Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Melampaui Batas Waktu

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 45

Melampaui

Batas
Waktu

Siti Nurhamimah
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji Syukur kehadirat Allah SWT
atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga Saya
mampu menyelesaikan novel dengan judul “ Melampaui
Batas Waktu” ini dengan baik. Novel ini Saya buat untuk
memenuhi tugas bahasa Indonesia. Ini adalah novel
pertama saya menceritakan tentang kehidupan pribadi
saya.

Saya mengucapkan terimakasih kepada orang tua


dan guru saya di sekolah. khususnya kepada Eka Suryani
S. Pd. yang telah membimbing dalam menulis cerita
novel ini. Harapan saya kepada para pembaca semoga
novel ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu dan
minat dalam membaca. Semoga kisah ini memperkaya
pemahaman Anda tentang nilai setiap detik yang berlalu.

Bogor, 12 Desember 2023

Siti Nurhamimah
DAFTAR ISI
Perkenalan ……………………………………………1

Masa Kecil ……………………………………………4

Masa Remaja …………………………………………7

Beranjak Dewasa …………………………………….12

Semuanya berubah …………………………………...40

Tentang penulis ………………………………………42


Perkenalan

Kala itu, dalam gelap malam yang menyelimuti


desa terpencil, cahaya gemerlap memecah keheningan,
mengungkap rahasia yang hanya diketahui oleh
bayangan-bayangan. Hujan turun begitu lebat, menyerbu
desa yang sunyi.
Di sebuah kamar, aku duduk seorang diri yang
sedang merangkai kata-kata untuk menulis sebuah novel
tentang diriku. Harapanku, novel ini dapat menyentuh
hati dan memberikan pelajaran berharga bagi pembaca
yang mengikuti jejak langkahku. Kertas di depanku
mulai terisi, sambil aku mengingat kisah masa lalu yang
terukir dalam pikiranku. Aku akan menceritakan dengan
jelas semua yang terjadi dalam hidupku.
***

1
Halo, namaku Siti Nurhamimah, biasa dipanggil
Mimah. Aku lahir di Bogor pada tanggal 9 Februari
2006. Aku anak kelima dari sembilan bersaudara dan
tinggal bersama kedua orang tua di Daerah Sukamakmur.

Bapaku bernama M. Emben seorang pedagang


ayam potong, sedangkan ibuku bernama Siti Elah
seorang ibu rumah tangga. Bapakku adalah dinding
kokoh keluarga kami dan Ibu adalah Matahari dalam
keluarga kami.

Keduanya adalah orang tua yang baik dan


penyayang. Bagiku mereka adalah orang tua yang hebat
yang bisa membesarkan dan mendidik anak-anaknya
dengan baik. Aku memiliki dua kakak laki-laki dan dua
kakak perempuan, serta tiga adik laki-laki dan satu adik
perempuan.

Aku memiliki hobi memasak, berenang dan


mendengarkan musik. Dan aku bercita-cita menjadi
seorang Apoteker.

Aku dilahirkan sebagai seorang anak yang


mandiri. Setiap hari, aku selalu membantu orang tuaku

2
menyelesaikan pekerjaan rumah. Bahkan, aku juga
sering mengajak adik-adikku bermain sepulang sekolah.

3
Masa Kecil

“Masa kecil dipenuhi dengan petualangan tak terduga,


tawa yang bersahaja, dan kebahagiaan sederhana
bersama keluarga.”
~~~
Pendidikan pertamaku dimulai dari Sekolah
Dasar di SDN Pabuaran 01 pada tahun 2012 hingga
2018. Di sekolah ini, bisa dikatakan aku memiliki
banyak teman karena rata-rata yang sekolah di sini
adalah teman di rumahku. Teman dekatku bernama
Alinda, Wia, Aini, Iwit, Adaw, Lia.

Aku berangkat ke sekolah sambil berjalan kaki


bersama teman-temanku, karena perjalanan ke sekolah
tidak begitu jauh, hanya memakan waktu sekitar 15
menit berjalan kaki dan 5 menit jika menggunakan
kendaraan.

Aku menjalani masa sekolah ini tanpa terlalu


memikirkan masa depanku. Setahuku, aku bercita-cita

4
menjadi seorang guru. Di masa SD-ku, aku lebih banyak
bermain dan bersenang-senang dibandingkan belajar.

Saat aku masih kelas 1 SD, aku satu sekolah


dengan kakak keduaku yang bernama Ilyas dia saat itu
kelas 6, kakak ketigaku bernama Papat kelas 5, dan
kakakku yang keempat bernama Irma kelas 3 SD. kala
itu kami berempat satu sekolah.

Saat itu, Aku sangat Akrab dengan kak ilyas. Aku


juga sering bercanda dengan teman-teman kak ilyas, bisa
di bilang aku juga sangat akrab dengan teman-temannya
kak ilyas.

***

Saat waktunya pulang sekolah, guruku sering


memberikan tebak-tebakan kepada muridnya. Siapa yang
bisa menjawab, maka dia boleh pulang duluan. Pada saat
itu, aku bisa menjawab dan diizinkan untuk pulang.

“WIII MIMAH KERENN BANGET BISA JAWAAB,”


sorak teman-teman kak ilyas sambil bertepuk tangan.

Aku balas dengan senyuman

5
“Yay, Mimah pintar bisa jawab.” Ucap kak ilyas

“hehe iyaa dong,” sahutku.

“Yaudaa, kita pulang yuu,” ajak kak ilyas

“Ayoo” sahutku.

Akhirnya, aku pulang bersama kak ilyas dan teman-


temannya.

Kehidupan masa kecilku dipenuhi kebahagiaan


karena memiliki orangtua dan kakak yang baik. Kami
selalu berkumpul sebagai keluarga, sambil mengobrol
dan bercerita.

Aku juga punya teman yang selalu bermain dan


berpetualang bersama ke mana-mana. Waktu itu, usaha
bapakku masih berjalan lancar, sehingga bisa dikatakan
bahwa aku hidup bahagia saat kecil.

6
Masa Remaja

“Masa remaja penuh dengan eksplorasi diri,


pertemanan yang mendalam, tantangan baru, dan
momen-momen pembelajaran yang tak
terlupakan.”
~~~
Lulus dari Sekolah Dasar, orang tuaku
mendaftarkan aku ke SMP Negeri 02 Citeureup. Melalui
tes, aku berhasil lulus dan akhirnya masuk di SMP
Negeri 02 Citeureup. Perjalanan ke sekolah kini
menggunakan kendaraan motor, karena perjalanan yang
cukup jauh memakan waktu sekitar 20 menit.

