Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Praktikum II

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

Nilai

PRAKTIKUM II
LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI
SEDIAAN OBAT TRADISIONAL PREFORMULASI SEDIAAN ORAL
OBAT TRADISIONAL (DISKUSI JURNAL)

Nama Mahasiswa : Ditha Putri Nabila

NIM : 21.71.024256

Kelas : Farmasi B

Kelompok : 1B

Dosen Pengampu : Nurul Qomariah, M.Si

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2023
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat menyusun hasil pengkajian praformulasi bahan
untuk sediaan oral obat tradisional
2. Mahasiswa dapat membuat rekomendasi untuk desain komponen dan
proses pembuatan sediaan sediaan oral obat tradisional
3. Mahasiswa dapat menyusun desain formula, pembuatan dan
evaluasi sediaan padat dan hasil pengkajian praformulasi sediaan oral
obat tradisional

B. DASAR TEORI
1. Kapsul daun kelor
Kelor atau merunggai (Moringa oleifera) adalah sejenis
tumbuhan dari suku Moringaceae. Tumbuhan ini dikenal dengan nama
lain seperti: limaran, moringa (USDA, 2018) Kelor adalah tanaman
yang bisa tumbuh dengan cepat, berumur panjang, berbunga sepanjang
tahun, dan tahan kondisi panas ekstrim (Amina, Tezar & Miflihani
Yanis 2015). Moringa Oleivera. Lam di Jawa dikenal sebagai tanaman
kelor, selama berabad-abad daun kelor (Moringa Oleivera. Lam) telah
digunakan sebagai tanaman obat untuk beberapa penyakit, antara lain
asma (Razis, Ibrahim & Kntayya, 2014). Pada penelitian Batoro and
Siswanto (2017) mempelajari tentang ilmu pengetahuan masyarakat
tentang tanaman obat di Desa Poncokusumo Kabupaten Malang Jawa
Timur. Beliau menyampaikan bahwa secara turun temurun daun kelor
oleh masyarakat daerah tersebut dimanfaatkan sebagai obat sakit
kepala. Dalam penelitian lainnya, Anwar, S., et al 2014 menjelaskan
ekstrak akuades (suhu kamar) dan akuades panas (70 ℃ ) daun kelor
(Moringa oleifera Lamk.) memberikan bioaktifitas tinggi yang ditandai
dengan nilai LC50 lebih kecil dari pada 1000 ppm. Kandungan
golongan senyawa yang terdapat dalam ekstrak akuades panas (70 ℃ )
daun kelor antara lain alkaoid, flavonoid, tanin dan triterpenoid. Dari
hasil ini bisa diketahui potensi daun kelor sebagai tanaman yang
mempunyai kemampuan sebagai antibakteri dan antikanker. Sementara
itu, kapsul menurut Farmakope Indonesia adalah bentuk sediaan obat
terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Cangkang kaspsul
dapat dibuat dari gelatin dengan atau zat tambahan lain.
2. Gummy candies
Gummy Candies atau permen jelly merupakan permen yang
dibuat dari air atau sari buah dan bahan pembentuk gel, yang
berpenampilan jernih transparan serta mempunyai tekstur dengan
kekenyalan tertentu. Bahan pembentuk gel yang biasa digunakan
antara lain gelatin, karagenan dan agar. Dalam artikel Lia , Welan &
Briandini Istilah "nutraceutical" diciptakan dari "nutrisi" dan "farmasi"
pada tahun 1989 oleh Stephen DeFelice, MD, pendiri dan ketua
Yayasan untuk Inovasi dalam Kedokteran (FIM), Cranford, NJ.
Menurut DeFelice, nutraceutical dapat didefinisikan sebagai,
"makanan (atau bagian dari makanan) yang menyediakan tunjangan
kesehatan atau kesehatan, termasuk pencegahan dan/atau pengobatan
penyakit (Banker, 1986). Contoh makanan nutraceurical adalah Candy
(permen ataupun kembang gula) dapat diklasifikasikan ke dalam empat
jenis, yaitu permen keras (Hard Candy), permen lunak (Soft Candy),
permen karet (Chewing Gum), dan permen nirgula (Non - Sugar
Candy). Permen jelly atau Gummy Candies termasuk permen lunak
yang memiliki tekstur kenyal atau elastik (Firdaus , Kresnanto, &
Fajriyanto, 2013)
3. Serbuk instan jahe dan kunyit
Minuman serbuk instan adalah produk olahan pangan siap saji
berbentuk serbuk, mudah larut dalam air, praktis dalam penyajian dan
memiliki daya simpan yang cukup lama. Minuman serbuk instan harus
memenuhi beberapa syarat khusus, diantaranya kering dan terpisah,
mudah dituang, tida higroskopis, tidak menggumpal, mudah dibasahi,
dan cepat larut. Minuman serbuk instan dibuat melalui proses
kristalisasi dengan agen kristalisasi utama yaitu sukrosa. Gula pasir
diketahui mengandung sukrosa sebesar 99,95% dan gula merah
memiliki kandungan sukrosa sebesar 85,27%. Gula pasir berfungsi
sebagai pemanis dan sebagai agen kristalisasi yang dapat
mempengaruhi kecepatan rekristalisasi. Gula merah juga digunakan
sebagai pemanis dikarenakan mempunyai aroma dan rasa yang khas,
serta mempunyai nilai indeks glikemik yang lebih rendah daripada
gula pasir yaitu 35-54, sehingga dapat memberikan manfaat lebih baik
untuk kesehatan (Muchaymien et al., 2014). Sementara itu jahe dan
dan kunyit merupakan tanaman herbal yang ada diindonesia
mempunyai berbagai manfaat untuk kesehatan. Dalam sebuah artikel
peneltian Sari & Nasuha ,2021 menyebutkan rimpang jahe
mengandung zat gizi diantaranya energi, karbohidrat, vitamin C,
protein, zat besi gingerol, alkaloid, triterpenoid. Sementara itu, Kunyit
(Curcuma domestica) adalah tanaman obat dan rempah di Indonesia
yang banyak digunakan dalam terapi melancarkan proses peredaran
darah di dalam tubuh, antiradang atau antiinflamasi pada proses
menstruasi, memiliki sifat antibakteri dan bersifat sebagai adstringen
yaitu memperkecil pori-pori wajah. Senyawa Kurkumin yang
terkandung dalam kunyit merupakan obat yang dapat digunakan pada
penyakit diabetes dan gagal ginjal, kanker, sakit perut epilepsi, stress
dan gangguan kognisi (Ahmad,2013).
4. Pil temu kunci
Pil (Pilulae) adalah suatu sediaan yang memiliki bentuk bulat
atau lonjong mengandung satu atau lebih zat aktif. Menurut PerBPOM
tahun 2019 pil adalah sediaan padat Obat Tradisional berupa masa
bulat, terbuat dari serbuk Simplisia dan/atau Ekstrak. Berat pil
memiliki berat 100 mg-500 mg. Beberapa jenis obat dari bahan alam
telah tersedia dalam bentuk pil, antara lain pil majakan, pil kina, dan
pil bahan alam lain.Temu kunci (Boesenbergia rotunda), termasuk
famili tumbuhan Zingiberaceae yang banyak digunakan sebagai
rempah-rempah. Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Simplisia adalah
bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan
dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan tidak lebih dari 60°C (enam puluh derajat celsius).
Temu kunci digunakan sebagai bumbu dapur di beberapa
daerah. Misalnya untuk membuat sayur bening atau tumisan. Selain
itu, masyarakat juga menggunakan tanaman temu kunci sebagai obat
tradisional yang bermanfaat sebagai peluruh dahak atau untuk
menanggulangi batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan,
menyembuhkan sariawan, bumbu masak, dan pemacu keluarnya Air
Susu Ibu (ASI). Minyak atsiri rimpang temu kunci (Boesenbergia
pandurata) juga berefek pada pertumbuhan Entamoeba coli,
Staphyllococus aureus, dan Candida albicans; selain itu dapat berefek
pada pelarutan batu ginjal kalsium secara in vitro. Tanaman ini
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pengobatan tradisional
maupun modern. Tanaman ini mampun bekerja sebagai antibakteri,
antiparasit, mengobati infeksi mulut infeksi usus, antioksidan,
antikanker, antiinflamasi, analgesik, antipiretik, dapat membantu
pasien obesitas. Dari berbagai kajian ilmiah, temu kunci juga
bermanfaat sebagai campuran minum tonik bagi wanita pasca-
melahirkan, terdapat pula pada campuran lotion rematik dan pegal-
pegal (Priyadi, 2021)
5. Tablet Daun Pepaya
Tablet adalah sediaan padat yang dibuat dengan cara kempa-
cetak memiliki bentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat,
mengandung satu jenis zat aktif atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan bisa berfungsi sebagai
pengisi, pengembang, pengikat, pelicin, dan pembasah. Tablet
digunakan untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik (Anief, 2018).
Pengembangan atau inovasi sediaan daun papaya menjadi sediaan
tablet kempa sangat menguntungkan karena sediaanya praktis dan juga
mudah dijangkau oleh masyarakat. Keberhasilan dalam
memformulasikan sediaan tablet kempa ekstrak daun papaya dapat
sangat bermanfaat bagi masyarakat karena daun pepaya banyak
memiliki lhasiat yang baik untuk kesehatan. Metabolite sekunder yang
terdapat pada tanaman papaya yaitu enzim papain, karotenoid,
alkaloid, monoterpenoid, flavonoid, mineral, vitamin, glukosinolat,
karposida (Parle, 2011). Ekstrak tanaman papaya terbukti memiliki
efek penurunan kondisi hiperglikemia pada mencit. Penurunan kadar
gula darah pada mencit disebabkan karena aktivitas metabolit sekunder
flavonoid, tannin, saponin, dan alkaloid. Zat aktif dalam daun papaya
berperan dalam merangsang pelepasan insulin dari sel beta pancreas
dan pelepasan somatostatin tetapi menekan sekresi glucagon
( Pudyawanti, 2018).

