Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Jurnal Fitokimia Saponin

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

JURNAL FITOKIMIA 1

CLAUS GOL.SAPONIN

Dosen Pengampu :
Ika Maruya Kusuma S.Si, MSi

Disusun oleh :
1. Reno Galtiano 20334023
2. Ferdinan Rivaldo Silalahi 20334024
3. Riska Zulfia Miftahana 20334026
4. Retno Agus Pratiwi 20334029

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI
NASIONAL JAKARTA
2022
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN GLIKOSIDA SAPONIN, KADAR
SAPONIN EKSTRAK BUAH MANGROVE (Sonneratia alba) DAN DAYA
HAMBATNYA TERHADAP RADIKAL BEBAS DPPH

Klasifikasi Tanaman Buah Mangrove


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Sonneratiaceae
Genus : Sonneratia
Spesies : Sonneratia alba Smith.

Pengumpulan dan pengolahan bahan tumbuhan


Buah S. alba dikumpulkan dari hutan mangrove di Kecamatan Anggrek Kabupaten
Gorontalo Utara. Preparasi sampel diawali dengan mengeluarkan kelopak buah, mencuci
buah dengan air yang mengalir, mengiris tipis lalu mengering anginkan diruang terbuka
selama 7-10 hari sampai membentuk simplisia kering.

Ekstraksi sampel
Ekstraksi buah S. alba menggunakan metode maserasi yang mengacu pada Permadi
(2018). Sebanyak 100g simplisia dilarutkan dengan masing-masing pelarut (metanol, etanol
dan air) dalam gelas ukur 1000 ml. Maserasi dilakukan dalam suhu ruang selama 2x24 jam
sambil sesekali diaduk. Filtrat hasil filtrasi dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada
suhu 50-60 ℃..

Uji kualitatif saponin secara fitokimia dan penegasan dengan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT)
Uji kualitatif fitokimia mengacu pada Astuti et al., (2011). Ekstrak buah S.alba
sebanyak 0,5 mL dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan 0,5 mL akuades sambil
dikocok selama 1 menit, lalu ditambahkan 2 tetes HCl 1 N. Apabila busa terbentuk tetap
stabil ± 7 menit, maka ekstrak positif mengandung saponin. Identifikasi juga dilakukan
menggunakan KLT yang mengacu pada Alen et al., (2017). Pemisahan dengan kromatografi
lapis tipis (KLT) dilakukan menggunakan beberapa eluen dengan tingkat kepolaran yang
berbeda yaitu metanol : N-heksan (3:2) untuk mendapatkan pelarut yang mampu memberikan
pemisahan yang baik serta noda zat warna yang bagus. Penetuan golongan senyawa pada uji
KLT dilakukan dengan penyemprotan plat KLT dengan pereaksi. Komponen kimia yang
dievaluasi dari ekstrak meliput uji saponin dengan menggunakan pereaksi HCl 1 N. Noda
atau bercak pada permukaan plat diamati dengan lampu UV pada panjang gelombang 366
nm. Kemudian disemprot dengan penampak noda dari masingmasing golongan senyawa dan
dipanaskan di oven pada suhu 60 ℃ selama 10 menit. Selanjutnya diamati masing-masing
noda yang terbentuk, meliputi jumlah noda, warna noda dan jarak perpindahan noda dari
tempat asalnya, dan dihitung nila Rf nya.

Uji kadar saponin sperektrofotometri


Uji kadar saponin menggunakan spektrofotometri dengan terlebih dahulu membuat
larutan standard saponin dari Sigma. Larutan sampel masing-masing ekstrak mengikuti cara
pembuatan larutan standard, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang serapan
maksimum. Konsentrasi saponin dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan regresi
dari kurva baku kalibrasi standard.

Uji daya hambat saponin terhadap radikal bebas DPPH


Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH)
mengacu pada Molyneux (2004).

Kandungan Fitokimia Saponin dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)Flavonoid