Aku memiliki teman dekat bernama Nazwa, dan


aku sering memanggilnya “Jua.” Aku dan Jua selalu
sekelas dari kelas 7 hingga 9.

Banyak suka dan duka yang ku lewati bersama


Jua, mulai dari bermain, pergi ke kantin, pulang dan
berangkat sekolah bersama. Terkadang, kami juga sering

7
berantem karena masalah sepele, namun akhirnya selalu
kembali berteman baik setelah saling meminta maaf.

Kami selalu mengerjakan tugas bersama, baik di


rumahku maupun di rumah Jua. Aku juga sering
mengajak Jua bermain bersama teman-teman rumahku.
Kita berdua sangat dekat, dan kami sangat terbuka satu
sama lain.

Aku banyak bercerita tentang kehidupanku,


begitu juga sebaliknya. Jua adalah teman curhatku, dia
orang yang selalu mendengarkan keluh kesahku.

Waktu berjalan begitu cepat, dan kini saatnya


bagi kami untuk memikirkan langkah berikutnya.
Setelah lulus SMP, aku berencana melanjutkan ke
jenjang SMK karena setelah lulus, aku ingin langsung
bekerja sambil melanjutkan kuliah.

Jika memilih SMA, maka setelah lulus harus


fokus pada kuliah, dan aku khawatir orang tuaku tidak
sanggup membiayainya. Hal ini karena aku masih
memiliki adik dan kakak yang juga masih sekolah dan
mondok.

8
Aku sedang mempertimbangkan jurusan yang
lebih sesuai dengan minat dan keahlian ku. Awalnya, aku
tertarik dengan jurusan keperawatan, tapi setelah
mendengarkan masukan dari orang lain dan berpikir
panjang, sepertinya aku tidak cocok masuk keperawatan
karena aku sangat takut dengan hal-hal yang
berhubungan dengan darah. Tetapi aku masih belum
memutuskan jurusan apa yang ingin aku pilih.

***

Malam hari, kedua orang tuaku, aku, dan Kak


Ilyas sedang membicarakan rencana sekolahku
berikutnya. Orang tuaku menyarankan agar aku
melanjutkan ke SMK Kesehatan Annisa. Kak Ilyas juga
merekomendasikan jurusan farmasi, dan akhirnya, aku
memilih jurusan farmasi klinis.

“Mimah, nanti lanjut sekolah ke SMK Kesehatan Annisa


aja ya,” ujar ibuku.

“Iya, Mimah, di Annisa sekolahnya bagus, dan


lulusannya juga kebanyakan langsung dapat pekerjaan,”
sahut bapakku.

9
“Di Annisa ada jurusan keperawatan sama Farmasi,
Mimah mau pilih yang mana?” sambung Kak Ilyas.

“Farmasi itu kaya gimana?” tanyaku.

Lalu, Kak Ilyas menjelaskan dengan panjang lebar


mengenai jurusan farmasi, menjelaskan perbedaan antara
farmasi klinis dan industri.

Setelah mendengarkan penjelasannya, aku memutuskan


untuk masuk jurusan Farmasi klinis.

“Aku mau masuk jurusan Farmasi klinis aja, ya,”


ucapku.

“Iya, terserah Mimah, kalo itu keputusannya ada di


kamu,” ucap kedua orang tuaku dan Kak Ilyas.

***

Esok harinya setelah pulang sekolah, aku pergi


nyeblak dengan Jua dan membicarakan rencana setelah
lulus SMP, kemana akan melanjutkan pendidikan.

“Jua, abis lulus SMP mau lanjut ke mana?” tanyaku.

