jika prevalensi balitakurus 10-
14,9% tanpa faktor penyulit atau 5-9,9%dengan faktor penyulit.
Pada situasi ini kelompokrentan kurang gizi terutama balita kurus
dan ibu hamilrisiko KEK diberikan makanan tambahan
(targetedpemberian makanan tambahan).
11
Situasi Normal, jika prevalensi balita kurus <10% tanpa faktor
penyulit atau <5% dengan faktor penyulitmaka dilakukan
penanganan penderita gizi kurangmelalui pelayanan kesehatan
rutin.
Pengumpulan data terkait kegiatan penanganan gizi pada pra bencana melibatkan
serangkaian langkah untuk memahami kondisi gizi masyarakat serta kebutuhan
12
mereka dalam menghadapi bencana. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang
cara pengumpulan data dan jenis data yang dibutuhkan:
Pengumpulan data dalam konteks penanganan gizi pra bencana adalah proses
penting untuk memahami kebutuhan gizi masyarakat dan merencanakan intervensi
13
yang efektif. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
tersebut:
14
i. Akses Terhadap Makanan: Informasi tentang akses terhadap sumber
makanan, pasokan pangan, dan kebijakan pangan dan gizi lokal membantu
membuka kerentanan masyarakat terhadap kekurangan pangan.
j. Kondisi Kesehatan Umum: Data tentang penyakit menular dan tidak menular,
imunisasi, dan akses ke layanan kesehatan membantu dalam memahami
konteks kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
Dengan menggunakan data yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut, pemangku
kepentingan dapat merancang program intervensi yang tepat untuk meningkatkan
status gizi masyarakat dan mempersiapkan mereka menghadapi bencana dengan lebih
baik.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penanganan gizi pada pra bencana pada dasarnya adalah kegiatan antisipasi
terjadinya bencana dan mengurangi risiko dampak bencana. Kegiatan yang
dilaksanakan antara lain sosialisasi dan pelatihan petugas seperti manajemen gizi
bencana, penyusunan rencana kontinjensi kegiatan gizi, konseling menyusui,
konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), pengumpulan data awal
daerah rentan bencana, penyediaan bufferstock MP-ASI, pembinaan teknis dan
pendampingan kepada petugas terkait dengan manajemen gizi bencana dan
berbagai kegiatan terkait lainnya.
3.2 Saran
Penanganan gizi pada pra bencana merupakan salah satu langkah krusial
dalam memitigasi dampak yang mungkin terjadi akibat bencana. kegiatan yang
dapat dilakukan dalam penanganan gizi pada tahap pra bencana yaitu, Melakukan
pendidikan gizi secara teratur kepada masyarakat tentang pentingnya pola makan
yang seimbang, nilai gizi makanan, serta cara mempersiapkan dan menyimpan
makanan dengan aman. Penyuluhan ini bisa dilakukan melalui seminar,
lokakarya, atau sosialisasi di media massa. Mengidentifikasi dan memetakan
sumber daya gizi yang tersedia di wilayah yang rentan terhadap bencana. Ini
termasuk lokasi pertanian, tempat penyimpanan makanan, serta akses terhadap air
16
bersih. Secara teratur mengevaluasi rencana dan program penanganan gizi pra
bencana, serta melakukan pembaruan berdasarkan pengalaman dan
perkembangan terbaru dalam bidang gizi dan penanganan bencana.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini secara terintegrasi dan
berkelanjutan, diharapkan dapat meningkatkan kesiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana dan mengurangi dampak buruknya terhadap gizi dan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Helmyati, S., Yuliati, E., Maghribi, R., & Wisnusanti, S. U. (2018). Manajemen Gizi
Dalam Kondisi Bencana. UGM PRESS.
Yusuf, S. (2020). Manajemen Penanganan Gizi Balita Pasca Bencana. Jurnal Ilmiah
Manusia dan Kesehatan, 3(1), 133-142.
Fawzi, E. R., Ketaren, O., & Sitorus, M. E. (2023). Kesiapsiagaan Terhadap Bencana
Banjir Studi Kualitatif di Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun 2022.
Jurnal Ners, 7(2), 1055-1067.
17
Sulistiawati, F., & Taufiqqurrahman, T. (2020). Kajian Penanggulangan Gizi Balita
Pasca Bencana Gempa Bumi di Desa Dasan Geria Kabupaten Lombok Barat.
Jurnal Ilmiah Mandala Education, 6(2).
18