Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Mengagungkan Sunnah Nabi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

hutbah Jumat Masjid al-Haram:

Mengagungkan Sunnah Nabi ‫ﷺ‬


 Nur Fitri Hadi, MA
 
 November 10, 2016
 
 Pondasi Agama

Khutbah Pertama:

‫الح ِّق لِيُظْ ِه َرهُ َعلَى الدِّيْ ِن ُكلِّ ِه َولَ ْو‬ ِ ِ ِِ


َ ‫ْح ْم ُد للَّه الَّذ ْي أ َْر َس َل َر ُس ْولَهُ بِال ُْه َدى َوديْ ِن‬ َ ‫اَل‬
‫َج َز َل بِ ِه‬ْ ‫َح َم ُدهُ ُس ْب َحانَهُ َعلَى َما أ َْولَى َوأَْن َع َم َوأَ ْش ُك ُر لَهُ َما أ‬ ْ ‫ أ‬،‫الم ْش ِر ُك ْو َن‬ ُ ‫َك ِر َه‬
‫ َع َّز‬،‫ك لَهُ َواَل نَ ِظ ْي َر َواَل َمثِْي َل‬ َ ْ‫ َوأَ ْش َه ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل اهللُ َو ْح َدهُ اَل َش ِري‬،‫َوأَ ْك َر َم‬
ُ‫َن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُده‬َّ ‫ َوأَ ْش َه ُد أ‬،‫فِي َملَ ُك ْوتِِه َو ُر ُب ْوبِيَتِ ِه َوَت َف َّر َد فِي َو ْح َدانِيَتِ ِه َوأُلُ ْو ِهيَتِ ِه‬
ِ ِ ِ ‫ورسولُهُ و‬
ُ ‫ب غَ ْل ًفا َوأَ ْع ُينًا عُ ْميًا َوآذَانًا‬
،‫ص ًّما‬ َ ‫صفيُّهُ َو َخل ْيلُهُ َفتَ َح اهللُ بِه ُقلُ ْو‬ َ َ ُْ َ َ
‫ان إِلَى َي ْوِم الدِّيْ ِن‬ٍ ‫َصحابِ ِه والتَّابِ ِع ْين لَ ُهم بِِإ ْحس‬
َ ْ َ
ِِ
َ َ ْ ‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َعلَى آله َوأ‬
ِ
َ
‫و َسلَّ َم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِْي ًرا‬. َ
‫أ ََّما َب ْع ُد‬:

Ibadallah,

Bertakwalah kepada Allah. Ketahuilah takwa itu bukan hanya dengan berpuasa
di siang hari dan shalat di malam hari. Atau menggabungkan kedua amalan
tersebut. Takwa itu adalah rasa takut kepada Allah dengan menjalankan
perintah-Nya dan takut kalau dirinya menjadi sebab tumpahnya darah kaum
muslimin, rusaknya kehormatan mereka, dan dijarahnya harta mereka.
َ ِ‫ش اللَّهَ َو َيَّت ْق ِه فَأ ُْولَئ‬
‫ك ُه ُم الْ َفائُِزو َن‬ ِ
َ ‫َو َمن يُط ِع اللَّهَ َو َر ُسولَهُ َويَ ْخ‬
“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah
dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat
kemenangan.” (QS:An-Nuur | Ayat: 52).

Ayyuhal muslimun,

Mengagungkan Nabi ‫ ﷺ‬dan menjaga Sunnah (yang dimaksud


Sunnah adalah petunjuk Nabi ‫ )ﷺ‬beliau merupakan rukun
keimanan dan prinsip dasar agama. Ini adalah kewajiban syariat yang umat ini
harus bersatu dalam menjaganya dari orang-orang yang mencoba merusaknya.
Kaum muslimin harus menjadi pelindung yang melawan upaya-upaya untuk
memecah belah dan melemahkannya. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

‫قُ ْل إِن ُكنتُ ْم تُ ِحبُّو َن اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُ ْحبِْب ُك ُم اللّهُ َو َيغْ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم‬

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya


Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (QS:Ali Imran | Ayat: 31).

Dan firman-Nya,

ِ ‫صيبهم َع َذ‬ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ
‫يم‬
ٌ ‫اب أَل‬
ٌ َ ‫َفلْيَ ْح َذ ِر الذ‬
ْ ُ َ ُ‫ين يُ َخال ُفو َن َع ْن أ َْم ِره أَن تُص َيب ُه ْم ف ْتنَةٌ أ َْو ي‬
“hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa
cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS:An-Nuur | Ayat: 63).
Wujud nyata dari pengagungan, mencintai, dan memuliakan Nabi
‫ ﷺ‬dan sunnahnya ada banyak. Contoh nyata dan yang terbesar
adanya pengagungan dan cinta kepada Nabi ‫ ﷺ‬dalam hati
seseorang adalah mengikuti sunnahnya secara lahir dan batin. Senantiasa patuh
kepadanya dalam setiap keadaan. Dalil yang menunjukkan mulianya sifat
mengagungkan dan mencintai beliau yang terwujud dalam mengikuti sunnahnya
adalah firman Allah,

ِ ‫يا أ َُّيها الَّ ِذين آمنُواْ أ‬


‫َطيعُواْ اللّهَ َو َر ُسولَهُ َوالَ َت َولَّ ْوا َع ْنهُ َوأَنتُ ْم تَ ْس َمعُو َن‬ َ َ َ َ
“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-
perintah-Nya).” (QS:Al-Anfaal | Ayat: 20).

