Laporan Pendahuluan Isk
Laporan Pendahuluan Isk
Laporan Pendahuluan Isk
1
2.1.2 Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak faktor seperti : Usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran
kemih termasuk ginjal (Nurarif & Kusuma, 2015).
Berikut menurut jenis mikroorganisme dan usia :
1) Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK,antara lain:
(1) Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple).
(2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyebab ISK complicated.
(3) Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, Enterococci.
(4) Menahan kencing terlalu lama dan lain-lain.
2) Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
(1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif.
(2) Mobilitas menurun.
(3) Nutrisi yang sering kurang baik.
(4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
(5) Adanya hambatan pada aliran urin.
(6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
2.1.3 Anatomi dan Fisiologi
Sistem urinari adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan dan
mengalirkan urine. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,
kandung kemih dan uretra (Manurung, 2018).
1) Ginjal terletak pada dinding posterior dibelakang peritoneum pada kedua
sisi vetebra torakalis ke-12 sampai vetebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal
seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena
adalnya lobus hepatis dextra yang besar.
2) Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil
penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju
vesica urinaria. Terdapat sepasang ureteryang terletak retroperitoneal,
masing-masing satu untuk setiap ginjal. Laki-laki melintas dibawah ligamen
umbilikal lateral dan ductus deferens. Perempuan melintas disepanjang sisi
cervix uteri dan bagian atas vagin.
2
3) Vesica Urinaria (kandung kemih) sering juga disebut kandung kemih atau
buli- buli, merupakan, tempat untuk menampung urine yang berasal dari
ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan
eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria
terletak di lantai pelvis (pelvis floor), bersama-samadengan organ lain
sepertirektum, organ reproduksi, bagianusushalus, serta pembuluhpembuluh
darah, limfatik dan saraf.
4) Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan
wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga
berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat),
sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3,5 cm. Selain itu, pria
memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter externa (di uretra pars
membranosa, bersifat volunter), sdeangkan pada wanita hanya memiliki
m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat
volunter).
2.1.4 Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam
saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung
kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014).
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
mikroorganisma atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme ke dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam
media urin (Israr, 2009). Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal
dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus vagina,
preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari
feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra,
kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Fitriani,
2013).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu:
1) Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman
yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal introitus
3
vagina, preposium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi
secara ascending (naik) dapat terjadi melalui empat tahapan, yaitu : a)
Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
b) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
c) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
d) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal
(Israr, 2009).
2) Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi
infeksi pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran
kemih melalui peredaran darah.
3) Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui
sistem limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal
namun yang terakhir ini jarang terjadi (Coyle dan Prince, 2009).
4) Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter (Israr, 2009).
2.1.5 Jenis ISK
Adapun jenis-jenis ISK yaitu : (Nurarif & Kusuma, 2015)
1) Kandung kemih (Sistitis)
2) Uretra (Uretritis)
3) Prostat (Prostatitis)
4) Ginjal (pielonefritis)
Klasifikasi menurut letaknya :
1) ISK bawah
2) Perempuan (sistitis : presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna). Sindrom uretra akut (SUA) : presentasi klinis sistitis
tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis
bakterialis. Laki-laki (sistitis,prostatitis,epidimidis dan uretritis).
3) ISK atas
4
4) Pielonefritis akut (PNA) : proses infeksi parenkim ginjal yang disebabkan
infeksi bakteri. Pielonefritis kronis (PNK): kemungkinan akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
ISK pada usia lanjut, dapat dibedakan menjadi :
(1) ISK uncomplicated (simple) merupakan ISK sederhana yang terjadi pada
penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional
normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
(2) ISK compilacted, sering menimbulkan banyak masalah karena seringkali
kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap
beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK
ini terjadi bila tedapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
(3) Kelainan abnormal saluran kemih, misalnya batu , reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih
menetap dan prostatitis.
(4) Kelainan faal ginjal GGA maupun GGK. Gangguan daya tahan tubuh dan
infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp yang
memproduksi urease.
2.1.6 Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis ISK antara lain : (Nurarif & Kusuma,2015).
1) Anyang- anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba
untuk berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
2) Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa berwarna putih,
cokelat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat.
3) Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah.
4) Nyeri pda pinggang.
5) Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal
(di iringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah).
6) Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak
sembusembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.
5
7) Pada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis
berupa demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia ,
probelem minum dan sianosis (kebiruan).
8) Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia.
9) Pada anak besar gejalanya lebuh khas seperti sakit waktu kencing,
frekuensi kencing meningkat, nyeri perut atau pinggang, mengompol,
anyanganyangan (polakisuria) dan bau kencing yang menyengat.
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ISK dibagi menjadi dua yaitu: (Nurarif & Kusuma, 2015)
2.1.8.1 Non farmakologi 1) Istirahat.
2) Diet : perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran kemih.
2.1.8.2 Farmakologi
1) Antibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat diberikan antibiotik
antara lain cefotaxime, ceftriaxon, kotrimoxsazol, trimetoprim, fluoroquinolon,
amoksilin, doksisiklin, aminoglikosid.
2) Bila tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasi penisilin
dengan aminoglikosida. Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksilin,
nitrofurantoin atau sefalospori
6
Penyimpangan KDM
7
Tahap pengkajian merupakan sebuah proses dinamis yang terorganisasi,
yang terdiri atas 3 aktivitas utama, yaitu : mengumpulkan data secara sistematis,
memilih dan mengatur data yang telah dikumpulkan, dan mendokumentasikan
data dalam format yang dapat dibuka kembal.
