LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI - BAB Penetapan Kadar Campuran Secara Spektrofotometri UV - Visibel - KELOMPOK 3 - KELAS B1
LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI - BAB Penetapan Kadar Campuran Secara Spektrofotometri UV - Visibel - KELOMPOK 3 - KELAS B1
LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI - BAB Penetapan Kadar Campuran Secara Spektrofotometri UV - Visibel - KELOMPOK 3 - KELAS B1
Dosen Pembimbing :
Apt. Supandi, M.Si
Kelas B1
Kelompok III
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN PRATIKUM
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu memahami cara
Penetapan Kadar Sampel campuran .
B. TEORI DASAR
Analisis kuantitatif campuran dua komponen merupakan teknikpengembangan
analisis kuantitatifkomponen tunggal. Prinsip pelaksanaanyaadalah mencari absorban
atau beda absorban tiap-tiap komponen yangmemberikan korelasi yang linier terhadap
konsentrasi, sehingga akan dapatdihitung masing-masing kadar campuran zat tersebut
secaraserentak atau salahsatu komponen dalam campurannya dengan komponen yang
lainnya
Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas
sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang di absorbsi oleh sampel. Spektrofotometer UV-
Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks dalam larutan.
Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak
berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Sebagai sumber cahaya biasanya di
gunakan lampu hydrogen atau deuterium untuk pengukuran UV dan lampu tungsten
untuk pengukuran pada cahaya tampak (Dachriyanus, 2004).
Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik yang paling sering
digunakan dalam analisis farmasi. Ini melibatkan menghitung jumlah radiasi ultraviolet
yang diserap oleh zat dalam larutan. Instrumen yang mengukur rasio, atau fungsi dari
rasio, intensitas dua berkas cahaya di wilayah UV-Visible disebut spektrofotometer
Ultraviolet-Visible. Dalam analisis kualitatif senyawa organik dapat diidentifikasi dengan
menggunakan spektrofotometer, jika tersedia data yang direkam, dan analisis
spektrofotometri kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah spesies molekul yang
menyerap radiasi. Teknik spektrofotometri merupakan teknik yang sederhana, cepat,
cukup spesifik dan berlaku untuk jumlah kecil dari senyawa. Hukum dasar yang
mengatur analisis spektrofotometri kuantitatif adalah hukum Lambert -Beer (Behera et
al., 2012).
Telah diketahui bahwa dalam penggunaan spektrofotometri UV-VIS digunakan
panjang gelombang maksimal. Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan
panjang gelombang maksimal, yaitu :
1. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada
panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansinya untuk setiap
satuan konsentrasi adalah yang paling besar.
2. Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada
kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi.
3. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh
pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan
panjang gelombang maksimal.
(Gandjar & Rohman, 2007).
Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif. Data spektra UV-Vis secaratersendiri tidak dapat
digunakan identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya.Akan tetapi jika digabung dengan
cara lain seperti spektroskopi inframerah, resonansi magnet inti, dan spektroskopi massa,
maka dapat digunakan untuk maksud identifikasi/ analisis kualitatif suatu senyawa
tersebut. Data yang diperoleh dari spektroskopi UV dan Vis adalah panjang gelombang
maksimal, intensitas, efek pH, dan pelarut, yang kesemuanya itu dapat dibandingkan
dengan data yang sudah dipublikasikan. Dari spektra yang diperoleh dapat dilihat
perubahan serapan (absorbansi) akibat perubahan pH (Gandjar & Rohman, 2007).
Sediaan farmasi yang beredar di pasaran kebanyakan berupa campuran berbagai zat
berkhasiat. Campuran ini bertujuan untuk meningkatkan efek terapi dan kemudahan
dalam pemakaian. Campuran parasetamol dan kafein banyak ditemukan dalam produk
antiinfluenza dengan berbagai merek dagang. Parasetamol merupakan metabolit fenasetin
dengan efek analgetik ringan sampai sedang, dan antipiretik yang ditimbulkan oleh gugus
aminobenzen, sedangkan kafein adalah basa lemah yang merupakan turunan xantin,
memiliki gugus metil dan berefek stimulasi susunan saraf pusat serta dapat memperkuat
efek analgetik parasetamol. Dilihat dari strukturnya, parasetamol mempunyai gugus
kromofor dan ausokrom, yang dapat menyerap radiasi, sehingga dapat dilakukan dengan
metode spektrofotometri, tetapi kendala yang sering dijumpai adalah terjadinya tumpang
tindih spektra (overlapping) karena keduanya memiliki serapan maksimum pada panjang
gelombang yang berdekatan sehingga diperlukan proses pemisahan terlebih dahulu (Naid
et al., 2011).
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi, daun
teh, dan bihi coklat. Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis,
seperti menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos
bronkus dan stimulasi otot jantung. Berdasarkan efek farmakologis tersebut, kafein
ditambahkan dalam jumlah tertentu ke minuman. Efek berlebihan (over dosis)
mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, hipertensi,
mual dan kejang (Maramis et al., 2013).