“Nggak tauu mim, Jua belum kepikiran,” jawab Jua.

10
“Bareng aku aja yuk, Jua. Aku mau lanjut ke SMK
Kesehatan Annisa,” ajakku.

“Tapi kata mamah Jua disuruh lanjut ke SMA, mim. Tapi


belum kepikiran mau masuk SMA mana,” sahut Jua.

“Oiyaa, kirain mau masuk SMK,” ucapku.

Kami berdua menghabiskan waktu hanya untuk nyeblak


dan mengobrol. Tak terasa waktu sudah sore. Setelah
selesai nyeblak, aku dan Jua memutuskan untuk pulang.

11
Beranjak Dewasa

“Beranjak dewasa membuka pintu pada


tanggung jawab baru, penemuan diri yang lebih
dalam, serta perjalanan menantang yang
membentuk fondasi masa depan.”

~~~

Hari terus berjalan, tak terasa waktu begitu cepat


berlalu. Setelah lulus SMP pada tahun 2021, aku
melanjutkan pendidikan di SMK Kesehatan Annisa.

Saat awal masuk sekolah, kami melakukan


pembelajaran jarak jauh melalui Zoom karena masih
masa pandemi.

Di sekolah ini, jadwalnya sangat padat dan


banyak sekali tugas yang diberikan oleh guru. Aku
adalah orang yang tidak bisa membagi waktu dan sangat
tidak terbiasa dengan perubahan semua ini karena dari
SD sampai SMP aku lebih sering bermain dibandingkan

12
belajar dan tugas yang diberikan oleh guru pun tidak
terlalu banyak.

***

Setelah berbulan-bulan melakukan pembelajaran


jarak jauh, akhirnya sekolah ini mulai melaksanakan
KBM di sekolah.

Awal masuk sekolah, aku tidak begitu memiliki


banyak teman karena aku tipe orang yang sulit
beradaptasi dengan lingkungan baru.

Saat kelas 10, bisa dikatakan aku orangnya


pendiam. Awal masuk sekolah, aku hanya memiliki
beberapa teman ngobrol, yaitu Jihan, Vinna, Zaul, dan
Bila.

Aku menjalani sekolah seperti biasanya,


berangkat pagi dan pulang sore karena kelas 10 itu
memiliki mata pelajaran yang lumayan banyak. Selain
itu, guru juga memberikan tugas untuk dikerjakan di
rumah.

13
Setelah selesai pembelajaran, aku langsung
pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, aku langsung
mandi, shalat, dan istirahat sejenak, lalu pergi bermain
dengan teman di sekitar rumahku.

Malam harinya, setelah shalat Maghrib, aku pergi


mengaji. Setelah selesai mengaji sekitar jam 21:00. aku
pergi bermain lagi dengan teman-temanku yaitu Alinda,
Wia, Aini, Kori dan Fatia.

Kami makan-makan sambil mengobrol. Tak


terasa kami mengobrol hingga pukul 23:00. Lalu kami
semua memutuskan untuk pulang.

Setelah sampai di rumah, aku tidak langsung


tidur. Aku mengambil buku dan mengerjakan tugasku.
Di pertengahan aku mengerjakan tugas, orangtuaku
membuka pintu dan mengingatkan aku untuk segera
tidur karena besok pagi aku harus sekolah.

Aku menyelesaikan tugasku hingga pukul 01:00.


Setelah selesai mengerjakan tugas, aku memutuskan
untuk segera tidur.

14
Pukul 04:00 alarm berbunyi. Aku langsung
bangun dan mengerjakan pekerjaan rumah karena sudah
terbiasa membantu ibuku melakukannya. Setelah itu, aku
mandi, shalat, dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Di SMK Kesehatan Annisa, Bel masuk kelas


pukul 06:45 WIB. Aku berangkat ke sekolah
menggunakan kendaraan motor. Perjalanan dari rumahku
ke sekolah memakan waktu selama 1 jam.

Saat jam menunjukkan pukul 05.40 WIB, aku


berpamitan kepada kedua orangtuaku.

“Pa, Bu, aku pergi sekolah dulu,” ucapku sambil


mencium tangan keduanya.

“Iya, hati-hati di jalan,” ucap kedua orangtuaku.

“Pelan-pelan bawa motornya,” sambung ibuku.

“Iya, Pa Bu. Assalamualaikum,” ucapku.

“Waalaikumsalam,” jawab kedua orangtuaku.

Tanpa ada pirasat sedikitpun aku bergegas pergi


berangkat sekolah. Saat perjalanan menuju ke sekolah,
aku merasa ngantuk dan tidak fokus mengendarai motor.
15
“Astagfirullah, ngantuk,” ucapku sambil mengendarai
motor.

***

Setelah itu, aku tidak terlalu ingat bahwa aku


sedang mengendarai motor. Di pertengahan perjalanan
menuju sekolah, aku mengalami kecelakaan yang tak
pernah kuduga.

BRAAKKK

Aku menabrak seseorang yang hendak pergi


bekerja dan sedang membeli sarapan. Dia terlempar
hingga satu meter dari posisinya berdiri karena tertabrak
oleh motorku, sedangkan aku hanya jatuh tertimpa motor
