Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

16.reza Prakoso Dwi Julianto Pengabdian Pangan Dan Ternak

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat 2017

IDENTIFIKASI DAN EVALUASI KEGIATAN BREEDING TANAMAN JAGUNG


PADA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN LUMAJANG

Reza Prakoso Dwi Julianto, Sri Umi Lestari, Astri Sumiati


Universitas Tribhuwana Tunggadewi
reza.july@yahoo.com

ABSTRAK. Kegiatan di bidang pertanian merupakan salah satu bidang yang mempunyai
peran strategis dan mempunyai penting dalam kelangsungan hidup masyarakat. Produktivitas
pertanian selama ini menunjukkan kesulitan dalam peningkatan produksi pertanian hal ini
disebabkan oleh kualitas lingkungan yang menurun serta adanya tekanan biotik dan abiotik.
Sehingga perlu adanya suatu upaya untuk membantu petani salah satunya melalui kegiatan
pemuliaan (breeding) tanaman untuk komoditas tanaman jagung. Tujuan kegiatan ini adalah
untuk mengajarkan kepada petani agar dapat mengelola dan mengembangkan pemuliaan benih-
benih tanaman secara mandiri. Hasil dari kegiatan ini antara lain Kegiatan persilangan tanaman
terdiri dari beberapa tahapan antara lain penentuan tetua jantan dan betina, isolasi bunga jantan
dan betina, pemotongan bunga jantan dan betina, penyerbukan tanaman, dan penyungkupan
(isolasi) hasil penyerbukan; Waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan persilangan sebaiknya
dilakukan ketika tassel sudah mulai memproduksi serbuk sari (pollen) secara optimal sehingga
meningkatkan keberhasilan dalam persilangan; Isolasi bunga jantan dan bunga betina perlu
dilakukan ketika bunga jantan belum menghasilkan pollen dan rambut bunga betina belum
keluar dari tongkol; Kegagalan hasil persilangan disebabkan oleh beberapa hal antara lain
pollen terlalu cepat atau silking yang terlambat dan jumlah pollen yang diproduksi kurang.

Kata Kunci : Corn Breeding; Jagung; Pemuliaan Tanaman

PENDAHULUAN

Kegiatan di bidang pertanian merupakan salah satu bidang yang mempunyai peran strategis
dan mempunyai penting dalam kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangannya
terhadap penyedia kebutuhan pangan. Beberapa tahun terakhir, pertanian di Asia Tenggara telah
mengalami erosi (pengikisan) sumber genetik yang luar biasa. Kebutuhan untuk meningkatkan
produksi pangan sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk telah mendorong pengembangan
varietas tanaman modern di Asia dari negara barat, hal ini mengakibatkan ribuan varietas
tradisional menjadi berkurang, bahkan hilang dari peredaran. Erosi juga terjadi pada pengetahuan,
keahlian dan kebudayaan para petani, akibat erosi ini menyebabkan sulit bagi petani di Asia
Tenggara khusunya di Indonesia untuk berkembang dan bersaing dengan petani dari Negara lain.
Produktivitas pertanian selama ini menunjukkan kesulitan dalam peningkatan produksi
pertanian hal ini disebabkan oleh kualitas lingkungan yang menurun serta adanya tekanan biotik
dan abiotik. Sehingga perlu adanya suatu upaya untuk membantu petani salah satunya melalui
kegiatan pemuliaan (breeding) tanaman untuk komoditas tanaman jagung. Jagung merupakan
tanaman serealia yang paling produktif di dunia, sesuai ditanam di wilayah bersuhu tinggi, dan
pematangan tongkol ditentukan oleh akumulasi panas yang diperoleh tanaman. Luas pertanaman
jagung di seluruh dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara
berkembang. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi dengan baik pada
berbagai lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis hingga 50° LU dan 50° LS, dari
dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan tinggi,
sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al. 1996). Pusat produksi jagung di
dunia tersebar di negara tropis dan subtropis.
Benih jagung yang digunakan oleh petani untuk kegiatan pertaniannya sebagian besar
merupakan benih-benih yang dikembangkan oleh perusahaan milik asing (PMA). Kelemahan
dalam penggunaan benih impor terbentur adanya peraturan menteri tentang impor benih yang
maksimum hanya boleh dilakukan selama 2 tahun untuk satu jenis varitas. Benih yang
dikembangkan dan dijual oleh perusahaan milik asing di pasaran pada saat ini harganya semakin
meningkat (semakin mahal), sehingga menyebabkan kesulitan bagi petani untuk melakukan