Data-data yang telah dikumpulkan tersebut harus bisa menggambarkan dua
hal yaitu status kesehatan pasien, kekuatan pasien dan masalah kesehatan yang
dialaminya. Untuk bisa mlakukan pengkajian diperlukan sebuah keahliankeahlian
(skill) seperti wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi. Hasil pengumpulan
data kemudian diklarifikasikan dalam data subjektif dan observatif. Data subjektif
adalah data yang didapatkan dari keterangan-keterangan pasien, yang berupa
ungkapan atau persepsi dari pasien. Sedangkan data objektif merupakan data
yang didapatkan dari hasil observasi, pengukuran dan pemeriksaan fisik.
Data pengkajian terfokus untuk pasien ISK adalah sebagai berikut :
(LeMone, Burke, & Bauldoff, 2015)
1) Riwayat kesehatan : Gejala saat ini, termasuk frekuensi, urgensi, rasanya
seperti ditusuk-tusuk saat berkemih, berkemih per malam: warna, kejernihan
dan bau urine. Manifestasi lain seperti nyeri abdomen bawah, punggung atau
panggul, mual atau muntah, demam.
2) Pemeriksaan fisik kesehatan umum : tanda vital termasuk suhu, bentuk
abdomen, kontur, nyeri tekan pada palpasi (khususnya suprapubik), perkusi
apakah ada nyeri tekan kostrovertebral.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga, atau komunkasi pada masalah kesehatan. Pada resiko
masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis keperawatan
merupakan bagian viral alam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk
membantu klien mencapai kesehatan yang optimal. Mengingat pentingnya
diagnosis keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan, maka dibutuhkan
standar diagnosis keperawatan yang dapat diterapakan secara rasional di Indonesia
dengan mengacu pada standar diagnosis internasional yang telah dilakukan
sebelumnya (SDKI, 2017).
8
Tipe diagnosa keperawatan meliputi :
1) Aktual
Menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui batasan
karateristik mayor yang diidentifikasi.
2) Resti atau risiko tinggi.
Risiko tinggi adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau
komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding individu
atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama.
3) Kemungkinan
Kemungkinan adalah pernyataan tentang masalah yang diduga masih
memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk
memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor risiko.
4) Sejahtera
Diagnosa keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu,
kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke
tingkat kesehatan yang lebih baik.
Menurut : (SDKI, 2016) diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
pasien dengan kasus ISK yaitu
1) Gangguan pola Eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
4) Resiko infeksi berhubugan dengan peningkatan tekanan kateter, sumbatan pada
kandung kemih.
2.2.3 Intervensi
Tujuan dibuat perencanaan, untuk memberikan arahan pada asuhan
keperawatan. Hasil klien diharapkan bertumpu dari pernyataan diagnostik dan
diindentifikasi sebagai hasil dari intervensi keperawatan dan respon klien yang
bisa dicapai, diinginkan oleh klien dan perawat, dan dapat dicapai dalam periode
tertenu, berdasarkan situasi dan sumber-sumber yang ada. Tahap perencanaan dari
proses keperawatan mempunyai tiga kompenen penentuan prioritas diagnosa.
9
1) Berdasarkan tingkat kegawatan.
2) Berdasarkan kebutuhan maslow : kebutuhan biologis, kebutuhan keamanan dan
keselamatan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri,
kebutuhan aktualisasi diri.
Penentuan tujuan dan kriteri hasil, tujuan merupakan hasil yang ingin
dicapai untuk mengatasi diagnosa keperawatan, dalam menentukan kriteria hasil
harus dibuat berdasarkan komponen-komponen.
S : Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda)
M: Measurable (tujuan keperawatan harus bisa diukur, khususnya tentang perilaku
klien : bisa dilihat, didengarkan, dirabakan dan dirasakan)
A: Aviable ( tujuan harus bisa dicapai)
R: Reasionable (tujuan harus bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah)
T: Time ( tujuan harus mempunyai batasan waktu yang jelas intervensi )
2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawat. Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang
didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah
tindakan yang didasarkan dari hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas
kesehatan lain (Tarwoto & Wartona, 2010)
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil/perbuatan dengan standar
untuk tujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan tercapai.
Evaluasi keperawatan membandingkan efek/hasil suatu tindakan keperawatan
dengan normal atau kriteria tujuan yang sudah dibuat. Tujuan dari evaluasi antara
lain untuk menentukan perkembangan kesehatan klien, untuk menilai efektifitas,
efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah diberikan, untuk
menilai penatalaksanaan asuhan keperawatan, dan mendapatkan umpan balik
(Dermawan, 2012).
1) Tipe evaluasi
10
Tipe pernyataan tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan
sumatif. Evaluai formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan. Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien
segera pada saat/setelah dilakukan tindakan keperawatan dan tulis pada catatan
perawat. Contoh: membantu pasien duduk semi fowler, pasien dapat duduk
selama 30 menit tanpa pusing. Sedangkan evaluasi sumatif adalah
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan perkembangan (Dermawan,
2012).
2) Bentuk evaluasi
Evaluasi telah diklasifikasikan berdasarkan apa yang dinilai dan kapan,
terdapat 3 tipe evaluasi perlu dievaluasi yaitu struktur difokuskan pada
kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan
diberikan. Proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan,
dan sesuai wewenang. Hasil berfokus pada respon dan fungsi klien. Respon
perilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan
terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil (Dermawan, 2012).
3) Format evaluasi Catatan perkembangan berisi diagnosa keperawatan
keperawatan spesifik mencakup implementasi tindakan, reaksi klien dan
adanya data tambahan yang terkait dengan diagnosa keperawatan tertentu.
Status masalah dan kriteria hasil serta rekomendasi untuk melanjutkan atau
modifikasi rencana asli juga dicatat dalam evaluasi. Evaluasi ditulis setiap kali
setelah semua tindakan dilakukan terhadap pasien.
Menurut ( Dermawan 2012) tahap evaluasi dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
11
Rencana asuhan: dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan dilakukanterhadap
pasien
12
13