Allah ‫ ﷻ‬menjelaskan bahwa hidayah yang hakiki dan sempurna tidak akan
didapatkan kecuali dengan mengikuti dan menaati Nabi beliau ‫ﷺ‬.
Sebagaimana firman-Nya,

‫َوإِن تُ ِطيعُوهُ َت ْهتَ ُدوا‬

“Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk.” (QS:An-
Nuur | Ayat: 54).

‫َواتَّبِعُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحو َن‬

“dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS:Al-A’raf | Ayat: 158).
Sesungguhnya mengikuti Sunnah Nabi ‫ ﷺ‬dalam setiap keadaan
adalah landasan dalam mengagungkan Nabi ‫ﷺ‬, perkataan, dan
perbuatan beliau. Inilah cinta yang murni dan sejati. Yang membedakan dari
orang yang hanya mengaku-ngaku saja. Ketika seorang muslim mengagungkan
Sunnah Nabi ‫ﷺ‬, mengikuti petunjuknya, dan menghiasi dirinya
secara zahir dan batin dengan meneladani Nabi ‫ﷺ‬, maka ia telah
mendapatkan taufik yang besar. Orang yang demikian telah adalah orang yang
paling selamat pemikirannya, perkataannya, amalannya, dan cara hidupnya.

Sesungguhnya mengikuti Nabi ‫ ﷺ‬dan berpegang pada sunnahnya


adalah perkara yang tidak bisa ditawar lagi bagi mereka yang menginginkan
kebahagiaan, hidayah, dan sukses masuk ke dalam surga. Allah menutup jalan
menuju ke sana kecuali melalui pintu Muhammad ‫ﷺ‬. Tanpa
mengikuti sunnahnya dan berpegang teguh dengan petunjuknya, hidup
seseorang tidak akan lurus dan baik keadaannya. Hatinya tidak akan suci.
Walaupun ia berusaha sungguh-sungguh selama 70 tahun. Semua kebaikan
terkumpul pada mengikuti, meneladani, dan mengagungkan sunnahnya. Hati
tidak akan bersih, jiwa tidak akan suci, dan amal tidak akan benar, kecuali
dengan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari siapapun  selain keduanya.
Tidak boleh seseorang mendahulukan perkataan atau pendapat siapapun di
depan Sunnah Nabi ‫ﷺ‬.

Sesungguhnya mengikuti Sunnah atau petunjuk Nabi ‫ﷺ‬,


menjadikan beliau satu-satunya teladan dalam cara beribadah, muamalah, dan
akhlak adalah bentuk keridhaan seseorang bahwasanya Muhammad
‫ ﷺ‬itu adalah seorang nabi dan rasul. Dan sebaliknya, menentang
petunjuk dan Sunnah beliau ‫ ﷺ‬adalah sebesar-besarnya
kekurangan dalam meneladani dan mengikuti beliau. Sekaligus menjadi tanda
tidak ridhanya dengan Muhammad ‫ ﷺ‬sebagai nabi dan rasul.

Oleh karena itu, menentang petunjuk dan Sunnah Nabi ‫ ﷺ‬adalah


sebab terbesar kelemahan kaum muslimin dan berkuasanya musuh atas wilayah-
wilayah mereka.

ِ
ُ ‫ب ِر‬
‫يح ُك ْم‬ َ ‫َوأَطيعُواْ اللّهَ َو َر ُسولَهُ َوالَ َتنَ َازعُواْ َفَت ْف َشلُواْ َوتَ ْذ َه‬
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-
bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan
bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS:Al-
Anfaal | Ayat: 46).

Ayyuhal muslimun,

Menyelisihi dan menentang Sunnah dan petunjuk Nabi ‫ ﷺ‬memiliki


ragam bentuk yang banyak. Yang paling berbahaya adalah menganggap remeh
Sunnah Nabi ‫ﷺ‬. Meremehkan wibawa Sunnah dan petunjuk beliau
di dalam hati dan jiwa. Menilainya kuran dan menafikan kesempurnaannya.
Tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Kebenaran yang tak diragukan
lagi, tidak masalah jika seseorang mencari pendapat yang kuat dari nash-nash
syariat. Asal metodologinya dibenarkan.

Bentuk penentang dan mencela lainnya adalah tersebarnya hadits-hadit yang


lemah dan palsu. Kemudian dijadikan sandaran dalam beragama. Hal ini
dilakukan tanpa mengecek dan membandingkannya lagi dengan hadits-hadits
yang shahih. Perbuatan seperti ini telah menimbulkan banyak mudharat bagi
umat ini. Karena dari sini masuklah akidah-akidah yang batil, pemikiran-
pemikiran yang sesat, pendapat-pendapat yang menyimpang, dan prilaku-
prilaku yang keliru.

Oleh karena itu, orang-orang yang membangun amalan dan menyebarkan


hadits-hadits lemah dan palsu disebut sebagai seorang pendusta. Mereka
diancam dengan tempat duduk di neraka. Karena berdusta atas nama Rasulullah
‫ ﷺ‬berbeda dengan dusta kepada orang selain beliau.