dan motorku juga rusak parah karena terbentur ke arah
tiang listrik.

Aku dikelilingi oleh banyak orang. Semua mata


tertuju padaku. Perasaanku saat itu bercampur aduk
antara rasa bersalah, takut, dan panik.

Meskipun kondisiku tidak terlalu parah hanya


ada luka pada bagian kaki saja. Namun korban itu

16
terlihat sangat menderita kesakitan dan tidak bisa
bangun.

“AAAA SAAKIITT,” ucap korban sambil duduk


kesakitan.

Dengan gemetar, aku langsung bangun dan menghampiri


korban tersebut.

“Teteh, aku minta maaf,” ucapku sambil ketakutan.

Namun Dia menghiraukanku, dia terus berteriak


menangis kesakitan. Lalu dia di angkat ke sebuah kursi.

Saat aku melirik ke arah motorku. Motorku


sangat hancur semuanya rusak. Lalu aku berjalan ke arah
motor, tiba-tiba ada seorang ibu-ibu yang menahanku.

“Ibu, aku mau sekolah,” ucapku sambil gemetar.

“Iyaa, ini juga mau kerja, neng. Kamu harus tanggung


jawab dulu,” jawab si ibu sambil memegang erat
tanganku.

“Kenapa kamu bisa nabrak si teteh ini? Kamu mau beli


sarapan?” tanya si ibu.

17
“Ngga, bu. Aku ngantuk, jadi ga fokus bawa motornya.
Aku minta maaf, bu,” jawabku.

“Yasudah, sekarang kamu telepon orang tua kamu, suruh ke


sini. Kasian si tetehnya kesakitan. Kamu harus tanggung
jawab,” ucap si ibu.

Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengambil HP-


ku dan menelepon bapaku. Aku memberitahunya bahwa aku
mengalami kecelakaan di kp. Dukuh. Bapaku menenangkanku
agar aku tidak panik dan bergegas untuk menyusuliku.

Kemudian ada seorang bapak-bapak menghampiriku dan


ternyata beliau adalah ayah dari korban.

“Ehhh, di mana KTP kamu?” tanya dia dengan nada marah.

“Aku nggak punya KTP, Pak,” jawabku.

“Terus, di mana STNK-nya?” lanjutnya.

“Aku nggak bawa STNK juga, Pak,” jawabku.

“HIH, gimana sih. Yaudaa sekarang Telepon orang


tuanya sekarang juga! Kamu harus tanggung jawab!”
ujar dia dengan nada kesal.

18
“Bapakku sedang dalam perjalanan ke sini, Pak,” ucapku
dengan gemetar

Lalu, setelah itu, dia langsung pergi meninggalkanku.

Tidak lama kemudian ibu dari korbanpun datang dan


langsung menghampiriku juga.

“ Hehh Luu ya bener – bener, ngapain lu nabrak anak


gua. Anak gua gak salah apa-apa lu tabrak.” Bentak si
ibu

“Maafin aku Bu, aku nggak sengaja” ujar ku

“ Telepon orang tua nya sekarang!” Ujar beliau

“ bapakku lagi perjalanan ke sini bu” ucapku dengan


nada takut

“ Sekarang mana nomor hp lu” pinta nya

Lalu aku memberikan nomor hp ku dan dia langsung


pergi meninggalkanku.

“ HEH NGAPAIN LU NABRAK GUAA. GUA GAK


SALAH APA-APA, GUA LAGI DIEM LU TABRAK.

19
GUA MAUU KERJAA. BEGOO LUU YAA” bentak si
korban sambil menangis

Aku menunduk malu dan merasa ketakutan


karena semua orang membentakku. Tidak ada satupun
yang membelaku saat itu karena ini benar-benar
kesalahanku.

Aku berpikir, mengapa bisa aku menyakiti


seseorang yang tidak bersalah, sehingga dia merasakan
kesakitan dan tidak dapat bangun.

Lalu tiba-tiba ada seseorang menghampiriku.


“Dekk kamu ada yang lukaa?” Tanya seseorang bapak-bapak
“ ngga ada paa” jawab ku
“ kamu duduk dulu di sini, ini minum dulu ya dek “ ucapnya
menyodorkan air minum
“ gak usah pak, aku gak mau minum” jawabku dengan nada
gemetar
“ Mauu makan dulu?” Lanjut nya
“Gak usa pak” ujar ku

“ Kamu udah telepon orang tua nya?” Tanya beliau

20
“ Udah pak, bapakku lagi perjalanan ke sini pak” jawab
ku

“ rumah nya jauh dek?” Sambungnya

“ Di Sukamakmur pak” ujarku

“ waduuh jauh yaa, yasudah kamu tunggu dulu aja


jangan panik yaa kalo mau minum, minum aja dulu.”ujar
beliau Sambil menaruh air putih di kursi

“ iyaa, terimakasih pak” ucapku

Aku beruntung sekali masih ada orang yang


peduli padaku setelah sekian banyak orang-orang yang
membentak ku dan menyalahkan ku.

Walaupun ini semua kesalahanku tetapi aku takut


jika orang-orang membentak ku.

Perjalanan dari rumah ke kp. Dukuh memakan


waktu yang cukup lama sekitar setengah jam.

Karena lama menunggu, akhirnya keluarga


korban memutuskan untuk pergi lebih dulu ke RS Annisa
dan menyuruh aku beserta orang tuaku untuk menyusul.

21
