Praktikum II
Praktikum II
Praktikum II
PRAKTIKUM II
LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI
SEDIAAN OBAT TRADISIONAL PREFORMULASI SEDIAAN ORAL
OBAT TRADISIONAL (DISKUSI JURNAL)
NIM : 21.71.024256
Kelas : Farmasi B
Kelompok : 1B
B. DASAR TEORI
1. Kapsul daun kelor
Kelor atau merunggai (Moringa oleifera) adalah sejenis
tumbuhan dari suku Moringaceae. Tumbuhan ini dikenal dengan nama
lain seperti: limaran, moringa (USDA, 2018) Kelor adalah tanaman
yang bisa tumbuh dengan cepat, berumur panjang, berbunga sepanjang
tahun, dan tahan kondisi panas ekstrim (Amina, Tezar & Miflihani
Yanis 2015). Moringa Oleivera. Lam di Jawa dikenal sebagai tanaman
kelor, selama berabad-abad daun kelor (Moringa Oleivera. Lam) telah
digunakan sebagai tanaman obat untuk beberapa penyakit, antara lain
asma (Razis, Ibrahim & Kntayya, 2014). Pada penelitian Batoro and
Siswanto (2017) mempelajari tentang ilmu pengetahuan masyarakat
tentang tanaman obat di Desa Poncokusumo Kabupaten Malang Jawa
Timur. Beliau menyampaikan bahwa secara turun temurun daun kelor
oleh masyarakat daerah tersebut dimanfaatkan sebagai obat sakit
kepala. Dalam penelitian lainnya, Anwar, S., et al 2014 menjelaskan
ekstrak akuades (suhu kamar) dan akuades panas (70 ℃ ) daun kelor
(Moringa oleifera Lamk.) memberikan bioaktifitas tinggi yang ditandai
dengan nilai LC50 lebih kecil dari pada 1000 ppm. Kandungan
golongan senyawa yang terdapat dalam ekstrak akuades panas (70 ℃ )
daun kelor antara lain alkaoid, flavonoid, tanin dan triterpenoid. Dari
hasil ini bisa diketahui potensi daun kelor sebagai tanaman yang
mempunyai kemampuan sebagai antibakteri dan antikanker. Sementara
itu, kapsul menurut Farmakope Indonesia adalah bentuk sediaan obat
terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Cangkang kaspsul
dapat dibuat dari gelatin dengan atau zat tambahan lain.
2. Gummy candies
Gummy Candies atau permen jelly merupakan permen yang
dibuat dari air atau sari buah dan bahan pembentuk gel, yang
berpenampilan jernih transparan serta mempunyai tekstur dengan
kekenyalan tertentu. Bahan pembentuk gel yang biasa digunakan
antara lain gelatin, karagenan dan agar. Dalam artikel Lia , Welan &
Briandini Istilah "nutraceutical" diciptakan dari "nutrisi" dan "farmasi"
pada tahun 1989 oleh Stephen DeFelice, MD, pendiri dan ketua
Yayasan untuk Inovasi dalam Kedokteran (FIM), Cranford, NJ.
Menurut DeFelice, nutraceutical dapat didefinisikan sebagai,
"makanan (atau bagian dari makanan) yang menyediakan tunjangan
kesehatan atau kesehatan, termasuk pencegahan dan/atau pengobatan
penyakit (Banker, 1986). Contoh makanan nutraceurical adalah Candy
(permen ataupun kembang gula) dapat diklasifikasikan ke dalam empat
jenis, yaitu permen keras (Hard Candy), permen lunak (Soft Candy),
permen karet (Chewing Gum), dan permen nirgula (Non - Sugar
Candy). Permen jelly atau Gummy Candies termasuk permen lunak
yang memiliki tekstur kenyal atau elastik (Firdaus , Kresnanto, &
Fajriyanto, 2013)
3. Serbuk instan jahe dan kunyit
Minuman serbuk instan adalah produk olahan pangan siap saji
berbentuk serbuk, mudah larut dalam air, praktis dalam penyajian dan
memiliki daya simpan yang cukup lama. Minuman serbuk instan harus
memenuhi beberapa syarat khusus, diantaranya kering dan terpisah,
mudah dituang, tida higroskopis, tidak menggumpal, mudah dibasahi,
dan cepat larut. Minuman serbuk instan dibuat melalui proses
kristalisasi dengan agen kristalisasi utama yaitu sukrosa. Gula pasir
diketahui mengandung sukrosa sebesar 99,95% dan gula merah
memiliki kandungan sukrosa sebesar 85,27%. Gula pasir berfungsi
sebagai pemanis dan sebagai agen kristalisasi yang dapat
mempengaruhi kecepatan rekristalisasi. Gula merah juga digunakan
sebagai pemanis dikarenakan mempunyai aroma dan rasa yang khas,
serta mempunyai nilai indeks glikemik yang lebih rendah daripada
gula pasir yaitu 35-54, sehingga dapat memberikan manfaat lebih baik
untuk kesehatan (Muchaymien et al., 2014). Sementara itu jahe dan
dan kunyit merupakan tanaman herbal yang ada diindonesia
mempunyai berbagai manfaat untuk kesehatan. Dalam sebuah artikel
peneltian Sari & Nasuha ,2021 menyebutkan rimpang jahe
mengandung zat gizi diantaranya energi, karbohidrat, vitamin C,
protein, zat besi gingerol, alkaloid, triterpenoid. Sementara itu, Kunyit
(Curcuma domestica) adalah tanaman obat dan rempah di Indonesia
yang banyak digunakan dalam terapi melancarkan proses peredaran
darah di dalam tubuh, antiradang atau antiinflamasi pada proses
menstruasi, memiliki sifat antibakteri dan bersifat sebagai adstringen
yaitu memperkecil pori-pori wajah. Senyawa Kurkumin yang
terkandung dalam kunyit merupakan obat yang dapat digunakan pada
penyakit diabetes dan gagal ginjal, kanker, sakit perut epilepsi, stress
dan gangguan kognisi (Ahmad,2013).
4. Pil temu kunci
Pil (Pilulae) adalah suatu sediaan yang memiliki bentuk bulat
atau lonjong mengandung satu atau lebih zat aktif. Menurut PerBPOM
tahun 2019 pil adalah sediaan padat Obat Tradisional berupa masa
bulat, terbuat dari serbuk Simplisia dan/atau Ekstrak. Berat pil
memiliki berat 100 mg-500 mg. Beberapa jenis obat dari bahan alam
telah tersedia dalam bentuk pil, antara lain pil majakan, pil kina, dan
pil bahan alam lain.Temu kunci (Boesenbergia rotunda), termasuk
famili tumbuhan Zingiberaceae yang banyak digunakan sebagai
rempah-rempah. Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Simplisia adalah
bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan
dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan tidak lebih dari 60°C (enam puluh derajat celsius).
Temu kunci digunakan sebagai bumbu dapur di beberapa
daerah. Misalnya untuk membuat sayur bening atau tumisan. Selain
itu, masyarakat juga menggunakan tanaman temu kunci sebagai obat
tradisional yang bermanfaat sebagai peluruh dahak atau untuk
menanggulangi batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan,
menyembuhkan sariawan, bumbu masak, dan pemacu keluarnya Air
Susu Ibu (ASI). Minyak atsiri rimpang temu kunci (Boesenbergia
pandurata) juga berefek pada pertumbuhan Entamoeba coli,
Staphyllococus aureus, dan Candida albicans; selain itu dapat berefek
pada pelarutan batu ginjal kalsium secara in vitro. Tanaman ini
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pengobatan tradisional
maupun modern. Tanaman ini mampun bekerja sebagai antibakteri,
antiparasit, mengobati infeksi mulut infeksi usus, antioksidan,
antikanker, antiinflamasi, analgesik, antipiretik, dapat membantu
pasien obesitas. Dari berbagai kajian ilmiah, temu kunci juga
bermanfaat sebagai campuran minum tonik bagi wanita pasca-
melahirkan, terdapat pula pada campuran lotion rematik dan pegal-
pegal (Priyadi, 2021)
5. Tablet Daun Pepaya
Tablet adalah sediaan padat yang dibuat dengan cara kempa-
cetak memiliki bentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat,
mengandung satu jenis zat aktif atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan bisa berfungsi sebagai
pengisi, pengembang, pengikat, pelicin, dan pembasah. Tablet
digunakan untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik (Anief, 2018).
Pengembangan atau inovasi sediaan daun papaya menjadi sediaan
tablet kempa sangat menguntungkan karena sediaanya praktis dan juga
mudah dijangkau oleh masyarakat. Keberhasilan dalam
memformulasikan sediaan tablet kempa ekstrak daun papaya dapat
sangat bermanfaat bagi masyarakat karena daun pepaya banyak
memiliki lhasiat yang baik untuk kesehatan. Metabolite sekunder yang
terdapat pada tanaman papaya yaitu enzim papain, karotenoid,
alkaloid, monoterpenoid, flavonoid, mineral, vitamin, glukosinolat,
karposida (Parle, 2011). Ekstrak tanaman papaya terbukti memiliki
efek penurunan kondisi hiperglikemia pada mencit. Penurunan kadar
gula darah pada mencit disebabkan karena aktivitas metabolit sekunder
flavonoid, tannin, saponin, dan alkaloid. Zat aktif dalam daun papaya
berperan dalam merangsang pelepasan insulin dari sel beta pancreas
dan pelepasan somatostatin tetapi menekan sekresi glucagon
( Pudyawanti, 2018).
D. CARA KERJA
Menyiapkan kertas dan alat tulis yang akan digunakan saat review
E. HASIL PRAKTIKUM
1. Kapsul Serbuk Daun Kelor (Moringa Oleivera. Lam) Untuk
Peningkatan Kualitas Hidup Penderita Asma Menggunakan Metode
Asma Control Test (Act) Di Kelurahan Merjosari Kecamatan
Lowokwaru Kota Malang
Rumus molekul -
Pemerian -
Kelarutan -
Inkompatibilitas -
RASIONALISASI FORMULA
1. Serbuk daun kelor Zat aktif Karna daun kelor memiliki banyak
memiliki manfaat untuk kesehatan dan
dapat dipercaya dapat meningkatkan
kualitas hidup penderita asma karna
memiliki aktifitas mikroba pernafasan dan
juga dapat digunakan sebagai anti
inflamasi
Proses Produksi
Pemerian putih, tidak berbau, kristal bubuk atau butiran yang bebas
mengalir. Memiliki rasa manis, kira-kira semanis glukosa dan
setengah manis seperti sukrosa, dan menanamkan pendinginan
yang bersensasi di dalam mulut. Mikroskopis, tampak seperti
ortorombik jarum Ketika mengkristal dari alkohol.
Menunjukkan bentuk polimorf
Kelarutan Mudah larut dalam air, larut dalam basa
Aplikasi/Kegunaan Sebagai zat pengisi
dalam formulasi
Stabilitas Manitol stabil dalam keadaan kering dan dalam larutan air.
Dalam larutan, mannitol tidak bersifat dingin, asam encer atau
basa, atau dengan oksigen atmosfir dalam ketiadaan alkalis tidak
mengalami reaksi mailand.
Higroskopisitas -
Kandungan lembab -
Inkompatibilitas Tidak cocok dengan xylitol infus dan zat besiberbentuk
kompleks dengan beberapa logam seperti aluminium, tembaga
Nama Bahan : Gelatin (FI III, Hal265) BM:
Struktur Kimia
Pemerian Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis.
Kelarutan Kelarutan Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air
mendidih; Sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut
dalam kloroform P dan dalam eter P.
Aplikasi/Kegunaan Zat tambahan
dalam formulasi
Pemerian Pemerian Hablur tidak berwarna atau massa hablur atau serbuk
warna putih; tidak berbau; rasa manis
Kelarutan Kelarutan Larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370 bagian
etanol (95%) P. Identifikasi A. Jika dipanaskan melebur,
menggembung dan terbakar, terjadi bau gula terbakar dan
meninggalkan sisa bergunduk berwarna hitam.