Sesungguhnya menentang ajaran Nabi ‫ ﷺ‬dan Sunnah beliau


mencakup penolakan terhadap hokum-hukum dan kandungannya. Termasuk
juga tidak menerima dan membantahnya. Baik hadits-hadits tersebut
menjelaskan permasalahan akidah, fikih, dan permasalahan-permasalahan
kontemporer. Dan termasuk juga memalingkannya dari makna yang sebenarnya.
Menafsirkannya dengan tafsiran yang mendukung hawa hawa nafsu dan
kehendak orang banyak.

Menentang ajaran dan petunjuk Nabi ‫ ﷺ‬meliputi menyebarkannya


sabda beliau di forum-forum, website-website, dan sosial media untuk berdebat.
Dengan itu muncullah fitnah, penyimpangan, dan kesesatan. Sehingga hadits-
hadits Nabi ‫ ﷺ‬jadi bahan permainan. Orang-orang yang berilmu
atau juga yang tidak dengan ringan memalingkan maknanya. Kemudian
menyamakan nilainya dengan perkataan manusia biasa. Turun dan jatuhlah
wibawa hadits-hadits Nabi ‫ﷺ‬. Lemahlah kedudukannya di tengah-
tengah kaum muslimin.
Ketika seseorang membantah Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu dengan
perkataan Fulan dan Fulan, beliau mengatakan, “Demi Allah, aku tidak melihat
kalian berhenti, hingga Allah mengadzab kalian. Aku berbicara kepada kalian
dengan ucapan Rasulullah dan kalian membantahku dengan ucapan Fulan dan
Fulan.”

Ibadallah,

Di antara bentuk penolakan, pengingkaran, dan pelecehan yang besar terhadap


Sunnah Nabi ‫ ﷺ‬adalah membuat ajaran baru dalam agama ini.
Membuat ibadah-ibadah dan cara-cara baru dalam menyucikan jiwa. Ibadah-
ibadah itu tidak ada di awal generasi Islam. Tidak ada di zaman Nabi
‫ ﷺ‬dan para sahabatnya radhiallahu ‘anhum. Padahal para
sahabatlah ukuran yang benar dalam meneladani Nabi ‫ﷺ‬. Nabi
‫ ﷺ‬bersabda,

‫س ِمنِّي‬ ِ
َ ‫ب َع ْن ُسنَّتي َفلَْي‬
ِ
َ ‫فَ َم ْن َرغ‬
“Barangsiapa membenci sunnahku, maka ia bukan golonganku.” (HR. Bukhari
dan Muslim).

Beliau ‫ ﷺ‬juga bersabda,

ٌّ‫س ِم ْنهُ َف ُه َو َرد‬


َ ‫ي‬
َْ‫ل‬ ‫ا‬‫م‬َ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ ‫ه‬
َ ‫ا‬َ‫ن‬ ِ
‫ر‬ ‫َم‬
ْ ‫أ‬ ‫ى‬ ِ‫ث ف‬
َ ‫َح َد‬
ْ ‫َم ْن أ‬
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada
asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Muslim).
Sesungguhnya membuat tata cara baru dalam beribadah kepada Allah adalah
bentuk penentangan yang paling buruk terhadap petunjuk Nabi ‫ﷺ‬.
Karena hal ini termasuk pelecehan terhadap kedudukan beliau ‫ﷺ‬
yang telah Allah jadikan sebagai penyampai syariat dan pemberi petunjuk.

Bahkan hal ini sama saja dengan menuduh Nabi ‫ ﷺ‬tidak


menyampaikan risalah Islam dari Rabbnya secara sempurna. Sama saja dengan
menganggap Nabi ‫ ﷺ‬tidak menyampaikan agama Allah
sebagaimana yang Dia perintahkan.

Ayyuhal muslimun,

Hal-hal yang telah khotib sebutkan tadi, dapat merusak pengakuan kita bahwa
kita meneladani kita dan meridhai Muhammad ‫ ﷺ‬adalah seorang
nabi dan rasul. Oleh karena itu, Allah menjadikan tanda-tanda keimanan yang
paling nyata dan benar adalah dengan mengikuti Nabi ‫ ﷺ‬secara
mutlak. Dengan cara mengikuti petunjuk atau sunnah-sunnah beliau
‫ ﷺ‬tanpa membantahnya. Bahkan tidak boleh di hati kita terdapat
rasa berat dan membantah apa yang telah ditetapkan Nabi ‫ ﷺ‬dalam
hadits-haditsnya. Seorang muslim wajib menerimanya dengan sepenuh hati.
Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

‫يما َش َج َر َب ْيَن ُه ْم ثُ َّم الَ يَ ِج ُدواْ فِي‬ ِ‫وك ف‬ ‫م‬ ‫ك‬ِّ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫َّى‬
‫ت‬ ‫ح‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ن‬ ِ ‫ك الَ ي ْؤ‬
‫م‬
َ َ ُ َ ُ َ َ َ ُ ُ َ ِّ‫فَالَ َو َرب‬
ِ َ َ‫أَن ُف ِس ِه ْم َح َر ًجا ِّم َّما ق‬
ً ‫ت َويُ َسلِّ ُمواْ تَ ْسل‬
‫يما‬ َ ‫ض ْي‬
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan
yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS:An-Nisaa |
Ayat: 65).

