Jurnal Fitokimia Lakton, Saponin
Jurnal Fitokimia Lakton, Saponin
Jurnal Fitokimia Lakton, Saponin
Dosen Pengampu :
Ika Maruya Kusuma S.Si, MSi
Disusun oleh :
1. Reno Galtiano 20334023
2. Ferdinan Rivaldo Silalahi 20334024
3. Riska Zulfia Miftahana 20334026
4. Retno Agus Pratiwi 20334029
Ekstraksi sampel
Maserasi
Sebanyak 3,0 kg serbuk buah C. pulcherrima dimasukkan ke dalam botol kaca dan
dimaserasi dengan pelarut metanol selama 3x24 jam pada suhu kamar. Maserat yang
diperoleh dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40oC sampai diperoleh
ekstrak kental metanol. Ekstrak kental metanol ditimbang untuk mengetahui massanya.
Partisi
Ekstrak metanol dipartisi dengan menggunakan pelarut yang memiliki tingkat
kepolaran yang berbeda secara bergradien yang dimulai dengan penambahan pelarut n-
heksan sehingga didapatkan fraksi n-heksan dan fraksi metanol. Fraksi metanol ini kemudian
dipartisi lagi dengan pelarut etil asetat sehingga diperoleh fraksi etil asetat dan fraksi metanol
terlarut. Hasil partisi dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40oC
sehingga dihasilkan ekstrak kental fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi metanol
terlarut.
Fenolik
Uji golongan fenolik dilakukan dengan penambahan besi (III) klorida (FeCl3) 5% pada
ekstrak kental metanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi metanol. Fenolik
dinyatakan positif apabila pada ekstrak atau fraksi yang ditetesi besi (III) klorida (FeCl 3) 5%
menghasilkan warna hijau kehitaman (Harborne, 1987).
Terpenoid/steroid
Uji golongan senyawa terpenoid/steroid menggunakan uji Lieberman-Burchard (LB)
yaitu dengan pereaksi asam asetat anhidrida dan H2SO4. Terjadinya warna merah-keunguan
menunjukkan uji positif adanya terpenoid (Siadi, 2012), sedangkan hasil positif steroid
ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau hingga biru (Setyowati dkk, 2014).
Pengambilan Sampel
Tanaman pisang Ambon yang telah diidentifikasi, diambil bagian batangnya dan
dibawa ke laboratorium untuk diteliti.
Preparasi sampel
Sampel batang pisang Ambon dibersihkan dengan air, dirajam kemudian dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan selama 4x24 jam dan dilanjutkan menggunakan oven pada
suhu 40°C selama 7 jam. Setelah kering diblender untuk menghasilkan serbuk sampel atau
simplisia.
Uji pendahuluan
a. Uji busa
Simplisia sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah
berisikan aquades 10 ml, dikocok dan ditambahkan satu tetes larutan asam klorida 2 N.
Tabung reaksi tersebut didiamkan dan diperhatikan ada atau tidak adanya busa stabil.
Sampel mengandung saponin jika terbentuk busa stabil dengan ketinggian 1-3 cm selama
30 detik.
b. Uji warna
Simplisia sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah
berisikan kloroform 10 ml, dipanaskan selama 5 menit dengan penangas air sambil
dikocok. Kemudian ditambahkan beberapa tetes pereaksi LB. Jika terbentuk cincin
coklat atau violet maka menunjukkan adanya saponin triterpen, sedangkan warna hijau
atau biru menunjukkan adanya saponin steroid.
Ekstraksi sampel
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol. Sebanyak
100 g simplisia dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian direndam dengan metanol
sebanyak 600 ml. Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil dan didiamkan selama 3 hari
dengan sesekali dikocok. Kemudian hasil ekstrak disaring untuk memperoleh filtrat I dan
simplisia yang telah diekstrak (debris), diekstrak kembali dengan metanol sebanyak 400 ml
dan didiamkan selama 2 hari dengan sesekali dikocok. Hasil ekstrak (filtrat II) dicampurkan
dengan filtrat I, kemudian dievaporasi pada suhu 40 oC hingga diperoleh ekstrak cair. Ekstrak
cair kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen dan diuapkan dengan menggunakan
waterbath hingga diperoleh ekstrak kental.