C. ALAT DAN BAHAN


No Alat Jumlah No Bahan Jumlah
1. Penggaris 2 1. Artikel 5
2. Kertas 5
3. Pensil & pulpen 5
4. Tip x 1
5. Penghapus 1

D. CARA KERJA
Menyiapkan kertas dan alat tulis yang akan digunakan saat review

Melakukan pengkajian praformulasi sampai dengan rekomendasi


metode
Merancang tahapan proses pembuatan sediaan dan pemeriksaan
sediaan

Menulis hasil pengkajian jurnal pada lembar hasil pengamatan

E. HASIL PRAKTIKUM
1. Kapsul Serbuk Daun Kelor (Moringa Oleivera. Lam) Untuk
Peningkatan Kualitas Hidup Penderita Asma Menggunakan Metode
Asma Control Test (Act) Di Kelurahan Merjosari Kecamatan
Lowokwaru Kota Malang

PREFORMULASI/ MONOGRAFI BAHAN TAMBAHAN YANG


DIGUNAKAN

Nama Bahan : kapsul daun kelor


Struktur Kimia -

Rumus molekul -

Pemerian -
Kelarutan -

Aplikasi/Kegunaan Kapsul daun kelor untuk peningkatan kualitas hidup


dalam formulasi penderita asma
Stabilitas -
Higroskopisitas -

Kandungan lembab Kadar lembab sebuk tidak lebih dari 10%

Inkompatibilitas -
RASIONALISASI FORMULA

Metode pembuatan sediaan

Metode Pengertian Syarat Alasan


Pengeringan Metode pengeringan Kualitas daun yang utuh, Karna metode ini lebih baik
dengan dengan menggunakan warna daun tidak pucat atau untuk kandungan dari daun
menggunakan oven pada suhu 40C masih segar kelor dan dapat
oven agar yang bertujuan diselesaikan dalam waktu
untuk menurunkan yang singkat
kadar air dalam daun
kelor.

Keuntungan dan Kerugian Metode


Keuntungan metode yang dipilih Kerugian metode yang dipilih
Dengan metode pengeringan dengan Dengan metode pengeringan dengan suhu yang
menggunakan oven agar terhindar dari tinggi dapat berakibatkan berkurang nya kadar
pertumbuhan jamur serta tidak berbau tengik mutu yang berada dalam tumbuhan serta
dan juga masa simpan akan lebih lama. Cara ketidak satbilan tumbuhan daun kelor, serta
pengeringan menggunakan oven lebih baik akan menurunkan mutu karena dapat merusak
kandungan dari fitokimia tumbuhan tersebut. komponen-komponen yang terdapat di dalam
nya.

No. Nama Bahan Fungsi (contoh) Alasan

1. Serbuk daun kelor Zat aktif Karna daun kelor memiliki banyak
memiliki manfaat untuk kesehatan dan
dapat dipercaya dapat meningkatkan
kualitas hidup penderita asma karna
memiliki aktifitas mikroba pernafasan dan
juga dapat digunakan sebagai anti
inflamasi
Proses Produksi

Bahan yang Alat yang


No Tahap Produksi
digunakan digunakan
1. Siapkan alat dan bahan yang di gunakan 1. Daun kelor 1. Oven
untuk membuat kapsul daun kelor. 2.Cangkang 2. Wadah
Bersihkan daun kelor pisahkan antara kapsul dari 3. Peniris
2. batang dan daun, cuci daun hingga bersih rumput laut 4. Alat giling
hingga tidak ada serpihan-serpihan batang
yang menempel.
Tiriskan daun agar air tidak banyak
mengendap supaya ketika proses
3. pengeringan daun tidak terlalu basah.
Proses pengeringan yang dilakukan dengan
menggunakan oven lebih cepat dan
mengurangi kadar air dengan suhu 40C.
4. Proses penghalusan dan pengemasan
kedalam cangkang kapsul yang terbuat dari
rumput laut dengan menggunakan alat
pengisi kapsul.

5. Pengemasan ke dalam kemasam primer


dan siap untuk di konsumsi.
2. Formulasi Nutraseutikal Sediaan Gummy Candies Sari Buah Markisa Kuning (Passiflora Edulis
Var. Flavicarpa) Dengan Variasi Kadar Sukrosa Sebagai Bahan Pemanis

PREFORMULASI/ MONOGRAFI BAHAN TAMBAHAN YANG DIGUNAKAN

Nama Bahan : Manitol (FI III, Hal 704) BM: 182,17


Struktur Kimia

Rumus molekul C6H14O6

Pemerian putih, tidak berbau, kristal bubuk atau butiran yang bebas
mengalir. Memiliki rasa manis, kira-kira semanis glukosa dan
setengah manis seperti sukrosa, dan menanamkan pendinginan
yang bersensasi di dalam mulut. Mikroskopis, tampak seperti
ortorombik jarum Ketika mengkristal dari alkohol.
Menunjukkan bentuk polimorf
Kelarutan Mudah larut dalam air, larut dalam basa
Aplikasi/Kegunaan Sebagai zat pengisi
dalam formulasi

Stabilitas Manitol stabil dalam keadaan kering dan dalam larutan air.
Dalam larutan, mannitol tidak bersifat dingin, asam encer atau
basa, atau dengan oksigen atmosfir dalam ketiadaan alkalis tidak
mengalami reaksi mailand.
Higroskopisitas -
Kandungan lembab -
Inkompatibilitas Tidak cocok dengan xylitol infus dan zat besiberbentuk
kompleks dengan beberapa logam seperti aluminium, tembaga
Nama Bahan : Gelatin (FI III, Hal265) BM:
Struktur Kimia

Rumus molekul C102H151N31

Pemerian Lembaran, kepingan, serbuk atau butiran, tidak berwarna atau


kekuningan pucat; bau dan rasa lemah
Kelarutan Kelarutan Jika direndam dalam air mengembang dan menjadi
lunak, rangsur-angsur menyerap 5 sampai 10 kali bobot- nya:
larut dalam air panas dan jika didinginkan terbentuk gudir aktis
tidak larut dalam etanol (95 %) P, dalam kloroform P dan dalam
eter P; larut dalam puran glicerol P dan air, jika dipanaskan lebih
mudah larut; larut dalam asam afetat P. Catin adalah protein
yang diperoleh dari bahan kolagen.
Aplikasi/Kegunaan Sebagai bahan campuran atau zat tambahan untuk pengikat
dalam formulasi dengan berbagai variasi konsentrasi

Stabilitas Gelatin mempunyai stabilitas yang tinggi, bila disimpan dalam


suatu tempat yang rapat pada suhu kamar, akan tetap sifat-
sifatnya untuk beberapa tahun dengan perubahan-perubahan
kecil tetapi akan berubah apabila dipanaskan hingga lebih tinggi
dari 100°C.
Higroskopisitas mudah menyerap air, sehingga kadar air gelatin juga akan
semakin meningkat.
Kandungan lembab -
Inkompatibilitas -
Nama Bahan : Gom arab (FI III, Hal 279) BM:
Struktur Kimia -
Rumus molekul -

Pemerian Hampir tidak berbau; rasa tawar seperti lendir. Higroskopis.