Aplikasi/Kegunaan Zat tambahan
dalam formulasi
Higroskopisitas -
Kandungan lembab -
Inkompatibilitas -
RASIONALISASI FORMULA
Proses Produksi
3. Formulasi Dan Uji Sediaan Pil Ekstrak Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia Pandurata L.)
PREFORMULASI/ MONOGRAFI BAHAN TAMBAHAN YANG DIGUNAKAN
Pemerian Cairan seperti sirop; jernih; tidak berwarna; tidak berbau; manis
diikuti rasa hangat. Higroskopis. Jika disimpan beberapa lama
pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak
berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang
20℃
Kelarutan Dapat dicampur dengan air dan dengan etanol (95%); praktis
tidak larut dalam kloroform; dalam eter dan dalam minyak lemak
Aplikasi/Kegunaan Sebagai pembasah dan mencegah pil pada penyimpanan tidak
dalam formulasi terlalu mengeras karena gliserin tidak mudah menguap
Stabilitas Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat
membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur
hingga suhu mencapai lebih kurang 20
Higroskopisitas Gliserin memiliki sifat higroskopis
Kandungan lembab
Inkompatibilitas Gliserin memiliki beberapa inkompatibilitas diantaranya dapat
meledak jika dicampur dengan zat pengoksidasi yang kuat seperti
kromium trioksida, kalium klorat, atau kalium permanganat
RASIONALISASI FORMULA
1. Ekstrak temu kunci Zat aktif Karena mengandung khasiat utama yang
dapat membantu meningkatkan nafsu
makan dan membantu mengatasi BAB
tidak lancar
2. Serbuk temu kunci Bahan pengisi Digunakan untuk mengisi massa pil
sehingga mencapai bobot pil
Proses Produksi
3. Uji disolusi
Alat yang digunakan ialah
disintegration tester. Caranya yaitu
satu pil dimasukkan pada masing-
masing tabung dari keranjang lalu
dimasukkan cakram pada tiap tabung
dan alat dijalankan. Sebagai medium
digunakan air dengan suhu dengan
suhu 37◦C
Kelarutan Mudah larut dalam air agak sukar larut dalam etanol dan lebih
Kelarutan lebih tinggi dari zat warna bunga telang yaitu sebesar 1,376%
pada pH 4,5 dan 1,292% pada pH 9,5
Aplikasi/Kegunaan Untuk mengatasi mual, kembung dan meningkatkan kekebalan
dalam formulasi Tubuh
Stabilitas tidak stabil terhadap cahaya, suhu dan perubahan pH, oleh
karena itu perlu dilakukan penyalutan dengan polimer
(mikroenkapsulasi) agar memiliki umur simpan yang lebih lama
Higroskopisitas yang tinggi sehingga mudah menyerap air dari lingkungan
Kandungan lembab _
Inkompatibilitas pada agen pengoksidasi, basa, agen pereduksi dan nitrat. Dapat
meledak jika dikombinasikan dengan logan nitrat
RASIONALISASI FORMULA
.
4. Gula merah Sebagai pemanis Mempunyai aroma dan rasa yang khas
serta mempunyai nilai indeks glikemik
yang lebih rendah dari pada gula pasir
Proses Produksi
Higroskopisitas higroskopik
Kandungan lembab
Inkompatibilitas Ditambahakan thimerosol akan membentuk senyawa kompeks
kompatibel terhadap gerak organik alami, resin sintettik dan
senyawa lainnya akan terbentuk senyawa sulfathiazole, sodium
sulfat, asam salisilat, fenol barbital dan komponen lainnya
Nama Bahan : Magnesium stearat (FI III, Hal 354) BM: 591,24
Struktur Kimia
1. Ekstrak daun papaya Zat aktif Karena dapat merangsan pelpasan insulin
dari sel beta pankreas dan pelepasan
somastatin tetapi menekan sekresi
glucagon
2. PVP K30 pengikat Memiliki sifat larut dalam air dan pelarut
polar sehingga mampu membentuk ikatan
antar granul yang kuat sehingga tablet
yang dihasilkan akan memiliki kekerasan
tablet.
3. Magnesium stearat Pelicin Untuk meningkatkan sifat alir campur
dan mengurangi gesekan antara partikel
sehingga campuran serbuk lebih mudah
mengalir ke dalam ruang cetak
4. Metil selulosa penghancur Untuk memberi efek menghancurkan
tablet menjadi ukuran partikel-pertikel
yang lebih kecil saat berkontak langsung
dengan cairan saluran pencernaan.
5. Talcum Pelican Mengurangi kecenderungan pemisahan
antar partikel granul. Menghasilkan aliran
bahan kelubang die yang cepat serta
bentuk tablet yang licin.