Satu per satu orang sudah pergi, sekarang hanya
tinggal aku dan beberapa orang lainnya. Aku duduk di
motor sambil menunggu kedatangan bapaku.

Setelah menunggu lama, akhirnya bapaku tiba di tempat


kejadian dan langsung menghampiriku.

“Mim, ada yang luka?” tanya bapakku dengan nada khawatir.


“Tidak ada, Pak,” jawabku.
“Sekarang, di mana korbannya?” tanya bapaku.
“Tadi orangnya sudah dibawa ke RS Annisa, Pak,” ucap
seseorang
“Oiyaa, Yasudah ayo kita susul dulu” ucap bapaku.
“Pak, motornya rusak,” ucapku dengan nada gemetar sambil
menunjuk ke arah motor.
“Iya, gampang, motor tinggal diperbaiki. Sekarang, kita urus
dulu korbannya,” ucap bapakku.
Kami menuju RS Annisa untuk menemui korban.
***

Di perjalanan, ayahku bertanya tentang kejadian itu.

“Kenapa bisa kecelakaan, Mima? Bapak butuh


penjelasan dari Mima, karena Bapak tidak tahu apa yang

22
terjadi. Jadi nanti bapak bisa menjelaskan ke keluarga
korban,” tanya bapakku

Lalu, aku menceritakan semua dengan jelas,


menjelaskan bahwa aku mengantuk saat mengendarai
motor dan pada saat itu hampir tidak sadar.

Aku tersadar setelah terjadi kecelakaan,


menabrak orang yang sedang membeli sarapan.

Aku menabraknya di jalur sebelah kanan,


padahal seharusnya aku menggunakan jalur sebelah kiri.

“Astaghfirullah, kamu tidur jam berapa semalam dan


bangun jam berapa?” tanya bapakku.

“Aku tidur jam 1, terus bangun jam 4,” jawabku.

“Atuh ya, siapa suruh tidur larut malam. Bapak juga


sudah mengingatkan kamu kan semalam supaya segera
tidur,” ucap bapakku.

“Semalam ada tugas, Pa, jadi aku menyelesaikan tugas


dulu,” jawabku.

“Kenapa nggak dari kemarin pas pulang sekolah?” ucap


bapakku.
23
Aku hanya terdiam tanpa menjawab.

Tetapi bukannya marah, orang tua ku malah


menasihatiku. Dia menasihatiku agar aku bisa membagi
waktu dengan bijak.

Dia mengatakan bahwa aku sudah dewasa, sudah


saatnya tidak hanya bermain sepanjang waktu. Aku harus
bijak dalam membagi pekerjaan, hindari tidur larut malam,
dan yang terpenting mampu mengatur waktu dengan baik.

***

Sesampainya di rumah sakit, orang tua ku


langsung bergegas menghampiri keluarga korban dan
bertanya tentang keadaannya.

Namun, orang tua korban Malah marah-marah


kepada bapaku, dia mengatakan bahwa aku telah
menabrak anaknya.

“Ehh pak, anak bapak tuh nabrak anak saya, anak saya
ga salah apa-apa dia tabrak” bentak ibu si korban

“Maafin anak saya bu ...” ucap bapakku terpotong beliau

24
“Makannya pak, punya anak itu di didik jangan sampai
bawa motor sambil main hp” ucap beliau memotong
pembicaraan

Bapaku menjelaskannya dengan baik-baik. Dia


mengatakan bahwa aku mengantuk, sehingga tidak fokus
saat mengendarai motor.

Dia juga meminta maaf atas kesalahan yang telah


aku perbuat dan dia juga mengatakan bahwa ini musibah
tidak ada yang mau ini terjadi.

Tetapi tetap saja ibu dari korban tersebut tidak


terima dengan apa yang terjadi dan dia menatapku dengan
tatapan sinis.

Setelah berbincang dengan orang tua korban,


mereka memutuskan untuk masuk dan melihat kondisi
korban. Bapakku menyuruhku menunggu di kursi
tunggu.

Aku duduk menunggu bqpakk, sambil


memikirkan kejadian yang telah terjadi. Aku merasa
bersalah kepada semua orang karena telah merugikan

25
banyak orang. Rasanya tak tega melihat orang tuaku di
pojokan atas semua kesalahanku.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya bapakku


menghampiriku dan mengajakku untuk membeli makan
terlebih dahulu, sambil menunggu untuk melakukan
pembayarannya.

Di sela-sela makan, aku bertanya kepada


bapakku tentang keadaan korban tersebut. Bapakku
memberitahuku bahwa setelah dirontgen, hasilnya
menunjukkan bahwa dia mengalami patah tulang di
bagian pinggangnya sehingga menyebabkan dia tidak
bisa bangun dan berjalan.

Oleh karena itu, korban harus menjalani rawat jalan


untuk mengecek keadaannya.

Setelah selesai makan, bapakku mengajakku untuk


melaksanakan salat Dzuhur sambil menunggu
pembayarannya.

Setelah selesai shalat, bapakku pergi untuk


menyelesaikan pembayaran dan aku menunggu di ruang

26