Bentuk bulat atau bulat telur, penampang 0,5 cm sampai 6 cm
atau berupa pecahan bersegi segi. Warna putih sampai putih
kekuningan. Tembus cahaya; buram karen banyak retakan kecil;
amat rapuh, permukaan pecahan menyerupai kaca dan kadan
berwarna seperti pelangi
Kelarutan Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan
tembus cahaya. Praktis tidak larut dalam etanol (95%)
Aplikasi/Kegunaan Zat tambahan
dalam formulasi
Stabilitas -
Higroskopisitas -
Kandungan lembab -
Inkompatibilitas -

Nama Bahan : Laktosa (FI III, Hal 338) BM: 36,30


Struktur Kimia

Rumus molekul C₁₂H₂₂O₁₁

Pemerian Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis.

Kelarutan Kelarutan Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air
mendidih; Sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut
dalam kloroform P dan dalam eter P.
Aplikasi/Kegunaan Zat tambahan
dalam formulasi

Stabilitas Jika dipanaskan meleleh, menggembung, kemudian terbakar


Higroskopisitas -
Kandungan lembab -
Inkompatibilitas -

Nama bahan : Sukrosa (FI III, Hal 725) BM: 342,20


Struktur Kimia

Rumus molekul C₁₂H₂₂O₁₁

Pemerian Pemerian Hablur tidak berwarna atau massa hablur atau serbuk
warna putih; tidak berbau; rasa manis
Kelarutan Kelarutan Larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370 bagian
etanol (95%) P. Identifikasi A. Jika dipanaskan melebur,
menggembung dan terbakar, terjadi bau gula terbakar dan
meninggalkan sisa bergunduk berwarna hitam.
Aplikasi/Kegunaan Zat tambahan
dalam formulasi

Stabilitas Jika dipanaskan meleleh, menggembung, kemudian terbakar

Higroskopisitas -
Kandungan lembab -
Inkompatibilitas -
RASIONALISASI FORMULA

Metode pembuatan sediaan

Metode Pengertian Syarat Alasan


Metode freeze Pengeringan beku  Uji sifat fisik sediaa 1. Untuk mengamati dan
drying (freeze drying) adalah Pemeriksaan organoleptis mengetahui mengenai
salah satu metode Keseragaman bobot warna, rasa, aroma, dan
pengeringan yang  Uji tingkat kesukaan tekstur dari yang dibuat
mempunyai  Analisis data apakah telah sesuai.
keunggulan dalam 2. Untuk mengetahui
mempertahankan respon yang berupa
mutu hasil kesenang ataupun tidaknya
pengeringan makanan responder terhadap bahan
suatu produk, yang akan diuji.
khususnya produk – 3. Untuk mengetaui data
produk yang sensitif dari pengujian yang
panas dilakukan

Keuntungan dan Kerugian Metode


Keuntungan metode yang dipilih Kerugian metode yang dipilih
Keuntungan dari metode freeze drying yaitu Memiliki kerugian yang disebabkan
dapat membuat olahan makanan mempunyai kelemahannya yaitu tidak hemat energi
keunggulan dalam mempertahan hasil dari dikarena proses pengeringan yang relative lama
pengeringan terbaik karena dapat dan biaya oprasional yang mahal
mempertahankan warna, kandungan gizi, rasa,
struktur, dqan juga struktur biologinya.
No. Nama Bahan Fungsi (contoh) Alasan

1. Sari buah Markisa Sebagai zart aktif Dikarenakan banyak mengandung


vitamin A dan C membuat peneliti
tertarik menggunakannya.
2. Mannitol Sebagai bahan pengisi Dikarenakan dapat dibuat menjadi
campuran yang mudah larut.

3. Cory sirup Memberikan rasa manis Dikarenakan dapat menjadi pemanis


tambahan dalam makanan atau minuman
yang dibuat.
4. Gelatin membuat cairan menjadi Penggunaannya dikaranakan dapat
padatan mengubah suatu cairan menjadi padatan
dan juga kenyal.

5. Gom arab Sebagai pengikat Digunakan karena dapat menjadi bahan


penstabil dalam pembuatan gummy
6. Corl oil Sebagai bahan campuran Digunakan keranakan dapat menjadi
pengikat sediaan dalam proses pembuatan
gummy
7. Laktosa Sebagai bahan pengisi Dikarenakan dapat dibuat menjadi
campuran dalam pembuatan gummy
8 Essens makanan Memperkuat aroma makanan Digunakan karena dapat memudarkan
aroma bahan lain yang sangat menyengat
sehingga membuat makanan atau
minuman yang dibuat memiliki rasa dan
aroma sesuai dengan essens yang
digunakan.
9 Sukrosa Sebagai pemanis Karena dapat memberikan rassa manis
yang baik pada makanan dan minuman
No Tahap produksi Bahan yang digunakan Alat yang digunakan
1 Prosen pemanansan Mannitol dan Waterbath dan cawan
dilakukan pada suhu 80C sirup jagung porselen
lebih untuk dapat
mendapatkan hasil akhir
tablet yang kenyal.
2 Larutkan gum arab ke dalam Gom arab, gelatin, dan Gelas beker, neraca analitik,
10 ml aquadest panas. Lalu aquadest dan pengaduk kaca
ditempat lain aktifkan gelatin
dengan memanaskannya di 15
ml aqudest panas. Gelatin
aktif (larut) lalu dimasukan
ke dalam larutan gom arab,
aduk hingga homogen
kemudian campuran
dimasukan dalam basis
gummy.
3 Tambahkan sari buah markisa Gelas beaker, spatula, pipet
dan aduk sampai homogen, tetes , loyang
lalu di tambahkan essens
secukupnya, kemudian
diaduk hingga homogen,
campuran diaduk secara
perlahan tampa menimbulkan
buih. Campuran tersebut
dituangkan kedalam cetakan
lalu dinginkan
4 Gummy markisa yang telah
jadi kemudian akan di uji
sifat fisiknya dan dianalisis

Proses Produksi
3. Formulasi Dan Uji Sediaan Pil Ekstrak Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia Pandurata L.)
PREFORMULASI/ MONOGRAFI BAHAN TAMBAHAN YANG DIGUNAKAN

Nama Bahan : Temu kunci BM:


Struktur Kimia -
Rumus molekul -
Pemerian Temu Kunci termasuk tumbuhan Terna yang bisa tumbuh hingga
50 cm. Rimpang berwarna kuning terang, bulat telur memanjang,
sangat beraroma; akar kuat. Daun 3 atau 4; pelepahnya berwarna
merah, ligula dengan 2-lekukan, ca. 5 mm; tangkai daun 7–16
cm, membentuk saluran; helai daun hijau pada kedua permukaan
elips meruncing, 25–50 × 7–12 cm, licin dengan sedikit daun di
dekat tulang utama daun bagian bawah, dasarnya membulat.
Kelarutan -
Aplikasi/Kegunaan -
dalam formulasi
Stabilitas -
Higroskopisitas -
Kandungan lembab -
Inkompatibilitas -

Nama Bahan : Talcum (FI III, Hal 271) BM:


Struktur Kimia -
Rumus molekul Mg3Si4O14 (OH)2
Pemerian Serbuk halus, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit,
bebas dari butiran, warna putih atau kelabu
Kelarutan Tidak larut dalam semua pelarut
Aplikasi/Kegunaan -
dalam formulasi
Stabilitas -
Higroskopisitas -
Kandungan lembab -
Inkompatibilitas Terhadap zat yang mengandung alumunium kuartene

Nama Bahan : Gom arab (FI III, Hal 279) BM:


Struktur Kimia
Rumus molekul
Pemerian Hampir tidak berbau; rasa tawar seperti lendir. Higroskopis.
Bentuk bulat atau bulat telur, penampang 0,5 cm sampai 6 cm
atau berupa pecahan bersegi segi. Warna putih sampai putih
kekuningan. Tembus cahaya; buram karen banyak retakan kecil;
amat rapuh, permukaan pecahan menyerupai kaca dan kadan
berwarna seperti pelangi
Kelarutan Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan
tembus cahaya. Praktis tidak larut dalam etanol (95%)
Aplikasi/Kegunaan
dalam formulasi
Stabilitas
Higroskopisitas Higroskopis
Kandungan lembab
Inkompatibilitas

Nama Bahan : Succus liquiritae (Ph Nederland) BM:


Struktur Kimia
Rumus molekul
Pemerian Sari dari akar kayu manis yang segar yang dibuat dengan
merebus dengan air, memeras dana menguapkannya. Batang
batang bulat gulungan, licin, berat, sedikit mengkilap dlam
keadaan kering keras dana dapat dipisahkan
Kelarutan Kalau pada sebuah larutan dari 5gram succus liaquiritae dalam
50 cm2 air ditambahkan spiritus hingga volumenya dan
campurannya berjumlah 100 cm3 dan setelah pengendapan
selama 12 jam disraing
Aplikasi/Kegunaan Untuk menaikkan kekompakan kohesi bagi pil yang cetak agar
dalam formulasi massanya saling mengikat dan tidak memisah
Stabilitas
Higroskopisitas
Kandungan lembab
Inkompatibilitas
Nama Bahan : Gliserin (FI III, Hal 271) BM: 92,10
Struktur Kimia

CH2OH – CHOH – CH2OH

Rumus molekul C3H8O3

Pemerian Cairan seperti sirop; jernih; tidak berwarna; tidak berbau; manis
diikuti rasa hangat. Higroskopis. Jika disimpan beberapa lama
pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak
berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang
20℃
Kelarutan Dapat dicampur dengan air dan dengan etanol (95%); praktis
tidak larut dalam kloroform; dalam eter dan dalam minyak lemak
Aplikasi/Kegunaan Sebagai pembasah dan mencegah pil pada penyimpanan tidak
dalam formulasi terlalu mengeras karena gliserin tidak mudah menguap
Stabilitas Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat
membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur
hingga suhu mencapai lebih kurang 20
Higroskopisitas Gliserin memiliki sifat higroskopis
Kandungan lembab
Inkompatibilitas Gliserin memiliki beberapa inkompatibilitas diantaranya dapat
meledak jika dicampur dengan zat pengoksidasi yang kuat seperti
kromium trioksida, kalium klorat, atau kalium permanganat
RASIONALISASI FORMULA

Metode pembuatan sediaan

Metode Pengertian Syarat Alasan


Pil dan maserasi Metode ekstraksi 1. Dari 10 Pil, tidak lebih 2 Alasan kenapa dibuat
maserasi adalah Pil yang menyimpang dari dalam bentuk pil dan
proses perendaman tabel, dan tidak satupun ekstraksinya rimpang temu
simplisia dengan yang menyimpang dua kali kunci menggunakan
pelarut yang sesuai lipat maserasi, karena pil lebih
dengan senyawa aktif 2. Pil haru hancur < 60 mudah untuk dibuat, lebih
tanpa ada proses menit (kurang dari sama sederhana dan tidak
pemanasan dengan) memerlukan banyak bahan
3. Kadar air pada pil tambahan. Ekstraksi
Sediaan padat Obat Dalam maserasi karena teknik
mempunyai kadar air ≤ esktraksi tersebut
10% merupakan cara ekstraksi
yang sederhana dengan
hanya merendam serbuk
simplisia dengan cairan
penyarinya

Keuntungan dan Kerugian Metode


Keuntungan metode yang dipilih Kerugian metode yang dipilih
Keuntungan dibuar menjadi sediaan pil 1. Penyimpanan dalam waktu lama dapat atau
1. Pil lebih mudah untuk dibuar sering menjadi keras
2. Dosisnya telah ditentukan bersamaan dengan 2. Tidak memenuhi waktu hancur
pembuatan massa pil
3. Bentuk pil lebih sederhana
4. Tidak memerlukanbanyak bahan tambahan
Keuntungan ekstraksi maserasi
Pengekstraksiaannya yang paling sederhana
No. Nama Bahan Fungsi (contoh) Alasan

1. Ekstrak temu kunci Zat aktif Karena mengandung khasiat utama yang
dapat membantu meningkatkan nafsu
makan dan membantu mengatasi BAB
tidak lancar
2. Serbuk temu kunci Bahan pengisi Digunakan untuk mengisi massa pil
sehingga mencapai bobot pil

3. Succus liquaritae Bahan pengikat Untuk menaikkan kekompakkan kohesi


bagi pil yang ducetak agar massanya
saling mengikat dan tidak memisah
4. Air gliserin Bahan pembasah Mencegah pil pada penyimpanan tidak
terlalu mengeras karena gliserin tidak
mudah menguap

5. Talcum Bahan penabur Mencegah massa pil melekat pada alat


cetak pil dengan cara menaburi talkum
diatas alat pencetak

Proses Produksi

Bahan yang Alat yang


No Tahap Produksi
digunakan digunakan
1. Ektraksi temu kunci 1.Ekstrak temu cawan porselen,
Ekstraksi dilakukan dengan metode kunci toples kaca, batang
maserasi menggunakan sampel serbuk 2.Serbuk temu pengaduk, corong
temu kunci 250 gr dan pelarut etanol kunci saringan, mortir dan
96 % (1:6) sebanyak 150 mL. Sirkulasi 3. Gliserin stemper, pillenplank,
sebanyak 5 kali sampai mendapat 4.Succus liquiritae pillen roller, oven,
filtrat, lalu filrat dipekatkan. 5. Gom arab dan waterbath, alat
6. Ethanol 95% pencetak pil, alat uji
2. Pembuatan sediaan pil 7. aluminium foil disolusi, timbangan
Ditimbang masing-masing bahan 8. kertas saring. analitik, sudip,
ekstrak temu kunci 1100 mg, serbuk waterbath, rotary
temukunci 1100 mg, succus liquiritae
1100 mg, gom arab 205 mg , gliserin evaporator.
secukupnya dan talcum secukupnya
Dicampurkan bahan yang sudah
ditimbang ekstrak temu kunci dengan
succus liquiritae, gom arab, serbuk
temu kunci ditambahkan gliserin
sedikit demi sedikit gerus ad homogen
hingga diperoleh massa pil yang baik.
Digulung adonan pil membentuk
silinder pada alat pillen plank Diberi
talcum, dibentuk selanjutnya di
potong. Dibuatkan pil yang sudah
dipotong pada pillen roller hingga
diperoleh massa yang diinginkan
sebanyak (25 pil), selanjutnya
dilakukan uji evaluasi sediaan pil.

3. Uji disolusi
Alat yang digunakan ialah
disintegration tester. Caranya yaitu
satu pil dimasukkan pada masing-
masing tabung dari keranjang lalu
dimasukkan cakram pada tiap tabung
dan alat dijalankan. Sebagai medium
digunakan air dengan suhu dengan
suhu 37◦C

4. Uji keseragaman bobot


Sebanyak 20 pil ditimbang satu per
satu bobotnya kemudian dihitung
bobot rata-ratanya.
4. Formulasi minuman serbuk instan kombinasi jahe (Zingiber officinale rosc) dan kunyit (Curcuma
domestica val.) dengan variasi gula pasir dan gula merah

PREFORMULASI/ MONOGRAFI BAHAN TAMBAHAN YANG DIGUNAKAN

Nama Bahan : Jahe (Zingber officinale rose) BM: 194.19 g/mol


Struktur Kimia

Rumus molekul C15H24

Pemerian jahe dapat meningkatkan kadar enzim 7α-hydroxylase yang


mengakibatkan pengubahan kolesterol menjadi asam empedu
sehingga menurukan konsentrasi kolesterol

Kelarutan Mudah larut dalam air agak sukar larut dalam etanol dan lebih

Aplikasi/Kegunaan Digunakan untuk mengobati mual, flu, menyembuhkan luka,


dalam formulasi asma, penyakit jantung dan gangguan pencernaan
Stabilitas Temperatur rendah, disimpan pada wadah tertutup baik kondisi
Higroskopisitas Mudah menyerap air secara cepat
Kandungan lembab -
Inkompatibilitas dikontrol secara sporophytic dan terdapat pada jahe diploid
maupun tetraploid (Ramachandran dan Chandrasekharan, 1992
dalam Bermawi et al, 1997) sehingga masalah tersebut tidak
bisa diatasi dengan poliploidisasi
Nama Bahan : kunyit (Curcuma domestica val.) BM: 368,38 g/mol
Struktur Kimia

Rumus molekul C21H20O6


Pemerian dapat meningkatkan bobot badan, mengoptimalkan konversi
pakan, serta menurunkan lemak.