Rabb kita Allah ‫ ﷻ‬telah mengancam orang-orang yang membantah


petunjuk beliau dengan berbagai macam adzab yang keras. Karena pada
hakikatnya, orang-orang yang berbuat demikian adalah orang-orang yang
berbuat kerusakan dan kezhaliman.

‫ك َو َما‬ َ ِ‫ول َوأَطَ ْعنَا ثُ َّم َيَت َولَّى فَ ِري ٌق ِّم ْن ُهم ِّمن َب ْع ِد ذَل‬ ِ ‫الر ُس‬ َّ ِ‫آمنَّا بِاللَّ ِه َوب‬
َ ‫َو َي ُقولُو َن‬
‫ين * َوإِ َذا ُدعُوا إِلَى اللَّ ِه َو َر ُسولِ ِه لِيَ ْح ُك َم َب ْيَن ُه ْم إِ َذا فَ ِري ٌق ِّم ْن ُهم‬ ِ ِ ِ َ ِ‫أُولَئ‬
َ ‫ك بال ُْم ْؤمن‬ ْ
‫ض أَِم‬ٌ ‫ين * أَفِي ُقلُوبِ ِهم َّم َر‬ ِ‫ضو َن * وإِن ي ُكن لَّ ُهم الْح ُّق يأْتُوا إِلَْي ِه م ْذ ِعن‬ ُ ‫ُّم ْع ِر‬
َ ُ َ َ ُ َ َ
* ‫ك ُه ُم الظَّالِ ُمو َن‬ َ ِ‫يف اللَّهُ َعلَْي ِه ْم َو َر ُسولُهُ بَ ْل أ ُْولَئ‬ َ ‫ْارتَابُوا أ َْم يَ َخافُو َن أَن يَ ِح‬
‫ين إِ َذا ُدعُوا إِلَى اللَّ ِه َو َر ُسولِ ِه لِيَ ْح ُك َم َب ْيَن ُه ْم أَن َي ُقولُوا‬ ِ‫إِنَّما َكا َن َقو َل الْم ْؤ ِمن‬
َ ُ ْ َ
‫ك ُه ُم ال ُْم ْفلِ ُحو َن‬ َ ِ‫َس ِم ْعنَا َوأَطَ ْعنَا َوأ ُْولَئ‬
“Dan mereka berkata: “Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami
mentaati (keduanya)”. Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu,
sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka
dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di
antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. Tetapi jika
keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan
patuh. Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada
penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau
Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah
orang-orang yang zalim. Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila
mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum
(mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS:An-Nuur | Ayat: 47-51).

ِّ ‫ات َو‬
‫الذ ْك ِر‬ ِ ‫ و َن َفعنَا بِما فِ ْي ِه ِمن اآلي‬،‫آن الع ِظ ْي ِم‬ ِ ‫بار َك اهلل لِي ولَ ُكم فِي ال ُقر‬
َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ ُ ََ
‫الجلَْي َل لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َسائِ ِر‬ ِ ‫ وأَستغْ ِفر اهلل‬،‫ أَ ُقو ُل َقولِي ه َذا‬،‫الح ِكي ِم‬
َ ‫العظ ْي َم‬ َ َ ُ َْ َ َ ْ ْ ْ َ
‫الر ِح ْي ُم‬ ِ ِ ْ َ‫ب ف‬
َ ‫اسَتغْف ُر ْوهُ إنَّهُ ُه َو الغَ ُف ْو ُر‬ ٍ ْ‫الم ْسلِ ِم ْي َن ِم ْن ُك ِّل َذن‬.
ُ
Khutbah Kedua:

‫الو ُج ْو ِد إِاَّل يُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد ِه‬ ‫ي‬ ِ‫ اَلْحم ُد لِلَّ ِه الَّ ِذي ما ِمن َشي ٍء ف‬،‫اَلْحم ُد لِلَّ ِه‬
ُ ْ ْ َ ْ َْ َْ
‫ُسلِّ ُم َعلَى‬ ِِ ِِ ِ ِ ِ
َ ‫ُصلِّي َوأ‬ َ ‫ َوأ‬،‫َوتَ ْس ُج ُد ال َخاَل ئ ُق َوظاَل لُ َها طَ ْوعاً َو َك ْرهاً ل َجاَل له َو َم ْجده‬
‫ان ال ُخلُ ْو ِد َو َعلَى أ َْه ِل َب ْيتِ ِه‬ ِ َ‫اب ِجن‬ ِ ‫الم ْفتَتَ ِح أ َْب َو‬ ِ ِ‫ص‬
َ ‫الم َق ِام‬
ُ ‫الم ْح ُم ْود‬ َ ‫ب‬ ِ ‫اح‬ َ
‫ َو َب ْع ُد‬،‫ص ٍر َواَل َع َّد َم ْع ُد ْو ٍد‬ ْ ‫صاَل ًة َو َساَل ًما بِاَل َح‬ ٍ ِ ِ ْ ‫وأ‬:
َ ‫َص َحابِه َوتَابِع ْي ِه ْم بِِإ ْح َسان‬ َ
Ayyuhal muslimun,

Sesungguhnya bentuk pelecehan dan penghinaan terhadap syariat dan


kedudukan Nabi ‫ ﷺ‬adalah dengan tidak mengagungkan dan tidak
mensucikan syair-syiar agama baik yang berupa tempat atau waktu, padahal
Allah perintahkan kita untuk mengagungkannya. Dan Nabi ‫ﷺ‬
perintahkan kita untuk mencintainya. Di antara waktu yang diperintahkan Allah
dan Rasul-Nya untuk diagungkan adalah bulan haram yakni bulan Muharram.
Dan contoh tempat adalah Mekah, Madinah, dan Baitul Maqdis. Hal-hal ini
termasuk syiar agama yang terbesar. Termasuk tempat-tempat suci dan penuh
berkah bagi kaum muslimin.

Allah telah memberkahi dan mensucikannya. Dan sejak dulu musuh-musuh


Islam berusaha mengusiknya. Orang-orang Yahudi –semoga Allah
memburukkan mereka- karena mereka senantiasa menebar kerusakan,
melakukan pembunuhan, dan berusaha menghancurkan Masjid al-Aqsha.

Kemudian muunsul kelompok-kelompok yang memiliki kedengkian terhadap


tempat-tempat suci kaum muslimin. mereka ini serupa dengan orang-orang
Yahudi dalam perbuatan mereka ingin mengganggu dan merusak Mekah di
bulan suci Muharram.

Apa yang mereka lakukan adalah kejahatan yang besar. Apalagi dilakukan di
bulan suci Muharram. Mereka menargetkan tanah haram sebagaimana Abrahah
yang buruk, yang telah kita kenal kisahnya dalam sejarah. Akan tetapi Allah
senantiasa mengawasi mereka. menghancurkan tipu daya mereka. dan menjaga
kehormatan rumah-Nya yang mulia.

Betapa miripnya orang-orang yang hendak menyerang Mekah itu dengan


Yahudi. Betapa miripnya tingkah mereka dengan orang-orang munafik. Karena
orang-orang munafik itu menyimpan kekufuran dan kedengkian terhadap
tempta-tempat suci kaum muslimin. mereka bersekutu dengan orang-orang yang
zhalim dan hasad terhadap kaum muslimin dan tempat-tempat suci mereka.
Sebagaimana dulu, orang-orang munafik bersekutu dengan ahlul kitab di zaman
Nabi ‫ﷺ‬. Kemudian Allah ‫ ﷻ‬turunkan ayat Alquran yang
menjelaskan keadaan mereka. Dan ayat itu dibaca hingga hari kiamat kelak.

‫اب لَئِ ْن‬ِ َ‫ْكت‬ ِ ‫أَلَم تَر إِلَى الَّ ِذين نَا َف ُقوا ي ُقولُو َن إِلِ ْخوانِ ِهم الَّ ِذين َك َفروا ِمن أ َْه ِل ال‬
ْ ُ َ ُ َ َ َ ْ
ِ ِ ‫أُ ْخ ِرجتُم لَنَ ْخرج َّن مع ُكم واَل نُ ِط‬
ُ َ‫َح ًدا أَبَ ًدا َوإِن قُوتلْتُ ْم لَن‬
‫نص َرنَّ ُك ْم‬ َ ‫يع في ُك ْم أ‬
ُ َ ْ ََ َ ُ ْ ْ
ِ ‫واللَّهُ ي ْشه ُد إَِّنهم لَ َك‬
‫اذبُو َن‬ ُْ َ َ َ
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada
saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: “Sesungguhnya jika
kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-
lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika
kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu”. Dan Allah menyaksikan
bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.” (QS:Al-Hasyr | Ayat: 11).

Ibadallah,

Siapa yang menginginkan kemenangan dan kebahagiaan hendaklah mereka


berpegang teguh dengan wahyu ilahi, yaitu Alquran dan Sunnah Rasulullah
‫ﷺ‬. Sebagaimana Alquran adalah wahyu dari Allah, demikian juga
Sunnah atau hadits-hadits Rasulullah, juga wahyu dari Allah. karena Sunnah
atau hadits-hadits Nabi ‫ ﷺ‬merupakan penjelas wahyu dan perinci
hukum-hukum serta makna-makna Alquran.
ِ ‫ض َّل‬
ِ ‫احب ُكم وما غَوى وما ي‬
‫نط ُق َع ِن ال َْه َوى إِ ْن ُه َو إِاَّل‬َ ََ َ ََ ْ ُ ‫ص‬ َ َ ‫َّج ِم إِ َذا َه َوى َما‬
ْ ‫َوالن‬
‫وحى‬
َ ُ‫َو ْح ٌي ي‬
“Demi bintang ketika terbenam. kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak
pula keliru. dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan
hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).” (QS:An-Najm | Ayat: 1-4).