101
Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat 2017

kegiatan pertaniannya dikarenakan modal untuk pembelian benih cukup besar. Penentuan
komoditas jagung dalam kegiatan ini didasarkan juga pada kemudahan untuk membedakan bunga
jantan dan bunga betina, sehingga akan mudah untuk di aplikasikan oleh petani di Indonesia.
Kandungan utama pada jagung adalah karbhidrat, selain itu jagung juga merupakan sumber
protein yang penting dalam menu masyarakat Indonesia. Kandungan gizi utama jagung adalah pati
(72-73%), dengan nisbah amilosa dan amilopektin 25-30% : 70-75%, namun pada jagung pulut
(waxy maize) 0-7% : 93-100%. Kadar gula sederhana jagung (glukosa, fruktosa, dan sukrosa)
berkisar antara 1-3%. Protein jagung (8-11%) terdiri atas lima fraksi, yaitu: albumin, globulin,
prolamin, glutelin, dan nitrogen nonprotein (Suarni dan Widowati, 2002). Secara struktural, biji
jagung yang telah matang terdiri atas empat bagian utama, yaitu perikarp, lembaga, endosperm,
dan tip kap. Perikarp merupakan lapisan pembungkus biji yang berubah cepat selama proses
pembentukan biji. Pada waktu kariopsis masih muda, sel-selnya kecil dan tipis, tetapi sel-sel itu
berkembang seiring dengan bertambahnya umur biji. Pada taraf tertentu lapisan ini membentuk
membran yang dikenal sebagai kulit biji atau testa/aleuron yang secara morfologi adalah bagian
endosperm. Bobot lapisan aleuron sekitar 3% dari keseluruhan biji (Inglett 1987).
Usaha untuk mewujudkan Indonesia sebagai produsen jagung yang tangguh dan mandiri,
strategi kebijakan diutamakan pada peningkatan produktivitas dengan memperluas penggunaan
benih bermutu di tingkat petani yang direalisasikan melalui program pengembangan jagung
komposit dan hibrida. Periode 2002-2006 menunjukkan luas tanam varietas jagung hibrida sudah
mencapai 427.971 ha (39,9%), komposit unggul baru 212.256 ha (19,8%), komposit unggul
turunan yang berasal dari benih sebar 19.971 ha (1,9%), dan varietas lokal hampir menyamai
varietas hibrida yaitu 413.601 ha (38,5%). Informasi tersebut memberi gambaran bahwa
peningkatan produksi jagung nasional melalui upaya penyediaan benih bermutu masih
memungkinkan, karena sekitar 40% pertanaman jagung tidak jelas mutu genetik benihnya
(komposit lama dan lokal) (Bachtiar et al., 2007). Oleh karena itu diharapkan melalui kegiatan
pemuliaan tanaman ini, petani akan dapat mengelola dan mengembangkan pemuliaan benih-benih
tanaman secara mandiri sehingga petani tidak perlu membeli benih pada saat setiap akan
melakukan penanaman.

METODE PELAKSANAAN

Kegiatan ini dilaksanakan di desa Randuagung Kabupaten Lumajang. Kegiatan tersebut


dilaksanakan selama 8 bulan dimulai dari bula maret 2017 sampai Oktober 2017. Pelaksanaan
kegiatan ini terdiri dari beberapa tahapan dimulai dari kegiatan persilangan tanaman, dan
identifikasi hasil persilangan.

HASIL YANG DICAPAI


Persilangan Tanaman
Kegiatan awal yang dalam persilangan tanaman adalah penentuan tetua jantan dan tetua
betina. Setelah menentukan tetua jantan dan tetua betina, hal yang perlu diperhatikan lainnya
adalah isolasi tanaman dan waktu persilangan. Kegiatan isolasi tanaman terhadap bunga jantan dan
bunga betina dilakukan sebelum kedua bunga siap untuk menyerbuki dan diserbuki hal ini di tandai
dengan bunga jantan (tassel) sudah menghasilkan serbuk sari (pollen) dan rambut jagung pada
bunga betina (silk) sudah keluar dari kelobot jagung. Kegiatan isolasi pada pemuliaan tanaman
jagung sangat diperlukan untuk menjaga kemurniaan benih yang dihasilkan, hal ini dikarenakan
tanaman jagung merupakan tanaman dengan tipe menyerbuk silang. Isolasi dilakukan dengan
menggunakan amplop cokelat yang ditutupkan pada bunga jantan dan bunga betina (gambar 1).

102
Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat 2017

Gambar 1. Isolasi Bunga Jantan dan Bunga Betina

Pemilihan amplop ini sebagai isolasi untuk bunga jantan dan bunga betina di sebabkan
karena amplop tidak menyebakan adanya pengembunan terkena hujan dan panas, sehingga tidak
menyebabkan bunga betina maupun bunga jantan terserang jamur. Waktu persilangan dilakukan
pada pagi hari sekitar jam 09.00-11.00 WIB setelah matahari terbit dan dipilih untuk tanaman-
tanaman yang sudah siap untuk menyerbuki dan diserbuki yaitu bunga jantan sudah menghasilkan
pollen atau serbuk sari dan bunga betina sudah menunjukkan rambut bunga yang panjang sekitar 5-
10 cm dari ujung klobot (gambar 2).

Gambar 2. Bunga Jantan dan Bunga Betina Siap untuk disilangkan

Proses selanjutnya yaitu proses persilangan, dalam melakukan proses persilangan yang
harus dilakukan adalah memotong bunga jantan (tassel) yang sudah di isolasi dan sudah siap untuk
menyerbuki, kemudian dilanjutkan dengan pemotongan bunga betina kurang lebih di sisakan
dengan panjang anata 2–3 cm dari ujung klobot jagung. setelah itu baru dijatuhkan serbuk sari di
atas bunga betina (silk) yang sudah di potong tadi. Kegiatan selanjutnya adalah menyerbukan
serbuk sari dari bunga jantan (tassel) yang dipilih ke atas rambut-rambut bunga betina (silk) yang
sudah dipotong, sampai bunga betina sudah rata tertutupi oleh serbuk sari dari bunga jantan
(Gambar 3), selanjutnya menutup kembali bunga betina (silk) dengan sungkup yang terbuat dari
amplop coklat, agar tidak diserbuki oleh bunga jantan dari tanaman lain.

103
Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat 2017

Gambar 3. Kegiatan Persilangan Tanaman Jagung


Identifikasi Hasil Persilangan

Keberhasilan kegiatan persilangan tanaman dapat diketahui kurang lebih tujuh hari setelah
persilangan tanaman. ciri-ciri keberhasilan dari kegiatan persilangan ini adalah ditandai dengan
bunga betina (silk) semakin layu dan mengering dan tidak mengalami pemanjangan, serta tongkol
hasil dari persilangan menunjukan adanya pembesaran (gambar 4). Kegiatan pemanenan hasil
persilangan dilakukan ketikan tanaman sudah mulai menguning dan mengering, hal ini
menunjukkan bahwa tanaman sudah matang secara fisiologis dan siap untuk dipanen sebagai benih
jika pemanenan dilakukan ketikan tanaman belum masak secara fisiologi maka akan menyebabkan
kematian benih yang dipanen.