Pembuatan Ekstrak
Ekstrak batang pisang Ambon diperoleh dari batang pisang Ambon bersih yang
dikeringkan dengan cara dianginanginkan selama 4x24 jam dan dilanjutkan dengan proses
pemanasan menggunakan oven pada suhu 40oC selama 7 jam. Pengeringan dilakukan agar
kadar air yang terkandung dalam sampel batang pisang Ambon akan hilang sehingga
memudahkan dalam proses ekstraksi. Sampel kering kemudian dibuat menjadi serbuk agar
hasil ekstraksi yang diperoleh lebih banyak, karena semakin halus sampel yang akan
diekstraksi maka semakin mudah pelarut masuk ke sel untuk menarik zat aktif. Maserasi
merupakan metode yang digunakan dalam proses ekstraksi pada penelitian ini untuk
menghasilkan ekstrak batang pisang Ambon dengan metanol sebagai pelarutnya. Metanol
dipilih sebagai pelarut karena sifatnya yang polar sesuai dengan zat aktif yang akan diteliti
yaitu saponin. Setelah proses maserasi, filtrat dievaporasi dan selanjutnya diuapkan dengan
waterbath yang diperoleh ekstrak kental berwarna coklat dengan rendemen 1,554 %.
Identifikasi dan Isolasi Senyawa Flavonoid dengan Spektrofotometer Infra red (FT-IR)
Pengujian spektrum dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur alat
Spektrofotometer infra red merek Perkin Elmer dengan rentang pembacaan pada bilangan
gelombang 4000 cm-1 hingga 400 cm-1 , pembacaan dilakukan dengan resolusi 8 cm-1.
Spektrum yang didapatkan lalu dianalisis dengan perangkat lunak Spektrum Software FT-IR
Perkin Elmer. Hasil pembacaan berupa spektrum dari spektrofotometer infra red (FT-IR)
digunakan dalam menentukan gugus fungsi yang terdapat pada sampel ekstrak etanol daun
adas dengan melakukan interpretasi data spektrum FT-IR seperti bilangan gelombang dan
persen transmitansinya
Ekstraksi dan Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder Daun Adas
Ekstraksi daun adas menggunakan metode maserasi. Metode ini adalah metode
dengan cara ekstraksi sederhana dengan merendam simplisia kering dengan derajat serbuk
tertentu dalam pelarut etanol 96 % (1:10) dan diamkan selama 3 hari pada temperatur kamar
yang terlindungi dari cahaya (Damayanti & Setyawan, 2012).
2. Identifikasi Flavonoid
Pembuatan larutan uji dilakukan dengan menimbang 100 mg ekstrak kental
dipanaskan dalam 10 mL metanol selama 10 menit di penangas air. Saring dalam
keadaan panas, kemudian filtrat diencerkan dengan 10 mL air. Dinginkan, tambahkan
5 mL wash benzene. Homogenkan dengan hati hati dan biarkan dalam rak tabung
beberapa menit hingga terbentuk dua lapisan. diambil lapisan atas (metanol) dan
kemudian diuapkan. residu dilarutkan dalam 5 mL etil asetat dan disaring. Lakukan
uji taubeck dengan cara menguapkan larutan uji 1 mL, residu dibasahi dengan aseton
dan ditambahkan sedikit serbuk asam borat dan asam oksalat, dipanaskan di penangas
air dan jangan terlalu panas. Campur residu dengan 2 mL eter dan diamati dibawah
UV 366 nm.
Dari hasil analisis ini didapatkan hasil bahwa sampel ekstrak etanol daun adas
positif mengandung flavonoid. Didapatkan residu yang berfluoresensi bila diamati
dibawah lampu UV 366 nm. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang memiliki
gugus –OH dan terikat pada karbon cincin aromatik. Flavonoid berpotensi sebagai
penangkal radikal bebas (antioksidan) karena struktur molekul dan posisi dari gugus
hidroksilnya. Hasil ini ditunjukan dengan adanya fluoresensi kuning pada larutan di
cawan dilihat dengan lampu uv 366 nm. Hal tersebut terjadi karena flavonoid
mempunyai cincin benzene yang memiliki gugus hidroksi. Flavonoid terkandung di
seluruh spesies tanaman, baik dari jenis tanaman fungus sampai angiospermae.
Tumbuhan tingkat tinggi mengandung flavonoid yang terdapat pada bagian vegetatif
pada bunga. Flavonoid merupakan senyawa fenol, yang menyebabkan warnanya
dapat berubah apbila ditambahkan suatu basa atau amoniak, sehingga flavonoid
dengan mudah dapat dideteksi melalui kromatogram atau perubahan larutan
3. Identifikasi Polifenol
Menimbang 100 mg ekstrak daun adas dipanaskan dengan 10 mL air selama
10 menit di waterbatch. Saring dalam keadaan dingin dan di tambahkan 3 tetes FeCl3.
Apabila warna hijau menunjukkan adanya senyawa polifenol.