Kafein diabsorpsi dengan cepat dan mendekati sempurna melalui saluran
gastrointestinal dalam waktu 30-60 menit. Kafein didistribusikan ke seluruh jaringan
tubuh. Konsentrasi maksimum dalam plasma (tmaks) dicapai bervariasi rata-rata 5 jam
dengan rentang 2-12 jam. Eliminasi kafein dari tubuh melalui metabolisme. Metabolisme
kafein sangat kompleks, paling sedikit ada 25 metabolit yang dihasilkan. Kafein
dieksresikan melalui urin dalam bentuk tidak berubah yaitu hanya 1-4% setelah
pemberian oral (Dalimunthe, 2011).
Efek farmakologi kafein yaitu merangsang sistem saraf pusat, mengurangi
kelelahan yang menyebabkan aliran pikiran jernih, upaya intelektual dipertahankan dan
asosiasi lebih sempurna dari ide dengan apresiasi yang lebih baik dari rangsangan
sensorik pada manusia. Pada tingkat ini, ia memiliki efek diuretik pada ginjal maka
mempengaruhi keseimbangan cairan dalam tubuh. Hal ini juga meningkatkan laju detak
jantung, melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan kadar asam lemak bebas dan
glukosa dalam plasma. 1 g kafein menyebabkan insomnia, gugup, mual, telinga dering,
berkedip derillum cahaya dan tremulousness (Wanyika et al., 2010).
BAB II
METODOLOGI PRATIKUM
D. PROSEDUR KERJA
1) Pembuatan dapar pH 4
Campurkan 50 ml larutan Kalium Hidrogen Phtalat 0,2 M dengan 0,4 ml NaOH
0,2 M. Encerkan dengan aquadest hingga 200,0 ml ukur pH larutan hingga 4.
0,1492 g
mg Cofein= x (20 x 65 mg)
14,920 g
Mg Cofein = 13 mg
- 2 = 273 nm:
0,015
o a= =0,003
1x 5
0,033
o a= =0,0033
1 x 10
0,101
o a= =0,0067
1 x 15
“a” Cofein
- 1 = 244 nm :
0,008
o a= =0,0016
1x 5
0,024
o a= =0,0024
1 x 10
0,067
o a= =0,0045
1 x 15
- 2 = 273 nm :
0,3327
o a= =0,0665
1x 5
0,5350
o a= =0,0535
1 x 10
0,7080
o a= =0,0472
1 x 15
N0 Konsentrasi (ppm) “a” Paracetamol “a” Cofein
1 (244 nm) 2 (273 nm) 1 (244 nm) 2 (273 nm)
1 5 ppm 0,0646 0,003 0,0016 0,0665
2 10 ppm 0,0571 0,0033 0,0024 0,0535
3 15 ppm 0,0576 0,0067 0,0045 0,0472
Rata – rata 0,0597 0,0043 0,0028 0,0557
Notasi a Pct λ 1 a Pct λ 2 A Cof λ 1 a Cof λ 2
1. Replikasi 1
Persamaan untuk kadar parasetamol 1
Rumus:
A Pct = a Pct 1 x 1 x C Pct + a Cof 1 x 1 x C Cof x a Cof 2
A Cof = a Pct 2 x 1 x C Pct + a Cof 2 x 1 x C Cof x a Cof 1
Kafein adalah suatu jenis diuretik (zat yang menstimulasi kencing) dan menyebabkan
peningkatan sekresi vitamin B dan C. Kafein dapat merangsang hormon stress dan denyut
jantung serta meningkatkan tekanan darah. Dan Efek samping dari kafein adalah mirip dengan
obat-obat yang menimbulkan anoreksia, gugup, gelisah, tremor,kedutan, palpitasi, dan insomnia.
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, diketahui bahwa panjang gelombang
maksimum (λ maks) paracetamol 244 nm dan kafeina 273 nm. Dan adapun hasil yang diperoleh,
pada % kadar parasetamol dalam sediaan tablet panadol adalah 98,81 % dan kafein 186,36 %..
Hasil yang diperoleh sesuai dengan lietartur farmakope, dimana kadar parasetamol dalam
farmakope yaitu tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%. Parasetamol dan kafein
dapat dianalisis dengan spektro UV ialah karena parasetamol memiliki gugus ausokrom (-OH)
dan gugus kromofor, sehingga bisa menyerap sinar UV. Begitu pula dengan kafein mampu
menyerap sinar UV.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum percobaan, hasil yang diperoleh pada % kadar parasetamol dalam sediaan
tablet panadol adalah 98,81 % dan kafein 186,36 %.. Hasil yang diperoleh sesuai dengan lietartur
farmakope, dimana kadar parasetamol dalam farmakope yaitu tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
dari 101,0%.
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar,gholib. 2012. Analisis Obat secara spektoskopi dankromatografi. Pustaka pelajar :Yogyakarta