tunggu. Saat menunggu, tiba-tiba ponselku berdering,
menunjukkan panggilan dari nomor yang tidak dikenal.

Meski begitu, aku tidak mengangkatnya. Beberapa


saat kemudian, orang tua korban menghampiriku dengan
tatapan sinis.dia memarahiku karena tidak mengangkat
teleponnya.

“Heh lu jangan pura-pura budeg yaa, gua telponin dari


tadi nggak lu angkat” bentak dia

Aku hanya diam menunduk ketakutan

“Bapak lu siapa namanya? Gua minta nomor hp nya!”


ucap beliau

Lalu aku memberitahu nama bapakku dan memberikan


nomor hp nya. Setelah itu, Beliau langsung pergi
meninggalkanku.

Selesai melakukan pembayaran, keluarga korban


memutuskan untuk pulang duluan. Bapaku memutuskan
untuk mengantarkan motor yang rusak tadi ke bengkel
untuk diperbaiki.

27
Sesampainya di rumah, Ibuku telah menunggu
kedatangan kami di depan pintu. Dengan wajah
khawatir, dia langsung menanyakan keadaanku.

Ibuku bertanya hal yang sama seperti yang


ditanyakan oleh bapaku sebelumnya, dan aku
menceritakannya seperti yang sudah kuceritakan pada
bapaku.

Ibuku tidak marah. Sebaliknya, dia menyuruhku


untuk segera makan dan istirahat setelahnya. Aku
menghabiskan waktu seharian sendiri di kamar.

Malam ini, ibu dari korban menelepon bapakku


dan meminta agar bapaku bertanggung jawab atas semua
kesalahanku. Bapakku harus bertanggung jawab sampai
korban tersebut sembuh total.

Di dalam kamar, aku mendengar kedua orang tua


ku meributkan masalah kecelakaan ini. Ibuku bersikeras
meminta agar bapakku membicarakannya secara baik-
baik dengan keluarga korban mengenai ganti rugi ini
agar tidak sepenuhnya dari bapaku.

28
Ibuku berkata bahwa kita hanya orang biasa, jika
semua tanggung jawab sepenuhnya harus oleh
keluargaku, kita tidak akan mampu, apalagi sekarang
usaha bapakku sedang menurun.

Bahkan kakakku yang mondok saja dia harus


memaksakan diri untuk pulang karena keluarga sedang
tidak ada bekal untuk membiayai nya.

Tetapi bapaku mengatakan kita harus tetap


bertanggung jawab sepenuhnya karena ini benar-benar
kesalahan dariku.

Seminggu telah berlalu, namun masalahku masih


belum terselesaikan karena korban kecelakaan tersebut
masih belum bisa berjalan. Setiap hari, ayahku terus
memantau keadaannya.

***

Selama seminggu ini, aku jarang keluar rumah.


Aku hanya keluar rumah jika pergi ke sekolah dan
sekarang akupun hampir tidak pernah lagi bermain.

29
Kondisi keluargaku juga mengalami perubahan
drastis sejak kejadian kecelakaan ini. Kami jarang
berkumpul seperti biasanya, dan orang tuaku seringkali
terlibat dalam pertengkaran.

Hari-hariku selalu dihantui oleh rasa bersalah.


Aku enggan bermain dengan teman-teman dan bahkan
aku menolak ajakan orang tua untuk makan bersama.
Aku lebih memilih mengurung diri di dalam kamar.

Meskipun begitu, aku merasa bingung karena


tidak tahu bagaimana cara membantu bapakku. Karena
aku sendiri tidak memiliki uang untuk mengganti
kerugian yang terjadi.

Aku sering bertanya tentang keadaan korban


tersebut kepada bapakku dan aku mengatakan kepadanya
aku bingung harus membantu bapakku dengan cara apa.

Tetapi bapaku hanya menyarankan aku untuk


selalu berdoa agar masalah ini cepat selesai dan
mendapat kemudahan dalam menghadapinya.

***

30
Sebulan berlalu, aku mulai memberanikan diri
untuk keluar rumah dan berkumpul di rumah temanku.
Saat kami sedang asyik berbincang, tiba-tiba ada yang
membahas kecelakaanku.

“Ehh Yang habis kecelakaan, kenapa bisa kecelakaan


mimah?” tanya bapak dari salah satu temanku dengan
nada meledek.

“Hehe, aku ngantuk, jadi bawa motornya ga fokus,”


jawabku dengan senyum palsu.

“Hahaha, ada-ada aja, mimah-mimah,” ucapnya sambil


tertawa.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

“Tauu yaa mang! Mana bapak uda ngeluarin banyak


uang buat ganti rugi, korban juga sampai ga bisa bangun
lagi. Huh, beban banget,” celetuk kakaku dengan nada
kesal.

Aku hanya diam, tidak bisa berkata-kata. Terdiam


menahan tangisan air mataku, bahkan teman-temanku
juga sampai terdiam mendengar ucapan kakakku. Aku

31
sendiri sudah terbiasa dengan kata-kata nya dia memang