Kelarutan lebih tinggi dari zat warna bunga telang yaitu sebesar 1,376%
pada pH 4,5 dan 1,292% pada pH 9,5
Aplikasi/Kegunaan Untuk mengatasi mual, kembung dan meningkatkan kekebalan
dalam formulasi Tubuh
Stabilitas tidak stabil terhadap cahaya, suhu dan perubahan pH, oleh
karena itu perlu dilakukan penyalutan dengan polimer
(mikroenkapsulasi) agar memiliki umur simpan yang lebih lama
Higroskopisitas yang tinggi sehingga mudah menyerap air dari lingkungan

Kandungan lembab _

Inkompatibilitas pada agen pengoksidasi, basa, agen pereduksi dan nitrat. Dapat
meledak jika dikombinasikan dengan logan nitrat
RASIONALISASI FORMULA

Metode pembuatan sediaan

Metode Pengertian Syarat Alasan


Metode penelitian 1. Penetuan karakteristik Metode eksperimental ini
ekperimental eksperimental adalah sifat fisik pH dilakukann bertujuan untuk
penelitian yang 2. Kadar air mndapatkan formulasi
mencari hubungan 3. Pengetapan minuman serbuk instan
sebab akibat antara 4. Waktu alir kombinasi jahe dan kunyit
variabel bebas dengan 5. Sudut diam dengan karakteristik sifat
vari- abel terikat, 6. Organoleptik fisik yang sesuai dengan
dimana variabel bebas 7. Pengujian tingkat syarat muta SNI minuman
dikontrol dan kesukaan serbuk
dikendalikan untuk 8. Pengolahan data
dapat menentukan analisis data
pengaruh yang
ditimbulkan pada
variabel terikat

Keuntungan dan Kerugian Metode


Keuntungan metode yang dipilih Kerugian metode yang dipilih
Keuntungannya adalah efektivitasnya untuk Metode eksperimental membutuhkan waktu
mencari seberapa kuat hubungan sebab akibat yang cukup lama
antara suatu objek dan kemampuan penelitian
untuk menentukan takaran atau ukuran
penyebabnya sehingga penelitian dapat sesuai
dengan harapan
No. Nama Bahan Fungsi (contoh) Alasan

1. Jahe Sebagai zat aktif Memiliki kemampuan sebagai


antioksidan secara tradisional digunakan
untuk mengobati mual, flu, luka, asma
dan jantung
2. Kunyit Sebagai zat aktif Kunyit mempunyai komponen utama
berupa kurkuminoid 10,29% dan
beberapa minyak astiri yang berfungsi
sebagai antioksidan, antibakteri dan anti
hepatotoksik
3. Aquadest Sebagai pelarut dalam Karena berbagai senyawa organic netral
formulasi yang mempunyai gugus fungsional polar

.
4. Gula merah Sebagai pemanis Mempunyai aroma dan rasa yang khas
serta mempunyai nilai indeks glikemik
yang lebih rendah dari pada gula pasir

5. Gula pasir Sebagai pemanis dan sebagai Dapat mempengaruhi kecepatan


agen kristaliasi rektristalisasi

Proses Produksi

Bahan yang Alat yang


No Tahap Produksi
digunakan digunakan
- Rimpang dibersihkan dari - Jahe - Mesh 80
pengotor dan dikupas kulitnya. - Kunyit - Blender
Rimpang kemudian ditimbang - Aquadest - Baskom
dan dihaluskan menggunakan - Gula - Kain saring
blender. merah - Kompor
- Rimpang yang telah halus - Gula - Pisau
disaring dengan kain saring dan pasir - Sendok
diambil filtratnya. Filtratnya kayu
kemudian didiamkan selama 30
menit agar pasti mengendap. - Timbangan
- Filtar kemudian dididihkan digital
menggunakan api sedang (suhu
sekitar 100-110 0 C) sambal
diaduk secara konstan hingga
air sedikit menyusut selama ±
15 menit, kemudian
ditambahkan gula
- Larutan yang sudah mulai
mengkristal (±20-25 menit)
ditandai dengan berkurangnya
kadar air dan massa yang agak
sulit untuk diaduk, diturunkan
api pada level rendah (suhu
80 0 C) agar tidak mengalami
karamelisasi gula. Serbuk yang
sudah mongering kemudian
didinginkan pada suhu ruang
±10 menit.
- Jika terdapat gumpalan
dihancurkan dengan blender
kering, kemudian diayak
dengan ayakan mesh 80 untuk
mendapatkan serbuk yang halus
dan homogen
5. Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Tablet Kempa Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya. L)

PREFORMULASI/ MONOGRAFI BAHAN TAMBAHAN YANG DIGUNAKAN

Nama Bahan : PVP K30 (polyvinyl pyrrolidie K-30) BM:111,14


Struktur Kimia

Rumus molekul (C6H9NO)n


Pemerian serbuk putih atau putih kekuningan; berbau lemah atau tidak
berbau, higroskopik, bobot molekul berkisar antara 10.000
hingga 700.000
Kelarutan larut dalam pelarut air dan minyak
Aplikasi/Kegunaan pengikat
dalam formulasi
Stabilitas Stabil pada suhu 110 – 130 ℃ mudah terurai dengan adanya
udara dari luar; dapat bercampur dengan air stabil bila disimpan
ditempat kering

Higroskopisitas higroskopik
Kandungan lembab
Inkompatibilitas Ditambahakan thimerosol akan membentuk senyawa kompeks
kompatibel terhadap gerak organik alami, resin sintettik dan
senyawa lainnya akan terbentuk senyawa sulfathiazole, sodium
sulfat, asam salisilat, fenol barbital dan komponen lainnya
Nama Bahan : Magnesium stearat (FI III, Hal 354) BM: 591,24
Struktur Kimia

Rumus molekul Mg(C18H35O2)2


Pemerian Serbuk halus; putih; licin dan mudah melekat pada kulit; bau
lemah khas.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol 95% p dan dalam eter
p
Aplikasi/Kegunaan Pelican
dalam formulasi
Stabilitas Magnesium stearate bersifat stabil dan sebaiknya digunakan
dalam tempat tertutup rapat sejuk dan kering.
Higroskopisitas -
Kandungan lembab Kelembapan relatif hingga 50 % dan kelembapan yang lebih
tinggi mengalami rehidrasi untuk membentuk trihidrat.
Inkompatibilitas Tidak cocok dengan asam kuat, alkali, dan garam besi. Hindari
penambangan dengan bahan osadisasi yang kuat Magnesium
stearat tidak dapat digunakan pada produk yang mengandung
espirin, beberapa vitamin, dan harus bersifat alkaloid
Nama Bahan : Laktosa (FI III, Hal 338) BM: 36,30
Struktur Kimia

Rumus molekul C12H22O11.H2O


Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau ; rasa agak manis
Kelarutan Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih,
sukar larut dalam etanol (95%) p; praktis tidak larut dalam
kloroform p dan dalam eter p.
Aplikasi/Kegunaan Pengisi
dalam formulasi
Stabilitas
Higroskopisitas
Kandungan lembab
Inkompatibilitas

Nama Bahan : Talkum (FI III, Hal 691) BM: 379,2657


Struktur Kimia
Rumus molekul H2O12Mg3Si4
Pemerian Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekkat pada kulit,
bebas dari butiran; warna putih atau putih kelabu.
Kelarutan Tidak larut dalam hamper semua pelarut
Aplikasi/Kegunaan Pelicin
dalam formulasi
Stabilitas Bahan yang Stabil dan dapat disterilkan dengan pemanas pada
160֯ C selama tidak kurang dari 1 jam. Hal ini juga dapat
disterilkan oleh paparan etilen oksida atau radiasi gamma.
Higroskopisitas -
Kandungan lembab Relatif hingga sekitar 90%
Inkompatibilitas Tidak kompatibel dengan senyawa sufraktan
Nama Bahan : Metil selulosa BM: 454,5
Struktur Kimia