Senyawa fenolik dapat bereaksi dengan Besi Klorida 1 % membentuk warna
hijau pekat. Hal ini dikarenakan besi klorida bereaksi dengan gugus alkohol atau –OH
aromatis. Senyawa kompleks warna yang terbentuk diduga merupakan senyawa besi
(III) heksafenolat. Ion Fe3+ pada besi klorida akan mengalami hibridisasi orbital
menyebabkan ion Fe3+ yang memiliki 6 orbital kosong diisi oleh pendonor pasangan
elektron, berupa atom oksigen yang terdapat pada senyawa fenolik yang memiliki
pasangan elektron bebas
4. Identifikasi Saponin
Timbang 100 mg ekstrak daun adas dan ditambah 10 mL air panas serta
dipanaskan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat yang diperoleh dimasukkan ke tabung
reaksi, kocok vertikal selama 10 detik, diamkan selama 10 menit. Terbentuknya busa
stabil dalam tabung setelah penambahan 1 tetes HCl 1% menunjukkan adanya
senyawa golongan saponin.
Dari hasil analisis di atas diketahui bahwa positif terdapat kandungan saponin
yaitu ditandai dengan adanya busa yang stabil setelah penambahan HCl 1 %. Senyawa
yang memiliki gugus larut dalam air (polar) dan gugus tidak larut dalam air (non
polar) yang bersifat aktif pada permukaan sehingga dapat membentuk misel saat
saponin dikocok dengan air. Keadaan yang tampak seperti bisa disebabkan karena
pada struktur misel, gugus gugus larut dalam air (polar) menghadap keluar sedangkan
gugus tidak larut dalam air (non polar) menghadap ke dalam. Saponin adalah senyawa
metabolit sekunder yang terdapat pada permukaan sel dan menimbulkan busa apabila
dikocok kuat dalam air. konsentrasi senyawa saponin yang kecil menyebabkan
terjadinya hemolisis sel darah merah. Busa yang terjadi karena adanya saponin
dikarenakan terjadi kombinasi struktur senyawa penyusunnya berupa rantai sapogenin
non-polar dan rantai samping polar
5. Identifikasi Tanin
Menimbang sebanyak 100 mg ekstrak daun adas dengan 10 mL air, selama 14
menit dipanaskan dan dingin, saring dan filtrat dibagi dua bagian. Filtrat pertama
ditambahkan larutan besi (III) klorida1%. Positif mengandung senyawa golongan
tanin apabila terbentuk warna biru tua atau hijau kehitaman
Pada percobaan yang telah dilakukan ekstrak etanol daun adas negatif tidak
mengandung tanin karena tidak terjadi perubahan warna menjadi warna biru tua
maupun hijau kehitaman. Pada sampel ekstrak etanol daun adas tidak terbentuk warna
hijau kehitaman atau hijau tinta dengan penambahan besi klorida 1% karena tidak
terbentuk senyawa kompleks dengan FeCl3
6. Identifikasi Antrakuinon
Uji Brontrager dilakukan dengan melarutkan 2 mL ekstak daun adas dengan
10 mL akuades dan disaring. Filtrat yang diperoleh diekstraksi dengan 5 mL benzena.
Hasil ekstraksi dibagi 2 bagian, larutan A dan B. Larutan A sebagai blanko dan
larutan B ditambahkan 5 mL larutan ammonia, lalu dikocok. Apabila hasil positif
akan terbentuk warna merah.
Dari hasil identifikasi ekstrak etanol daun adas tidak mengandung
antrakuinon, ditandai dengan tidak adanya perubahan warna merah dengan uji
brotnager. Uji Brontrager menunjukkan hasil negatif untuk glikosida antrakuinon
yang sangat stabil atau turunan karena tereduksi dari tipe antranol. Karena uji
Brontrager harus dimodifikasi dengan melakukan hidrolisis dan oksidasi sampel,
sebelum malakukan uji ini. Senyawa antrakuinon dapat memberikan karakteristik
warna merah, violet, hijau atau ungu apabila dalam suasana basa. Apbila tidak
terjadinya perubahan warna dan sampel tetap berwarna bening pada uji Brontrager ,
menunjukkan tidak adanya antrakuinon pada ekstrak etanol daun adas
Hasil Indentifikasi Uji Skrining Fitokimia dan Metabolit Sekunder Daun Adas
Hasil uji kualitatif melalui skrining fiokimia terhadap sampel ekstrak etanol daun adas
menunjukan bahwa sampel tersebut postif memiliki metabolit sekunder kandungan alkaloid,
flavonoid, poifenol, saponin dan steroid/ terpenoid.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan RI. (2008). Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 78–80.
Departemen Kesehatan RI. (2010). Suplemen I: Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta., Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Abdul, A., Safitri, F. W., & Purbowati, R. (2020). Efek Pemberian Ekstrak Etanol Buah Adas
(Foenicullum vulgare Mill.) terhadap Kadar Hormon Prolaktin Tikus Putih Betina Post
Partum. Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, 17(1), 1–8.
