Analisa Prosedur Antrakuinon
Analisa Prosedur Antrakuinon
Analisa Prosedur Antrakuinon
Dalam uji Borntrager (uji pereaksi warna) untuk deteksi antrakuinon dilakukan dengan
cara menambahkan larutan FeCl3 pada 1 ml ekstrak yang sudah disiapkan dalam tabung reaksi.
Uji fitokimia dengan menggunakan FeCl3 digunakan untuk menentukan apakah sampel
mengandung gugus fenol. Adanya gugus fenol ditunjukkan dengan warna hijau kehitaman atau
biru tua setelah ditambahkan dengan FeCl3, sehingga apabila uji fitokimia dengan FeCl3
memberikan hasil positif dimungkinkan dalam sampel terdapat senyawa fenol dan dimungkinkan
salah satunya adalah tanin karena tanin merupakan senyawa polifenol.(Ergina dkk., 2014) Pada
praktikum yang telah dilakukan didapatkan warna larutan hijau tua. Ekstrak yang sudah
ditambah dengan FeCl3 kemudian direndam dalam air mendidih selama 5 menit. Pemanasan
bertujuan untuk menaikkan suhu larutan karena antrakuinon larut dalam pelarut organik yang
panas.(Yuda dkk., 2017). Seanjutnya larutan didinginkan (direndam dalam air dingin) kemudian
ditambahkan dengan toluene sejumlah 2 ml. larutan kemudian dipisahkan dengan corong pisah
dan diambil fase toluennya (fase bagian atas berwarna bening). Toluene dalam praktikum ini
digunakan sebagai pelarut pengekstraksi.(Indah dkk., 2014). Fase toluene yang sudah diambil
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan beberapa tetes ammonia hingga
terbentuk lapisan pink kemerahan. Hasil kemudian dibandingkan dengan blanko. Jika terbentuk
lapisan pink kemerahan, maka dapat diketahui bahwa tanaman tersebut mengandung senyawa
golongan antrakuinon. Hal ini terjadi karena gugus phenol yang ada pada antrakuinon
jika bereaksi dengan ammonia akan membentuk kompleks phenate yang berwarna
merah.(Putri,dkk. 2015)
Kemudian pada uji senyawa golongan antrakuinon dengan KLT dilakukan dengan cara
menotolkan ekstrak Rheum palmatum dan menotolkan toluene hasil pemisahan ekstrak Rheum
palmatum pada lempeng KLT. Kemudian hasil totolan tersebut dieluasi dengan eluen berupa etil
asetat:methanol:air (100:13,5:10). Eluen tersebut digunakan sebagai fase gerak. Sebelum totolan
pada lempeng KLT dimasukkan, eluen yang sudah jadi diuji dengan menngunakan kertas saring
bertujuan untuk mengetahui apakah chamber pada kondisi jenuh oleh eluen atau tidak dengan
cara melihat naiknya cairan pada kertas saring hingga terbasahi seluruhnya(Indah dkk., 2014).
Jika kertas saring sudah terbasahi, plat KLT kemudian dimaukkan ke dalam chamber secara hati-
hati kemudian ditunggu hingga fase gerak mencapai garis batas pada plat KLT. Setyelah
mencapai garis batas, plat KLT dikeluarkan dari chamber dan ditunggu beberapa saat hingga
mongering, kemudian diamati pada sinar UV 365 nm.
Pustaka :
Ergina., Siti, Nuryanti .,Indarini,D.P. 2014. Uji Kualitatif Senyawa Metabolit Sekunder Pada
Daun Palado (Agave Angustifolia) Yang Diekstraksi Dengan Pelarut Air Dan Etanol.
Journal Akademi Kimia. 3(3): 165-172
Indah, Yulia Ningsih., Siti, Muslichah., Endah, Puspitasari., Dewi, Dianasari.2014. Buku
Petunjuk Praktikum Fitokimia. Jember : Bagian Biologi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Jember
Putri, W.S., Warditiani, N.K., Larasanty, L.P.F. 2015. Skrining Fitokimia Ekstrak Etil Asetat
Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.I). Universitas Udayana, Jimbaran :
Fakultas Matematika dan IPA
Yuda, P., Erna, Cahyaningsih., Ni Luh P. 2017. Skrining Fitokimia Dan Analisis Kromatografi
Lapis Tipis Ekstrak Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L.). Medicamento. 3 (2):
61-70