memiliki sifat yang begitu.

***

Malam harinya, aku selalu menangis melepaskan


semua emosiku. Ya, memang benar aku merasa bahwa
diriku hanyalah beban dikeluaga ku ini.

Kesalahan besar yang kubuat telah merugikan


banyak orang. Yaitu korban dan keluarga korban yang
kutabrak, keluargaku sendiri terutama bapakku yang
selalu siap untuk bertanggung jawab atas segala
kesalahan yang telah aku perbuat. Bahkan kakakku juga
harus memaksakan diri untuk pulang dari pondok karena
kejadian ini.

Hanya air mata yang bisa kuhadapkan untuk


menenangkan pikiranku. Dengan menangis pikiranku
biasanya menjadi lebih tenang. Sejak kejadian ini, aku
lebih sering diam dan terperangkap dalam lamunan.

Tetapi aku juga bersyukur memiliki teman yang


selalu ada saat aku sedih, yaitu Jua, teman SMP-ku. Aku
bercerita tentang kejadian ini, meski hanya melalui

32
obrolan chat, dia selalu menenangkanku, mengingatkan
agar jangan terus-terusan menangis.

Dengan menangis, semua masalah tidak akan


selesai begitu saja. Kita harus berdoa agar semuanya
dipermudah. Jua juga banyak memberiku solusi. Aku
merasa sedikit tenang mendengar kata-kata yang
diungkapkan oleh Jua.

***

Dua bulan berlalu, tetapi tetap saja masalah ini


masih belum saja selesai. Walaupun Bapak selama dua
bulan ini sering mengunjungi keadaan korban dan
korban juga melakukan pengobatan rawat jalan.

Bapakku duduk melamun seorang diri di ruang


tamu sambil melihat layar hp. Lalu aku menghampiri
nya dan ikut duduk di sampingnya.

“Pak, ada apaa?” Tanyaku

“Ohh nggak ada apa-apa kok” Jawabnya

“Kalo keadaan korban gimana pak?” Tanyaku lagi

“Oiyaa, dia dia masih belum bisa bangun” Jawabnya


33
Bapaku mengatakan kalo orang tua korban
memberitahu bahwa anaknya masih belum bisa bangun
dan berjalan. dia juga mengatakan kalau anaknya harus
di operasi. pokoknya dia gamau kalo anaknya sampai
lumpuh.

Mendengar kata “lumpuh” aku langsung lemas


dan tak terasa air mataku menetes.

Aku berpikir Bagaimana bisa aku mencelakai


seseorang yang tidak bersalah sampai dia lumpuh.

“Pak aku minta maaf, aku harus gimana pak” ucapku


sambil menangis

Bapakku malah menenangkan ku dan berkata


kalau kita selesaikan masalah ini bersama-sama. Kita
harus banyak berdoa supaya korban segera sembuh total
dan jangan sampai beliau melakukan operasi.

Yaa dan lagi-lagi bapakku menyuruhku untuk


selalu berdoa. Berdoa hanyalah salah satu cara yang bisa
aku bantu. Apalagi yang bisa aku perbuat selain berdoa.

34
Aku salut sekali melihat bapakku, dia
menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin.

Dia juga tidak pernah memperlihatkan rasa


capeknya sedikitpun padaku.

Hari-hari ku jalani seperti dua bulan yang lalu.


Kegiatanku hanya pergi sekolah dan setelah itu
mengurung diri di dalam kamar.

Sama seperti bapakku, selama dua bulan ini dia


terus memantau keadaan korban untuk melihat
perkembangan penyembuhannya.

***

Selama kurang lebih tiga bulan, waktu berjalan


sangat lambat. Kabar baiknya, korban tersebut akhirnya
sembuh total.

Benar, selama tiga bulan itu, bapakku berhasil


menyelesaikan masalah ini. Namun, penyelesaian
tersebut tidaklah murah.

Bapakku mengeluarkan biaya signifikan,


termasuk pembayaran rumah sakit, upah keluarga yang

35
merawat korban, angsuran motor korban, dan bahkan
membayar upah kerja bapak dari si korban yang menjaga
anaknya.

Bukan ingin terlahsok kaya, bapakku melakukan


ini semua sebagai tanggung jawab penuh terhadap
masalah yang terjadi. Keluarga korban juga meminta
ganti rugi untuk semua kerugian yang terjadi.

Bapakku pergi ke rumah korban, meminta maaf


atas kesalahan yang aku perbuat, dan menyampaikan
permintaan maafku kepada keluarga korban.

Meskipun aku tidak ikut karena sedang sekolah,


bapakku menyuruhku agar dia saja yang meminta maaf,
mengingat sifat ibu dari si korban.

Meskipun sudah bertanggung jawab sepenuhnya,


ibu dari korban masih tampak kesal kepada keluarga ku,
mungkin karena semua ini terjadi akibat kelalaianku.

Oleh karena itu sampai saat ini aku tidak tahu


nama dari keluarga korban tersebut. Meski begitu,