Gambar 4. Keberhasilan Persilangan dan Ciri Tanaman Siap untuk Panen


Berdasarkan hasil pelaksanaan dan evaluasi kegiatan persilangan tanaman yang dilakukan
oleh kelompok tani di desa Randuagung Kabupaten Lumajang diperoleh informasi bahwa sebagian
besar sekitar delapan puluh lima persen (85%) hasil persilangan yang dilakukan menunjukkan
keberhasilan, tetapi terdapat beberapa hasil yang menunjukkan adanya kegagalan hal ini
ditunjukkan dari biji yang dihasilkan sedikit dan terdapat hasil persilangan yang tidak
menghasilkan biji (gambar 5).

104
Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat 2017

A B C
Gambar 5. Hasil Persilangan Kelompok Petani (A : Berhasil, B dan C : Tidak Berhasil)

Kegagalan dalam melakukan persilangan ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara
lain pollen terlalu cepat atau silking yang terlambat ditunjukkan pada gambar 5B, sedangkan
gambar 5C menunjukkan jumlah pollen yang diproduksi kurang sehingga menyebabkan benih
yang dihasilkan sedikit. Pemilihan tetua betina dan jantan seharusnya didasarkan pada beberapa
kriteria antara lain untuk pemilihan tetua betina seharusnya yang dipilih adalah yang memiliki
prodduksi dan kualitas benih tinggi, tahan terhadap cekaman biotik dan abi
otik, munculnya silking baik dan seragam, penutupan bunga jantan baik sebelum pollen
membuka, dan mempunyai sifat tahan busuk tongkol, selain itu kriteria yang digunakan dalam
pemilihan tetua jantan adalah memiliki produksi pollen yang baik dan periode pollen sheddig yang
panjang untuk meningkatkan rasion betina/jantan. Indikasii polen dapat dilihat dari mengukut
bobot tassel (15 tanaman) pada wala pelepasan dan sesudah pelepasan pollen, menimbang bobot
pollen yang dihasilkan selama 5-10 hati, serta tinggi tanaman dan tahan rebah (Beck, 2002).

KESIMPULAN

Kegiatan persilangan tanaman terdiri dari beberapa tahapan antara lain penentuan tetua jantan
dan betina, isolasi bunga jantan dan betina, pemotongan bunga jantan dan betina, penyerbukan
tanaman, dan penyungkupan (isolasi) hasil penyerbukan. Waktu yang tepat untuk melakukan
kegiatan persilangan sebaiknya dilakukan ketika tassel sudah mulai memproduksi serbuk sari
(pollen) secara optimal sehingga meningkatkan keberhasilan dalam persilangan. Isolasi bunga
jantan dan bunga betina perlu dilakukan ketika bunga jantan belum menghasilkan pollen dan
rambut bunga betina belum keluar dari tongkol, hal ini dilakukan untuk menjaga agar benih yang
dihasilkan tidak terkontaminasi oleh pollen asing. Kegagalan hasil persilangan yang dilakukan oleh
kelompok petani di kabupaten Lumajang disebabkan oleh beberapa hal antara lain pollen terlalu
cepat atau silking yang terlambat dan jumlah pollen yang diproduksi kurang. Keberhasilan
persilangan yang dilakukan oleh kelompok tani di kabupaten Lumajang adalah sekitar 85% hal ini
terlihat dari jumlah biji jagung yang dihasilkan penuh.

DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, S. Pakki, dan Zubachtirodin. 2007. Sistem Perbenihan Jagung,
pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp10240.pdf
Beck, L. David. 2002. Management of Hybrid Maize Seed Production. CIMMYT, Colorado, USA,
and Mexico.
Dowswell, C.R. R.L.Paliwal, and R. P.Cantrell. 1996. Maize in The Third World. Westview Press.
Inglett, G. E. 1987. Kernel, Structure, Composition and Quality. Ed. Corn: Culture. Processing and
Products. Avi Publishing Company, Westport.
Suarni dan Widowati. Struktur, Komposisi, dan Nutrisi Jagung. Prosiding Seminar dan Lokakarya
Nasional Jagung.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Makassar

105

Anda mungkin juga menyukai