6. Laktosa Pengisi Dapat memadatkan massa granul untuk
metode granulasi basah.
Proses Produksi
G. KESIMPULAN
Dalam beberapa artikel yang telah dikaji ada bebarapa kelebihan dan
kekurangan, namun dalam sebuah formulasi penelitian tentunya tidak selalu berhasil.
Dari mengkaji beberapa artikel mahasiswa dapat membuat formulasi yang berbeda
atau lebih baik dengan melihat dan membandingkan dari artikel penelitian
sebelumnya, dari hal tersebut mahasiswa dapat memperbaiki formulasi yang didapat
dan mengaplikasikannya
H. DAFTAR PUSTAKA
Adnan, J.,. 2016. Formulasi Gel Ekstrak Daun Beluntas (Pluceaindica Less) Dengan
Na-CMC Sebagai Basis Gel. Journal of Pharmaceutical Science and Herbal
Technology, 1 (1), 41-44.
Ahmad,. 2013. Kualitas Simplisia Tanaman Biofarmaka (Curcuma domestica Val)
Setelah Proses Pemanasan Pada Suhu Dan Waktu Bervariasi. Jurnal BIOMA.
Vol. 17. No. 1. Hal. 27- 33.
Amina, Syarifah; Tezar Ramdhan; & Miflihani Yanis. 2015. Kandungan Nutrisi dan
Sifat Fungsional Tanaman Kelor. Buletin Pertanian Perkotaan. 5 (2): 35-44
Anief, Mohammad. 2018. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: UGM
Press.
Anwar, S., Yulianti, E., Hakim, A., Fasya, A. G., Fauziyah, B., Mu’tiah, R. 2014. Uji
Toksisitas Ekstrak Akuades (Suhu Kamar) dan Akuades Panas (700C) Daun
Kelor (Moringa Oleifera Lamk.) Terhadap Larva Udang Artemia salina Leach.
Alchemy. 3 (1). 84-92.
Batoro, Jati, & Dian Siswanto. 2017. “Ethnomedicinal Survey of Plants Used by
Local Society in Poncokusumo District, Malang, East Java Province,
Indonesia.” Asian Journal of Medical and Biological Research 3 (2): 158–67.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
RepublikIndonesia
Firdaus , f., Kresnanto, V. A., & Fajriyanto. 2013. Formulasi Nutraseutikal Sediaan
Gummy Candies Sari Buah Markisa Kuning (Passiflora Edulis Var.
Flavicarpa) Dengan Variasi Kadar Sukrosa Sebagai Bahan Pemanis . Jurnal
Gamma.
Muchaymien, Y., Rangga, A., & Nuraini, dan F. 2014. Penyusunan Draft Standard
Operating Procedure (SOP) Pembuatan Gula Merah Kelapa (Studi Kasus Di
Pengrajin Gula Merah Kelapa Desa Purworejo Kec. Negeri Katon Kab.
Pesawaran). Teknologi Industri Dan Hasil Pertanian, 19(2), 205–217.
PERBPOM. 2019. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 32 Tahun
2019 Tentang Persyaratan Keamanan Dan Mutu Obat Tradisional. Jakarta:
BPOM
Priyadi, Muhammad 2021. "Profil Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Temu Kunci
(Boesenbergia rotunda L.) dan Serai(Cymbopogon citratus)". Jurnal
Pharmascience. 8 (1): 45–52.
Pudwayanti, EP., Astuti, MD., Adhie RN., Hidayat, IW. 2018. Papaya Leaf Extract
( Carica Papaya L) as DM Type 2. Prosiding APC (Annual Pharmacy
Conference). Vol (3) : 97-102.
Razis AFA, Ibrahim MD, Kntayya SB. 2014. Health Benefits Of Moringa Oleifera.
Asian Pac J Cancer Prev. Vol. 15: 8571-8576.
Sari, Dewi & Nasuha, Anas. 2021. Kandungan Zat Gizi, Fitokimia, dan Aktivitas
Farmakologis pada Jahe (Zingiber officinale Rosc.): Review. Journal of
Biological Science.
USDA, Agricultural Research Service, National Plant Germplasm System.
2018. Taxon: Moringa Oleifera Lam. Beltsville, Maryland : National
Germplasm Resources Laboratory
I. LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiatan pengkajian Jurnal artikel