Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bab I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Berlakang

Masa post partum (masa nifas) adalah masa dimana bayi dilahirkan dan

plasenta keluar dari rahim, sampai enam minggu berikutnya dan disertai

dengan pulihnya organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang

mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya (Tulas, Kundre,

& Bataha, 2017). Masa nifas yaitu masa dimana plasenta keluar dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula dan secara normal masa

nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari (Malani, 2016).

Masa nifas merupakan masa yang rentan bagi kelangsungan hidup ibu

post partum. Menurut studi yang dilakukan oleh Afifah dkk (2011) dalam

Riskesda (2013) sebagian besar kematian ibu terjadi pada masa nifas,

sehingga pelayanan kesehatan penting dilakukan pada masa nifas sebagai

upaya menurunkan angka kematian ibu. Kementrian kesehatan menentukan

program bagi ibu nifas yang yang dinyatakan dalam indikator : KF1 kontak

ibu nifas pada periode 6 jam sampai 3 hari setelah melahirkan, KF2 kontak

ibu nifas pada periode 7 sampai 28 hari setelah melahirkan, KF3 kontak ibu

pada periode 29 sampai 42 hari setelah melahirkan. Periode masa nifas yang

beresiko terjadi komplikasi pasca persalinan terutama terjadi pada periode 3

hari pertama setelah melahirkan (Kemenkes RI, 2013).

1
2

Menurut World Health Organitation (WHO) setiap menit seorang

perempuan meninggal karena komplikasi terkait dengan kehamilan dan post

partum. Dengan kata lain 1400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih

dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan

dan nifas (Rosnani, 2017).

Menurut laporan daerah yang diterima oleh kemenkes RI menunjukkan

bahwa jumlah ibu yang meninggal pada tahun 2013 sebanyak 5019 orang.

Dalam pernyataan yang diterbitkan dan diresmikan oleh WHO dijelaskan

bahwa targes SDG’s (sustainable Development Goals) yakni menurunkan

angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga angka

kematian ibu pada tahun 2015 sampai tahun 2030 menjadi 5.5% pertahun

(Kemenkes, 2015)

Keberhasilan upaya kesehatan ibu diantaranya dapat dilihat dari indikator

angka kematian ibu (AKI). Kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh tiga

penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi pada kehamilan, dan

infeksi (Depkes RI, 2015). Di Kota Semarang terdapat 35 kasus kematian ibu

pada tahun 2015. Kematian ibu terbanyak terjadi pada waktu nifas dengan

presentasi sebesar 60,90%. Selain itu penyebab kematian maternal ibu yaitu

perdarahan dengan presentase 21,14%, hipertensi 26,34%, infeksi 2,76%,

gangguan sistem peredaran darah 9,27%, lain-lain 40,49% (Dinkes Jateng,

2015).

Salah satu penyebab kematian maternal ibu terbesar yaitu perdarahan,

preeklamsia dan infeksi. Infeksi ini terjadi karena perlukaan jalan lahir.
3

Perlukaan jalan lahir ini disebabkan karena tindakan episiotomi, tindakan ini

di lakukan untuk mencegah robekan perineum, mengurangi regangan otot

penyangga kandung kemih dan mengurangi lamanya tahap kedua (Bobak dkk,

2005) dalam (Timbawa, Kundre, & Bataha, 2015).

Luka perineum merupakan robekan pada jalan lahir yang disebabkan

karena episiotomi. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan

pertama dan pada persalinan berikutnya (Tulas et al., 2017). Luka perineum

ibu post partum yang tidak terjaga dengan baik akan mengakibatkan

terjadinya penyakit yang akan berpengaruh terhadap proses penyembuhan

luka perineum. Hal itu disebabkan karena daya tahan tubuh ibu rendah setelah

melahirkan, perawatan yang kurang baik, dan kebersihan yang kurang terjaga

(Nurjanah, Puspitaningrum, & Ismawati, 2017).

Perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi

perineum yang terkena lokhea menjadi lembab, hal ini sangat menunjang

perkembangbiakan bakteri yang dapat mengakibatkan infeksi pada perineum.

Munculnya infeksi perineum dapat berakibat pada munculnya komplikasi

infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir. Penanganan

komplikasi yang lambat akan mengakibatkan terjadinya kematian pada ibu

post partun karena kondisi ibu post partum sangat lemah (Harty, 2015).

Infeksi pada ibu nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan

oleh masuknya kuman kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.

Tanda tanda yang biasanya terjadi pada luka infeksi bekas sayatan episiotomi

atau ruptur perineum, yaitu jaringan sekitar luka membengkak, tepi luka
4

menjadi merah dan membengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka

menjadi ulkus dan mengeluarkan pus. Pada dasarnya perlukaan jalan lahir

akan sembuh dalam waktu 6 sampai 7 hari apabila tidak ada infeksi. Proses

penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan,walaupun beberapa

tindakan keperawatan dapat membantu untuk mendukung proses

penyembuhan luka (Suyanti & Azizah, 2014).

Untuk menghindari infeksi perineum perlu dilakukan perawatan vulva

yang biasanya disebut vulva hygiene. Vulva hygiene merupakan cara untuk

membersihkan alat kelamin wanita bagian luar. Manfaat dilakukannya vulva

hygiene adalah untuk menjaga vagina dan daerah sekitarnya agar tetap bersih

dan nyaman, mencegah munculnya keputihan bau tak sedap dan gatal gatal

serta menjaga pH vagina agar tetap normal (Timbawa et al., 2015). Tindakan

vulva hygiene dilakukan minimal 2x sehari dan waktu yang lebih baik

adalah pagi dan sore sebelum mandi, sesudah buang air kecil atau buang air

besar 4 jam sekali, hal ini bertujuan untuk menjaga kebersihan vulva dan

sekitarnya serta membantu penyembuhan luka dan menghindari infeksi

(Krisnamurti, 2015).

Ibu nifas dengan luka episiotomi perlu mempunyai pengetahuan yang

cukup tentang perawatan luka perineum, karena dapat mempengaruhi proses

penyembuhan luka perinium. Apabila pengetahuan kurang maka

penyembuhan luka akan berlangsung lama (Hadayani & Prasetyorini, 2015).

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal

ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
5

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

perilaku seseorang. Makin tinggi pengetahuan kesadaran untuk berperan dan

memberikan dampak positif terhadap kesehatan seseorang yang

berpengatuhan adekuat tentang perawatan luka perineum, maka pengetahuan

dan sikap sebagai modal dasar untuk bertindak sehingga dapat menimbulkan

tindakan pada ibu post partum yang baik dan benar setelah persalinan, dari

uraian tersebut jelas bahwa pengetahuan yang tinggi tentang perawatan luka

perineum akan mempengaruhi seseorang untuk bertindak dalam merawat

kebersihan luka perineum sehingga penyembuhan luka akan lebih cepat

kembali normal (Fathony, 2017).

Berdasarkan hasil suvei pendahuluan yang dilakukan di BPM ibu Hj Uut

Sri Rahayu dan BPM Hj Nawangsih didapatkan data 75 kasus persalinan

normal pervagina pada bulan Juni sampai dengan Agustus. Menurut hasil

wawancara dengan ibu bidan didapatkan informasi bahwa ibu primipara

penyembuhan luka perineumnya sekitar 8-9 hari, sedangkan ibu multipara

kondisi luka perineumnya baik dan penyembuhan lukanya sekitar 4-5 hari.

Banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang hubungan tingkat

pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum, dan hubungan

karakteristik dengan perilaku ibu nifas dalam pencegahan infeksi luka

perineum, untuk penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu nifas terhadap

terjadinya infeksi luka perineum belum ada. Maka dari itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu


6

Post Partum Tentang Vulva Hygiene Terhadap Terjadinya Infeksi Luka

Perinium Di BPM Hj. Uut Sri Rahayu dan BPM Hj. Nawangsih”.

B. Rumusan Masalah

Ibu post partum pada saat persalinan seringkali mengakibatkan robekan

jalan lahir, untuk mencegah terjadinya robekan perineum akibat desakan

kepala janin, seringkali dilakukan tindakan episiotomi sehingga

mempermudah pengeluaran bayi. Luka perineum yang tidak terjaga akan

mengakibatkan infeksi karena akan menjadi tempat perkembang biakan

bakteri yang dapat mengakibatkan infeksi. Penanganan komplikasi yang

lambat akan beresiko terjadinya kematian pada ibu post partum ka rena

kondisi ibu yang lemah.

Untuk menghindari infeksi perineum perlu dilakukan perawatan vulva

yang biasanya disebut vulva hygiene. Vulva hygiene merupakan cara untuk

membersihkan alat kelamin wanita bagian luar. Menurut (Timbawa et al.,

2015) manfaat dilakukannya vulva hygiene adalah untuk menjaga vagina dan

daerah sekitarnya agar tetap bersih dan nyaman, mencegah munculnya

keputihan bau tak sedap dan gatal gatal serta menjaga pH vagina agar tetap

normal.

Ibu nifas yang mengalami luka episiotomi atau robekan perineum perlu

mempunyai pengetahuan yang cukup tentang perawatan luka perineum,

karena dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka perinium. Semakin


7

tinggi pengetahuan dan sikap ibu maka maka akan berdampak positif pada

proses penyembuhan luka.

Berdasarkan hasil suvei pendahuluan yang dilakukan di BPM ibu Hj Uut

Sri Rahayu dan BPM Hj Nawangsih didapatkan data 75 kasus persalinan

normal pervagina pada bulan Juni sampai dengan Agustus. Menurut hasil

wawancara dengan ibu bidan didapatkan informasi bahwa proses

penyembuhan luka perineum pada ibu primipara sekitar 7 sampai 9 hari,

sedangkan ibu multipara kondisi luka perineumnya baik dan penyembuhan

lukanya cepat biasnya akan sembuh 5 hari setelah persalinan.

Banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang hubungan tingkat

pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum, dan hubungan

karakteristik dengan perilaku ibu nifas dalam pencegahan infeksi luka

perineum, untuk penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu nifas terhadap

terjadinya infeksi luka perineum belum ada. Maka dari itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan

Ibu Post Partum Tentang Vulva Hygiene Terhadap Terjadinya Infeksi Luka

Perineum Di BPM Hj. Uut Sri Rahayu dan BPM Hj. Nawangsih?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang vulva

hygiene terhadap terjadinya infeksi luka perineum pada ibu post partum

di RSI Sultan Agung Semarang


8

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya tingkat pengetahuan ibu tentang vulva hygiene di BPM

Hj. Uut Sri Rahayu dan BPM Hj. Nawangsih

b. Diketahuinya infeksi luka perineum pada ibu post partum di BPM Hj.

Uut Sri Rahayu dan BPM Hj. Nawangsih

c. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang vulva

hygiene terhadap terjadinya infeksi luka perineum pada ibu post

partum di BPM Hj. Uut Sri Rahayu dan BPM Hj. Nawangsih.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang vulva

hygiene terhadap terjadinya infeksi luka perineum pada ibu post partum di

BPM Hj. Uut Sri Rahayu dan BPM Hj. Nawangsih diharapkan akan

memberikan manfaat bagi pihak-pihak berikut ini :

1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat

digunakan sebagai acuhan bagi para mahasiswa yang mengadakan

penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang vulva

hygiene terhadap terjadinya infeksi pada ibu post partum.

2. Bagi Peneliti Lain


9

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi

atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan pertimbangan bagi

yang berkepentingan untuk melakukan penelitian yang sejenis.

3. Bagi Pasien

Penelitian ini diharapkan pemberikan pengetahuan bagi pasien

untuk merawat luka perineumnya agar tidak terjadi infeksi.

4. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dan pengalaman yang berharga

terhadap penelitian yang dilakukan

Anda mungkin juga menyukai