masalah ini benar-benar selesai karena korban telah
sembuh total.

36
***

Sesampainya di rumah, bapakku menghampiriku


dan mengatakan bahwa masalahnya telah sepenuhnya
teratasi dan korban pun sudah pulih sepenuhnya.

Aku menangis bahagia karena akhirnya setelah


sekian lama masalahnya selesai juga. Aku juga sangat
berterima kasih kepada bapakku karena telah membantu
aku dalam menyelesaikan masalah ini.

Bapakku juga menasihatiku kembali untuk lebih


bijak mengelola waktu, tidak menunda-nunda pekerjaan
dan lebih berhati-hati dalam berkendara. Aku
mengangguk mengiyakan.

Aku sangat bersyukur memiliki orang tua yang


begitu peduli. Tanpa bapakku, keadaanku mungkin tidak
akan sebaik ini dan masalah ini mungkin takkan
terpecahkan.

Kejadian ini mengajarkan aku pentingnya


mengelola waktu dan tidak menunda pekerjaan.

37
Aku berkomitmen untuk terus belajar dan
menjadi pribadi yang lebih baik. Manajemen waktu akan
menjadi fokusku, karena waktu yang terlewatkan tidak
akan terulang kembali.

Saatnya bagiku untuk memikirkan masa depan


dan tidak menyia-nyiakan waktu di masa sekarang,
karena aku telah dewasa dan harus menentukan jalanku
sendiri.

Ketika mendapatkan masalah ini Entah mengapa


aku selalu berpikir seakan hidup ini begitu melelehkan
untuk di jalani, tetapi kaki ini masih bisa terus
melangkah.

Terkadang aku bingung dengan apa yang aku


lihat, mengapa orang lain selalu hidup senang.

Seakan-akan mereka tidak pernah ditimpa


masalah. Sedangkan aku sendiri begitu banyak
mendapatkan masalah di dalam hidupku.

Aku sering bertanya pada diriku sendiri. Apa


hidup tak seadil yang Aku kira? Hidup ini memang sulit
bila kita mencari semua kesulitan itu!

38
Tetapi Tuhan tahun bagaimana karakter kita
semua. Jadi Tuhan memberikan masalah ini berarti dia
tahu bahwa aku sanggup melewatinya.

Bersabarlah itu kuncinya, memang benar sabar


itu tidaklah mudah namun dengan bersabar kita pasti
akan di mudahkan dalam menghadapi masalah.

39
Semuanya berubah
Setahun telah berlalu sejak kejadian itu. Aku
mulai terbiasa lagi dengan keadaan si sekitarku.

Aku sudah mulai bermain bersama temanku


tetapi hanya disiang hari setelah pulang sekolah atau di
waktu hari libur. perlahan-lahan aku banyak belajar dari
pengalaman tersebut.

Waktu tidur pun sekarang tidak terlalu larut


malam, Jika besoknya harus sekolah maksimal aku harus
tidur di jam 22:00 WIB.

Saat ini juga orang tuaku sering memantau ku.


mengingatkan aku jika ada tugas dan mengingatkan aku
agar tidak tidur larut malam.

Kini, aku mampu lebih baik lagi dalam membagi


waktu dan menghindari menunda pekerjaan, meskipun
terkadang masih ada yang sering kelupaan. Bahkan aku
sudah mulai terbiasa dengan sistem pembelajaran yang
ada di sekolah ku ini.

40
Kehidupan keluargaku juga kembali seperti
semula, kami sering menghabiskan waktu bersama untuk
berbicara dan berbagi cerita.

Di sekolah, aku sudah mulai beradaptasi dengan


banyak orang dan memiliki teman-teman seperti Jihan,
Vinna, Gita, dan Jaul, yang selalu membantuku
menghadapi kesulitan saat belajar Bersama di sekolah.
kami sering menghabiskan waktu bersama.

Saat ini, aku duduk di kelas 12 di SMK


Kesehatan Annisa, dan insyaallah akan lulus tahun
depan. Setelah menyelesaikan pendidikan wajib selama
12 tahun.

Targetku adalah bekerja dan memiliki rencana


melanjutkan kuliah sambil bekerja untuk mencapai cita-
citaku sebagai Apoteker. Semoga impian ku terwujud
dan aku bisa membanggakan dan menaiki derajat kedua
orang tua ku.

Tamat

41
Tentang Penulis

Aku anak ke Lima dari Sembilan bersaudara yang


memiliki hobi memasak, berenang dan mendengarkan
musik. Siti Nurhamimah merupakan seorang penulis
muda kelahiran Bogor, tanggal 09 Februari 2006.

Saat ini sedang memenuhi pendidikan di SMK


Kesehatan Annisa. Buku pertama yang di terbitkan
berjudul MELAMPAUI BATAS WAKTU Semoga karya
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Kami dapat menemukan ku di sini

Instagram : @s.nurhamimah

Email : sitinurhamimah02@gmail.com

42

Anda mungkin juga menyukai