Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan Asoba 1 Standarisasi Bahan Alam

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

STANDARISASI BAHAN ALAM

PADA DAUN JAMBU BIJI

Dosen Pengampu :
apt. Ghani Nurfiani Fadma Sari, M.Fam

Kelompok 2
Disusun Oleh :
Anasthasya Palan Kia ( )
Afif Surya Maulana ( )
Iklima Azzahro ( 27216751A )
Riska Sepia ()
Audia

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2024
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan standarisasi bahan baku obat bhan alam

II. DASAR TEORI


Indonesia merupakan salah satu negara dengan keragaman flora terbesar
di dunia. Pemanfaatan bahan alam berupa tanaman untuk digunakan sebagai obat
tradisional dalam menangani berbagai penyakit banyak dilakukan.Penggunaan
obat dengan berbahan dasar tumbuhan atau cara tradisional cenderung banyak
diminati mengingat khasiat dari obat tradisional yang terbukti mampu
menyembuhkan penyakit serta efektif dan ekonomis dalam penggunaannya (Yassir &
Asnah, 2018).
Berbagai tanaman dengan khasiat obat banyak dikembangan oleh industri farmasi
untukdigunakan sebagai bahan utama obat tradisional. Salah satu tanaman yang
mempunyai aktivitas sehingga berpotensi untuk digunakan dalam sediaan farmasi
sebagai obat konvensional atau obat tradisional adalah jambu biji. Jambu biji
umumnya digunakan untuk mengobati diare akut dan kronis, disentri dan juga
dapat digunakan dalam menurunkan kadar Kolesterol(Norlita & Kn, 2017).
Daun jambu biji (Psidium guajavaL.)adalah tanaman dengan buah jenis
perdu yang berasal dari brazil kemudian menyebar ke thailand dan negara asia
lain seperti Indonesia. Jambu biji sering disebut jambu klutuk, jambu siki atau
jambu batu. Daun jambu biji mempunyai kandungan fitokimia berupa karotenoid,
flavonoid, alkaloid, polifenol, saponin, tannin, glikosida dan sterol (Bhagavathy et
al., 2019).Daun jambu biji diketahui mempunyai aktivitas antibakteri terhadapbakteri
Gram positif dan Gram negatif. Salah satunya adalah terhadap bakteri Escherichia
colidan Vibrio cholerae.Kemudiandaun jambubiji pun dapat menghambat aktivitas
daribakteri penyebab jerawatyaituPropionibacterium acnes, Staphylococcus
epidermidis danStaphylococcus aureus(Qa et al., 2005). Salah satu
aktivitasnya adalah dapat menghambat aktivitas dari bakteri penyebab jerawat
Propionibacterium acnesdengan konsentrasi hambat minimum (KHM) dariekstrak
etanol daun jambu biji secara in-vitro adalah 0,1% (Batubara et al., 2009).
Karakterisasi simplisia dan ekstrak dilakukan sebagai upaya untuk
memperoleh simplisia serta ekstrak dengan kualitas, efektivitas dan keamanan
yang baik sehingga dapat digunakan sebagai alternatif bahan utama obat.
Karakterisasi sendiri merupakan hal yang dilakukan untuk mengetahui mutu dari
suatu simplisia sehingga dapat diperoleh hasil yang akan dijadikan acuan untuk
penelitian selanjutnya (Supriningrum et al., 2020).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu: “Bagaimanakah karakterisasi dari simplisia dan ekstrak etanol daun
jambu biji (Psidium guajavaL.) ?”dengan tujuan penelitian yaitu: “Melakukan
karakterisasi simplisia dan ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajavaL.)”
dan manfaat dari penelitian ini adalah: “Mengetahui karakteristik dari simplisia dan
ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava L.) untuk dimanfaatkan sebagai salah
satu alternatif bahan utama sediaan farmasi”.
Ekstraksi Daun Jambu Biji Daun jambu biji diekstraksi menggunakan metode
maserasi dengan pelarut etanol 70%. Maserasi adalah metode ekstraksi dingin
dengan merendam simplisia dengan pelarut pada waktu tertentu dan dibantu
dengan pengadukan sesekali. Metode maserasi dapat mengekstraksi senyawa aktif
yang tidak tahan panas seperti flavonoid. Etanol 70% mampu menyari senyawa
aktif pada simplisia secara maksimal dikarenakan etanol 70% mengandung 70 bagian
etanol dan 30 bagian air dari 100 total bagian sehingga dengan campuran tersebut
Sebagian senyawa aktif tersari di etanol dan ada pula yang tersari di air (Marpaung &
Septiyani, 2020).Sebanyak 500 mg serbuk dimaserasi dengan 7,5 L etanol 70%
selama 3 hari kemudian diuapkan dengan rotary vacuum evaporator dan dibantu
waterbath. Diperoleh ekstrak kental sebanyak 105 gram dengan rendemen
Ekstrak kental yang diperoleh berwarna cokelat tua dengan bau khas.

III. ALAT & BAHAN


IV. CARAKERJA
V. HASIL
VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai