Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Praktek Produksi Benih (Prinsip Agronomis)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 27

Pertemuan

04
Praktek Produksi Benih
(Prinsip Agronomis)
Produksi Benih

Wafit Dinarto

Program Studi Agroteknologi


Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
2022
KONSEP PRODUKSI BENIH

1. Segenggam benih dari varietas unggul


menjadi kurang berarti jika tidak sampai
di petani

2. Pekerjaan pemulia menjadi sia-sia jika


benih sampai di petani tetapi tidak
bermutu

3. Diperlukan teknik produksi benih yang


benar
Breeding
1
Produksi Benih Awal
Benih Inti Pre – BS
(Nucleus (Original
3
Seed) Seed)
BS

Produksi Benih Komersial


2
Pemeliharaan Varietas FS

SS

ES
• Tujuannya adalah tersedianya bahan

1 perbanyakan benih BS dalam jumlah


yang cukup, dengan fokus utama mutu
genetik (kemurnian)

• Tujuan yang diemban adalah memelihara

2 kemurnian agar benih yang akan dihasilkan


memiliki sifat genetik yang tidak berbeda
dengan benih dari varietas tersebut pada
saat dilepas/diciptakan oleh pemulia

3
• Tujuan yang diemban adalah tersedianya
benih dengan mutu yang standar (fisik,
fisiologis, dan genetik) serta jum- lah benih
yang sesuai kebutuhan petani.
Produksi benih merupakan kegiatan yang paling
awal dilakukan.

Produknya adalah “calon benih” yang meru-


pakan bahan yang akan digunakan dalam
rangkaian kegiatan selanjutnya

Tingkat mutu dari calon benih yang diha- silkan


dari kegiatan produksi, sangat me- nentukan
tingkat mutu yang akan dihasilkan dalam
pengadaan benih.
Pentingnya peran produksi benih dalam
pengadaan benih, maka diperlukan teknik
produksi yang baik dengan strategi produksi
yang tepat.

Teknik produksi yang baik akan diterjemahkan


melalui berbagai kegiatan produksi benih yang
secara umum akan masuk dalam prinsip-prinsip
produksi benih.

Strategi produksi benih yang tepat lebih


diimplikasi- kan kepada tingkat pengelolaan
produksi yang efisien dan efektif.
Kegiatan dalam teknik produksi benih :
1. kegiatan-kegiatan untuk
mendapatkan hasil sesuai potensi
yang dimiliki
2. kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan
mutu sesuai standar, terutama mutu
genetik

Kelompok kegiatan:
1. Kelompok prinsip agronomis,
2. Kelompok prinsip genetik
PRINSIP AGRONOMIS

• Budidaya untuk produksi benih sedikit


berbeda dengan budidaya untuk produksi
non benih, yakni pada prinsip genetisnya,
dimana aspek kemurnian genetik
menentukan kelulusan dalam sertifikasi.
• Perbedaan spesifik yang lain terutama pada
waktu panen dan penanganan pasca panen
• Sedangkan teknik budidaya mulai dari
pengolahan tanah hingga panen antara
teknik budidaya produksi benih dan non
benih secara relatif sama.
1. Pengolahan Tanah

• Pengolahan tanah pada dasarnya bertujuan untuk :


• memperbaiki struktur tanah,
• meningkatkan aktivitas organisme tanah,
• menciptakan aerasi yang baik;
• mengendalikan gulma, dan
• membebaskan lahan dari sisa-sisa tanaman atau
benih tanaman yang ada.
• Hendaknya cukup tersedia waktu antara saat
pengolahan tanah dan waktu tanam sehingga benih
gulma dan tanaman dari pertanaman sebelumnya
tumbuh dan dapat dicabut.
2. Penanaman

• Untuk memproduksi benih-benih kecil (bobot 1000


butir sebesar 10 gram), biasanya diawali dengan
pesemaian atau pembibitan.

• Hal utama yang perlu diperhatikan berkaitan dengan


penanaman adalah jarak tanam dan kedalaman
tanam.

• Jarak tanam yang digunakan dapat disesuaikan


dengan jenis atau varietas tanamannya, tingkat
kesuburan lahan, serta ketersediaan air dan sinar
matahari.
2. Penanaman

• Penanaman direkomendasikan secara


beraturan dengan sistem baris karena :
 Kebutuhan benih per hektar lebih sedikit sehingga
memunginkan luas tanam lebih besar.
 Pemeriksaan lapang lebih mudah sehigga
pengenalan tanaman tipe simpang lebih
jelas/akurat.
 Pemeliharaan tanaman lebih mudah dilakukan
tanpa merusak tanaman.
 Pencahayaan, kelembaban tanah dan pasokan hara
tanaman lebih terjamin.
 Pembungaan tanaman dan kualitas benih lebih baik
karena cahaya yang cukup.
Hasil polong kering kacang tanah varietas Kelinci
pada berbagai populasi tanaman

Populasi tanaman Jarak tanam Hasil polong


per ha (cm x cm) (t/ha)
62.500 40 x 40 0,78 a
83.000 40 x 30 0,78 a
111.000 30 x 30 0,98 a
125.000 40 x 20 1,33 ab
167.000 30 x 20 1,60 b
167.500 40 x 15 1,61 b
250.000 40 x 10 1,94 b
250.000 20 x 20 1,80 b
333.000 40 x 7,5 2,09 b
BNT 0,05 0,51
2. Penanaman

• Kebutuhan benih dipengaruhi oleh :


(1). Jarak tanam atau populasi tanaman per hektar.
(2). Ukuran atau bobot benih per 1.000 butir
(3). Daya tumbuh/berkecambah benih.