Vacawati, W. D., Kuswandi, B., & Wulandari, L. (2010). Deteksi Lemak Babi dalam Lemak Ayam
menggunakan Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared) dan Kemometrik sebagai
Verifikasi Halal (Detection of Lard in Chicken Fat using FTIR (Fourier Transform Infrared)
Spectroscopy and Chemometrics as Halal Verific.
Damayanti, A., & Setyawan, E. (2012). Essential oil extraction of fennel seed (Foeniculum
vulgare) using steam distillation. International Journal of Science and Engineering, 3(2), 12–
14.
IDENTIFIKASI SAPONIN PADA EKSTRAK METANOL DAUN
PEPAYA (Carica papaya Linn) DENGAN METODE
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Daun pepaya dipetik lalu kemudian dicuci dengan air agar kotoran atau debu yang
menempel pada daun pepaya dapat disingkirkan sehingga diperoleh daun pepaya yang bersih
dan segar. Daun pepaya dijemur selama 3 hari dibawah terik matahari. Proses pengeringan ini
dilakukan untuk menghilangkan kadar air yang terkandung dalam sampel daun pepaya
sehingga akan memudahkan dalam proses ekstraksi. Sampel daun pepaya kering kemudian
dihancurkan menggunakan blender dan menghasilkan serbuk daun pepaya (simplisia daun
pepaya) agar hasil ekstraksi hasil ekstraksi yang diperoleh lebih banyak, karena semakin
halus sampel yang akan diekstraksi maka semakin mudah pelarut masuk ke sel untuk menarik
zat aktif. Metode maserasi merupakan metode ekstraksi yang digunakan pada ini untuk
menghasilkan ekstrak daun pepaya dengan metanol sebagai pelarutnya. Pelarut metanol
dipilih sebagai pelarut karena sifatnya yang polar yang cocok dengan saponin merupakan
senyawa aktif yang bersifat polar.
Proses ekstraksi maserasi ini dilakukan 3 kali, ekstrak pada filtrat I diperoleh
sebanyak 600 mL, kemudian ampas daun pepaya diekstrak kembali untuk memperoleh filtrat
II. Hasil ekstrak pada filtrat II diperoleh sebanyak 620 mL, lalu dicampurkan filtrat I dan II
menghasilkan total ekstrak sebanyak 1220 mL. Kemudian ampas daun pepaya diekstrak
kembali untuk memperoleh filtrat III. Tujuan dilakukan tiga kali ekstraksi ialah untuk
menarik senyawa zat aktif saponin yang belum terekstrak pada proses ekstraksi pertama dan
kedua. Hasil ekstrak pada filtrat III diperoleh sebanyak 600 mL, lalu dicampurkan filtrat I, II,
dan III menghasilkan ekstrak sebanyak 1820 mL.
Hasil percampuran ketiga ekstrak ini dievaporasi pada suhu 500C dan ekstrak yang
sudah terpisah dengan pelarut (ekstrak pekat) kemudian dimasukkan ke dalam oven pada
suhu 650C hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 66,7 gram. Pengujian ini dilanjutkan
dengan Uji pendahuluan terdiri dari Uji busa dan Uji warna dan metode Kromatografi Lapis
Tipis.
DAFTAR PUSTAKA
A’yun. Q., dan Lailly A.N 2015. Analisis Fitokimia Daun Pepaya (Carica Papaya Linn) Dibalai
Penelitian Tanaman Aneka Kacang Daun Umbi.
N. Raaman. 2015. Thin Layer Chromatographic Analysis and Antioxidant Activities of Methanol
Extract of Leaves of Carica papaya L., IJAPBC, Vol. 4(2), 2015 Apr – Jun, India (IN), 416-
417.
Chan, K. W., Khong, N. M. H., Iqbal, S., & Ismail, M. 2013. Isolation and antioxidative properties
of phenolicssaponins rich fraction from defatted rice bran. Journal of Cereal Science, 57,
480–485.
Prasetya, A. T., Mursiti, S., Maryan, S., Jati, N K. 2018, Isolation and Identification of Active
Compoundsfrom Papaya Plants and Activities as Antimicrobial,IOP Conf. Series: Materials
Science and Engineering, 349, 2.
Kajian Senyawa Metabolit Sekunder pada Mentimun (Cucumis
sativus L.)
DAFTAR PUSTAKA
Rokhmah, S. 2007. Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Nanas Muda (Ananas Cosmosus (L)
Merr.) Terhadap Gambaran Histopatologik Testis Mencit (Mus muculus). Skripsi
Yogyakarta: FKIP Universitas Ahmad Dahlan..