Nabi ‫ ﷺ‬mengabarkan bahwasanya akan datang orang-orang yang


membantah dan tidak menerima hadits-hadits Nabi ‫ﷺ‬. Beliau
‫ ﷺ‬bersabda,

ُ ‫ك َر ُج ٌل َش ْب َعا ُن َعلَى أَ ِريْ َكتِ ِه َي ُق‬


‫ول‬ ِ ‫الكتَاب و ِم ْثلَهُ معهُ أَالَ ي‬
ُ ‫وش‬ ِ ‫يت‬ُ ِ‫أَالَ إِنِّي أُوت‬
ُ ََ َ َ
‫َحلُّوهُ َو َم َو َج ْدتُ ْم فِ ْي ِه ِم ْن‬
ِ ‫آن فَما وج ْدتُم فِي ِه ِمن حالَ ٍل فَأ‬ ِ
َ ْ ْ ْ َ َ َ ‫َعلَْي ُك ْم بِ َه َذا الْ ُق ْر‬
ُ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َك َما َح َّر َم اللَّه‬ ِ ُ ‫حر ٍام فح ِّرموهُ وإِ ِّن ماح َّرم رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ََ
“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Alquran dan sesuatu yang hampir sama
dengan Alquran. Ketahuilah, akan ada seorang lelaki kaya raya yang duduk di
atas tempat duduk yang mewah dan dia berkata, “Berpeganglah kalian kepada
Alquran. Apapun yang dikatakan halal didalam Alquran, maka halalkanlah,
sebaliknya apapun yang dikatakan haram dalam Alquran, maka haramkanlah.
Sesungguhnya apapun yang diharamkan oleh Rasulullah, Allah juga
mengharamkannya.” (HR. at-Turmudzi dan Hakim).

Seorang tabi’in, Hasan bin Athiyah rahimahullah, mengatakan


‫السنَ ِة َك َما َي ْن ِز ُل‬
ُّ ِ‫ ب‬-‫–صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ
َ ‫َكا َن ج ْب ِريْ ُل َي ْن ِز ُل َعلَى النَّبِ ِّي‬
ِ ‫بِال ُقر‬
‫آن‬ ْ
“Jibril turun menemui Nabi ‫ ﷺ‬untuk mewahyukan as-sunnah
(hadits) sebagaimana mewahyukan Alquran.”

Hendaknya seorang yang memiliki akal merenungkan sesuatu yang dari Allah
dan dari Rasul-Nya ‫ﷺ‬. Terlebih di zaman yang penuh dengan
fitnah, hawa nafsu, kelompok-kelompok, pemikiran-pemikiran yang
menyimpang, dll. Sungguh seseorang tidak akan selamat dan berhasil kecuali
dengan mengikuti petunjuk Nabi ‫ﷺ‬. Wajib bagi kita terus
meneladani apa yang telah beliau tinggalkan. Siapa yang menginginkan
keselamatan dari gelombang ujian dan mendapatkan petunjuk, maka arungilah
gelombang itu dengan menaiki kapal yang bernama Sunnah Nabi
‫ﷺ‬. Arungilah dengan sesuatu yang telah menyelamatkan generasi
awal Islam ini. Mereka selamat dan diangkat derajatnya karena berpegang teguh
dengan petunjuk Nabi ‫ﷺ‬.

Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu mengatakan,

ِ ‫ادا فِي سبِي ِل وسن َِّة َخير ِمن اجتِه‬


‫اد فِي‬ ِ ِ ‫السبِي ِل و‬ ِ
َ ْ َ ٌْ ُ َ ْ َ ْ ً ‫ص‬ َ ‫السنَّة فَِإ َّن اقْت‬
ُ َ ْ َّ ‫َعلَْي ُك ْم ب‬
‫ف َسبِْي ِل َو ُسن َِّة‬ِ ‫ِخاَل‬

“Wajib bagi kalian menempuh jalan dan sunnah. Sesungguhnya sederhada di


jalan sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh tapi menyelisihi jalan
sunnah (petunjuk Nabi ‫)ﷺ‬.”
Seorang tokoh tabi’ at-tabi’in, Sufyan ats-Tsauri rahimahullah, mengatakan,

‫السن َِّة‬
ُّ ِ‫اَل يَ ْستَ ِق ْي ُم َق ْو ٌل َو َع َم ٌل إِاَّل ب‬
“Tidak akan lurus ucapan dan amalan kecuali dengan sunnah.”

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan,

‫ َف ُه َو َعلَى َش َفا َهلَ َك ٍة‬-‫صلَّى اهللُ َو َعلَْي ِه َوآلِ ِه َو َسلَّ َم‬- ِ َ ْ‫َم ْن َر َّد َح ِدي‬
َ ‫ث َر ُس ْو ِل اهلل‬
“Barangsiapa yang membantah hadits Rasulullah ‫ ﷺ‬maka dia
berada di tepi jurang kebinasaan.”

Seorang tokoh tabi’in, Imam al-Auza’i rahimahullah, mengatakan,

ْ ‫ َو ُك‬،‫ َوقُ ْل بِ َما قَالُ ْوا‬،‫ف ال َق ْو ُم‬ ْ ِ‫ َوق‬،‫السن َِّة‬ ِ


‫ف َع َّما‬ َ َ‫ث َوق‬ ُ ‫ف َح ْي‬ ُّ ‫ك َعلَى‬ َ ‫صبِ ْر َن ْف َس‬
ْ‫ا‬
‫ك َما َو َس َع ُه ْم‬ َ ‫الصالِ ِح؛ فَِإنَّهُ يَ َس َع‬
َّ ‫ك‬ َ ‫ك َسبِْي َل َسلَ َف‬ ْ ‫ َو‬،ُ‫َك َّف ْوا َع ْنه‬
ْ ُ‫اسل‬
“Sabarkanlah dirumu di atas sunnah. Berhentilah dimana kaum (generasi awal
Islam) berhenti. Katakan sesuai dengan yang mereka katakan. Cukupkan dengan
apa yang mereka merasa cukup. Titilah jalan mereka para pendahulu yang
shaleh. Sesungguhnya akan membuatmu cukup (menerima) apa yang telah
membuat mereka cukup.”