• B = 10.000 x 100/p x 100/q x100/r x s/1000 x t x 1 g


Keterangan :
B = Benih yang diperlukan per hektar (gram)
p = Jarak antar barisan (cm)
q = Jarak tanaman dalam barisan (cm)
r = Daya berkecambah benih (%)
s = Bobot 1.000 butir benih (gram)
t = Jumlah biji per lubang
3. PEMELIHARAAN

• Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan,


penyiangan, pengendalian hama dan
penyakit, serta pengariran dan pengelolaan
air.
• Teknik pemeliharaan hendaknya disesuaikan
dengan fase pertumbuhan tanaman sehingga
tindakan yang diberikan tepat dan efisien.
A. Pemupukan

• Ketepatan pemupukan sangat penting karena


menentukan keserempakan waktu pembungaan.
• Produsen benih harus dapat menetapkan
program pemupukan yang berimbang sehingga
dapat menghindari kelebihan dan kekurangan
hara bagi tanaman.
• Efektivitas dan efisiensi pemupukan ditentukan 4
T, yaitu :
a. Tepat Jenis
b. Tepat Jumlah
c. Tepat Waktu
d. Tepat Cara
A. Pemupukan

• Pemupukan dilakukan untuk memperbaiki


ketersediaan hara dalam tanah.
• Selain untuk pertumbuhan tanaman, pupuk
pun berpengaruh terhadap produksi dan
mutu benih.
• Pertumbuhan dan perkembangan tanaman
membutuhkan 15 unsur hara esensial, yaitu
: C, H, O, N, P, K, S, Ca, Mg, Fe, Mn, Zn, Cu,
B, dan Mo.
B. Pengairan

• Pengairan bertujuan untuk menyediakan air bagi


tanaman dalam jumlah yang tepat, sesuai dengan fase
pertumbuhan dan perkembangan-nya.
• Pada tahap pertumbuhan vegetatif sampai inisiasi
bunga, air diperlukan dalam jumlah banyak.
• Pada tahap pembungaan, air diperlukan dalam jumlah
sedang.
• Pada tahap pembentukan dan perkembangan benih
dini, air diperlukan dalam jumlah banyak.
• Pada tahap pemasakan benih, air tidak diperlukan
lagi.
• Pengairan atau irigasi yang teratur memungkinkan
produksi benih untuk menghasilkan benih yang
tinggi secara kuantitas dan kualitas.
• Manfaat dari irigasi yang lain adalah memungkinkan
penambahan luas tanam atau musim tanam dan
pengendalian teknik budidaya tanaman yang rutin.
• Ketersediaan air harus dijaga sepanjang periode
pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
terutama pada periode kritis tanaman terhadap
ketersediaan air.
• Penghentian irigasi selama fase akhir pemasakan
benih akan memaksimalkan pemasakan benih dan
menyederhanakan penanganan benih pasca panen.
C. Pengendalian Gulma

• Gulma pada pertanaman dapat menjadi


kompetitor tanaman utama dalam
mendapatkan air, hara, dan cahaya matahari.
• Gulma juga dapat menjadi inang hama dan
penyakit tertentu.
• Gulma juga memungkinkan terjadinya
penyerbukan silang dengan tanaman benih.
• Pengendalian gulma dapat dilakukan secara
manual, mekanis, kimiawi, ekologis (biologi).
D. Pengendalian Hama & Penyakit

• Hama dan penyakit di lapang selalu ada


sehingga perlu dikendalikan agar pertanian
dapat mencapai produksi yang tinggi.
• Pengendalian tersebut hendaknya dilakukan
sedini mungkin dengan senantiasa mem-
perhatikan batas ambang ekonomisnya,
yakni tingkat populasi dan intensitas
serangan yang membahayakan proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
• Pengendalian hama dan penyakit dapat
dilakukan secara preventif dan kuratif.
• Pengendalian hama dan penyakit dapat
dilakukan dengan cara :
a. penanaman varietas tahan/toleran
b. menanam benih sehat
c. rotasi tanaman
d. eradikasi
e. pemakaian bahan kimia
4. PEMANENAN

• Jika penanganan pasca panen dapat


dilakukan dengan baik, maka panen pada
saat benih masak fisiologis adalah yang
terbaik karena :
a. benih belum mengalami kemunduran
(deteriorasi).
b.mempercepat program pemuliaan
karena segera diperoleh data viabilitas
dan vigor maksimum dari varietas yang
dikembangkannya.
c. menghemat waktu dan mengurangi
kehilangan benih di lahan.
d.perkecambahan benih di lahan dapat
dihindari.
• Oleh karena pada saat masak fisiologis
kadar air masih relatif tinggi (> 30%)
sehingga benih rentan terhadap kerusakan
mekanis, maka panen dapat dilakukan
beberapa hari setelah masak fisiologis.
• Kondisi iklim pada selang waktu antara
masak fisiologis dan panen sangat
berpengaruh terhadap daya berkecambah,
vigor, maupun daya simpan benih.
• Cuaca pada areal produksi yang tidak
menguntungkan dapat menurunkan mutu
benih yang dihasilkan.
Resiko penundaan waktu panen

1. Menurunkan mutu biji


2. Menurunkan hasil (yield)
3. Kerusakan biji oleh fungi atau hama
4. Kerontokan biji (shattering)
5. Kerebahan (lodging)
Daya
berkecambah Vigor
100

85%
Kadar air
80
Berat kering

Ukuran

20 Umum kadar air waktu panen


Masak
Fisiologis
0

03/10/2022 wafit@mercubuana-yogya.ac.id 26
Terima Kasih
[Wafit Dinarto]

Anda mungkin juga menyukai