Ekstrak buah S. alba denga pelarut berbeda diuji secara kualitatif untuk melihat
keberadaan saponin dengan cara menambahkan 2 tetes HCl 1 N dalam larutan ekstrak. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa semua perlakuan pelarut menghasilkan busa selama lebih
dari tujuh menit, hal ini menunjukkan bahwa semua ekstrak dari tiga pelarut berbeda
mengandung saponin. Busa terbentuk karena adanya glikosida yang mampu membentuk busa
dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya. Sirait (2007) menyebutkan
bahwa glikosida saponin dapat membentuk larutan koloidal dalam air yang jika dikocok akan
membuih membentuk busa. Hasil profil KLT senyawa saponin yang dilihat pada dengan
lampu UV pada panjang gelombang 366 nm, menghasilkan bercak noda yang berbeda-beda,
serta menghasilkan perhitungan nilai Rf yang berbeda. Nilai Rf menunjukkan bahwa nilai Rf
yang teridentifikasi menunjukkan adanya senyawa saponin dengan bercak noda seperti ikatan
rangkap, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan ketiga pelarut dalam hasil
kromatografi KLT menghasilkan nilai Rf yang berbeda tergantung tingkat kepolaran pelarut
yang digunakan. Penggunaan pelarut metanol menghasilkan nilai Rf paling besar dimana
lompatan berdasarkan penotolan menunjukkan nilai 0,85, dan pada pelarut etanol nilai Rf
0,80, berbeda dengan pelarut lainnya. penggunaan pelarut air menghasilkan nilai Rf yang
cukup kecil dengan hasil lompatan sebesar 0,60. Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh sifat
kepolaran ketiga pelarut yang digunakan, serta kemampuan daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan
jarak yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya. Jika dikaitkan dengan hasil uji kadar
saponin dengan tiga pelarut ini, memiliki kaitan dengan besaran nilai Rf yang dihasilkan dari
uji KLT, dimana pada hasil spektofotometri UV-Vis lompatan hasil penotolan berbanding
lurus dengan nilai Rf yang dihasilkan

Nilai Kadar Saponin Ekstrak Buah S.alba dengan Spektrofotometri


Kadar saponin yang diperoleh dari buah S. alba berdasarkan pengukuran dengan
spektrofotometri berkisar 10,65 mg/g – 20,25 mg/g. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa
perlakuan variasi pelarut berbeda berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kadar saponin yang
dihasilkan. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa semua perlakuan pelarut P1, P2 dan
P3 menunjukkan kadar saponin yang berbeda nyata.
Berdasarkan hasil pengujian, penggunaan pelarut metanol menghasilkan kadar saponin
tertinggi dibandingkan pelarut lain yaitu sebesar 20,25 mg/g, sedangkan kadar saponin
terendah pada penggunaan pelarut air yaitu sebesar 10,65 mg/g. Perbedaan ini disebabkan
karena sifat kelarutan ketiga pelarut yang berbeda dimana metanol lebih bersifat universal
sehingga dapat meraih saponin yang memiliki gugus polar dan gugus nonpolar. Berbeda
dengan pelarut etanol, walaupun etanol juga seringkali digunakan sebagai pelarut karena
sifatnya yang dapat melarutkan polar maupun non polar, namun hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan metanol memiliki kemampuan dan sifat yang paling baik untuk
memperoleh saponin dalam S. alba. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh
Lazuarid, (2006) bahwa metanol merupakan senyawa bersifat polar, sehingga saponin dapat
diekstrak secara baik dengan menggunakan pelarut metanol.
.
Daya Hambat Senyawa Saponin dari Ekstrak Buah S.alba Terhadap Radikal Bebas
DPPH

Daya hambat senyawa saponin buah S.alba terhadap radikal bebas dari hasil uji
Anova menujukkan bahwa perbedaan jenis pelarut berpengaruh terhadap persen daya hambat
radikal bebas DPPH. Ekstrak etanol menghasilkan daya hambat terhadap radikal bebas yang
paling tinggi dan tidak berbeda nyata dengan ekstrak metanol, namun berbeda nyata
denganekstrak air. Etanol memiliki molekul polar yang tinggi karena adanya gugus hidroksi
(OH) dengan keelektonegatifan oksigen yang sangat tinggi menyebabkan terjadinya ikatan
hydrogen dengan molekul lain, sehingga etanol dapat berikatan dengan molekul polar dan
molekul ion. Namun, keberadaan gugus gugus etil (C2H5) pada etanol yang bersifat non-
polar jugamenyebabkannya dapat berikatan dengan molekul non-polar dari saponin. Sifat ini
juga dimiliki oleh metanol yang mengandung gugus hidroksi dan gugus etil.

Hasil Identifikasi Tanaman Buah Mangrove


Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa buah S. alba mengandung saponin.
Perbedaan jenis pelarut metanol, etanol, dan air berpengaruh terhadap rendemen, kadar
saponin dan daya hambatnya terhadap redikal bebas DPPH. Metanol dan etanol memiliki
kemampuan lebih tinggi dibandingkan air dalam mengestrak saponin dari buah S. Alba. Daya
hambat DPPH dari saponin dalam ekstrak metanol dan ekstrak etanol terukur paling tinggi
dibandingkan dengan saponin dalam ekstrak air. Manfaat Ekstrak Mangrove (Sonneratia
alba ) Sebagai Bahan Alami Antibakterial

DAFTAR PUSTAKA
Repli Labagu1; Asri Silvana Naiu; Nikmawatisusanti Yusuf1 2021. KADAR SAPONIN
EKSTRAK BUAH MANGROVE (Sonneratia alba) DAN DAYA HAMBATNYA
TERHADAP RADIKAL BEBAS DPPH. Vol. 4 No. 1. Gorontalo.

Anda mungkin juga menyukai