Rumus molekul C20H17N5O6S2


Pemerian Serbuk atau granul yang berwarna putih. Praktis tidak berbau
dan tidak berasa. Sebaiknya disimpan dan beri penandaan sesuai
dengan tipe viskositas
Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, methanol, kloroform, etanol
eter, larutan jenuh garam, toluene dan air panas; larut dalam
asam asetat glasial, campuran etanol dan kloroform dalam
perbandingan sama. Dalam air dingin metilselulosa mengembang
dan terdispersi membentuk dispersi koloid yang jernih dan
kental.
Aplikasi/Kegunaan Penghancur
dalam formulasi
Stabilitas Stabil, meskipun sedikit higroskopis. Harus disimpan dalam
wadah kedap udara pada tempat yang sejuk dan kering.
Higroskopisitas
Kandungan lembab
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan aminakrin hidroklorida, klorokresol, raksa
klorida, fenol, resorsinol,asam tanat, perak nitrat, setilpiridinium
korida, asam phidroksibenzoat, asam p-aminobenzoat,
metilparaben, propilparaben dan butil paraben. Garam dari asam
mineral, fenol, dan tannin akan mengkoagulasi larutan
metilselulosa, hal ini dapat dicegah dengan penambahan etanol
(95%) atau diasetat glikol
RASIONALISASI FORMULA

Metode pembuatan sediaan

Metode Pengertian Syarat Alasan


Granulasi basah Granulasi basah yaitu 1. Uji Kualitas Fisik Dapat meningkatkan sifat
proses campuran zat Granul Evaluasi granul alir dan atau kemampuan
aktif dan eksipient yang menjadi 3 formula kempa ekstrak daun pepaya
menjadi partikel yang dilakukan uji evaluasi ( carica papaya. C) yang
lebih besar dengan yaitu Uji Waktu Alir, dilakukan dengan
menambahkan cairan Uji Kompresibilitas dan mencampurkan zat aktif
pengikat dalam Uji Kadar Lembab. dan eksipien menjadi
jumlah yang tepat a. Uji Waktu Alir. partikel yang lebih besar
sehingga terjadi masa Persyaratan : 100 gram dengan penambahan cairan
lembab yang dapat di granul waktu alirnya pengikat dalam jumlah
granulasi. Granulasi kurang dari 10 detik. yang tepat sehingga
digunakan untuk zat b. Uji Kompresibilitas didapatkan masa cetak
aktif yang tahan Persyaratan: Jika%
terhadap lembab dan pemampatan kurang
panas dari 20% keteraturan
fabrikasi akan tercapai.
c. Uji Kadar Lembab
persyaratan:1-5%
2. Evaluasi Tablet Ekstrak
Daun Pepaya
a. Uji Keseragaman
bobot tidak boleh
menyimpang dari bobot
rata-rata yang
ditetapkan pada kolom
A dan tidak satupun
tablet yang bobot rata-
rata yang ditetapkan
dari kolom B ( Depkes
RI, 1979).
b. Uji Keseragaman
Bobot per tablet tidak
boleh kurang dari 1 1/3
tablet dan tidak boleh
lebih dari 3 kali berat
rata-rata tablet
( Depkes, 1979).
c. Uji kekerasan
Persyaratan kekerasan
tablet adalah 4-8 tablet (
Soekemidkk, 1987).
d. Uji kerapuhan
persyaratan kehilangan
bobot≤ 1%( Soekemi,
1987).
e. Uji Waktu Hancur,
tidak kurang 16 tablet
dan 18 tablet harus
hancur
sempurna( Depkes,
1995).

Keuntungan dan Kerugian Metode


Keuntungan metode yang dipilih Kerugian metode yang dipilih

 Dapat meningkatkan fluiditas dan Memerlukan peralatan dalam jumlah yang


kompleksibilitas banyak zat aktif yang sensitif terhadap
 sesuai untuk tablet tempa ekstrak daun pelembab dan panas tidak dapat dikerjakan
pepaya, dengan cara ini
 zat aktif peka terhadap panas dan air
untuk mendapatkan berat jenis yang
sesuai memperoleh aliran yang baik
No. Nama Bahan Fungsi (contoh) Alasan

1. Ekstrak daun papaya Zat aktif Karena dapat merangsan pelpasan insulin
dari sel beta pankreas dan pelepasan
somastatin tetapi menekan sekresi
glucagon
2. PVP K30 pengikat Memiliki sifat larut dalam air dan pelarut
polar sehingga mampu membentuk ikatan
antar granul yang kuat sehingga tablet
yang dihasilkan akan memiliki kekerasan
tablet.
3. Magnesium stearat Pelicin Untuk meningkatkan sifat alir campur
dan mengurangi gesekan antara partikel
sehingga campuran serbuk lebih mudah
mengalir ke dalam ruang cetak
4. Metil selulosa penghancur Untuk memberi efek menghancurkan
tablet menjadi ukuran partikel-pertikel
yang lebih kecil saat berkontak langsung
dengan cairan saluran pencernaan.
5. Talcum Pelican Mengurangi kecenderungan pemisahan
antar partikel granul. Menghasilkan aliran
bahan kelubang die yang cepat serta
bentuk tablet yang licin.
6. Laktosa Pengisi Dapat memadatkan massa granul untuk
metode granulasi basah.
Proses Produksi

Bahan yang Alat yang


No Tahap Produksi
digunakan digunakan
Pembuatan Ekstrak Daun Pepaya Ektraksi daun 1. mortar
Bahan yang digunakan adalah serbuk papaya, PVP 2. stemper
daun papaya terstandart dari UPT Herbal K30, 3. cawan porselen
Materia Medika Batu kemudian dilakukan Magnesium 4. pengayakan
maserasi menggunakan etanol 96% stearate, Metil 5. batang
selama 3 hari dan diperoleh ekstrak selulosa, pengaduk
kental. Talcum 6. oven
laktosa 7. spatel
Pembuatan Granul Ekstrak Daun Pepaya 8. aluminium foil
Pembuatan Granul ekstrak daun papaya 9. sendok tanduk
menggunakan metode Granulasi Basah, timangan analitik
dalam metode ini ekstrak kental Daun
Pepaya dicampurkan dengan sedikit demi
sedikit talkum, magnesium stearat dan
metal selulosa diaduk sampai merata
kemudian ditambahkan PVP K30 yang
gsudah dilarutkand engan air panas
sampai mengental dan terakhir dicampur
dengan laktosa dan diayak menggunakan
Mesh 14 Setelah diayak dimasukkan oven
dengan suhu 40-50 C dibolak balik
sampai granul benar-benar kering
kemudian ayak menggunakan Mesh 12.
Selanjutnya granul diuji sesuai
persyaratan dan dicetak menjadi tablet
kempa
F. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini mahasiswa diminta mengkaji beberapa artikel sediaan
obat tradisional dalam bentuk sediaan Pil, Gummy, Tablet, Serbuk Instan dan kapsul
hasil dari pengkajian artikel yang pertama yaitu obat tradisonal kapsul daun kelor.
Batoro and Siswanto (2017) mempelajari tentang ilmu pengetahuan masyarakat
tentang tanaman obat di Desa Poncokusumo Kabupaten Malang Jawa Timur. Beliau
menyampaikan bahwa secara turun temurun daun kelor oleh masyarakat daerah
tersebut dimanfaatkan sebagai obat sakit kepala dan pada penelitian Moringa
Oleivera. Lam di Jawa dikenal sebagai tanaman kelor. Menurut Razis AFA, Ibrahim
MD, Kntayya SB. (2014), selama berabad-abad daun kelor (Moringa Oleivera. Lam)
telah digunakan sebagai tanaman obat untuk beberapa penyakit, antara lain asma. Hal
itulah yang mendorong penelitian untuk mengajak masyarakat melalui Participation
Action Research (PAR) membentuk kesadaran kolektif dengan membuktikan sendiri
dengan memanfaatkan tanaman kelor sebagai antiasma. Masyarakat dengan keluhan
asma dilibatkan dengan pemberian edukasi cara penyediaan serbuk daun kelor.
Pembuatan kapsul dimulai dari pengambilan bahan Daun kelor yang diperoleh dari
Materia Medica Kota Batu Jawa Timur. Penyediaan serbuk dilakukan dengan cara
daun segar dibersihkan, dilanjutkan dengan pengeringan denga oven pada 40 ℃ ,
hingga kadar air menjadi kurang dari 10%. Pembuatan kapsul daun kelor
menggunakan kapsul cangkang lunak yang terbuat dari rumput laut bertujuan untuk
lebih mudah dicerna oleh tubuh. Kapsul yang terbuat dari rumput laut tersebut dipilih
yang sudah bersertifikat halal. Dijelaskan pula pada artikel tersebut untuk terapi
pasien asma hanya perlu mengonsumsi kapsul kelor yaitu 250mg/ hari digunakan
hanya malam hari untuk awal terapi dan untuk terapi pemeliharaan diminum dua
sampai tiga kali sehari sebanyak 2 kapsul. Selain mengonsumsi daun kelor tersebut
peneliti juga menjelaskan perlu nya pemeriksaan setiap bulannya secara mandiri atau
pemeriksaan kondisi paru ke dokter. Pemberian kapsul kelor sebesar 250 mg/hari
hingga 3 x 2 kapsul x 250 mg/hari secara rutin memberikan hasil yang efektif bagi
pasien penderita asma. Rata-rata frekuensi kambuhnya mengalami penurunan yang
signifikan dimana hasil tersebut dilihat dari data Asma Control Test (ACT). Skor nilai
ACT sesudah konsumsi rutin kapsul daun kelor mengalami kenaikan skor yang
menunjukkan membaiknya kondisi kesehatan pasien asma.
Hasil pengkajian artikel buah Markisa kuning (Passiflora edulis) adalah salah
satu jenis tanaman buah yang sudah lazim ditanam oleh masyarakat kita. Di indonesia
tanaman markisa dikembangkan dibeberapa tempat antara lain Sulawesi Selatan,
Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Lampung Di dalam 100 gram daging buah
markisa kuning (Passiflora edulis var. flavicarpa) terkandung vitamin C sebanyak 30
mg dan vitamin A 1271 IU yang sangat tinggi. Penggunaan sari buah markisa sebagai
produk nutraseutikal yang kaya akan vitamin C dan A masih relatif jarang. Bentuk
produk nutraceutical bisa bermacam macam, ada vitamin dan mineral dengan relatif
besar dan cenderung mahal. Tuntutan masyarakat yang ingin mendapatkan suatu jenis
sediaan yang menarik dan mudah penggunaannya mendorong dilakukannya penelitian
yang betujuan untuk menghasilkan sediaan Gummy candies suatu formulasi yang
tepat untuk mengolah bahan alam tadi menjadi bentuk sediaan yang acceptable atau
mudah diterima oleh masyarakat. Sediaan Gummy candies yang termasuk kedalam
tablet kunyah dibuat menggunakan basis Corn syrup, manitol dengan variasi kadar
pemanis yaitu sukrosa sebesar 4,49%, 8,98%, 13,47%, 17,96% dan 22,45%.
Pembuatan sari buah markisa kuning menggunakan metode freeze drying yang
dilakukan pada jus buah yang dihasilkan. Pembuatan gummy candies diawali dengan
mencampurkan basis gummy yaitu manitol dan sirup jagung kemudian dipanaskan
menggunakan waterbath dengan suhu 80℃ kemudian ditambahkan minyak jagung,
penambahan minyak jagung harus dalam keadaan panas dengam suhu 80℃ atau lebih
untuk mengdapatkan hasil tablet yang kenyal dan mudah dikunyah. Setelah itu,
larutkan gom arab didalam 10 ml aquadest panas pada gelas bekaer, ditempat lain
aktifkan gelatin dengan cara memanaskannya di 15 ml aquadest panas. Masukkan
gelatin yang sudah aktif kedalam larutan gom arab aduk hingga homogen. Kemudian
campuran tersebut dimasukkan kedalam basi gummy tambahkan sari buah markisa,
sukrosa lalu laktosa aduk hingga homogen. Setelah sari buah markisa kuning
terbentuk dilakukan uji organoleptis. Pengujian sifat fisik pada sediaan gummy
candies yang telah jadi meliputi uji organoleptis, uji keseragaman bobot dan uji
tingkat kesukaan (hedonict test) oleh responden terhadap warna, rasa, aroma/bau dan
bentuk, kemudian hasilnya dibandingkan dengan persyaratan dalam literatur dan hasil
analisis statistik menggunakan one way anova. Formula 3 yang mengandung sukrosa
13,47% adalah formula yang paling baik dibandingkan dengan formula yang lain,
dengan nilai koefisien variasi untuk uji keseragaman bobot adalah 2,91%. Sedangkan
untuk uji organoleptis dan uji tingkat kesukaan terhadap warna, rasa, aroma/bau dan
bentuk oleh responden menunjukkan bahwa formula 4 dengan kadar sukrosa 17,96%
memiliki tampilan dan rasa yang paling baik sehingga menjadi formula yang paling
disukai oleh responden.
Hasil pengkajian dari artikel Formulasi Dan Uji Sediaan Pil Ekstrak Rimpang
Temu Kunci (Boesenbergia Pandurata L.). Terdapat beberapa kelebihan dan
kekurangan dalam formulasi tersebut. Dibuatnya menjadi sebuah sediaan pil memiliki
keuntungan lebih mudah dibawa dikarenakan bentuknya yang kecil atau serta lebih
efisien dan praktis. Bentuknya kecil memudahkan pasien untuk meminum obat
tersebut. Dalam penelitian tersebut pi dibuat menggunakan ekstrak temu kunci dengan
bahan tambahan succus, gom arab dan gliserin. Boesenbergia Pandurata L yang
dikenal sebagai temu kunci biasanya digunakan oleh masyarakat indonesia sebagai
penyedap masakan memiliki berbagai macam khasiat dalam beberapa penelitian
diantaranya sebagai pelancar ASI, anti kanker, antioksidan, pengobatan sakit perut
serta dalam jurnal yang telah dikaji pembuatan pil temu kunci digunakan sebagai pil
penambah nafsu makan dan pelancar buang air besar. Pil ini dibuat dengan formulasi
ekstrak temu kunci sebagai zat aktif, serbuk temu kunci sebagai bahan pengisi agar pil
ini mencapai bobot, succus liqiaritae digunakan untuk mengikat massa pil agar tidak
pecah atau terpisah pisah, air gliserin sebagai pembasah dan talcum sebagai penabur
agar pil tidak melekat pada papan pencetak pil. Beberapa kekurangan dari formulasi
ini pengguanaan succus liquiritae yang terlalu banyak sehingga menyebabkan waktu
melarutnya atau waktu hancur pil ini lama. Berdasarkan hasil uji waktu hancur yang
telah dilakukan tidak memenuhi syarat karena waktu hancur yang diperoleh yaitu 30
menit yang seharus pil sudah terlarut atau hancur dalam waktu 15 menit.
Hasil pengkajian artikel formulasi minuman serbuk instan kombinasi Jahe
(Zingiber officinale Rosc) dan kunyit (Curcuma domestica Val.) dengan variasi gula
pasir dan gula merah dalam penelitian tersebut ingin mengembangkan sebuah sediaan
minuman serbuk instan kombinasi darijahe dan kunyit dengan karakteristik sifat fisik
yang sesuai dengn syarat mutu SNI. Jahe dan kunyit merupakan jenis tanaman herbal
yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pengembangan minuman fungsional jahe dan
kunyit agar lebih praktis dapat dikemas dalam bentuk serbuk instan. Penelitian
tersebut juga bertujuan untuk mengetahui karakteristik sifat fisik dan tingkat kesukaan
masyarakat pada minuman serbuk instan kombinasi rimpang jahe dan kunyit dengan
penggunaan gula pasir (F1) dan variasi gula pasir dengan gula merah 3:1 (F2).
Minuman serbuk instan dibuat menggunakan metode kristalisasi gula. Minuman
serbuk instan harus memenuhi beberapa syarat khusus, diantaranya kering dan
terpisah, mudah dituang, tidak higroskopis, tidak menggumpal, mudah dibasahi, dan
cepat larut. Minuman serbuk instan dibuat melalui proses kristalisasi dengan agen
kristalisasi utama yaitu sukrosa. Gula pasir diketahui mengandung sukrosa sebesar
99,95% dan gula merah memiliki kandungan sukrosa sebesar 85,27%. Gula pasir
berfungsi sebagai pemanis dan sebagai agen kristalisasi yang dapat mempengaruhi
kecepatan rekristalisasi. Gula merah juga digunakan sebagai pemanis dikarenakan
mempunyai aroma dan rasa yang khas, serta mempunyai nilai indeks glikemik yang
lebih rendah daripada gula pasir yaitu 35-54, sehingga dapat memberikan manfaat
lebih baik untuk kesehatan (Muchaymien et al., 2014). Langkah langkah penelitian
dimulai dari determinasi rimpang jahe dan kunyit. Rimpang kemudian dibersihkan
dari pengotor dan dikupas kulitnya. Rimpang kemudian ditimbang dan dihaluskan
menggunakan blender. Rimpang yang telah halus kemudian disaring dengan kain
saring dan diambil filtratnya. Filtrat kemudian didiamkan selama 30 menit agar pati
mengendap. Filtrat kemudia didihkan dengan api suhu 100 – 110 ℃ sambil diaduk
hingga air menyusut ± 15 menit, kemudian ditambahkan gula. Larutan yang sudah
mengkristal (± 20-25 menit) ditandai dengan berkurangnya kadar air. Hasil penelitian
menunjukkan penggunaan gula pasir dan variasi gula pasir dengan gula merah pada
F1 dan F2 mempengaruhi karakteristik sifat fisik minuman serbuk instan dengan nilai
pH, kadar air, indeks pengetapan, waktu alir dan sudut diam pada F1 masing-masing -
masyarakat terhadap F1 dan F2 menunjukkan perbedaan yang signifikan pada warna
dan aroma, namun tidak berbeda signifikan pada rasa.
Hasil pengkajian artikel terakhir yaitu pengembangan tablet dengan ekstrak
daun pepeya. Daun Pepaya (Carica Papaya L.) merupakan tanaman yang memiliki
kandungan alkaloid, flavonoid, tripertinoid, saponin dan tannin yang berguna untuk
mengobati diabetes. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendapatkan tablet kempa
ekstrak daun pepaya dan mengetahui pengaruh konsentrasi pvp k30 sebagai bahan
pengikat terhadap sifat fisik tablet kempa. Penelitian menggunakan metode
eksperimental, dengan perbandingan formula 1 = 1 %, formula 2 = 3% dan formula 3
= 5% dan diuji sifat fisik tablet. Dalam artikel tersebut peneliti menyebutkan dalam
pembuatan tablet ini formulasi yang digunakan menggunakan pembandingan dengan
formulasi konsentrasi pengikat penelitian yang dilakukan oleh (Adnan, 2016) dengan
menggunakan CMC NA sebagai pengikat untuk penelitian kali ini dilakukan
perbandingan pengikat menggunakan PVP K30 untuk memperoleh formula terbaik
memenuhi syarat tablet kempa ekstrak daun pepaya. Hasil penelitian didapatkan
bahwa tablet memenuhi persyaratan dan hanya satu formula yang tidak memenuhi uji
kerapuhan tablet. Kesimpulan penelitian tablet kempa ekstrak daun pepaya dengan
perbedaan konsentrasi PVP K30 sebagai bahan pengikat memenuhi syarat untuk uji
fisik tablet. Pengembangan sediaan daun papaya menjadi sediaan tablet kempa sangat
menguntungkan karena sediaany apraktis dan juga mudah dijangkau oleh masyarakat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembuatan
tablet ekstrak daun pepaya dengan perbedaan konsentrasi PVP K30 yaitu 1%, 3%, 5%
yang menyatakan hasil pembuatan tablet memenuhi beberapa persyaratan yaitu Uji
Keseragaman Bobot Tablet, Uji Keseragaman Ukuran Tablet, Uji Kekerasan Tablet,
Uji Kerapuhan Tablet, dan Uji Waktu Larut, dan hanya pada formula satu dengan
pengikat PVP K30 1% pada uji kerapuhan tablet tidak memenuhi persyaratan.