Perkataan-perkataan dan riwayat-riwayat yang semakna dengan ini sangatlah


banyak.
‫المنِْي ِر‪ ،‬فِِإ َّن اهللَ – َع َّز‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫صلُّ ْوا َو َسلِّ ُم ْوا َعلَى َسيِّد البَ َش ِريَّة َو َهاد ِّي َها َوس َراج َها ُ‬ ‫ثَ َّم َ‬
‫ال‪﴿ :‬إِ َّن اللَّهَ َو َماَل ئِ َكتَهُ‬‫ث قَ َ‬ ‫الصاَل ِة َو َّ‬
‫الساَل ِم َعلَْي ِه؛ َح ْي ُ‬ ‫َو َج َّل – قَ ْد أ ََم َرنَا بِ َّ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ ِ‬ ‫ِ‬
‫يما﴾‬ ‫صلُّوا َعلَْيه َو َسلِّ ُموا تَ ْسل ً‬‫آمنُوا َ‬ ‫ين َ‬ ‫صلُّو َن َعلَى النَّب ِّي يَا أ َُّي َها الذ َ‬
‫يُ َ‬
‫‪[.‬األحزاب‪]56 :‬‬
‫ال‪« :‬من صلَّى علَي و ِ‬ ‫ِ ِِ‬
‫اح َدةً‬ ‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َوآله َو َسلَّ َم – أَنَّهُ قَ َ َ ْ َ َ َّ َ‬ ‫ت َع ْنهُ – َ‬ ‫َو َثبَ َ‬
‫ط َع ْنهُ َع ْشر َخ ِط ْيئَ ٍ‬
‫ات‪َ ،‬و َرفَ َع لَهُ َع ْش َر‬ ‫صلَّى اهلل َعلَْي ِه بِ َها َع ْشر صلَو ٍ‬
‫ات‪َ ،‬و َح َّ‬
‫َ‬ ‫َ ََ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫‪».‬درج ٍ‬
‫ات‬ ‫ََ َ‬
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َوبَا ِر ْك َوأَنْ ِع ْم َعلَى نَبِِّينَا َو َسيِّ ِدنَا َو َحبِْيبِنَا َوقُ ْد َوتِنَا ُم َح َّم ٍد‪،‬‬
‫فَاللَّ ُه َّم َ‬
‫اه ِرين‪ ،‬وسائِ ِر صحابتِ ِه ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِِ‬
‫الك َر ِام األَْب َرا ِر‬ ‫َو َعلَى آله َوأَ ْز َواجه َوذُ ِّريَّاته الطَيِّبِْي َن الطَ ْ َ َ َ َ َ َ‬
‫ِ‬ ‫األَطْها ِر‪ ،‬و ُخ َّ ِ‬
‫ار ْو َق‪َ ،‬وعُثْ َما َن َذا الن ُّْو َريْ ِن‪،‬‬ ‫ص م ْن ُه ْم‪ :‬أَبَا بَ ْك ٍر الصدِّيْ َق‪َ ،‬وعُ َم َر ال َف ُ‬ ‫َ َ‬
‫ان إِلَى َي ْوِم الدِّيْ ِن‬ ‫‪.‬و َعلِيًّا أَبا الحسَن ْي ِن‪ ،‬والتَّابِ ِع ْين لَ ُهم بِِإ ْحس ٍ‬
‫َ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ََ‬ ‫َ‬
‫الم ْسلِ ِم ْي َن‪َ ،‬وأ َِذ َّل ِّ‬ ‫ِ‬ ‫اَللَّه َّم أ ِ‬
‫َع َّز ا ِإل ْساَل م و ِ ِ‬
‫الش ْر َك‬ ‫الم ْسلم ْي َن‪ ،‬اَللَّ ُه َّم أَع َّز ا ِإل ْساَل َم َو ُ‬
‫ََ ُ‬ ‫ُ‬
‫الصالِ ِح ْي َن‬
‫اد َك َّ‬ ‫ك‪ ،‬وسنَّةَ نَبِيِّ َ ِ‬ ‫‪.‬والم ْش ِركِين‪ ،‬اَللَّه َّم انْصر ِدينَ َ ِ‬
‫ك‪َ ،‬وعبَ َ‬ ‫ك‪َ ،‬وكتَابَ َ َ ُ‬ ‫َ ُ ْ َ ُ ُْ ْ‬
‫الم ْسلِ ِم ْي َن‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اء‪َ ،‬و َسائ َر باَل د ُ‬ ‫‪.‬اَللَّ ُه َّم ْ‬
‫اج َع ْل َبلَ َدنَا َه َذا َبلَ ًدا آمنًا ُمط َْمئنًّا َر َخ ً‬
‫ص ْر ُه ْم فِي فِلَ ْس ِط ْي َن‪،‬‬ ‫ٍ‬ ‫ِِ ِ‬
‫الم َجاهديْ َن في ُك ِّل َم َكان‪ ،‬اَللَّ ُه َّم انْ ُ‬ ‫ص ْر إِ ْخ َوا َننَا ُ‬
‫اَللَّ ُه َّم انْ ُ‬
‫اق‪َ ،‬وفِي اليَ َم ِن‪،‬‬ ‫العر ِ‬
‫َ‬
‫الش ِام‪ ،‬وفِي ِ‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ي‬ ‫اَللَّه َّم انْصرهم فِي ال َش ِام‪ ،‬اَللَّه َّم انْصرهم فِ‬
‫ُ ُْ ُ ْ‬ ‫ُ ُْ ُ ْ‬
‫ي يَا َع ِز ْي ُز‬ ‫‪.‬وفِي ُك ِّل م َك ٍ‬
‫ان يَا َق ِّو ُّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اَللَّه َّم انْصر إِ ْخوا َننَا المج ِ‬
‫اه ِ‬
‫ص ْر إِ ْخ َوا َننَا‬ ‫الم َرابِط ْي َن َعلَى ُ‬
‫الح ُد ْود‪ ،‬اَللَّ ُه َّم انْ ُ‬ ‫َُ َ ُ‬ ‫ن‬ ‫ي‬
‫ْ‬ ‫د‬ ‫ُ ُْ َ‬
‫الح ُد ْو ِد‪ ،‬اَللَّ ُه َّم ُك ْن لَ ُه ْم َع ْونًا َوظَ ِه ْي ًرا‪َ ،‬و ُم َؤيِّ ًدا‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫الم َرابِط ْي َن َعلَى ُ‬ ‫الم َجاهديْ َن ُ‬ ‫ُ‬
‫ي يَا َع ِز ْي ُز‬
‫ك يَا قَ ِو ُّ‬ ‫‪.‬ونَ ِ‬
‫ص ْي ًرا بُِق َّوتِ َ‬ ‫َ‬
‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه‬
‫ك– َ‬ ‫الم ْسلِ ِم ْي َن لِل َْع َم ِل بِ ِكتَابِ َ‬
‫ك َو ُسن َِّة نَبِيِّ َ‬ ‫ِ‬
‫اَللَّ ُه َّم َوفِّ ْق َجم ْي َع ُواَل ةَ ُ‬
‫‪َ -.‬وآلِ ِه َو َسلَّ َم‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َوفِّ ْق َولِ َّي أ َْم ِرنَا لِ َما تُ ِحبُّهُ َوَت ْر َ‬
‫ضاهُ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم َوفِّ ْق َول َّي أ َْم ِرنَا ل َما تُ ِحبُّهُ‬
‫اج َعلَ ُه ْم َم َفاتِْي َح‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ ِِ ِِ‬
‫ح البِاَل د َوالعبَاد‪َ ،‬و َ‬ ‫صاَل ُ‬ ‫ضاهُ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم َو ِّف ْقهُ َونَائَب ْيه ل َما ف ْيه َ‬ ‫َوَت ْر َ‬
‫الر ِ‬
‫اح ِم ْي َن‬ ‫‪.‬لِ ْل َخ ْي ِر َمغَالِْي َق لِ ْل َش ِّر بَِر ْح َمتِ َ‬
‫ك يَا أ َْر َح َم َّ‬

‫اج ُب ْرنَا‪َ ،‬و ْار َف ْعنَا َواَل‬


‫ف َعنَّا‪َ ،‬و ْار ُز ْقنَا َو ْ‬‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَنَا َو ْار َح ْمنَا‪َ ،‬و َعافِنَا َوا ْع ُ‬
‫صنَا‪َ ،‬وأَ ْع ِطنَا َواَل تَ ْح ِر ْمنَا‪َ ،‬وآثِْرنَا َواَل‬ ‫ض ْعنَا‪َ ،‬وأَ ْك ِر ْمنَا َواَل تُ ِهنَّا‪َ ،‬و ِز ْدنَا َواَل َت ْن ُق ْ‬
‫تَ َ‬
‫ص ْر َعلَْينَا‪َ ،‬و ُك ْن َم َعنَا َواَل تَ ُك ْن َعلَْينَا بَِر ْح َمتِ َ‬
‫ك‬ ‫ص ْر َعلَْينَا َواَل َت ْن ُ‬
‫ِ‬
‫ُت ْؤث ْر َعلَْينَا‪َ ،‬وانْ ُ‬
‫الر ِ‬
‫اح ِم ْي َن‬ ‫‪.‬يَا أ َْر َح َم َّ‬

‫َج َم ِع ْي َن‬ ‫‪.‬وصلَّى اهلل وسلَّم َعلَى نَبِِّينَا مح َّم ٍد‪ ،‬وآلِ ِه و ِ‬
‫ص ْحبِه أ ْ‬
‫َُ َ َ َ‬ ‫ََُ َ‬ ‫َ َ‬
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Khalid bin Ali al-Ghamidi
(imam dan khotib Masjid al-Haram)
Judul asli: Ta’zhim as-Sunnah an-Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Tanggal khotbah: 4 Shafar 1438 H
Penerjemah: Tim khotbahjumat.com

Artikel www.KhotbahJumat.com

Anda mungkin juga menyukai