G. KESIMPULAN
Dalam beberapa artikel yang telah dikaji ada bebarapa kelebihan dan
kekurangan, namun dalam sebuah formulasi penelitian tentunya tidak selalu berhasil.
Dari mengkaji beberapa artikel mahasiswa dapat membuat formulasi yang berbeda
atau lebih baik dengan melihat dan membandingkan dari artikel penelitian
sebelumnya, dari hal tersebut mahasiswa dapat memperbaiki formulasi yang didapat
dan mengaplikasikannya
H. DAFTAR PUSTAKA
Adnan, J.,. 2016. Formulasi Gel Ekstrak Daun Beluntas (Pluceaindica Less) Dengan
Na-CMC Sebagai Basis Gel. Journal of Pharmaceutical Science and Herbal
Technology, 1 (1), 41-44.
Ahmad,. 2013. Kualitas Simplisia Tanaman Biofarmaka (Curcuma domestica Val)
Setelah Proses Pemanasan Pada Suhu Dan Waktu Bervariasi. Jurnal BIOMA.
Vol. 17. No. 1. Hal. 27- 33.
Amina, Syarifah; Tezar Ramdhan; & Miflihani Yanis. 2015. Kandungan Nutrisi dan
Sifat Fungsional Tanaman Kelor. Buletin Pertanian Perkotaan. 5 (2): 35-44
Anief, Mohammad. 2018. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: UGM
Press.
Anwar, S., Yulianti, E., Hakim, A., Fasya, A. G., Fauziyah, B., Mu’tiah, R. 2014. Uji
Toksisitas Ekstrak Akuades (Suhu Kamar) dan Akuades Panas (700C) Daun
Kelor (Moringa Oleifera Lamk.) Terhadap Larva Udang Artemia salina Leach.
Alchemy. 3 (1). 84-92.
Batoro, Jati, & Dian Siswanto. 2017. “Ethnomedicinal Survey of Plants Used by
Local Society in Poncokusumo District, Malang, East Java Province,
Indonesia.” Asian Journal of Medical and Biological Research 3 (2): 158–67.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
RepublikIndonesia
Firdaus , f., Kresnanto, V. A., & Fajriyanto. 2013. Formulasi Nutraseutikal Sediaan
Gummy Candies Sari Buah Markisa Kuning (Passiflora Edulis Var.
Flavicarpa) Dengan Variasi Kadar Sukrosa Sebagai Bahan Pemanis . Jurnal
Gamma.
Muchaymien, Y., Rangga, A., & Nuraini, dan F. 2014. Penyusunan Draft Standard
Operating Procedure (SOP) Pembuatan Gula Merah Kelapa (Studi Kasus Di
Pengrajin Gula Merah Kelapa Desa Purworejo Kec. Negeri Katon Kab.
Pesawaran). Teknologi Industri Dan Hasil Pertanian, 19(2), 205–217.
PERBPOM. 2019. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 32 Tahun
2019 Tentang Persyaratan Keamanan Dan Mutu Obat Tradisional. Jakarta:
BPOM
Priyadi, Muhammad 2021. "Profil Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Temu Kunci
(Boesenbergia rotunda L.) dan Serai(Cymbopogon citratus)". Jurnal
Pharmascience. 8 (1): 45–52.
Pudwayanti, EP., Astuti, MD., Adhie RN., Hidayat, IW. 2018. Papaya Leaf Extract
( Carica Papaya L) as DM Type 2. Prosiding APC (Annual Pharmacy
Conference). Vol (3) : 97-102.
Razis AFA, Ibrahim MD, Kntayya SB. 2014. Health Benefits Of Moringa Oleifera.
Asian Pac J Cancer Prev. Vol. 15: 8571-8576.
Sari, Dewi & Nasuha, Anas. 2021. Kandungan Zat Gizi, Fitokimia, dan Aktivitas
Farmakologis pada Jahe (Zingiber officinale Rosc.): Review. Journal of
Biological Science.
USDA, Agricultural Research Service, National Plant Germplasm System.
2018. Taxon: Moringa Oleifera Lam. Beltsville, Maryland : National
Germplasm Resources Laboratory

I. LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiatan pengkajian Jurnal artikel

Lampiran 2. Lamporan sementara

Anda mungkin juga menyukai